Case Report Ipd
Case Report Ipd
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun 19531954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian
besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO, 2010).
Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia
dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5
milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue terutama yang tinggal di
daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar
50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus
memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000
jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun 1968
di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan terdapat
156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi. Kasus ini
tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten
LAPORAN KASUS
: 22.10 WIB
Ruangan
: Anyelir
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama Lengkap
: Ny. MSD
No. MR
: 00.42.70.44
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir/Umur
: 42 th
Suku Bangsa
: Jawa
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SLTA
Alamat
: Bandar Lampung
ANAMNESIS
Diambil dari
Keluhan Utama
: Demam
Keluhan tambahan
Cacar
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
Demam Rematik Akut
Pneumonia
Pleuritis
Tuberkulosis
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
()
(-)
(-)
(-)
(-)
Malaria
Disentri
Hepatitis
Tifus Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
Ulkus Ventrikuli
Ulkus Duodeni
Gastritis
Batu Empedu lain-lain :
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
( ) Operasi
( ) Kecelakaan
Riwayat Keluarga :
Hubungan
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Anak-Anak
Umur
(th)
35, 38
20
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Penyebab
Meninggal
Tidak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Keadaan kesehatan
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Sehat
Sehat
Ya
Tidak
-
Hubungan
Ayah kandung
-
ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
(-) Bisul
(-)
Rambut
(-)
Keringat malam
(-)
(-)
Kuning / Ikterus
(-)
Sianosis
Kuku
Kepala
(-) Trauma
(-) Sinkop
(-)
(-)
Sakit kepala
Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri
(-) Sekret
(-) Kuning / Ikterus dan anemis
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
Telinga
(-) Nyeri
(-) Sekret
Hidung
(-) Trauma
(-) Nyeri
(-) Sekret
(-) Epistaksis
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Mulut
( -) Bibir
( -) Gusi
( -) Selaput
( -)
( -)
( -)
Lidah
Gangguan pengecap
Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan
(-)
Perubahan suara
(-)
Nyeri leher
Leher
(-) Benjolan
() Pembesaran tiroid
Jantung / Paru-Paru
(-) Nyeri dada
() Berdebar
(-) Ortopnoe
()
(-)
()
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria dan warna pekat seperti teh
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
Katamenis
(-) Leukore
(-) Lain-lain
(-)
()
Perdarahan
Haid
()
()
(-)
Haid terakhir
Teratur / tidak
Gangguan haid
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
(-) Bengkak
(-) Nyeri sendi
(-)
(-)
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (kg)
: 46 kg
: 46 kg
( )
Deformitas
Sianosis
RIWAYAT HIDUP
Tempat lahir
Ditolong oleh
: ( ) Dokter
() Bidan
( ) Dukun ( ) Lain-lain
( ) Campak
( ) DPT ( ) Polio
( ) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekwensi /hari
: 2x sehari
Jumlah /hari
: 1 porsi/ hari
Variasi /hari
: Bervariasi
Nafsu makan
: Menurun
Pendidikan
( ) SD
( ) SLTP
() SLTA
( ) Kursus
( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan
: Tidak ada
Pekerjaan
: Tidak ada
Keluarga
:-
Lain-lain
:-
( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan
: 155 cm
Berat badan
: 46 kg
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 24 x/menit
Keadaan gizi
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Sianosis
: -
Edema umum
: -
Habitus
: Astenikus
Cara berjalan
: Normal
Mobilitas (aktif/pasif)
: Aktif
ASPEK PSIKOLOGI
Tingkah laku
: Wajar
Alam perasaan
: Biasa
Proses pikir
: Wajar
KULIT
Warna
: Sawo matang
Efloresensi
: -
Jaringan parut
: -
Pigmentasi
: -
: Normal
Suhu raba
: Afebris
Lembab/kering
: Lembab
Turgor
: Cukup
Ikterus
: Anikterik
Lapisan lemak
: Cukup
Edema
: -
Lain-lain
: -
Leher
Supraklavikula
Ketiak
Lipat paha
KEPALA
Ekspresi wajah
: Wajar
Simetri muka
: Simetris
Rambut
MATA
Exopthalmus
: -
Enopthalmus
: -
Kelopak
: Normal
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: Anemis -/-
Visus
: 6/6
Sklera
: Ikterik -/-
Gerakan mata
: -
Nystagmus
: -
TELINGA
Tuli
: -/-
: Liang lapang/lapang
Penyumbatan
: -/-
Serumen
: -/-
Perdarahan
: -/-
Cairan
: -/-
MULUT
Bibir
: Tidak sianosis
Tonsil
: T1-T1 tenang
Langit-langit
: Normal
Bau pernapasan
: Tidak ada
Gigi geligi
Trismus
: -
Faring
: Tidak hiperemis
Selaput lendir
Lidah
: Tidak kotor
LEHER
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
: 5+3cmH2O
Kelenjar tiroid
: Teraba pembesaran
Kelenjar limfe
DADA
Bentuk
: Simetris
Pembuluh darah
: Normal
Buah dada
: Normal
PARU-PARU
DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri
: Sonor
Kanan : redup
Auskultasi
Kiri
BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri
: Sonor
Kanan : Redup
Auskultasi
Kiri
Palpasi
Perkusi
batas pinggang jantung
Auskultasi
PEMBULUH DARAH
Arteri temporalis
Arteri karotis
Arteri brakhialis
Arteri radialis
Arteri femoralis
Arteri poplitea
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Dinding perut
Hati
: Hepatomegali (-)
Limpa
: Splenomegali (-)
Ginjal
: Ballotemen (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Genitalia eksterna
Fluor albus/darah
ANGGOTA GERAK
Lengan
Kanan
Otot
Kiri
Tonus
Normal
normal
Massa
Eutrofi
eutrofi
Sendi
Gerakan
Normal
normal
Kekuatan
5/5
5/5
: Tidak ditemukan
Varises
: (-)
: Normal
Sendi
Gerakan
Kekuatan
: 5/5
Edema
: -
Refleks
Refleks tendon
Kanan
Kiri
Normal
normal
Bisep
Normal
normal
Trisep
Normal
normal
Patela
Normal
normal
Achiles
Normal
normal
Kremaster
Normal
normal
Refleks kulit
Normal
normal
Refleks patologis
Tidak ditemukan
tidak ditemukan
LABORATORIUM
Hematologi (07 September 2015)
Hb
: 11,4 g/dl
Ht
: 33%
Leukosit
: 2700/uL
Trombosit
: 58000/uL
: 36 U/L
SGPT
: 15 U/L
: negatif
Dengue fever Ig G
: negatif
: 1/160
Typhi O antigen
: 1/80
: 1/80
: 1,2 nmol/l
T4
: 130,04 nmol/l
TSH
: 4,2uIU/ml
: 1/80
RESUME
Pasien Ny. MSD, 42 tahun pada tanggal 3 September 2015 pukul 22.00 WIB
mengalami demam yang tinggi yaitu 38oc berlangsung terus menerus tanpa
adanya penurunan suhu tubuh. Demam yang terdapat pada pasien akan menurun
apabila diberikan obat penurun panas akan tetapi beberapa jam setelah diberikan
obat penurun panas, pasien mengalami demam yang berulang. Demam yang
dialami oleh pasien tidak disertai adanya keluhan menggigil dan tidak kejang.
Pasien juga tidak mengalami adanya keluhan perdarahan dari hidung atau
mimisan serta tidak adanya perdarahan pada gusi. Selain demam, pasien
mengalami keluhan batuk tidak berdahak dan tidak disertai adanya darah. Keluhan
batuk tidak berdahak pada pasien disertai adanya keluhan nyeri pada bagian ulu
hati. Pasien juga memiliki keluhan mual beberapa kali dan muntah sebanyak satu
kali yang berisi makanan yang dimakan oleh pasien.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan. Buang air kecil pada pasien adalah
lancar dan banyak. Tidak adanya buang air besar yang berwarna kehitaman pada
pasien. Pada tanggal 6 September 2015 demam yang dialami oleh pasien tidak
mengalami penurunan dan batuk pada pasien bertambah berat. Batuk yang
semakin memberat tersebut membuat pasien mengalami sesak napas. Pasien
memiliki riwayat hipertensi dan sakit jantung sejak tahun 2005. Selain itu pasien
memiliki sakit hipertiroid sejak tahun 2010.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah yaitu 130/90 mmHg. Pada saat
dilakukan uji bendung, ternyata hasilnya adalah positif. Pada pemeriksaan bagian
leher terdapat pembesaran kelanjar tiroid dan adanya peningkatan JVP yaitu 5+3
cmH2O. Pada pemeriksaan fisik jantung juga didapatkan batas jantung kiri yang
melebar yaitu linea aksila anterior ICS V. Pada pemeriksaan paru didapatkan hasil
vesikuler pada pulmo bagian dextra menurun. Pada pemeriksaan abdomen
terdapat nyeri tekan epigastrium. Tidak terdapat edema atau sianosis pada
pemeriksaan ekstremitas.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb : 11,4 g/dl; Ht : 33%; Leukosit :
2700/uL; Trombosit : 58000/uL; Dengue fever Ig M : negatif; Dengue fever Ig G :
negatif; tidak terdapat peningkatan titer O sebanyak 4x pada pemeriksaan widal.
Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien ini dalam batas normal. Pembacaan rontgen
didapatkan kesan cardiomegali dan effusi pleura dextra.
Diagnosis Kerja
Demam Berdarah Dengue Derajat I + hipertiroid + Chronic Heart Failure
Diagnosis Banding
ITP
Demam Dengue
Pemeriksaan yang dianjurkan
-
EKG
Elektrolit
Ro-Thorax
Uji Tourniquete
Dengue serologi pada demam hari ke-5
Rencana pengelolaan
Non farmakoterapi :
-
Farmakoterapi :
-
O2 3 liter/menit
PTU 3x1
Propanolol 3x1
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia da bonam
Quo ad sanctionam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
06/09/2015
23.00 WIB
Catatan
Terapi
s/ Demam sejak 3 hari SMRS. Batuk IVFD RL gtt xx tetes
tidak berdahak. Jantung berdebar-debar. per menit (mikro)
Nafsu makan menurun. Nyeri ulu hati.
Sakit kepala.
Paracetamol tab 3x500
mg
RPP :
Pasien datang dengan keluhan demam Injeksi
Ranitidine
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. 1amp/12 jam
Demam yang dialami oleh pasien
berlangsung terus menerus. Demam akan
turun bila diberi obat penurun panas Propanolol 1x1 tab
namun beberapa jam kemudian kembali
demam. Demam disertai adanya nyeri PTU 1x1
kepala. Pasien juga memiliki keluhan
batuk tidak berdahak. Pasien mengalami
keluhan mual dan muntah sebanyak 1
kali yang berisi makanan yang dimakan.
Pasien merasa sakit pada bagian ulu hati
sejak 3 hari SMRS. Pasien memiliki
riwayat darah tinggi dan sakit jantung
sejak tahun 2005. Pasien memiliki
hipertiroid sejak tahun 2010. Saat ini
pasien selalu minum obat rutin yaitu
propanolol, digoxin, dan PTU.
Uji rumple leed (+).
o/
Ku: Sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TD: 130/90mmHg
HR: 110x/menit
Rr: 24x/menit
T : 35,7oc
Kepala : SI -/- , CA -/- terdapat
pembesaran kelenjar tiroid
Thorax :
(cor)
I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis teraba
P:
T4
TSH
: 130,04 nmol/l
: 4,2uIU/ml
08/09/2015
I: simetris,
P: sonor kiri, redup kanan
P: Fremitus taktil kiri > fremitus taktil
kanan
A: vesikuler kanan menurun, rhonki -/-,
wheezing -/Abdomen : Datar, lemas Nyeri tekan
epigastrium +, BU +.
Ekstremitas : edema (-/-)
A/ DBD I + Hipertiroid + CHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot dan atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009).
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi
DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh
dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit
(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak
menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian (Kemenkes RI,
2013)
2.2 Etiologi
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe
virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat
dibedakan dengan metodologi serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu
serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh
serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial
terhadap serotipe yang lain (Soedarmo, 2012).
2.3 Patogenesis
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model
binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis
DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagian besar masih menganut the
secondary heterologous infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD
dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali
mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak
waktu 6 bulan sampai 5 tahun (Soedarmo, 2012).
Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis
kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan
aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon
gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi
berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating
2.4
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, DBD atau sindrom syok
dengue(SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan adekuat (Suhendro, 2009).
a) Demam Dengeu (DD)
Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan
anak kecil dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam
makropapuler. Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami
baik sindrom demam atau penyakit klasik yang melemahkan dengan
mendadak demam tinggi, kadang-kadang dengan 2 puncak (punggung
sadel), sakit kepala berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan tulang
atau sendi, mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan kulit (petekie) tidak
umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin tampak
trombositopenia. Pemulihan mungkin berpengaruh dengan keletihan dan
depresi lama, khususnya pada orang dewasa (Soedarmo, 2012).
b) Demam berdarah dengue (DBD)
Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam
tinggi, fenomena hemoragis, dan sering hepatomegali dan kegagalan
sirkulasi. Trombositopenia sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi
secara bersamaan, adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD
(Suhendro, 2009).
Perubahan patofisiologis utama yang menentukan keparahan penyakit
pada DBD dan yang membedakannya dengan DD adalah rembesan plasma
seperti dimanifestasikan oleh peningkatan hematokrit (hematokonsentrasi,
efusi serosa atau hipoprotemia). Suhu biasanya tinggi (>39 oC) dan
menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin setinggi 40-410C;
konfulsi virus debris dapat terjadi terutama pada bayi (Soedarmo, 2012).
Untuk penegakkan diagnosa DBD diperlukan sekurang-kurangnya kriteria
klinis 1 dan 2 dan dua kriteria laboratorium. Kriteria klinis menurut WHO
adalah :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
penurunan kadar trombosit. Kegagalan organ juga dapat terjadi pada fase
ini karena kebocoran plasma yang terjadi. Jika penanganan pada fase ini
tidak adequat maka dapat terjadi syok (DSS).
Fase penyembuhan adalah fase dimana suhu tubuh kembali normal dan
terjadi reabsorbsi cairan setelah kebocoran plasma di fase kritis. Pada fase
penyembuhan ini dapat terjadi hipervolemia (hanya terjadi jika pemberian
cairan berlebihan). Pada fase ini nafsu makan akan mulai membaik dan
keadaan hemodinamik penderita mulai stabil (WHO, 2009).
c) Dengue Shock Syndrome (DSS)
DSS merupakan keadaan syok pada DBD. Hal ini terjadi pada fase kritis
keadaan penderita memburuk. Manifestasi syok antara lain kulit pucat,
dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung,
sedangkan kuku menjadi biru. Penderita merasa gelisah, nadi menjadi
cepat dan lembut sampai tidak teraba. Tekanan nadi menurun menjadi 20
mmHg atau kurang, tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau
kurang, oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah (WHO,
2009)
Gambar 2. Klasifikasi derajat infeksi dengue (Suhendro, 2009)
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/l) pada
hari ke 3-8.
Hematokrit
Kebocoran
plasma
dibuktikan
dengan
ditemukannya
peningkatan
hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
-
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin
time (aPTT), thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang
dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal
albumin adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price,
2003).
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
2.7 Komplikasi
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat
terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan
hipoglikemia,
ketidakseimbangan
elektrolit
dan
asam-basa,
infeksi
BAB III
ANALISIS KASUS
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot dan atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009).
Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia
dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5
milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue terutama yang tinggal di
daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia.
Untuk penegakkan diagnosis DBD diperlukan sekurang-kurangnya kriteria
klinis 1 dan 2 dan dua kriteria laboratorium. Kriteria klinis menurut WHO
adalah :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2) Manifestasi perdarahan minimal uji tourniquet positif dan salah
satu bentuk perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi), hematemesis dan atau melena.
3) Pembesaran hati
4) Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi
menurun (<20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
<80 mmHg) disertai kulit teraba dingin dan lembab trutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien gelisah, dan timbul sianosis di
sekitar mulut.
Untuk kriteria laboratoriumnya adalah trombositopenia (100.000/mm 3 atau
kurang) dan adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas
kapiler, yang ditandai adanya hemokonsentrasi atau peningkatan hematrokit
>20% atau adanya efusi pleura, asites atau hipoalbuminemia (Kemenkes RI,
2013).
Penegakkan diagnosis pada kasus ini didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan demam yang
terjadi pada pasien sudah terjadi sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
berlangsung terus menerus tanpa adanya penurunan suhu tubuh. Demam yang
terdapat pada pasien akan menurun apabila diberikan obat penurun panas akan
tetapi beberapa jam setelah diberikan obat penurun panas, pasien mengalami
demam yang berulang. Demam yang dialami oleh pasien tidak disertai adanya
keluhan menggigil dan tidak kejang. Pasien juga tidak mengalami adanya
keluhan perdarahan dari hidung atau mimisan serta tidak adanya perdarahan
pada gusi.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan. Buang air kecil pada pasien adalah
lancar dan banyak. Tidak adanya buang air besar yang berwarna kehitaman
pada pasien. Pada tanggal 6 September 2015 demam yang dialami oleh pasien
tidak mengalami penurunan dan batuk pada pasien bertambah berat. Batuk
yang semakin memberat tersebut membuat pasien mengalami sesak napas.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan sakit jantung sejak tahun 2005. Selain
itu pasien memiliki sakit hipertiroid sejak tahun 2010. Saat ini pasien selalu
minum obat rutin yaitu propanolol, digoxin, dan PTU.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah yaitu 130/90 mmHg. Pada
saat dilakukan uji bendung, ternyata hasilnya adalah positif. Pada pemeriksaan
bagian leher terdapat pembesaran kelanjar tiroid dan adanya peningkatan JVP
yaitu 5+3 cmH2O. Pada pemeriksaan fisik jantung juga didapatkan batas
jantung kiri yang melebar yaitu linea aksila anterior ICS V. Pada pemeriksaan
paru didapatkan hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
terdapat nyeri tekan epigastrium. Tidak terdapat edema atau sianosis pada
pemeriksaan ekstremitas.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb
negatif;
Pada pemeriksaan fisik didapatkan terdapat uji bendung yang positif pada
pasien. Uji bendung ini merupakan suatu tanda adanya perdarahan. Pada
pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdapat trombosit yang kurang dari
100.000/uL. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme
supresi sumsum tulang, serta destruksi dan pemendekan masa hidup
trombosit. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,
terdapatnya antibodi virus dengue, konsumsi trombosit selama proses
koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Hematokrit pada pasien juga
mengalami adanya peningkatan lebi dari sama dengan 20%. Hematokrit yang
pertama adalah 39,8% dan hematokrit yang kedua adalah 33%. Peningkatan
hematokrit ini mencapai 20,06%.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, maka dapat ditegakkan pasien mengalami demam berdarah dengue
derajat I. Selain DBD derajat I pasien juga memiliki riwayat sakit jantung
yang ditandai adanya cardiomegali dan adanya atrial fibrilasi pada
pemeriksaan EKG yang dilakukan serta adanya hipertiroid ditandai dengan
pemeriksaan fisik pada leher yaitu terlihat pembesaran pada kelenjar tiroid.
Namun pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien ini adalah normal.
Cardiomegali juga didukung oleh adanya pemeriksaan fisik pada jantung yaitu
terjadi pelebaran pada batas-batas jantung dan peningkatan JVP yaitu 5+3
cmH2O.
Diagnosis konfirmatif harus dilakukan dimana diperoleh melalui pemeriksaan
laboratorium, yaitu isolasi virus, deteksi antibodi dan deteksi antigen atau
RNA virus. Imunoglobulin M (Ig M) biasanya dapat terdeteksi dalam darah
mulai hari ke-5 onset demam, meningkat sampai minggu ke-3 kemudian
kadarnya menurun. Ig M masih dapat terdeteksi hingga hari ke-60 sampai hari
ke-90. Pada infeksi primer, konsentrasiIg M lebih tinggi dibandingkan pada
infeksi sekunder. Pada infeksi primer, Imunoglobulin G (Ig G) dapat terdeteksi
pada hari ke-14 dengan titer yang rendah (<1:640), sementara pada infeksi
sekunder Ig G sudah dapat terdeteksi pada hari ke-2 dengan titer yang tinggi
(> 1:2560) dan dapat bertahan seumur hidup (Suhendro, 2009). Pada
pemeriksaan Ig M dan Ig G pada pasien didapatkan hasil negatif. Hal ini dapat
saja dikarenakan prosedur laboratorium yang kurang tepat.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah sesuai dengan protokol 2 yaitu
observasi pemberian cairan penderita DBD dewasa tanpa perdarahan masif
dan tanpa syok. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah cairan
Ringer Laktat yang merupakan cairan kristaloid. Untuk mengurangi gejala
nyeri pada ulu hati diberikan ranitidine injeksi/12 jam. Ranitidine merupakan
suatu golongan antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain
ranitidine obat-obatan seperti Propiltiourasil dan propanolol yang dikonsumsi
secara rutin dapat dilanjutkan oleh pasien.
Pasien dapat pulang jika syarat-syarat sebagai berikut terpenuhi:
- Tidak demam selama 24 jam tanpa pemberian antipiretik.
- Nafsu makan membaik.
- Tampak perbaikan secara klinis.
- Hematokrit stabil.
- Tiga hari setelah syok teratasi.
- Jumlah trombosit >50.000/ml. Perlu diperhatikan, kriteria ini berlaku
bila pada sebelumnya pasien memiliki trombosit yang sangat rendah,
misalnya 12.000/ ml.
DAFTAR PUSTAKA