Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


A. Pengertian BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan mempunyai berat
badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan salah satu penyebab utama kematian
neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR dipengaruhi oleh berbagai faktor khususnya faktor
maternal yang meliputi umur, paritas, jarak kelahiran, penyakit dan komplikasi dalam
kehamilan, frekuensi ANC dan usia kehamilan saat melahirkan ( Doenges, 2012 ).
Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir kurang dari atau
sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari
1500 gram dan Extremely Low Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000
gram.6 Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah
kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia
kehamilan (Amru sofian,2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir (Wong, 2009).
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi yang ketika dilahirkan mempunyai berat badan
kurang dari 2500 gram, berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
B. Etiologi
1.

Faktor Ibu.
a. Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :perdarahan
b.

antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
Usia ibu :
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida
yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 35

c.

tahun
Keadaan sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasanantenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.

d.

Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

2. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

3.

Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

C. Anatomi
1. Berat badan bayi baru lahir tergantung dari factor nutrisi, genetic dan factor intrauterine
selama kehamilan. Pengelompokan berat badan bayi baru lahir membantu dalam
mengidebtifikasi risiko terhadap neonatus karena berat badan yang kecil kemungkinan
memiliki masa gestasi yang kecil. Bayi matur memiliki berat badan kira kira 3,4 kg
pada perempuan dan 3,5kg pada laki laki. Batas berat badan terendah bagi bayi matur
adalah 2,5 kg. bayi dengan berat badan lahir sekitar 4,7 kg harus dicurigai terhadap
adanya diabetes mellitus pada ibunya. Sekitsr 75 % - 95 % berat badan bayi merupakan
cairan tubuhnya. Bayi akan kehilangan cairan sekitar 5 % - 10 % pada beberapa hari
pertama setelah kelahiran. Setelah mengalami kehilangan cairan yang inisial, maka bayi
akan mengalami berat badan yang stabildalam waktu 10 hari. Kemudian akan bertambah
sebanyak 6 8 ons/ minggu pada 6 bln pertama kelahiran.
2. Panjang badan bayi baru lahir kira kira 53 cm pada perempuan dan pada bayi laki laki
memiliki panjang badan 54 cm.
3. Lingkar kepala baru lahir adalah 34 35 cm. Bayi baru lahir dengan lingkar kepala lebih
dari 37 cm atau kurang dari 33 cm harus diidentifikasi mengenai adanya kelainan
neurology. Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilakukan pada
tengah tengah dahi sehingga kepala belakang dapat terukur.
4. Lingkar dad pada bayi baru lahir adalah 2 cm kurang dari lingkar kepala. Pengukuran
dilakukan tepat diatas nipple, yakni tonjolan berpigmen pada permukaan anterior kelenjar
mamae. Dikelilingi oleh areola, tempat keluarnya air susu dari payudara.
5. Tanda Vital
a. Temperature
b. Suhu tubuh bayi baru lahir adalah 37,2 C, suhu tubuh ini dapat menurun dengan
cepat karena kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir melalui 4 cara,
yaitu:
c. Konfeksi adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh menuju udara sekitar yang
lebih dingin.
d. Konduksi adalah transfer panas pada obyek/ benda yang lebih dingin tanpa kontak
denagn tubuh bayi.
e. Radiasi adalah transfer panas pada obyek yang lebih dingin tanpa kontak dengan
tubuh bayi.
f. Evaporasi adalah kehilangan panas karena ada penguapan.
D. Nadi

Tekanan nadi fetus yang masih dalam kandungan adalah 120 160 bpm. Segera setelah
lahir, dimana bayi akan berjuang untuk bernafas, maka denyut jantung menjadi cepat
sekitar 180 bpm. Beberapa jam setelah lahir, denyut jantung akan stabil sekitar 120 140
bpm. Denyut jantung pada bayi baru lahir biasanya irregular karena kardiolegulator di
medulla belum matang. Murmur biasanya terjadi akibat penutupan inkomplit pada
sirkulasi. Pada saat menangis, denyut jantung menjadi 180 bpm dan pada saat tidur 90
110 bpm.
E. Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir adalah 80X/ mnt, setelah beberapa menit kehidupan.
Setelah aktivitas pernafasan dipertahankan, maka menjadi stabil sekitar 30 60X/ mnt
dalam keadaan istirahat. Kedalaman ritme masih irreguler dan terjadi apnea yang singkat
tanpa sianosi yang disebut pernafasan periodik dan merupakan keadaan normal. Reflek
batuk dan bersin pada bayi baru lahir dilakukan untuk membersihkan saluran nafas.
F. Tekanan darah
G. Tekanan darah bayi baru lahir adalah 80/ 46 mmHg. Setelah 10 hari akan meningkat
ketika bayi menangis.

H. Tanda dan Gejala BBLR


Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir
mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering
dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

a. Berat kurang dari 2500 gram.


b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala lebih besar.
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h. Otot hipotonik lemah.
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k. Kepala tidak mampu tegak.
l. Pernapasan 40 50 kali / menit.
m. Nadi 100 140 kali / menit.

D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 4050 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan ,
2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 3334 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panan badannya dapat
dipertahankan.
b. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110
kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar
200 cc/kg BB/ hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium kalau
hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi lebih dari 60 x/
menit dibuat foto thorax.
G. Komplikasi BBLR

Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat
kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah
kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a. Rintihan waktu inspirasi
b. Napas cuping hidung.
c. Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
d. Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas
darah menunjukkan :
a. Kadar oksigen arteri menurun
b. Konsentrasi CO2 meningkat
c. Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,bikarbonas intravena dan
makanan

intravena.

Mungkin

diperlukan

tekanan

jalan

positif

berkelanjutan

menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal
napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
a.
b.

Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki


Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/
cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif

c.
d.

yang tinggi untuk yang berikutnya


Asfiksia neonetorum
Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

H. Asuhan Keperawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data
subyektif terdiri dari:
b. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelami

c. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
d. Riwayat kesehatan
2. Riwayat antenatal
Perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate
atau preterm).
e. Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
g. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
3. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,
AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
d. Pola nutrisiYang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
e. Pola eliminasiYang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
f. Latar belakang sosial budayaKebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan
ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.

g. Hubungan psikologis Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis
antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif
4. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
a. Keadaan umum : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140
kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post
asfiksia berat pernafasan belum teratur .
c. Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
d. Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubunubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
e. Mata : Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f. Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i. Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
j. Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k. Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau

tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l. Umbilikus: Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
m. Genitalia: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus: Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
o. Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p. Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolic
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/
kegagalan mengonsentrasikan urine.
f. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
g. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan
kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
h. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban
kulit.

i. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap
agar bayinya cepat sembuh.
6. Intervensi
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
1.

Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodic

2.

Membran mukosa merah muda

Intervensi
Mandiri:
1.

Rasional

Membantu dalam membedakan

Kaji frekwensi dan pola pernapasan, periode perputaran pernapasan normal dari
perhatikan

adanya

apnea

dan serangan apnetik sejati, terutama sering

perubahan frekwensi jantung

terjadi pad gestasi minggu ke-30

2.

Isap jalan napas sesuai kebutuhan

3.

Posisikanm bayi pada abdomen

neyumbat jalan napas

Menghilangkan mukus yang

atau posisi telentang dengan gulungan

popok dibawah bahu untuk menghasilkan

dan menurunkan episode apnea, khususnya

hiperekstensi

bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis

4.

Tinjau ulang riwayat ibu terhadap

Posisi ini memudahkan pernapasan

metabolik atau hiperkapnea

obat-obatan yang akan memperberat

depresi pernapasan pada bayi

menekan pusat pernapasan dan aktifitas SSP

Kolaborasi :

Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi

Magnesium sulfat dan narkotik

Hipoksia, asidosis netabolik,

hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan


sepsis memperberat serangan apnetik

Berikan oksigen sesuai indikasi

Berikan obat-obatan yang sesuai

karbondioksida dapat meningkatkan funsi

indikasi

Perbaikan kadar oksigen dan

pernapasan

b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 37,50C)
Intervensi
Mandiri :
1.

2.

Kaji suhu dengan memeriksa suhu

merasa stres karena dingin, penggunaan

rektal pada awalnya, selanjutnya

simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila

periksa suhu aksila atau gunakan alat

ada dan penurunan sensivitas untuk

termostat dengan dasar terbuka dan

meningkatkan kadar CO2 atau penurunan

penyebar hangat.

kadar O2.

Tempatkan bayi pada inkubator

atau dalam keadaan hangat


3.

Rasional

Hipotermia membuat bayi cenderung

Pantau sistem pengatur suhu ,

Mempertahankan lingkungan

termonetral, membantu mencegah stres


karena dingin

penyebar hangat (pertahankan batas atas

pada 98,6F, bergantung pada ukuran dan

metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa

usia bayi)

serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu

Hipertermi dengan peningkatan laju

4.

Kaji haluaran dan berat jenis urine

lingkungan terlalu tinggi.

5.

Pantau penambahan berat badan

Penurunan keluaran dan peningkatan

berturut-turut. Bila penambahan berat

berat jenis urine dihubungkan dengan

badan tidak adekuat, tingkatkan suhu

penurunan perfusi ginjal selama periode stres

lingkungan sesuai indikasi.

karena rasa dingin

6.

Perhatikan perkembangan

Ketidakadekuatan penambahan berat

takikardia, warna kemerahan, diaforesis,

badan meskipun masukan kalori adekuat

letargi, apnea atau aktifitas kejang.

dapat menandakan bahwa kalori digunakan

Kolaborasi :

untuk mempertahankan suhu lingkungan

Pantau pemeriksaan laboratorium

tubuh, sehingga memerlukan peningkatan

sesuai indikasi (GDA, glukosa serum,

suhu lingkungan.

elektrolit dan kadar bilirubin)

Berikan obat-obat sesuai dengan

indikasi : fenobarbital

Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat

berlanjut pada kerusakan otak bila tidak


teratasi.

Stres dingin meningkatkan kebutuhan

terhadap glukosa dan oksigen serta dapat


mengakibatkan masalah asam basa bila bayi
mengalami metabolisme anaerobik bila kadar

oksigen yang cukup tidak tersedia.


Peningkjatan kadar bilirubin indirek dapat
terjadi karena pelepasan asam lemak dari
meta bolisme lemak coklat dengan asam
lemak bersaing dengan bilirubin pada pada
bagian ikatan di albumin.

Membantu mencegah kejang

berkenaan dengan perubahan fungsi SSP


yang disebabkan hipertermi

Memperbaiki asidosis yang dapat

terjadi pada hiportemia dan hipertermia


c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
1.

Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat

2.

Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi
Mandiri :

Kaji maturitas refleks berkenaan

Rasional

Menentukan metode pemberian


makan yang tepat untuk bayi

dengan pemberian makan (misalnya :

mengisap, menelan, dan batuk)

memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam

Auskultasi adanya bising usus, kaji setelah kelahiran. Bila distres pernapasan

status fisik dan statuys pernapasan

Pemberian makan pertama bayi stabil

Kaji berat badan dengan

ada cairan parenteral di indikasikan dan


cairan peroral harus ditunda
Mengidentifikasikan adanya resiko

menimbang berat badan setiap hari,

kemudian dokumentasikan pada grafik

derajat dan resiko terhadap pola

pertumbuhan bayi

pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan

Pantau masuka dan dan

cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan

pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan

15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah

elektrolit setiap hari

mengalami penurunan berat badan dealam

Kaji tingkat hidrasi, perhatikan

fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,

uterus atau mengalami penurunan simpanan


lemak/glikogen.
Memberikan informasi tentang

kondisi membran mukosa, fruktuasi berat

badan.

masukan aktual dalam hubungannya dengan

Kaji tanda-tanda hipoglikemia;

perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam

takipnea dan pernapasan tidak teratur,

penyesuaian diet.

apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan

diaphoresis. Pemberian makan buruk,

dari bayi SGA dapat meningkatkan

gugup, menangis, nada tinggi, gemetar,

kebutuhan cairan. Keadaan bayi

mata terbalik, dan aktifitas kejang.

hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi

Kolaborasi :

pada bayi. Pemberian cairan intravena

Pantau pemeriksaan laboratorium

Peningkatan kebutuhan metabolik

mungkin diperlukan untuk memenuhi

sesuai indikasi : Glukas serum. Nitrogen

peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan

urea darah, kreatin, osmolalitas

hati-hati ditangani untuk menghindari

serum/urine, elektrolit urine

kelebihan cairan

Berikan suplemen elektrolit sesuai

indikasi misalnya kalsium glukonat 10%

Karena glukosa adalah sumber utama

dari bahan bakar untuk otak, kekurangan


dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna
meningkatkan mobilitas mortalitas serta efek
berat yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.

Kolaborasi :

Hipoglikemia dapat terjadi pada awal

3 jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen


dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan simpanan
protein obat dan lemak.

Mendeteksi perubahan fungsi ginjal

berhubungan dengan penurunan simpanan


nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi.

Ketidakstabilan metabolik pada bayi

SGA/LGA dapat memerlukan suplemen


untuk mempertashankan homeostasis.
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
1.

Suhu 350C

2.

Tidak ada tanda-tanda infeksi

3.

Leukosit 5.000 10.000

Intervensi
Mandiri :

Rasional

Untuk mengetahui lebih dini adanya

Kaji adanya tanda tanda infeksi

tanda-tanda terjadinya infeksi

Lakukan isolasi bayi lain yang

Tindakan yang dilakukan untuk

menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi meminimalkan terjadinya infeksi yang lebih
Sebelum dan setelah menangani

bayi, lakukan pencucian tangan


Yakinkan semua peralatan yang

kontak dengan bayi bersih dan steril


Cegah personal yang mengalami

luas

Untuk mencegah terjadinya infeksi

Untuk mencegah terjadinya infeksi

Untuk mencegah terjadinya infeksi

yang berlanjut pada bayi

infeksi menular untuk tidak kontak


langsung dengan bayi.
e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1.

Bebas dari tanda dehidrasi.

2.

Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi
Mandiri :

Bandingkan masukan dan

pengeluaran urine setiap shift dan

Rasional

Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,


sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira
80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,

keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada


jam

hari ketiga postpartum. Pengambilan darah


Pantau berat jenis urine setiap

untuk tes menyebabkan penurunan kadar

selesai berkemih atau setiap 2-4 jam

Hb/Ht.

dengan menginspirasi urine dari popok

bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong

ketidaknyamanan untuk mengonsentrasikan

penampung urine.

urine biasanya mengakibatkan berat jenis

Meskipun imaturitas ginjal dan

Evaluasi turgor kulit, membran

yang rendah pada bayi preterm ( rentang

mukosa, dan keadaan fontanel anterior.

normal1,006-1,013). Kadar yang rendah

Pantau tekanan darah, nadi, dan

tekanan arterial rata-rata (TAR)


Kolaborasi :

menandakan volume cairan berlebihan dan


kadar lebih besar dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan dan

Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai dengan indikasi Ht

Berikan infus parenteral dalam

dehidrasi.

Kehialangan atau perpindahan cairan

yang minimal dapat dengan cepat

jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,

menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor

khususnya pada PDA, displasia

kulit yang buruk, membran mukosa kering,

bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis

dan fontanel cekung.

nekrotisan (NEC)

Berikan tranfusi darah.

Kehilangan 25% volume darah

mengakibatakan syok dengan TAR < 25


mmHg menandakan hipotensi.

Dehidrasi meningkatkan kadar Ht

diatas normal 45-53% kalium serum

Hipoglikemia dapat terjadi karena

kehilangan melalui selang nasogastrik diare


atau muntah.

Penggantian cairan darah menambah

volume darah, membantu mengenbalikan


vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA
dan telah membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan dan
displasia bronkopulmonal.

Mungkin perlu untuk

mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan


menggantikan kehilangan darah.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arizona

Health

Matters.

2015. Babies

with

Low

Birth

Weight.http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NSIndicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.


Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR
Group.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai