KELOMPOK
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
: B-5
: YUDHA KUSUMA CAHYADI
: NORA SAPUTRI
: MUHAMMAD FAISAL INDRASYAH
NABILA KURNIATI
NABILA SARI ANNISA
NISA NABILAH
SELLA PRATIWI
SOFNI ROHMANIA
TRI ANDINI AYU LESTARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2016/2017
DAFTAR ISI
1102012313
1102014197
1102014167
1102014181
1102014183
1102014195
1102014240
1102014256
1102011284
KATA SULIT
3
Nyeri somatoform adalah nyeri yang diakibatkan rangsangan psikis dan tanpa ada
etiologi.
Insomnia adalah gangguan waktu tidur.
Nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stress,
depresi dan cemas.
PERTANYAAN
1. Mengapa neurolog mengatakan pasien mengalami nyeri kepala tipe tegang
sedangkan psikiater mengatakan nyeri somatoform?
2. Apa hubungan nyeri kepala dan insomnia?
3. Mengapa pasien mengeluh nyeri pada tengkuk?
4. Apa saja faktor resiko terjadi nyeri somatoform?
5. Apa hubungan nyeri kepala dengan masalah dalam keluarga?
6. Mengapa sakit kepala terjadi berulang?
7. Bagaimana hukum Islam dalam mengatur perceraian? Bagaimana tanggung jawab
orang tua terhadap anak?
8. Bagaimana pasien bisa merasakan nyeri kepala?
9. Bagaimana tatalaksana sakit kepala?
JAWABAN
1. Karena pada saat stress dan depresi seperti masalah keluarga menyebabkan
gangguan psikis sehingga respon tubuh menimbulkan nyeri kepala.
2. Nyeri di kepala menyebabkan susah tidur dan itu menimbulkan insomnia
3. Karena merupakan salah satu manifestasi dari TTH (nyeri tanpa mual, muntah dan
tidak dicetuskan oleh aktivitas fisik.
4. Stress, depresi, cemas.
5. Karena pada saat stress seperti masalah keluarga menyebabkan nyeri kepala.
6. Karena etiologi yang belum teratasi.
7. Dalam hukum Islam perceraian dibolehkan tapi itu merupakan sesuatu yang
dibenci Allah SWT. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah mendidik,
menafkahi, memenuhi kebutuhan (pendidikan, agama), memberi kasih sayang.
8. Karena adanya vasokontriksi pembuluh darah.
9. NSAID.
HIPOTESIS
4
SASARAN BELAJAR
5
LI.1
LI.2
LI.3
LI.4
Memahami
Warahmah
Dan
Menjelaskan
Keluarga
Sakinah
Mawaddah
SASARAN BELAJAR
6
LI.1
Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri melewati dua jalur ke otak
yaitu:
7
Traktus neospinotalamikus
Traktus neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat.
Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui oleh rasa nyeri
mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I kornu
dorsalis. Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus
neospinotalamicus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang
terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya
berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateralis.
Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah retikularis
batang otak, sisaya melewati batang otak dan langsung berakir di kompleks
ventrobasal thalami.
Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamate
Traktus paleospinotalamikus
Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian serabutnya
adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer
berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama disebut
substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu akan
berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya merangsang akson-akson panjang
(yang juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula melewati komisura
anterior ke sisi berlawanan dari medulla spinalis ,kemudian naik ke otak melalui
jaras anterolateral
Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih
lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih dahulu.
Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit ganda
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
o Nucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
o Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
o Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus sylvii
Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan
kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas
Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri yang disadari
Mekanisme penghantaran nyeri
Rasa nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan, yang dicetuskan oleh suatu
kerusakan jaringan, yang akan memnyebabkan individu untuk bereaksi memindahkan
stimulus nyeri.
Rasa nyeri dapat dibagi atas
Rasa nyeri cepat
o Rasa nyeri tertusuk, tajam, akut, dan tersetrum
Rasa nyeri lambat
o Rasa nyeri terbakar lambat, pegal, berdenyut, mual dan kronik. Rasa nyeri ini
umumnya dikaitkan dengan kerusakan jaringan.
Reseptor nyeri
Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas, terdapat tiga jenis stimulasi yang dapat
merangsanganya yaitu rangsang mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya rasa
nyeri cepat diakibatkan mekanik dan suhu, sedangkan rasa lambat diakibatkan
stimulan kimia
Reseptor nyeri memiliki sedikit sekali kemampuan untuk beradaptasi , dan bahkan
pada beberapa keadaan dapat terjadi peningkatan intesitas rasa nyeri yang disebut
hiperalgesia . intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan derajat kerusakan
jaringan. Ada beberapa stimulus terkait kerusakan jaringan (bukan secara langsung,
dapat timbul sebagai adanya kerusakan jaringan) yang dapat menyebabkan nyeri
Keterangan
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi).
10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan
jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurutkan dari tidak terasa
nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Kinisi menunjukkan pasien skala
tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Klinisi juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa
jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan pasien
memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. (Price, 2006)
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi
verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
10
Faktor yang mempengaruhi nyeri: usia, jenis kelamin, budaya, makna nyeri,
perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola adaptasi, support keluarga dan social.
LI.2
B
1
2
3
4
5
6
7
11
Fase-fase Migrain
1 Prodromal
Gejala iritabilitas, eksitabilitas, hiperaktif atau depresi yang timbul dalam 24 jam
sebelum periode nyeri kepala
2 Aura
a Visual (zig zag)
b Sensorik
c Visual sensorik
d Motorik
3 Fase Nyeri Kepala
4 Fase resolusi (lelah, irritable, sulit konsentrasi)
Faktor Pencetus Migrain
Hormonal
Diet
Fisik
/
Lingkunga
n
Psikologis
Tidur
Drug
Lain - lain
Cluster Headache
Merupakan salah satu bentuk sefalgia otonomik trigeminal. Profil nyeri kepala unik,
Periodisitas +, Gejala otonomik +, Jarang, 0,4 % populasi umum, Rasio laki-laki :
perempuan = 5 : 1
Gejala Klinis :
1 Onset mendadak, eksplosif
2 Unilateral (mencapai puncak dalam 10-15 menit dan berlangsung hingga 2 jam)
3 Seperti dibor di belakang mata, biji mata spt mau keluar, spt dibakar, menetap
4 Frekuensi 4-6 serangan dalam sehari
5 Periodisitas serangan pada musim tertentu (musim gugur, semi dsb)
6 Sering timbul malam hari tepat setelah tertidur(fase REM) atau timbul pada waktu
yang tetap
14
Patofisiologi :
1 Aktivasi sistem trigeminovaskuler vasodilatasi A. Ophtalmika saat serangan
nyeri
2 Vaskulitis venous pada sinus cavernosus gx otonom
3 Gangguan biologic clock perubahan irama sekresi melatonin, kortisol,
testosteron, prolaktin gangguan circadian pacemaker aktivasi sistem
trigeminovaskuler
Kriteria Diagnosis :
A Minimal 5 serangan yang memenuhi B-D
B Nyeri kepala hebat atau sangat hebat pada orbita, supra orbita atau temporal
unilateral, selama 15-180 menit bila tidak diobati
C Disertai minimal 1 dari
1 Conjunctival injection dan atau lacrimasi ipsilateral
2 Kongesti nasal dann atau rhinorhea ipsilateral
3 Edema palpebra ipsilateral
4 Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral
5 Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6 Perasaan kegelisahan atau agitasi
D Frekwensi serangan dari satu kali setiap 2 hari sampai 8 x/hari
E Tidak berkaitan dengan gangguan lain
SAKIT KEPALA SEKUNDER
1
Arteritis Temporalis
15
Hampir selalu terjadi pada px umur > 50 tahun. Lebih sering pada wanita
Gejala klinis:
a.
b.
c.
d.
e.
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan
mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan bahan yang
dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin,
prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk).
Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang
menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk).
16
18
LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Nyeri Kepala
Diagnosis
Amanmesis
Pertanyaan umum pada anamnesa keluhan nyeri kepala:
1 Apakah nyeri kepala itu merupakan nyeri kepala biasa?
2 Apakah pasien pernah mengalami gangguan cedera kepala yang terjadi segera,
beberapa minggu bahkan beberapa bulan sebelum timbulnya nyeri kepala untuk
pertama kali?
3 Apakah disertai gejala demam?
Jika ya, penyebabnya harus dipikirkan. Pada penyakit-penyakit infeksi tertentu,
terutama demam tifoid dan infeksi yang disebabkan oleh arbovirus, nyeri kepala
dapat dirasakan sangat hebat sehingga menutupi keluhan demamnya.
4 Bagaimana pasien menjelaskan nyeri kepala (lokasi, frekuensi, waktu, durasi,
kualitas, faktor pemicu, faktor pereda)?
5 Apakah nyeri kepala timbul tersendiri atau disertai kelainan lain (mual, muntah,
pusing, fotofobia, penglihatan kabur)?
Pertanyaan diagnostik spesifik:
1 Apakah nyeri kepala menggangu kehidupan anda?
2 Apakah ada perubahan pola nyeri kepala selama 6 bulan terakhir?
3 Seberapa sering anda mengalami nyeri kepala tipe apapun?
4 Seberapa sering anda menggunakan obat untuk mengatasi nyeri kepala?
Pemeriksaan fisisk
1 Keadaan umum pasien & mentalnya.
2 Tanda tanda rangsangan meningeal
3 Adakah kelainan saraf cranial ?
4 Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya ?
Pemeriksaan penunjang
1 Laboratorium darah ,LED
2 Lumbal punksi : Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk
pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan
intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat
pengambilan CSF.
3 Elektroensefalografi
4 CT Scan kepala : CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan
aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
5 MRI : MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula
spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.
6 Fotosinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk
menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
19
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk
menyingkirkan penyakit fisik
serta penilaian faktor psikis &
kepribadian.
Migren
Hipertensi
Kelainan mata
(iritis, glaukoma).
Kelainan sinus
20
Tumor otak
Nyeri
hilang-timbul,
bersifat MRI atau CT scan
ringan sampai berat, dirasakan di
satu titik atau di seluruh kepala.
Kelemahan di salah satu sisi tubuh
semakin
meningkat,
kejang,
gangguan
penglihatan,
kemampuan berbicara hilang,
muntah dan perubahan mental.
Infeksi otak
Nyeri
hilang-timbul,
bersifat MRI atau CT scan
ringan sampai berat, dirasakan di
satu titik atau di seluruh kepala.
Sebelumnya penderita pernah
mengalami infeksi telinga, sinus
atau paru- paru, penyakit jantung
rematik atau
penyakit
jantung
bawaan. menetap, Pemeriksaan darah, pungsi
Nyeri baru
dirasakan,
berat dan dirasakan di seluruh lumbal.
kepala serta menjalar ke leher.
Sakit disertai demam, muntah dan
sebelumnya mengalami nyeri
tenggorokan
atau
infeksi
pernafasan dan leher sulit ditekuk.
Nyeri hilang-timbul atau terus
menerus, bersifat ringan sampai
berat, bisa dirasakan
Meningitis
Hematoma subdural
Terapai Profilaksis
22
Jenis Obat
-blokers
Atenolol
Metaprolol
Nadolol
Propanolol
Calcium channel
blockers
Flunarizine
Verapamil
Serotonin receptor
antagonists
Methysergide
Pizotyline (pizotifen)
Dosis
Efek Samping
Fatigue, bronchospasm,
50-150mg/hr bradikardi, hipotensi, depresi,
100-200mg/hr congestive heart failure,
20-160 mg/hr impotensi,
40-240 mg/hr gangguan tidur.
5-10 mg/hr
240-320mg/hr
Gabapentin
Retroperitoneal,cardiac and
(maxpulmonary fibrosis
hipertensi, kehamilan,
tromboflebitis.
2 mg
8mg/hr)
0.5 mg (max 3-Weight gain, Fatigue.
6 mg/hr)
Tricyclic analgesics
Amitriptiline
10-150 mg
Nortriptiline
10-150 mg
Anti-epileptik
Divalproex
Sodium
valproate
Valproic acid
Kontraindikasi
Pasien asma, DM, peny.
vaskuler perifer, heart
block, ibu hamil.
500-1500 mg/d
900-1800
mg/hr
(max 2400)
23
2
3
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Seperti
obat-obat OTC: aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk
kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik.
Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai
penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi.
Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya.
Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache.
CLUSTER HEADACHE
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis).
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan dosis
migren).
Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid, kortikosteroid,
topiramat.
ARTERITIS TEMPORAL
Steroid:
1
(2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah
terkena trauma mekanik pada kepala,(4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata
dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah
mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.
LI.3
c
1
2
3
2
3
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simptom fisik (gangguan konversi).
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu
strategi self-handicaping (hipokondriasis).
Gangguan konversi
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik
yang tidak dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau
pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab psikologis.
Hipokondriasis
26
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan
akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau
rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.
Gangguan somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar
organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam
fungsi.
Gangguan dismorfik tubuh
Terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap
orang tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya
(dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang pada perilaku komplusif
seperti berulang-ulang berdandan, dll.
Gangguan nyeri
Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh
penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan factor psikologis.
Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi,
1
2
3
4
5
6
7
gangguan somatisasi
gangguan somatoform tak terperinci
gangguan hipokondriasis
disfungsi otonomik somatoform
gangguan nyeri somatoform menetap
gangguan somatoform lainnya
gangguan somayoform YTT
LO.3.4. Manifestasi klinis Kelainan pada Nyeri Somatoform
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan
yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya
mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di
dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas
yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat
dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam
bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak
konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan
manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan
(Nevid, dkk, 2005).
27
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk
menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya
pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain,
orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun
tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri:
kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;
saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal:
jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal:
saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter
yang dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:
saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan
namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal
saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
Sensoris:
pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu
Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.
1
2
3
Gangguan somatisasi
Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika
diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang
umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan
tersiksa/merana.
Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di
RS bahkan dilakukan operasi.
28
3
4
5
1
2
3
4
Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam
pernikahan.
Gangguan konversi
Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara
fisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat
gangguan/kelainan.
Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total pada
tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti ditusuktusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk merasakan
sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak dapat
membau, suara hanya berbisik, dll.
Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk
menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.
Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan
menghambat fungsi saluran sensorimotor.
Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.
Hipokondriasis
Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya
memiliki suatu penyakit fisik yang serius
Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi
terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
berdebar-debar, kelelahan.
Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak
dokter atau RS
Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh)
Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,
menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah
atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi
plastik
Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
29
2
3
4
Gangguan nyeri
Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif)
Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu
atau beberapa bagian tubuh.
Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
aspek penting lainnya.
Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
LO.3.5. Diagnosis dan Diagnosis banding Kelainan pada Nyeri Somatoform
D Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan
atau pura-pura).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
A Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
F Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
B Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
A Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
31
32
Gangguan Somatisasi
Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis non-psikiatrik yang dapat
menjelaskan gejala pasien. Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple,
miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga harus dibedakan
dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan hipokondrik
dan skizofrenia dengan gangguan waham somatik.
Hipokondriasis
Kondisi medis nonpsikiatrik: khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang
tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati,
miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus
eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.
Gangguan Konversi
Gangguan neurologis (seperti demensia, penyakit degeneratif), tumor otak, penyakit
ganglia basalis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
Gangguan Dismorfik Tubuh
Pada distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis
kelamin, gangguan depresif, gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia dan
gangguan obsesif-kumpulsif.
Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri harus dibedakan dari gangguan somatoform lain, seperti nyeri pada
hipokondrial, nyeri pada konversi.
LO.3.6. Tatalaksana Kelainan pada Nyeri Somatoform
2
3
4
Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan
terapi, dan pemberian antidepresan.
33
Antidepresan
Golongan
Anti depresan
trisiklik
SSRIs (selective
serotonin
reuptake
inhibitors
Mixed DA/NE
reuptake
Inhibitor
MAO inhibitors
Mekanisme
Kerja
Menghambat
reuptake
5-HT/NE
secara
tidak
selektif
Menghambat
secara
selektif reuptake
5-HT
Menghambat
reuptake
DA/NE secara
tidak selektif
Menghambat
aktivitas
enzim MAO
Contoh
Amitriptilin,
imipramin,
desipramin,
nortriptilin,
klomipramin
Fluoksetin,
paroksetin,
sertralin, fluvoksamin
Trazodon, nefazodon,
mirtazapin,
bupropion,
maprotilin,
venlafaksin
Phenelzine,
tranylcypromine
Self talk Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja. (katakan pada diri anda, setiap
hari saat anda bercermin setiap saat, dan katakan juga indahnya hari ini, saya
bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya
Dan
Menjelaskan
Keluarga
Sakinah
Mawaddah
Kata Sakinah. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang
sangat penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi
kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam Al Quran pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling
berkasih sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan,
menyalahkan dan saling melempar tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang
berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah SWT. Kata adalah mawaddah.
Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini,
mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu
berupa kejutan suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu
si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk
anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar
biasa.
Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban.
Kewajiban seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan
memberikan contoh yang baik. Kewajiban seorang istri untuk menaati suaminya.
Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban.
35
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Mansjoer, A.A.,etc. (2004). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003). Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta.
Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta.
EGC.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI.
Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya. Airlangga
University Press.
Lindsay, Kenneth W. (2004). Headache. Neurology and Neurosurgery. London.
Churchill Livingstone.
36
37