Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

A.

Definisi Penyakit................................................................................................................

B.

Etiologi..............................................................................................................................
1.

Etiologi Gastritis Akut :..............................................................................................

2.

Etiologi Gastritis Kronik............................................................................................

C.

Patogenesis.........................................................................................................................

D.

Patofisiologi.......................................................................................................................

1. Gastritis akut.......................................................................................................................
2. Gastritis kronik...................................................................................................................
E.

Epidemiologi......................................................................................................................

F.

Gejala Klinis.......................................................................................................................

G.

Gambaran Laboratorium....................................................................................................

H.

Diagnosa.............................................................................................................................

1. Pemeriksaan darah..............................................................................................................
2. Pemeriksaan pernapasan.....................................................................................................
3. Pemeriksaan feces..............................................................................................................
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas..................................................................................
5. Ronsen saluran cerna bagian atas.......................................................................................
I.

Implikasi Terhadap Gizi....................................................................................................

J.

Terapi.................................................................................................................................
1. Medikamentosa...................................................................................................................
2. Gizi.....................................................................................................................................

KESIMPULAN..........................................................................................................................

GASTRITIS
A.

Definisi Penyakit

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi


jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih
dikenal dengan maag berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro-, yang
berarti perut/lambung dan -itis yang berarti inflamasi atau peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung.
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai
akibat samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit
lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadangkadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan
saluran cerna atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak
mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk
menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang
sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan
saja.
Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun.
Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma
lambung, tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum
pernah dapat dibuktikan.

B.

Etiologi

Penyebab gastritis akan dijabarkan menurut jenis gastritis (AkutKronis).

1.

Etiologi Gastritis Akut :

Penyebabnya, antara lain :


Obat-obatan : aspirin, terutama salicylat, indomethacine,
sulfonamide, obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) dan steroid.
Aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
Alkohol, gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma,
luka bakar, sepsis.
Refluks empedu
Terapi radiasi

Mencerna asam atau alkali kuat, dll.

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda.

Jika karena stress, erosi ditemukan pada korpus dan fundus.


Jika karena AINS, erosi terutama ditemukan di daerah antrum,
namun dapat juga menyeluruh.

Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan


ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.

2.

Etiologi Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau


maligna dari lambung atau oleh Heliobacter pylori (H. pylori).

C.

Patogenesis

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa


lambung, yaitu :
1.
Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H
meninggi.
2.

Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

3.

Jumlah asam lambung.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik


akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga
timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam
lambung juga terpacu. Mukosal barrier pada penderita stres fisis
biasanya tidak terganggu. Hal inilah yang membedakannya dengan
gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks,
gastritis karena bahan kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga
difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen
lambung akan mempercepat kerusakan mukosal barrier oleh cairan
usus.
Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits
kronik sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya
anemia, penyakit Addison dan Gondok, anemia kekurangan besi
idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus hampir selalu terdapat
bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti
menghubungkan gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal
ini didasarkan pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis
kronik fundus mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis
kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan dengan refluks ususlambung.

D.

Patofisiologi

Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor


defensif, antara lain :

Gastritis akut
Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang
mungkin terjadi :
1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai
kompensasinya lambung akan meningkatkan sekresi
mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan
berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan
NaCO3. Hasil dari persenyawaan tersebut akan
meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan menimbulkan rasa mual muntah
yang berakibat pada gangguan nutrisi cairan dan
elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa
inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi
mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi
hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi
jika mukus gagal melindung mukosa lambung, maka yang
akan terjadi adalah erosi pada mukosa lambung. Jika erosi
ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka
akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri
dan hypovolemik.

2. Gastritis kronik
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe
A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
(kadang disebut dengan gastritis H. pylori mempengaruhi antrum dan
pilorus. Gastritis kronik dihubungkan dengan bakteri H. pylori , faktor
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obatobatan, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.

E.

Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat :


1.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record
Rumah Sakit pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang
dirawat dengan penyakit infeksi pada saluran pencernaan
adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4% dengan
infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis16, dan 3% dengan
penyakit infeksi lainnya.
2.
Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga
kesehatan lambungnya, menyebabkan jumlah penderita gastritis
mengalami grafik kenaikan. Di penjuru dunia saat ini penderita
gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co

dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden


di Medan, Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60%
dari jumlah responden menderita gastritis.
3.
Menurut Ari Fahrial Syam dari Divisi GastroenterologiDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto
Mangunkusumo, dari hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada
sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia, didapatkan 20%
penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini
ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
menggunakan endoskopi. Suatu penelitian lain dengan jumlah
pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada
beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya
penderita gastritis kronis. Dari 7.092 kasus dispepsia yang
dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41% penderita mengalami
dispepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar negeri juga
menunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda.

F.

Gejala Klinis

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang
dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan
Mual
Muntah
Kehilangan selera makan
Kembung
Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual


dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang
berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit
yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan
selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi
hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga
terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat
menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan
memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan.
Sebagian kecil saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri
ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhankeluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai
kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium
yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak
membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba
ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu.
Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita
gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat
dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.

G.

Gambaran Laboratorium

Dilakukan pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI) atas dan


pemeriksaan histologis. Tindakan tersebut bertujuan untuk mendeteksi
H. pylori mencakup tes sirologis untuk antibodi terhadap antigen H.
pylori dan tes pernapasan.
Apabila diperlukan dapat dilakukan pembedahan darurat untuk
mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

H.

Diagnosa

Bila seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan


dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas
penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.

2. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.

3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal
ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas


Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan ondoskop.

5 Ronsen saluran cerna bagian atas


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

I.

Implikasi Terhadap Gizi

Penderita gastritis dianjurkan untuk menghindari atau tidak


mengonsumsi makanan dan minuman tertentu yang dapat merusak
lapisan mukosa lambung (sawi, kedondong, pisang, keju, nangka, dll)
sehingga secara tidak langsung penderita akan kekurangan beberapa
zat gizi tertentu seperti kalsium, vitamin A. untuk mengatasinya,
penderita dianjurkan untuk mengonsumsi multivitamin (vitamin B, A, E,
C).
Panderita gastritis sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang terlalu
banyak serat, padahal seperti serat baik untuk pencernaan. Sehingga
penderita gastritis secara tidak langsung akan terkena konstipasi atau
sembelit.

J.

Terapi

1. Medikamentosa
Bila diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum
(misalnya aluminium hidroksida); untuk menetralisasi alkali, digunakan
jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, anetik dan
lafase dihindari karena bahaya perforasi. Pemberian obat-obat H2
bloking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
Terapi yang lain mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik dapat digunakan apabila
diperlukan.

2. Gizi
Menghindari makanan dan minuman yang dapat memperparah
kerusakan pada mukosa lambung, seperti :

Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan


terlalu banyak serat, antara lain sayuran tertentu (sawi, kol),
buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon)
Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat
pengosongan lambung. Karena hal ini dapat meningkatkan asam
lambung, seperti makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.

Menghindari minuman yang mengandung kafein karena kafein adalah


stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitaas lambung
dan sekrisi pepsin. Penggunaan alkohol juga dihindari demikian pula
dengan rokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat

pankreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung


dalam duodenum. Selain itu nikotin juga meningkatkan stimulasi
parasimpatis, yang menigkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat
menyebabkan mual dan muntah.

KESIMPULAN
Gastritis dibedakan menjadi gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti antasida, AINS
(anti inflamasi non steroid), mencerna makanan/minuman yang terlalu
asam atau basa. Sedangkan gastritis kronik disebabkan oleh infeksi
bakteri Heliobacter pylori.
Gejala yang ditimbulkan antara lain perih atau sakit terbakar pada
perut bagian atas, mual, muntah, kehilangan selera makan, kembung,
kehilangan berat badan.
Diagnosa gastritis diberikan setelah penderita melakukan serangkaian
pemeriksaan seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan pernapasan,
pemeriksaan feces, endoskopi saluran cerna bagian atas, hingga
ronsen saluran cerna bagian atas.
Terapi gastritis dilakukan dengan pemberian obat antasida, analgesik
dan sedatif. Menghindari makanan/minuman yang dapat merusak
lapisan mukosa lambung seperti kopi, makanan/minuman beralkohol,
makanan/minuman bergas dan bersoda, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai