Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti keahlian
dalam menghias (Djajadisastra, 2009). Berbagai macam produk kosmetik beredar
di pasaran ditujukan untuk keperluan yang berbeda-beda (Tranggono dan Fatma,
2007). Kosmetik sudah menjadi keperluan sehari-hari bagi sebagian besar
manusia baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari bayi hingga lanjut usia
bahkan hingga saat meninggalkan dunia ini. Seiring dengan perkembangan
zaman, kosmetik bukan hanya merupakan kebutuhan sekunder/pelengkap saja,
melainkan telah menjadi kebutuhan primer setiap orang terutama wanita
(Djajadisastra, 2009).
Sebagian besar wanita Indonesia menginginkan wajah yang putih, bersih
dan cerah untuk menjaga penampilan agar tetap menarik. Berbagai cara untuk
memenuhi keinginan itu, mulai dari perawatan kulit alami hingga perawatan yang
instan, misalnya menggunakan krim pemutih. Krim pemutih merupakan suatu
sediaan atau paduan bahan yang berfungsi untuk mencerahkan atau merubah
warna kulit sehingga kulit menjadi lebih putih bersih dan bersinar (Djajadisastra,
2009).
Fenomena tersebut menimbulkan persaingan bisnis yang kompetitif dan
ketat antara perusahaan kosmetik untuk memproduksi kosmetik khususnya krim
pemutih wajah dengan berbagai macam variasi dan harga. Namun tidak sedikit
produsen kosmetik menambahkan bahan kimia berbahaya demi mendapatkan

keuntungan yang lebih banyak tanpa mempertimbangkan keamanan bagi


kesehatan konsumen. Bahan kimia yang sering ditambahkan dan telah dilarang
penggunaannya dalam kosmetik dan berbahaya jika digunakan dalam jangka
panjang yaitu merkuri, hidroquinon, zat warna rhodamin B dan asam retinoat
(Badan POM, 2007).
Asam retinoat merupakan turunan vitamin A dan telah banyak digunakan
sebagai bahan pemutih (Bandem, 2013). Asam retinoat (Retinoid Acid ) atau
tretinoin termasuk golongan obat keras yang dapat menyebabkan kulit kering, rasa
terbakar, dan teratogenik sehingga penggunaannya harus dengan resep dokter
(Badan POM, 2007). Adanya asam retinoat dalam darah pada kehamilan telah
dinyatakan berpotensi teratogen, tidak terkecuali untuk penggunaan asam retinoat
topikal di kulit yang dapat memungkinkan resiko terserapnya asam retinoat ke
dalam tubuh. Besarnya resiko tersebut sehingga asam retinoat dikontraindikasikan
selama kehamilan dan selama merencanakan kehamilan (Badan POM, 2011).
Hasil investigasi dan pengujian laboratorium Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (BPOM) di seluruh Indonesia tahun 2016 telah
ditemukan 39 kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Bahan berbahaya
yang antara lain merkuri, hidrokinon, asam retinoat, serta bahan pewarna
merah K3. Dari 39 ksometik yang ditemukan, terdapat 3 kosmetik yang
mengandung asam retinoat (Badan POM, 2016). Rahayu dkk., (2014)
menemukan kandungan asam retinoat dalam krim pemutih yang dijual bebas di
Purwokerto dengan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi) dengan kadar 7,362,48 ppm, 7,080,53 ppm, 378,8310,96 ppm, dan

47410,01 ppm. Krim pemutih yang mengandung asam retinoat juga ditemukan
oleh Suhartini dkk., (2013) yang beredar bebas di pasar kota Manado dengan
kadar berturut-turut 0.021%, 0.026% dan 0.016%.
Fenomena tersebut juga terjadi di kota Kendari. Menurut Balai POM
Kendari keberadaan kosmetik tanpa ijin edar dan mengandung bahan berbahaya
masih marak di Kota Kendari, hal tersebut dikarenakan masih tingginya
permintaan dari masyarakat. Tahun 2015 ditemukan sekitar 206 item kosmetik
yang beredar secara illegal, bahkan kosmetik tersebut banyak mengandung bahan
kimia yang dapat merusak kesehatan, dimana 2 diantaranya adalah krim pemutih
wajah yang mengandung asam retinoat. Sedangkan untuk tahun 2016 ditemukan
sebanyak 124 item kosmetik illegal yang beredar bebas di pasaran kota Kendari
(BPOM, 2016).
Asam retinoat dapat dianalisis dengan berbagai macam metode analisis.
Metode analisis yang digunakan yaitu Kromatografi Lapis Tipis (Badan POM,
2011; Suhartini, dkk., 2013), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Badan POM,
2011; Rahayu, dkk., 2014) dan Spektrofotometri UV-Vis (Suhartini, dkk., 2013).
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam analisis farmasi, karena sederhana, mudah, cepat dan merupakan metode
analisis yang ekonomis (Nijhu, dkk., 2011). Diperlukan validasi metode untuk
memastikan proses analisis yang dihasilkan dari metode spektrofotometri
menghasilkan data yang valid (Purwanto dan Farida, 2012).
Validasi metode merupakan elemen penting dari kontrol kualitas. Validasi
membantu memberikan jaminan bahwa pengukuran akan dapat dipercaya.

Menurut Eurochem, validasi adalah konfirmasi melalui pemeriksaan dan


penyediaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk penggunaan yang
dimaksudkan tertentu terpenuhi. Parameter validasi metode analisis meliputi
akurasi, presisi, spesifisitas, batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ)
(Riyanto, 2014).
Berdasarkan

uraian

di

atas,

peneliti tertarik

untuk

melakukan

penelitian tentang validasi metode dan analisis kandungan asam retinoat dengan
metode spektrofotometri UV-Vis pada krim pemutih wajah yang beredar di
pasar Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka terdapat beberapa masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana linieritas, batas deteksi dan batas kuantifikasi dari metode analisis
yang digunakan?
2. Bagaimana presisi, akurasi dan spesifisitas dari metode analisis yang
digunakan?
3. Apakah terdapat senyawa asam retinoat pada sediaan krim pemutih wajah
yang beredar di pasar Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui linieritas, batas deteksi dan batas kuantifikasi dari metode
analisis yang digunakan.
2. Untuk mengetahui presisi, akurasi dan spesifisitas dari metode analisis yang
digunakan.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat senyawa asam retinoat pada sediaan krim
pemutih wajah yang beredar di pasar Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :
1. Bagi peneliti
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah pengetahuan mengenai
cara menganalisis kandungan senyawa asam retinoat pada sediaan krim
pemutih wajah yang beredar di pasar Kota Kendari.
2. Bagi institusi
Memberikan kontribusi kepada universitas berupa hasil penelitian,
sehingga bisa menjadi referensi dan informasi bagi peneliti lainnya
khususnya dalam bidang analisis farmasi.
3. Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat mengenai sediaan krim
pemutih wajah yang aman dan tidak mengandung bahan berbahaya bagi
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai