Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang

diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasarinya. Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan transudat berdasarkan
penyebabnya. Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh
infeksi tuberkolosis. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di
Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3
efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB
lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan
berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan
pleura.1
Efusi pleura ganas merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan
pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5%
kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan
sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.2,3
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak/dipsneu. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis

efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang
teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan
pleura. Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara pengobatan
kausal, thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan pleurodesis.1,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi pleura
Pleura adalah lapisan yang melapisi parenkim paru, mediastinum,

diafragma dan iga. Pleura ini mempunyai dua lapisan yakni parietal dan viseral.
Lapisan viseral melapisi parenkim paru yang berhubungan dengan lapisan dada,
diafragma dan mediastinum dan juga dengan lapisan interlobaris. Pleura viseralis
ini berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi setiap lobus paru. Pleura
parietalis melapisi rongga torak. Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
terdapat ruang yang disebut rongga pleura. Pada rongga pleura terdapat cairan
pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi
untuk memisahkan pleura viseralis dengan pleura parietalis.5
Berbeda dengan pleura parietalis yang sangat sensitif, pleura viseralis
tidak dapat merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang berasal dari pleura akan terasa
sampai ke dinding dada tepat di tempat lesi pleura.5

Gambar 2.1 Anatomi pleura dan Efusi Pleura

2.2

Definisi efusi pleura


Efusi pleura adalah akumulasi jumlah cairan pleura di dalam rongga pleura

dapat terjadi jika terdapat peningkatan hidrostatik kapiler darah seperti pada gagal
jantung, atau jika terjadi penurunan tekanan osmotik cairan darah seperti pada
hipoalbuminemia, juga dapat terjadi jika tekanan di dalam rongga pleura
bertambah negatif (turun) seperti pada atelaktasis.5
2.3

Patogenesis
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1 20 ml. cairan di

rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parietalis.6,7
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
-

Tekanan osmotk koloid menurun dalam darah, misalnya pada


hipoalbuminemia.

Terjadi peningkatan :
a. Permeabilitas kapiler ( peradangan, neoplasma )
b. Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung ( kegagalan
jantung kiri )
c. Tekanan negatif intrapleura ( atelektasis ).5

2.4

Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dapat dibagi

menjadi transudat, eksudat dan hemoragis.5,6

1. Transudat terjadi akibat terganggunya keseimbangan tekanan hidrostatik


dengan tekanan osmotik koloid. Misalnya pada gagal jantung kongestif,
sirosis

hepatis

dan

asites,

hipoalbuminemia,

sindroma

nefrotik,

glomerulonefrtis akut.
2. Eksudat terjadi karena peningkatan permeabilitas membran kapiler.
Misalnya disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi, infark paru,
bendungan pada pembuluh limfe dan keganasan.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh: Tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
a. Neoplasma
Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik. Dalam
keadaan ini, jumlah leukosit biasanya > 2500/ml, sebgian terdiri dari limfosit, sel
maligna. Tumor metastatik biasanya berasal dari karsinoma mammae, lebih sering
bilateral jika dibandingkan dengan karsinoma bronkogenik akibat penyumbatan
pembuluh limfe atau penyebaran ke pleura.5
b. Infeksi
Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudatif. Mikroorganisme
penyebabnya dapat berupa bakteri atau virus. Efusi pleura yang eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut
empiema. Pneumonia yang disebabkan oleh virus atau mikoplasma kadangkadang menyebabkan terjadinya efusi pleura.5
Efusi pleura karena tuberkulosis paru (pasca primer) merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas yang terjadi kemudian (delayed hypersensitivity reaction).
Efusi pleura ini selalu bersifat unilateral, tampak seperti transudat, tetapi jika

diperiksa terbukti berupa eksudat dengan kadar glukosa rendah, leukosit


berjumlah 1000-2000/mL dengan dominasi limfosit, kadang-kadang ditemukan
sel mesotel (2%) dan sel neutrofil ditemukan pada awal perjalanan penyakit.5
c. Imunologik
Efusi pleura yang penyebabnya imunologi meliputi efusi rematoid, emboli
paru, penyakit rheumatoid sering melibatka pleura. Walaupun secara klinis jarang
ditemukan, tetapi pleura rheumatoid sering bersifat asimptomatis. Gambaran
cairan efusi : kuning kehijauan, kadang seperi susu, sifatnya aksudat dengan
kadar protein mencapai 7,3 g/100 ml, LDH > 1.000 U/L.5
2.5

Manifestasi klinik
Dengan terdapatnya suatu cairan pleura yang banyak akan menyebabkan

terjadinya gejala perubahan fisik. Gejala awal berupa sesak nafas, batuk dan nyeri
dada di sisi sakit. Cairan pleura yang kurang dari 300 cc tidak memberikan tanda
tanda fisik yang nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada
pemeriksaan fisik seperti gerak dada yang melambat atau terbatas. Cairan pleura
yang lebih dari 1000 cc dapat menyebabkan dada cembung, Suara perkusi
menjadi pekak. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari
rongga dengan cara pungsi pleura. Kebanyakan pada kasus efusi pleura ganas
simptomatis meskipun 15 % datang tanpa adanya keluhan , tertama pada pasien
dengan cairan < 500ml, tetapi sesak napas adalah gejala tersering pada efusi
pleura ganas.5,6
2.6

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan

pemeriksaan fisik yang teliti. Efusi pleura bukan merupakan suatu diagnosis

penyakit, sehingga perlu ditentukan penyakit utama yang mendasari terjadinya


suatu efusi pleura tersebut. Diagnosis pasti ditegakkan melalui proof pungsi,
biopsi dan analisa cairan pleura. Melalui hasil pemeriksaan terhadap cairan pleura
dapat ditentukan apakah penyakit yang mendasari bersifat lokal atau sistemik.8
2.6.1 Anamnesis
Pasien dengan efusi pleura mengeluhkan sesak, batuk, nyeri dada yang tidak
menjalar. Hemoptisis dapat dihubungkan dengan keganasan, emboli paru, TBC.
Riwayat penyakit sebelumnya dapat menunjukkan jenis efusi (transudat/eksudat)
yang timbul. Rematoid artritis dan penyakit auto imun lainnya juga dapat
menyebabkan efusi pleura. Riwayat pengobatan seperti amiodaron, metotrexat,
fenitoin, nitrofurantoin dapat menyebabkan efusi pleura.9
2.6.2 Pemeriksaan fisik
Timbunan cairan dalam rongga pleura akan memberikan kompresi patologis
pada paru, sehingga ekspansinya akan terganggu sehingga timbul sesak napas.
Makin banyak timbunan cairan, sesak akan makin terasa. Pada beberapa penderita
akan timbul batuk-batuk kering, yang disebabkan oleh rangsangan pada pleura.
Pada pemeriksaan fisik, makin banyak cairan, maka akan makin tampak paru sisi
yang sakit tertinggal saat ekspansi dada. Fremitus akan, bahkan pada efusi pleura
yang berat fremitus dapat sama sekali tidak terasa. Bila banyak sekali cairan
dalam rongga pleura, maka akan tampak sela-sela iga menonjol atau konveks.
Pada perkusi di daerah yang terdapat cairan akan dapat terdengar suara redup
sampai pekak, makin banyak cairan bunyi perkusi makin pekak. Suara napas akan
melemah sampai menghilang sama sekali, karena gangguan ekspansi paru.
Mediastinum akan terdorong ke kontralateral, jika efusi telah lebih dari 1000 ml.

