Anda di halaman 1dari 7

1.

2 Hambatan dan solusi dari pembiayaan kesehatan


Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan
dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri ("out of pocket") dalam sistim tunai ("fee for
service").
Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih, karakter supply induced
demand dalam pelayanan kesehatan, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan
kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan
kesehatan itu semakin sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun
masyarakat. Peningkatan biaya itu mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan
karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini.
Masalah-masalah dan solusi dalam pembiayaan kesehatan diantaranya adalah :
1. Kurangnya dana yang tersedia
Kurangnya dana yang tersedia adalah hambatan yang paling sering terjadi. Solusinya mengarah
pada peningkatan pendanaan kesehatan agar mencukupi untuk mendukung pembangunan
kesehatan sebagai investasi sumber daya manusia.
Sumber dana dan penggalian dana untuk biaya kesehatan bisa didapatkan dari :
a. Pemerintah
Upaya yang dilakukan disini adalah meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.
b. Badan lain diluar pemerintah
Termasuk dalam kegiatan ini adalah menghimpun dana dari sumber masyarakat serta dari
sumber bantuan luar negeri.

2. Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan (equity - fairness)

Penyebaran dana yang tidak sesuai juga akan menimbulkan hambatan dalam pembiayaan
kesehatan walaupun dana yang tersedia sudah mencukupi, seperti dana yang kebanyakan justru
beredar di perkotaan, padahal jika ditinjau dari penyebaran penduduk di negara berkembang
kebanyakan bertempat tinggal di daerah pedesaan. Solusinya adalah dengan menyempurnakan
sistem pelayanan sehingga dana pelayanan kesehatan dapat tersebar dan termanfaatkan dengan
baik.

3. Pemanfaatan yang tidak tepat


Walaupun dana yang tersedia mencukupi dan telah tersebar sesuai porsinya tetapi jika dalam
memanfaatkannya tidak maksimal dan bahkan disalahgunakan oleh pihak pihak yang tidak
bertanggung jawab maka akan terjadi masalah dalam pembiayaan kesehatan. Solusinya adalah
dengan menyempurnakan sistem pelayanan dan memberikan pelatihan kepada tenaga pengelola
sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik.

4. Pengelolaan dana yang belum sempurna


Pengelolaan dana yang belum sempurna menyebabkan pemborosan yang mengakibatkan
masalah pembiayaan. Solusinya adalah dengan memperbaiki sistem pengelolaan dan
meningkatkan SDM dengan cara pembekalan ilmu agar dapat mengelola dana dengan baik.

5. Biaya kesehatan yang makin meningkat


Kenaikan biaya kesehatan terjadi bisa karena Inflasi dan demand yang meningkat. Inflasi yang
terjadi di masyarakat seperti kenaikan harga otomatis meningkatkan biaya investasi dan biaya
operasional

pelayanan kesehatan. Yang kedua adalah permintaan/demand yang meningkat

dikarenakan kuantitas dan kualitas penduduk juga meningkat. Solusinya salah satunya adalah
dengan melakukan peningkatan efisiensi dalam hal kerjasama seperti pemakaian bersama alat
alat canggih dengan rumah sakit lainnya sehingga tidak perlu membeli peralatan canggih
sendirian yang memerlukan biaya yang sangat besar.

6. Kemajuan IPTEK
Kemajuan IPTEK menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk berobat dan pembiayaan
kesehatan juga semakin tinggi karena alat alat yang digunakan semakin mahal. Solusinya adalah
dengan menggunakan alat- alat yang sederhana tetapi memiliki kegunaan yang sama atau
menggunakan alat canggih hanya jika memang benar benar dibutuhkan sehingga tidak terjadi
pemborosan.

7. Perubahan pola penyakit (triple burden)


Perubahan pola penyakit yang semakin kompleks dan parah menyebabkan pembiayaan
kesehatan yang semakin tinggi. Solusinya adalah dengan peningkatan efektifitas yaitu
memberikan usaha preventif dan promotif untuk menghindari penyakit yang bertambah parah
sehingga biaya kesehatan dapat diminimalisasi.

8. Perubahan pola pelayanan kesehatan (fragmented health services)


Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh Perubahan pola pelayanan kesehatan.
Saat ini sebagai akibat dari berkembangnya spesialisasi dan sub spesialisasi menyebabkan
pelayanan kesehatan menjadi terkotak kotak dan satu sama lain tidak berhubungan, akibatnya
tidak mengherankan jika sering dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang ulang yang
pada akhirnya membebani pasien karena biaya pelayanan juga menjadi bertambah. Solusinya
adalah dengan cara efisiensi pemeriksaan yang terfokus pada satu bidang tanpa harus membagi
baginya untuk mengurangi pemborosan.

9. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya


Lemahnya mekanisme pengendalian biaya menyebabkan biaya yang tersedia menjadi boros dan
tidak tercapainya tujuan. Maka dari itu solusinya adalah dengan memberlakukan peraturan

sertifikat kebutuhan yang artinya penambahan saran dan fasilitas kesehatan baru hanya
dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarat terhadap sarana dan fasilitas
tersebut sehingga dapat dihindari dibelinya berbagai saran dan fasilitas yang berlebihan atau
tidak dibutuhkan. Selain itu solusi lainnya adalah dengan pengawasan yang ketat sehingga dapat
dihindari pelayanan kesehatan yang berlebihan.

10. Penyalahgunaan asuransi kesehatan


Asuransi kesehatan yang tidak tepat sasaran akan menimbulkan masalah masalah pembiayaan.
Solusinya adalah dengan memperketat sistem pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan dan
pemborosan.

1.3 Kegiatan Investasi di Rumah Sakit


Kegiatan investasi di rumah sakit yang biasanya terjadi dalam bentuk pengadaan alat kedokteran
pada umumnya terkait dengan beberapa hal antara lain :
i.

Perluasan spesialisasi tenaga dan peralatan

ii.

Obsolesensi alat yang relatif cepat

iii.

Penambahan jumlah layanan

iv.

Perluasan jenis layanan

Investasi di Rumah sakit bisa digolongkan menjadi 2 yaitu investasi jangka panjang dan investasi
jangka pendek. Investasi jangka pendek seperti bahan ahabis pakai, obat obatan dan ATK.
Sedangkan jangka panjang seperti gedung, alat medik dan alat non medik.
Kebutuhan pembiayaan terhadap kegiatan investasi akibat dari hal di atas sering memerlukan
dana yang relatif besar. Dana ini harus dicari dari sumber yang tersedia baik di dalam maupun
(umumnya) di luar rumah sakit. Terdapat beberapa jenis sumber dana dengan karakteristiknya
yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan kegiatan investasi, yaitu :

i.

Hutang jangka pendek tanpa bunga

ii.

Hutang jangka pendek dengan bunga

iii.

Hutang jangka menengah

iv.

Hutang jangka panjang

v.

Equity

Adanya karakteristik masing-masing itulah yang kemudian akan membuat pimpinan rumah sakit
harus menentukan pilihan pemanfaatan sumber dana yang paling efisien. Untuk itu, berikut akan
diuraikan secara ringkas kelima sumber tersebut.
a.

Hutang jangka pendek tanpa bunga

Jenis dana seperti ini biasanya memang tidak menunjukkan secara eksplisit adanya bunga bila
dana ini dimanfaatkan. Sebetulnya dana ini secara implisit tetap mengandung pengertian bunga
yaitu dalam bentuk pemahaman terhadap opportunity cost-nya. Di rumah sakit, jenis dana seperti
ini ditemukan dalam bentuk: pembayaran di muka dari penderita dan pembayaran kredit kepada
pemasok (supplier). Pembayaran di muka dapat berasal dari: uang muka penderita, pembayaran
layanan di muka tanpa potongan dan dengan potongan (discount). Dasar perhitungan dari
efisiensi pemanfaatan dana ini terkait dengan beberapa hal penting yaitu :
Lamanya hari uang telah diterima atau masih ditahan
Suku bunga bank yang berlaku pada saat itu
Besarnya rate of return
b. Hutang jangka pendek dengan bunga
Umumnya didapat dalam bentuk pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
jatuh temponya di bawah satu tahun dengan membebani peminjam dengan suku bunga yang
relatif tinggi. Pada dasarnya pinjaman jangka pendek seperti ini membutuhkan adanya jaminan
atau agunan dalam bentuk yang relatif likuid dan adanya kepercayaan terhadap debitur.
Dikenal dalam bentuk beberapa antara lain :

