Anda di halaman 1dari 6

Resume Materi Metal Material Alloy

Logam campuran(alloy) dengan berbagai komposisi terbagi atas dua golongan yaitu
ferrous dan non ferrous. Pada loga campuran ferrous besi merupakan konstituen penyusun utama
sementara pada non ferrous logam campuran tersusun atas logam selain besi.
Alloy Ferrous
Merupakan campuran dengan besi sebagai komponen penyusun utama dan banyak
digunakan sebagai material konstruksi. Penggunaan campuran ferrous sangatlah umum
dikarenakan besi merupakan senyawa yang melimpah pada kerak bumi, logam besi dan
baja(steel) dapat diprosduksi dengan teknik ekstraksi, refining, pencampuran, dan fabrikasi yang
ekonomis, dan alloy ferrous sangat mudah digunakan karena dapat dimodifikasi dalam rentang
property fisik dan mekanis yang luas. Kelemahan dari alloy ferrous yang utam adalah rentan
terhadap korosi.

Gambar 1 Klasifikasi berbagai alloy ferrous

Baja (Steel)
Baja adalh campuran besi-karbon yang dapat mengandung berbagai konsentrasi unsure
campuran lain. Properti mekanis berhubungan dengan kadar karbon yang bisanya kurang dari

1% wt. Penggolongan baja umumnya didasarkan atas kadar karbon dimulai dari rendah(low) ,
sedang(medium), dan tinggi(high).
Low-Carbon Steel
Dari semua baja, kategori low-carbon umumnya mengandung karbon kurang dari 0,25wt
%. Struktur mikro low-carbon steel terdiri atas konstituen ferrite dan pearlite sehingga baja
relatif lunak dan rapuh namun memiliki ketahanan dan kelembutan yang tinggi. Selain itu, lowcarbon steel juga lebih mudah diproses dengan mesin dan dilas(welding) dibandingkan baja
kategori lain serta paling murah biaya produksinya. Low-carbon steel dapat digunakan sebagai
bodi komponen autmobil, bentuk structural (tiang, chanel, dan besi bersudut), dan lembaran
(sheet) yang digunakan dalam perpipaan, bangunan, jembatan, dan kaleng. Low-carbon steel
memiliki daya lengkung (yield strength) 275 MPa, daya regang(tensile) 550 MPa, dan
kelembutan(ductility) 25% EL.
Golongan lain dari alloy low-carbon adalah high-strength low-alloy(HSLA) steel. HSLA
mengandung unsure campuran lain seperti tembaga, vanadium, nikel, dan molybdenum dalam
konsentrasi 10wt% dan lebih kuat dari low-carbon steel biasa. HSLA dapat diperkuat melalui
treatment pemanasan pada tekanan 480 MPa.
Tabel 1. Komposisi Low-Carbon Steel dan High-Strength Low-Alloy Steel(HLSA)

Tabel 2. Karakteristik Mekanik Low-Carbon Steel dan High-Strength Low-Alloy Steel

Medium-Carbon Steel
Medium-Carbon Steel memiliki konsentrasi karbon antara 0,25-0,6 wt%. Alloy tersebut
harus ditreatment dengan panas melalui austenizing, quenching, dan tempering untuk
meningkatkan property mekanis. Medium-carbon steel memiliki tingkat kekerasan yang rendah
dan dapat di treatment dengan panas pada lapisan tipis dengan laju quenching yang cepat.
Penambahan krom, nikel, dan molybdenum dapat meningkatkan kapasitas treatment panas alloy,
yang menghasilkan berbagai kombinasi kelembutan dan kekuatan. Medium carbon steel dapat
digunakan sebagai bahan jalur kereta api, gear, poros mesin, dan komponen mesin lain.
Tabel 3. Sistem penentuan AISI/SAE dan UNS dan Rentang Komposisi untuk Carbon Steel dan
Berbagai Low-Alloy Steel

High-Carbon Steel
High-carbon steel memiliki kadar karbon antara 0,6-1,4% dan merupakan baja karbon
yang paling keras, kuat, dan tidak lembut dibandingkan baja karbon lainnya. High-Carbon Steel
hamper selalu digunakan pada kondisi dikeraskan (tempered), bersifat tahan lama, dan memiliki
ujung pemotong yang tajam(pada alat pemotong). Peralatan dan cetakan dari alloy high-carbon
biasanya mengandung krom, vanadium, tungsten, dan molybdenum. Komponen tersebut dapat
berkombinasi dengan karbon untuk membentuk senyawa karbit (Cr23C6, V4C3, dan WC).
Tabel 4. Penentuan, Komposisi, Dan Aplikasi Untuk Enam Tipe Peralatan Berbahan Baja

Stainless Steel
Stainless steel sangat tahan terhadap korosi pada berbagai lingkungan, terutama pada
lingkungan atmosferik. Unsur campuran dominan pada stainless steel adalah kromium pada
konsentrasi 11wt%. Ketahanan akan korosi dapat ditingkatkan dengan penambahan nikel dan
molybdenum.
Stainless steel dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan konstituen dominan pada
mikrostrukturnya yaitu: maternsitik, ferritik, atau austenitik. Properti mekanik pada rentang yang
luas serta ketahanan yang baik akan korosi membuat stainless steel dapat diaplikasikan dengan
leluasa. Stainless steel martensit dapat memperoleh treatment panas sementara austenit dan
feritik tidak dapat ditreatment menggunakan panas sehingga proses pengerasan harus melibatkan
kerja pendinginan. Stainless steel austenit memiliki ketahanan korosi tertinggi dikarenakan
mengandung kadar kromium yang tinggi dan penambahan nikel pada campuran. Stainless steel
martensit dan feritik bersifat magnetis sementara austensit tidak.
Beberapa stainless steel dapat digunakan pada suhu tinggi dan lingkungan ekstrim
dikarenakan kemampuan stainless steel dalam mencegah terjadinya oksidasi dan
mempertahankan kondisi mekanik. Batas atas suhu oksidasi stainless steel pada atmosfer

mencapai 1000C. Peralatan yang menggunakan stainless steel diantaranya turbin, boiler,
furnace(tungku), misil udara, dan pembangkit tenaga nuklir.
Tabel 5. Penentuan, Komposisi, Properti Mekanik, Dan Aplikasi Stainless Steel Austensitik,
Feritik, Martensitik, dan Precipitation-Hardenable Stainless Steel

Cast Iron
Cast iron merupakan jenis alloy ferrous dengan kadar karbon di atas 2,14wt%, namun
pada umumnya cast iron mengandung 3,0-4,5wt% C dan unsure campuran lain. Alloy pada
komposisi tersebut beada pada fase cair pada suhu 1150-1300C, sehingga relatif mudah

dilelehkan untuk casting(pencoran). Selain itu, cast iron sangat rapuh sehingga casting
merupakan metode fabrikasi yang paling sesuai.
Sementite (Fe3C) merupakan senyawa metastabil dan dapat terdekomposisi menjadi ferit dan grafit pada kondisi tertentu berdasarkan reaksi
Fe3C

3Fe () + C (grafit)

Kecenderungan terbentuknya grafit dapat dicegah dengan pengaturan komposisi dan laju
pendinginan. Pembentukan grafit disebabkan oleh adamya silicon pada konsentrasi di atas 1wt%
pada alloy. Selain itu, laju pendinginan yang lebih lambat selama solidifikasi aka meningkatkan
pembentukan grafit. Pada kebanyakan cast iron, karbon berada pada wujud grafit dengan struktur
maupun sifat mekanis yang bergantung pada komposisi dan treatment dengan panas. Cast iron
yang paling umum adalah gray, nodular, white, malleable, dan compacted graphite.

Anda mungkin juga menyukai