Egophony (vokal e berubah menjadi a) juga akan ditemukan pada efusi


pleura.9
Pada efusi murni suara tambahan (ronki) tidak akan ada, sebab parenkim
parunya tetap normal. Adanya ronki hanya menunjukkan bahwa di samping
adanya cairan, parenkim paru juga mengalami perubahan patologis. Beberapa
jenis

efusi

pleura

dalam

waktu

cepat

akan

berubah

menjadi

fibrin

(Schwarte/fibrotoraks). Tepat sebelum Schwarte mencapai puncaknya, yaitu


sewaktu pleura viseralis dan parietalis masih dapat bergerak bebas walaupun
sudah mulai ada perlekatan di berbagai tempat, dapat terdengar plural friction rub
pada setiap inspirasi maupun ekspirasi, terutama pada inspirasi dan ekspirasi yang
dalam.9,10
Temuan pemeriksaan fisik lainnya dapat mengarahkan ke penyebab efusi,
seperti:
a. Edema perifer, dilatasi vena leher, gallop S3, mengarah ke gagal jantung
kongestif. Edema juga merupakan manifestasi klinis dari sindroma nefrotik,
penyakit perikardium.
b. Perubahan warna kulit disertai asites dapat dicurigai adanya gangguan pada
hati
c. Limfadenopati atau teraba adanya massa dicurigai adanya keganasan.
2.6.3 Pemeriksaan penunjang
1. Foto toraks
Foto toraks biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Dalam foto
toraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang

melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang
ditemukan. Untuk memastikan dilakukan dengan foto toraks lateral dari sisi yang
sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan
pleura sedikit.11
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto toraks tegak adalah
250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml) dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut kostofrenikus posterior pada foto toraks lateral tegak.
Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml) dapat diperlihatkan dengan posisi
dekubitus dan arah sinar horisontal dimana cairan akan berkumpul di dinding
samping bawah.11
2. CT scan dada
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea
serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.9
3. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (aspirasi cairan pleura).11
4.

Analisa cairan pleura


Analisa cairan pleura normal adalah:11

Berwarna jernih

pH 7,60 7,64

protein < 2% (1-2 g/dL)

leukosit < 1000/mm3

kadar glukosa hampir sama dengan kadar glukosa plasma

laktat dehidrogenase (LDH) < 50% LDH plasma

Untuk diagnostik cairan pleura dilakukan pemeriksaan: 9-10


a. Makroskopis: warna cairan.
Tabel 1. Gambaran cairan pleura berdasarkan penyebab.8
Penyebab
Pseudokilotoraks dan kilotoraks
Urinotoraks
Empiema anaerob
Kilotoraks
Infeksi aspergillus
Empiema
Abses hepar amebik
Ruptur esofagus
Trauma, emboli paru, benign asbestos-related

Warna/bau
Putih susu
Urin
Putrid
Bile stained
Hitam
Turbid
Coklat anchovy
Partikel makanan
Bercak darah

effusion, pneumonia, neoplasma maligna,


after myocardial infarction syndrome
b. Biokimia
Glukosa

Kadar glukosa < 30 mg/100 cc : pleuritis reumatoid

Kadar glukosa < 60 mg/100 cc : tuberkulosis, keganasan, empiema

Penurunan kadar glukosa disebabkan oleh:

Glikolisis ekstraseluler

Gangguan difusi karena kerusakan pleura.

Amilase

10

Bila kadar amilase yang meningkat beberapa kali lebih tinggi dari serum,
kemungkinan karena pankreatitis atau ruptur esofagus.
Enzim lain:

Kadar LDH 200 IU dijumpai pada eksudat

Kadar ADA (adenosisn diaminase) > 50 IU dijumpai pada tuberculosis

pH dan pCO2
Apabila pada analisis cairan pleura didapatkan pH rendah dan pCO2
tinggi biasanya disebabkan tuberkulosis. Apabila pH >7,29 keganasan
dapat disingkirkan
c. Sitologi

Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut

Sel limfosit: menunjukan adanya infeksi kronik seperti pleuritis


tuberkulosa atau limfoma malignum.

Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat adanya infark paru.biasanya juga


ditemukan banyak sel eritrosit.

Sel mesotel maligna: pada mesotelioma.

Sel-sel besar dengan banyak inti: pada arthritis rheumatoid.

Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.

d. Bakteriologi
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah
pneumokokus, E, coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.
e. Eksudat atau transudat
Perbedaan transudat dan eksudat dapat dilihat dari tabel berikut ini:

11

Tabel 1. Perbedaan antara cairan yang transudat dan eksudat10

Kriteria Lights untuk membedakan transudat atau eksudat:3


Cairan adalah eksudat bila ditemukan 1 atau lebih kriteria dibawah ini:
1. Rasio lactat dehidrogenase (LDH) cairan pleura dibandingkan dengan
LDH serum > 0,6
2. Kadar LDH cairan pleura melebihi 2/3 batas maksimal nilai normal kadar
LDH serum
3. Rasio protein cairan pleura dan protein serum > 0,5
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil
biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan biopsi ulangan.8
2.7

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan

pengosongan cairan (torakosentesis). Penatalaksanaan efusi pleura harus segera

12

dilakukan terapi paliatif setelah diagnosis dapat ditegakkan. Tujuan utama


penatalaksanaan segera ini adalah untuk mengatasi keluhan akibat volume cairan
yang meningkat dan meningkatkan kulitas hidup penderita. Jika jumlah cairan
cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan dengan water
sealed drainage (WSD), sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan
aman.
Indikasi untuk melakukan torakosentesis adalah
a. Menghilangkan sesak napas yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan
rongga pleura.
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Gambar 2.2 Metode torakosentesis

Pengambilan pertama cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc


setiap kali tindakan. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari pada satu
kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau
edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu
cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena
adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran
darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal. Selain itu pengambilan cairan

13

dalam jumlah besar secara mendadak menimbulkan reflex vagal, berupa batuk,
bradikardi, aritmi yang berat, dan hipotensi..
Kerugian:
a. Tindakan torasentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada di
dalam cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura (empiema)
c. Dapat terjadi pneumotoraks, hemotoraks, emboli udara, dan laserasi
pleura viseralis.

Gambar 2.3 Pemasangan jarum WSD


Tindakan untuk mencegah berulangnya efusi pleura adalah pleurodesis.
Pleurodesis dilakukan pada efusi pleura maligna yang tidak dapat dikontrol atau
pada efusi yang terus menerus terjadi setelah dilakukan torasintesis berulang.
Pleurodesis bertujuan untuk melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis.
Obat-obatan yang dipakai untuk pleurodesis antara lain tetrasiklin HCl (derivatderivatnya yang bereaksi dengan asam misalnya : teramisin HCl doksisiklin HCl),

14

bleomisin, fluoro-urasil dan talk, larutan glukosa 40%. Bleomisin dan fluoro
urasil dapat dipakai pada efusi pleura maligna.
2.7.1 Penatalaksanaan efusi pleura transudat
Cairan biasanya tidak begitu banyak. Terapinya :
a. Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatis yang meningkat, pemberian
diuretika dapat menolong.
b. Bila disebabkan oleh tekanan koloid osmotik yang menurun sebaiknya
diberi protein.
c. Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan
berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis.
2.7.2 Penatalaksanaan pleura eksudat
Efusi parapneumonik yaitu efusi pleura yang terjadi setelah keradangan paru
(pneumonia).
a. Paling sering disebabkan oleh pneumonia
b. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat
untuk penyakit dasarnya.
c. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD
d. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi (yaitu
jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil/ dikupas)
2.7.3 Penatalaksanaan efusi pleura maligna
Efusi pleura ganas didefiisikan yaitu efusi yang berhubungan dengan
keganasan dan dapat dibuktikan dengan adanya sel ganas pada biopsi dan analis
cairan pleura. Proses terjadinya efusi pleura dimulai dengan adanya infiltrasi selsel tumor yang akan memicu terjadinya proses inflamasi sehingga permeabilitas

