Summary Tutorial A
Summary Tutorial A
wawancara, quisioner) dan data sekunder (data diperoleh dari dokumen yang sudah ada, seperti data demografi,
prevalensi penyakit di daerah tertentu, populasi warga, dll).
Tahap ke-3 yaitu Pengembangan perencanaan program dapat dilakukan dengan metode yang terdiri dari 6
tahap yaitu tahap 1 (mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas), tahap 2 (menentukan tujuan dan target), tahap 3:
(mengidentifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan), tahap 4 (mengidentifikasi sumber yang terkait), tahap
5 (menyusun metode rencana evaluasi), tahap 6 (menyusun rencana pelaksanaan) dan tahap 7 (pelaksanaan/
implementasi dari perencanaan)(12). Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti FGD,
maupun wawancara dan observasi. Sumber data dapat diperoleh dari dokumen, langsung dari masyarakat, petugas
lapangan, serta tokoh masyarakat baik formal maupun informal(6). Tahap ke-4 yaitu Implementasi intervensi dan
aktivitas program yang didasarkan pada teori kesehatan, mengeliminasi kesenjangan, dan berakar pada need
assessment. Strategi promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara : a) Pemberdayaan, proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Pemberdayaan dapat dilakukan kepada individu, keluarga atau kelompok/masyarakat;
b) Bina suasana, upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan
sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang
yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui
atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam
upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana. Bina suasana dapat
dilakukan oleh individu, kelompok atau masyarakat public; c) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion
leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat
dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan (pressure)
bagi terciptanya PHBS masyarakat; d) Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu
digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas
sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar, yaitu kesetaraan (tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis), keterbukaan (adanya kejujuran dari
masing-masing pihak.) dan saling menguntungkan (menguntungkan antara kedua belah pihak baik langsung maupun
tidak langsung)(1). Metode promosi kesehatan dapat berupa audiovisual (audio berupa CD rekaman, kaset; visual
berupa buku teks, poster, pamphlet, leaflet; audiovisual berupa film, DVD, VCD), perubahan perilaku (modifikasi
perilaku berdasar teori belajar), pengembangan komunitas, televise pendidikan, konseling dan edukasi pasien, diskusi
dan ceramah, media massa, FGB, simulasi dan permainan, pengembangan keterampilan dan kegiatan social. Media
promosi kesehatan dapat berupa media non projektif, seperti handout, buku panduan, leaflet, brosur, papan tulis,
lembar balik atau media projektif, seperti slide, LCD atau media lainnya, seperti kesenian tradisional, dll. Sasaran
promosi kesehatan dapat berupa sasaran primer, sekunder atau tersier (sama dengan target need assessment).
Tahap ke-5 yaitu melakukan evaluasi kegiatan yang merupakan proses mengumpulkan informasi tentang
program promosi kesehatan secara sistematis, menganalisisnya, dan menginterpretasikannya untuk menjawab
pertanyaan, menilai dan membuat keputusan tentang program tersebut (7). Tujuan dilakukannya evaluasi dalam sebuah
program promosi kesehatan adalah mengetahui apakah program yang telah dilakukan berjalan sesuai rencana,
apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana, serta apakah kegiatan yang dilakukan
memberikan hasil dan dampak seperti yang diharapkan.Tahapan evaluasi yaitu penetapan tujuan evaluasi, penetapan
waktu melakukan evaluasi, penetapan instrumen yang digunakan untuk evaluasi, menetapkan cara menarik
kesimpulan dari hasil yang dicapai, penetapan ruang lingkup yang akan dinilai, penetapan ukuran yang dicapai dalam
menetapkan hasil program dan memberikan feedback (berupa saran tindak lanjut) terkait hasil evaluasi(7). Metode
evaluasi antara lain: a) Evaluasi formatif, suatu bentuk evaluasi yang yang dilaksanakan pada tahap pengembangan
program dan sebelum program dimulai. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk
mengembangkan program, agar program bisa lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran; b) Evaluasi proses,
suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan
memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan struktural daripada program; c) Evaluasi sumatif, suatu
evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai
sesudah program tersebut berjalan; d) Evaluasi dampak, suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program
dalam menghasilkan target; e) Evaluasi hasil, suatu evaluasi yang menilai perubahan-perubahan atau perbaikan
dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu atau
sasaran. Pelaksana evaluasi kesehatan adalah Kepala Desa atau Lurah dan perangkat desa atau kelurahan dengan
dukungan dari berbagai pihak, utamanya pemerintah daerah dan pemerintah pusat, supervisor dari Puskesmas
kecamatan setempat(8). Monitoring merupakan kegiatan untuk mengontrol setiap langkah-langkah promosi kesehatan
dari tahap analisis komunitas hingga evaluasi untuk menjamin kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring
kegiatan dapat dilakukan menggunakan checklist yang diisi oleh setiap petugas promosi kesehatan atau bagian yang
memonitoring.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2011, Promosi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.