Pinjaman rekening koran


Pinjaman dengan agunan SPK/kontrak kerja
Pinjaman dengan agunan deposito
Penjualan surat berharga
c. Hutang jangka menengah
Setiap dana yang tersedia dari hutang dengan tempo selama 1 sampai 10 tahun biasanya
dimasukkan dalam kelompok ini. Hutang jenis ini umumnya memiliki tingkat suku bunga yang
lebih rendah dari hutang jangka pendek dan jenis agunan yang tingkat likuiditasnya tidak terlalu
tinggi. Janis agunan yang dapat diterima antara lain adalah peralatan, sarana fisik (gedung atau
tanah). Kelompok keuangan seperti bank, asuransi dan yayasan dana pensiun umumnya
memberikan kesempatan kepada rumah sakit yang memerlukan pendanaan untuk investasi
jangka pendek. Bentuk lain yang sering dijumpai adalah leasing yang relative cepat
pengadaannya dan biasanya tidak memberikan beban biaya di muka bagi leasor. Walaupun
demikian, kemudahan cara leasing ini perlu dikaji secara cermat dengan bandingan terhadap cara
pendanaan lainnya yang mirip.

d. Hutang jangka panjang


Hutang jenis ini umumnya dimanfaatkan untuk pembiayaan pembangunan atau sarana fisik
rumah sakit dan alat kedokteran yang relatif canggih. Karena waktu jatuh tempo yang lebih lama
dari 10 tahun dan tingkat suku bunga yang relatif rendah umumnya hanya bank pemerintah yang
dapat menyediakannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa jenis dana seperti ini akan
wajar bila diprioritaskan bagi rumah sakit yang dibantu atau secara filantrofis membantu
pemerintah dalam pelayanannya. Adanya struktur pembiayaan kegiatan investasi yang berasal
dari hutang-hutang di atas menimbulkan istilah yang dikenal sebagai financial leverage. Istilah
ini pada dasarnya menjelaskan tentang hubungan antara hutang dengan besarnya keseluruhan
kekayaan di suatu rumah sakit.

e. Equity
Terdapat 3 jenis sumber dana yang berasal dari equity yang dapat digunakan untuk pembiayaan
kegiatan investasi di rumah sakit nirlaba yaitu :
a. sumber filantrofis
b. subsidi pemerintah
c. pemasukan rumah sakit
Kedua jenis sumber yang pertama sering diasumsikan sebagai sumber pembiayaan yang bebas
biaya (zero cost), sebetulnya ini merupakan suatu kesalahpahaman. Untuk mendapatkan dana
tersebut

ternyata

diperlukan

biaya

administratif

yang

dalam

perhitungan

efisiensi

pemanfaatannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Untuk rumah sakit laba, sumber pembiayaan
untuk investasi yang berasal equity jelas dapat dilihat dalam bentuk saham utama dan biasa dari
pemilik modal. Perlu diperhatikan di sini bahwa saham utama memiliki tingkat prioritas yang
lebih tinggi dari saham biasa. Hal ini hanya berlaku untuk penguangan saham tersebut bila
terjadi kebangkrutan usaha, tetapi tidak berlaku dalam pembagian keuntungan.

1. Out of Pocket (OOP)


Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan kesehatan di rumah sakit, hanya
ada dua pihak yang dilibatkan, yaitu pasien atau keluarga sebagai penerima layanan dan rumah
sakit sebagai pemberi layanan. Yang mana pihak penerima layanan (pasien) akan membayar
langsung kepada pemberi layanan (rumah sakit). Dengan cara ini pasien membayar langsung
kepada dokter atau pembeli pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang sudah
diterima.

Aspek positif metoda ini, pasien menjadi Lebih menghargai nilai ekonomi dari

pelayanan kesehatan yang diteima sehingga menghindari penggunaan pelayanan kesehatan


secara berlebihan. Aspek negatif nya pasien dan keluarga akan sangat rentan untuk mengalami
pengeluaran bencana (catastrophic expenditure), karena harus membayar biaya kesehatan yang
mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh
miskin.

Anda mungkin juga menyukai