15

kapiler meningkat. Mekanisme lain adalah invasi langsung tumor yang berdekatan
dengan pleura sehingga menyebabkan obstruksi kelenjar limfe atau dalam bentuk
tumor primer pleura. Gejala yang sering timbul antara lain, sesak napas, nyeri
dada, kadang-kadang disertai dengan batuk darah. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung, namun diagnosis pasti
untuk efusi pleura ganas adalah dengan penemuan sel ganas pada cairan pleura
atau jaringan pleura.11
a. Pengobatan ditujukan pada penyebab utama atau pada penyakit primer
dengan cara radiasi atau kemoterapi.
b. Bila efusi terus berulang, dilakukan pemasangan kateter toraks dengan
WSD.
2.7.4 Penatalaksanaan kilotoraks
Cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat
penyumbatan saluran limfe duktus torasikus di rongga dada. Tindakan yang
dilakukan bersifat konservatif:
a. Torasintesis 2-3x. Bila tidak berhasil, dipasang kateter toraks dengan WSD.
b. Tindakan yang paling baik ialah melakukan operasi reparasi terhadap duktus
torasikus yang robek.

16

BAB III
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Tn. SM

No. RM

: 91 58 92

Umur

: 31 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Status pernikahan

: Menikah

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Desa suka maju, Kuantan Singingi

Bangsa

: WNI

17

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS

: 20 Juni 2016

Tanggal Periksa

: 20 Juni 2016

I.

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (istri pasien)
Keluhan Utama
Sesak nafas yang semakin berat sejak 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengeluhkan sesak napas. Sesak semakin


memberat sejak 4 hari SMRS. Sesak dirasakan terutama saat berbaring
terlentang dan berkurang bila duduk. Apabila sesak, pasien lebih suka
berbaring miring ke kiri. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, debu,
makanan dan cuaca. Sesak tidak disertai dengan bunyi ngik.

Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 4 bulan
SMRS. Dahak awalnya putih kental kemudian menjadi hijau kental sejak 1
bulan SMRS. Batuk tidak disertai dengan bercak darah. Pasien tidak ada
mengeluhkan demam dan tidak berkeringat pada malam hari. Nafsu makan
pasien menurun, badan juga dirasa semakin kurus. Badan terasa lemas dan
sering mual. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Sejak 9 bulan SMRS pasien mengaku terkena TB tulang dan rutin berobat
di bagian ortoped RSUD AA. Pasien juga telah mengkonsumsi OAT sejak 9
bulan yang lalu. Pasien direncakan operasi pada bulan Juni namun karena
kondisi paru yang tidak baik, operasi ditunda sampai paru sudah membaik.

18

Pasien juga sering mengeluhkan nyeri pada tulang belakang dan kesulitan
tidur karena benjolan tersebut. Pasien juga mengaku lemas dan susah untuk
berdiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluhkan hal yang sama
Hipertensi (-)
DM (-)
Asma (-)
Riwayat minum OAT (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama
Hipertensi (-)
Asma (-)
DM (-)
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari ekonomi menengah kebawah
Pasien seorang sequrity, namun sekarang sudah tidak bekerja
Pasien tidak memiliki riwayat merokok
II.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Tinggi badan
Berat badan
Kesan Gizi

: Tampak sakit sedang


: Kompos mentis
: 110/80 mmHg
: 90 x/menit
: 36,8 C
: 26x/menit
: 165 cm
: 40 kg
: underweight (BMI = 14,70)

19

PEMERIKSAAN FISIK :
KEPALA & LEHER :
Kepala: konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
Leher: pembesaran KGB (-), JPV tidak meningkat
THORAX :
Paru :

Inspeksi

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi supraklavikula

(-), retraksi interkostal (-)

Palpasi

: Vokal Fremitus melemah pada bagian basal paru kanan

Perkusi

: Lapangan paru kanan redup pada SIK 5


Lapangan paru kiri sonor

Auskultasi: Lapangan paru kanan vesikuler melemah, ronkhi (+)


Lapangan paru kiri vesikuler, wheezing (-) ronkhi (-)

Jantung :
Inspeksi

: Ictus kordis tidak terlihat.

Palpasi

: Ictus kordis teraba pada SIK 6 linea midclavikula sinistra.

Perkusi

: Batas jantung kanan sulit dinilai


: Batas jantung kiri SIK V Linea mid clavicula dextra

Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 reguler, murmur(-), gallop(-)


Abdomen :
Inspeksi

: Perut datar, venektasi (-), inflamasi (-), striae (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal.


Perkusi

: Timpani.

20

Palpasi

: Perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium(-)

Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2 detik
Udem ekstremitas (-)
III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hb
Ht
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Albumin
GDP
Gula darah 2 jam PP

Hasil
14,12
46,2
5,60 x 106
6,9 x 103

Nilai Normal
12-16 g/dL
37-48%
4.2 5.9 x 106 sel/uL
4,3 10,8 x103

254 x 103
16
0,7
34
16
4,4
99 mg/dl
138 mg/dl

sel/mm3
150-400 x 103 sel/uL
10,0 50,0 mg/dL
0,60 1,30 mg/dL
14 50 U/L
11 60 U/L
3,5 5,0 mg/dL
W : 74-106
100-140 mg/dl

b. Foto Toraks

Identitas sesuai

Foto toraks PA

Marker R

Kekerasan cukup

Corakan bronkovaskular normal

Tampak

gambaran

perselubungan

homogen pada lapang paru kanan bawah

21

Cor: besar dan bentuk nornal

Diafragma dan sudut kostofrenikus kanan berselubung, kiri normal.

Kesan: Efusi pleura dextra

c. Analisa cairan pleura


Tampak cairan serous berwarna kuning serose. Hasil analisis cairan pleura
PEMERIKSAAN
Warna
Volume sampel
Protein
Jumlah sel
Glukosa
Ph
PMN sel
MN sel
Rivalta test
IV.

HASIL
Kuning serose
5,0 ml
7,1 g/dl
23.200 /mm3
6 mg/dl
8
98 %
2%
Positif

RESUME
Laki-laki, 31 tahun, datang ke Poliklinik Paru dengan keluhan utama sesak

napas yang memberat, onset 4 hari. Sesak bertambah bila berbaring, lebih nyaman
miring ke kiri, batuk (+) 4 bulan, dahak putih kental kemudian hijau kental,
demam (+), nafsu makan menurun (+), BB turun (+), lemas (+), mual (+).
Riwayat TB tulang (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan RR 26 x/i, gerakan dinding dada
simetris, fremitus melemah pada bagian basal paru kanan, redup setinggi SIK 5
kanan, ronkhi (+) pada lapang paru kanan, suara napas pada lapang paru bawah
menghilang. Pada foto toraks didapatkan kesan efusi pleura kanan. Pada analisis
cairan pleura didapatkan warna kuning serose dengan jumlah sel 23.200/mm3,
PMN sel 98%, MN sel 2% dan rivalta test positif .
V.

DIAGNOSIS KERJA
Efusi pleura sinistra ec bakterial non TB dan Spondilitis TB

VI.

DIAGNOSIS BANDING
Efusi pleura ec TB paru

VII.

RENCANA PEMERIKSAAN

22

Pemeriksaan BTA sputum SPS

Pemeriksaan kultur cairan pleura

Pemeriksaan sitologi cairan pleura

VIII. PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologi

Tirah baring

O2 nasal kanul 4 lpm

Diet tinggi kalori tinggi protein


Farmakologi

IVFD RL 20 tpm

R450 H300 Z1000 E1000

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV

Ambroxol 3 x 30 mg po
Tindakan

Rencana pemasangan WSD (Water seal drainage)

Rencana operasi spondilitis TB jika kondisi membaik

Kultur cairan pleura


Edukasi

Setiap batuk tutup mulut

Gunakan masker

Dahak tidak dibuang sembarangan

Hindari asap rokok

Istirahat yang cukup

23

Anda mungkin juga menyukai