PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang
diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasarinya. Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan transudat berdasarkan
penyebabnya. Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh
infeksi tuberkolosis. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di
Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3
efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB
lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan
berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan
pleura.1
Efusi pleura ganas merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan
pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5%
kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan
sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.2,3
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak/dipsneu. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis
efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang
teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan
pleura. Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara pengobatan
kausal, thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan pleurodesis.1,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi pleura
Pleura adalah lapisan yang melapisi parenkim paru, mediastinum,
diafragma dan iga. Pleura ini mempunyai dua lapisan yakni parietal dan viseral.
Lapisan viseral melapisi parenkim paru yang berhubungan dengan lapisan dada,
diafragma dan mediastinum dan juga dengan lapisan interlobaris. Pleura viseralis
ini berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi setiap lobus paru. Pleura
parietalis melapisi rongga torak. Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
terdapat ruang yang disebut rongga pleura. Pada rongga pleura terdapat cairan
pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi
untuk memisahkan pleura viseralis dengan pleura parietalis.5
Berbeda dengan pleura parietalis yang sangat sensitif, pleura viseralis
tidak dapat merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang berasal dari pleura akan terasa
sampai ke dinding dada tepat di tempat lesi pleura.5
2.2
dapat terjadi jika terdapat peningkatan hidrostatik kapiler darah seperti pada gagal
jantung, atau jika terjadi penurunan tekanan osmotik cairan darah seperti pada
hipoalbuminemia, juga dapat terjadi jika tekanan di dalam rongga pleura
bertambah negatif (turun) seperti pada atelaktasis.5
2.3
Patogenesis
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1 20 ml. cairan di
rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parietalis.6,7
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
-
Terjadi peningkatan :
a. Permeabilitas kapiler ( peradangan, neoplasma )
b. Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung ( kegagalan
jantung kiri )
c. Tekanan negatif intrapleura ( atelektasis ).5
2.4
Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dapat dibagi
hepatis
dan
asites,
hipoalbuminemia,
sindroma
nefrotik,
glomerulonefrtis akut.
2. Eksudat terjadi karena peningkatan permeabilitas membran kapiler.
Misalnya disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi, infark paru,
bendungan pada pembuluh limfe dan keganasan.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh: Tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
a. Neoplasma
Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik. Dalam
keadaan ini, jumlah leukosit biasanya > 2500/ml, sebgian terdiri dari limfosit, sel
maligna. Tumor metastatik biasanya berasal dari karsinoma mammae, lebih sering
bilateral jika dibandingkan dengan karsinoma bronkogenik akibat penyumbatan
pembuluh limfe atau penyebaran ke pleura.5
b. Infeksi
Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudatif. Mikroorganisme
penyebabnya dapat berupa bakteri atau virus. Efusi pleura yang eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut
empiema. Pneumonia yang disebabkan oleh virus atau mikoplasma kadangkadang menyebabkan terjadinya efusi pleura.5
Efusi pleura karena tuberkulosis paru (pasca primer) merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas yang terjadi kemudian (delayed hypersensitivity reaction).
Efusi pleura ini selalu bersifat unilateral, tampak seperti transudat, tetapi jika
Manifestasi klinik
Dengan terdapatnya suatu cairan pleura yang banyak akan menyebabkan
terjadinya gejala perubahan fisik. Gejala awal berupa sesak nafas, batuk dan nyeri
dada di sisi sakit. Cairan pleura yang kurang dari 300 cc tidak memberikan tanda
tanda fisik yang nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada
pemeriksaan fisik seperti gerak dada yang melambat atau terbatas. Cairan pleura
yang lebih dari 1000 cc dapat menyebabkan dada cembung, Suara perkusi
menjadi pekak. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari
rongga dengan cara pungsi pleura. Kebanyakan pada kasus efusi pleura ganas
simptomatis meskipun 15 % datang tanpa adanya keluhan , tertama pada pasien
dengan cairan < 500ml, tetapi sesak napas adalah gejala tersering pada efusi
pleura ganas.5,6
2.6
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan
pemeriksaan fisik yang teliti. Efusi pleura bukan merupakan suatu diagnosis
efusi
pleura
dalam
waktu
cepat
akan
berubah
menjadi
fibrin
melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang
ditemukan. Untuk memastikan dilakukan dengan foto toraks lateral dari sisi yang
sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan
pleura sedikit.11
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto toraks tegak adalah
250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml) dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut kostofrenikus posterior pada foto toraks lateral tegak.
Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml) dapat diperlihatkan dengan posisi
dekubitus dan arah sinar horisontal dimana cairan akan berkumpul di dinding
samping bawah.11
2. CT scan dada
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea
serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.9
3. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (aspirasi cairan pleura).11
4.
Berwarna jernih
pH 7,60 7,64
Warna/bau
Putih susu
Urin
Putrid
Bile stained
Hitam
Turbid
Coklat anchovy
Partikel makanan
Bercak darah
Glikolisis ekstraseluler
Amilase
10
Bila kadar amilase yang meningkat beberapa kali lebih tinggi dari serum,
kemungkinan karena pankreatitis atau ruptur esofagus.
Enzim lain:
pH dan pCO2
Apabila pada analisis cairan pleura didapatkan pH rendah dan pCO2
tinggi biasanya disebabkan tuberkulosis. Apabila pH >7,29 keganasan
dapat disingkirkan
c. Sitologi
d. Bakteriologi
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah
pneumokokus, E, coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.
e. Eksudat atau transudat
Perbedaan transudat dan eksudat dapat dilihat dari tabel berikut ini:
11
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan
12
13
dalam jumlah besar secara mendadak menimbulkan reflex vagal, berupa batuk,
bradikardi, aritmi yang berat, dan hipotensi..
Kerugian:
a. Tindakan torasentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada di
dalam cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura (empiema)
c. Dapat terjadi pneumotoraks, hemotoraks, emboli udara, dan laserasi
pleura viseralis.
14
bleomisin, fluoro-urasil dan talk, larutan glukosa 40%. Bleomisin dan fluoro
urasil dapat dipakai pada efusi pleura maligna.
2.7.1 Penatalaksanaan efusi pleura transudat
Cairan biasanya tidak begitu banyak. Terapinya :
a. Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatis yang meningkat, pemberian
diuretika dapat menolong.
b. Bila disebabkan oleh tekanan koloid osmotik yang menurun sebaiknya
diberi protein.
c. Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan
berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis.
2.7.2 Penatalaksanaan pleura eksudat
Efusi parapneumonik yaitu efusi pleura yang terjadi setelah keradangan paru
(pneumonia).
a. Paling sering disebabkan oleh pneumonia
b. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat
untuk penyakit dasarnya.
c. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD
d. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi (yaitu
jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil/ dikupas)
2.7.3 Penatalaksanaan efusi pleura maligna
Efusi pleura ganas didefiisikan yaitu efusi yang berhubungan dengan
keganasan dan dapat dibuktikan dengan adanya sel ganas pada biopsi dan analis
cairan pleura. Proses terjadinya efusi pleura dimulai dengan adanya infiltrasi selsel tumor yang akan memicu terjadinya proses inflamasi sehingga permeabilitas
15
kapiler meningkat. Mekanisme lain adalah invasi langsung tumor yang berdekatan
dengan pleura sehingga menyebabkan obstruksi kelenjar limfe atau dalam bentuk
tumor primer pleura. Gejala yang sering timbul antara lain, sesak napas, nyeri
dada, kadang-kadang disertai dengan batuk darah. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung, namun diagnosis pasti
untuk efusi pleura ganas adalah dengan penemuan sel ganas pada cairan pleura
atau jaringan pleura.11
a. Pengobatan ditujukan pada penyebab utama atau pada penyakit primer
dengan cara radiasi atau kemoterapi.
b. Bila efusi terus berulang, dilakukan pemasangan kateter toraks dengan
WSD.
2.7.4 Penatalaksanaan kilotoraks
Cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat
penyumbatan saluran limfe duktus torasikus di rongga dada. Tindakan yang
dilakukan bersifat konservatif:
a. Torasintesis 2-3x. Bila tidak berhasil, dipasang kateter toraks dengan WSD.
b. Tindakan yang paling baik ialah melakukan operasi reparasi terhadap duktus
torasikus yang robek.
16
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. SM
No. RM
: 91 58 92
Umur
: 31 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status pernikahan
: Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Bangsa
: WNI
17
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 20 Juni 2016
Tanggal Periksa
: 20 Juni 2016
I.
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (istri pasien)
Keluhan Utama
Sesak nafas yang semakin berat sejak 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 4 bulan
SMRS. Dahak awalnya putih kental kemudian menjadi hijau kental sejak 1
bulan SMRS. Batuk tidak disertai dengan bercak darah. Pasien tidak ada
mengeluhkan demam dan tidak berkeringat pada malam hari. Nafsu makan
pasien menurun, badan juga dirasa semakin kurus. Badan terasa lemas dan
sering mual. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Sejak 9 bulan SMRS pasien mengaku terkena TB tulang dan rutin berobat
di bagian ortoped RSUD AA. Pasien juga telah mengkonsumsi OAT sejak 9
bulan yang lalu. Pasien direncakan operasi pada bulan Juni namun karena
kondisi paru yang tidak baik, operasi ditunda sampai paru sudah membaik.
18
Pasien juga sering mengeluhkan nyeri pada tulang belakang dan kesulitan
tidur karena benjolan tersebut. Pasien juga mengaku lemas dan susah untuk
berdiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluhkan hal yang sama
Hipertensi (-)
DM (-)
Asma (-)
Riwayat minum OAT (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama
Hipertensi (-)
Asma (-)
DM (-)
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari ekonomi menengah kebawah
Pasien seorang sequrity, namun sekarang sudah tidak bekerja
Pasien tidak memiliki riwayat merokok
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Tinggi badan
Berat badan
Kesan Gizi
19
PEMERIKSAAN FISIK :
KEPALA & LEHER :
Kepala: konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
Leher: pembesaran KGB (-), JPV tidak meningkat
THORAX :
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani.
20
Palpasi
: Perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium(-)
Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2 detik
Udem ekstremitas (-)
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hb
Ht
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Albumin
GDP
Gula darah 2 jam PP
Hasil
14,12
46,2
5,60 x 106
6,9 x 103
Nilai Normal
12-16 g/dL
37-48%
4.2 5.9 x 106 sel/uL
4,3 10,8 x103
254 x 103
16
0,7
34
16
4,4
99 mg/dl
138 mg/dl
sel/mm3
150-400 x 103 sel/uL
10,0 50,0 mg/dL
0,60 1,30 mg/dL
14 50 U/L
11 60 U/L
3,5 5,0 mg/dL
W : 74-106
100-140 mg/dl
b. Foto Toraks
Identitas sesuai
Foto toraks PA
Marker R
Kekerasan cukup
Tampak
gambaran
perselubungan
21
HASIL
Kuning serose
5,0 ml
7,1 g/dl
23.200 /mm3
6 mg/dl
8
98 %
2%
Positif
RESUME
Laki-laki, 31 tahun, datang ke Poliklinik Paru dengan keluhan utama sesak
napas yang memberat, onset 4 hari. Sesak bertambah bila berbaring, lebih nyaman
miring ke kiri, batuk (+) 4 bulan, dahak putih kental kemudian hijau kental,
demam (+), nafsu makan menurun (+), BB turun (+), lemas (+), mual (+).
Riwayat TB tulang (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan RR 26 x/i, gerakan dinding dada
simetris, fremitus melemah pada bagian basal paru kanan, redup setinggi SIK 5
kanan, ronkhi (+) pada lapang paru kanan, suara napas pada lapang paru bawah
menghilang. Pada foto toraks didapatkan kesan efusi pleura kanan. Pada analisis
cairan pleura didapatkan warna kuning serose dengan jumlah sel 23.200/mm3,
PMN sel 98%, MN sel 2% dan rivalta test positif .
V.
DIAGNOSIS KERJA
Efusi pleura sinistra ec bakterial non TB dan Spondilitis TB
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Efusi pleura ec TB paru
VII.
RENCANA PEMERIKSAAN
22
VIII. PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologi
Tirah baring
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
Ambroxol 3 x 30 mg po
Tindakan
Gunakan masker
23