Portofolio Yuli
Portofolio Yuli
KASUS KEGAWATDARURATAN
STATUS ASMATIKUS
: Status Asmatikus
Tanggal (kasus)
: 03 Desember 2016
Pendamping
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Ti Istimewa
Remaja
Dewasa
Neonatus
Bayi
Anak
Tinjauan Pustaka
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Wanita, 45 tahun datang dengan keluhan sesak nafas
Tujuan:
Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen kegawatdaruratan
Bahan bahasan
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Riset
Kasus
Email
Audit
Pos
DATA PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Ngoro Mojokerto
No. RM
: 04992
Tanggal Masuk
: 03 Desember 2016
Longmore, M., Ian, W., Tom, T., Chee, K.C., 2007. Oxford Handbook of Clinical
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis dan differential diagnosis status asmatikus melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan penunjang apa aja yang diperlukan pada kasus status asmatikus.
3. Manajemen kasus status asmatikus.
3
4. Edukasi mengenai penyebab, gejala yang muncul, pengobatan yang diperlukan dan
komplikasi yang dapat terjadi pada status asmatikus.
5. Prognosis status asmatikus.
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif
II.1.Keluhan Utama :
Sesak nafas
II.2.Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan sesak nafas sejak 2
jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku dalam 2 hari ini keluhan sesak
nafasnya sering kambuh, makin berat dan sudah tidak berkurang dengan konsumsi
obat dari dokter yang biasa digunakan. Sesak dirasa bertambah berat pada malam
hari dan atau hawa dingin. Pasien juga mengeluh batuk berdahak, warna putih agak
kental dan sulit dikeluarkan. Batuk tidak disertai dengan darah. Pasien kadangkadang juga merasa mual-mual, namun tidak muntah. Sesak napas membuat pasien
sulit tidur, lebih nyaman apabila istirahat sambil duduk. Pasien juga merasa pusing.
Tidak ada nyeri dada. Demam, pilek, mual, muntah, pegal-pegal pada badan
disangkal.
II.3.Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan serupa dalam 1 bulan terakhir dan membaik
setelah minum obat. Pasien memiliki riwayat asma dari kecil
II.4.Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat anggota keluarga nenek pasien juga menderita asma.
II.5. Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal
Sistem Cardiovaskular
Sistem Respirasi
Sistem Genitourinari
: BAK dbn
: 120 kali/menit
Pernapasan
: 40 kali/menit
Suhu
: 36,5C
Saturasi O2
: 95%
Kepala
Hidung
Leher
Thorak
ekspirasi memanjang
Abdomen
Ekstremitas
Hasil
12.4
4.61
34
73.0
26.8
36.9
13.2
14.5
Nilai Normal
12.0-16.0 g/dL
4.0-5.0 jt/uL
36-48 %
84-96 fL
28-34 pg/cell
32-36 g/dL
11.5-14.5 %
5.0-10.0 x103/uL
8
5
87
160
7.6
25-33 %
2-5 %
42-74 %
150-450 x103/uL
72-11.1/fL
nebulizer
Kontrol :
Kegiatan
Mengobservasi
Periode
10 menit
vital,
sistem aminofilin,
injeksi berkurang
pernafasan
Kepatuhan
Dexa
makan 3 hari setelah keluar RS Segera diketahui efek samping
obat
Setiap kunjungan
Pasuruan,
Mengetahui.
PEMBAHASAN
Definisi
Global Initiative for Asthma (GINA) menerapkan definisi operasional asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel
mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode
mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau
dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas
namun bervariasi, sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Status asmatikus merupakan suatu eksaserbasi akut dari asma yang tidak berespons
terhadap pengobatan awal dengan bronkodilator. Status asmatikus bervariasi dari yang
ringan sampai ke yang berat yaitu bronkospasme,inflamasi saluran pernafasan dan
sumbatan oleh mukus yang menyebabkan gangguan pernafasan, retensi karbondioksida,
7
hipoksemia dan gagal nafas.Tanda klinis yang biasa adalah wheezing persisten dengan
retraksi.Tapi tidak semua asma berat ada wheezing sebagian dari mereka mungkin hanya
batuk,dyspnea atau muntah.atau dalam arti lain tidak semua pasien wheezing menderita
asma, mereka mungkin menderita salah satu dari macam-macam penyebab yang bisa
menyebabkan obstruksi saluran pernafasan.
Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor resiko pada asma, berupa :
Faktor Genetik :
o Jenis Kelamin: Lebih sering terjadi pada laki-laki (16%) dibanndingkan
perempuan (12%).
o Riwayat Keluarga : Anak yang memiliki orang tua penderita asma memiliki
resiko 1,96 kali lebih tinggi untuk menderita asma dibandingkan dengan
Intermiten
< 1x/ minggu
Singkat
asma
2x/ bulan
malam hari
Uji faal Paru
80%
FEV1/
PEF <20%
Persisten
Persisten
Ringan
>1x/ minggu
<1x /hari
Mengganggu
Sedang
Setiap hari
tidur/ aktivitas
tidur/ aktivitas
>2x/ bulan
>1x/ minggu
Sering
80%
20 30%
60 80 %
>30 %
< 60%
> 30 %
Mengganggu
Persisten Berat
Sering
Variabilitas
Tabel 1 Klasifikasi Derajat Asma Menurut GINA
Patofisiologi
Terpaparnya seseorang yang beresiko terhadap allergen atau rangsangan menyebabkan
suatu reaksi inflamasi dari saluran pernafasan yaitu terjadinya degranulasi sel
mast,pelepasan mediator inflamasi ,infiltrasi dari eosinofil dan limfosit T yang teraktivasi.
Berbagai mediator inflamasi IL3,IL4,IL5, IL6,IL8,IL10, leukotriene dan granulocytemacrophage colony-stimulating factors (GM-CSFs). Ini semua akhirnya akan merangsang
lagi sel mast, neutrofil dan eosinofil.
Patogenesis Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama
sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan
berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada
penderita asma. Adanya faktor pencetus ( alergen, virus, iritan) mengakibatkan timbulnya
reaksi inflamasi akut yang terdiri atas :
Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel
mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator seperti histamin,
9
protease dan newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.
Reaksi Fase Lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan
serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.
Pelepasan mediator inflamasi ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar dari jalan napas,
menyebabkan bronkospasme dan pembentukan mukus yang sangat banyak sehingga
menyebabkan timbunan pada lumen saluran napas. Proses inflamasi ini juga menyebabkan
terjadinya edema saluran napas. Semuanya menyebabkan penyempitan jalan napas, yang
menyebabkan timbulnya gejala sesak napas pada asma.
Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan
perbaikan (repair) dan pergantian selsel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan peyambung yang
menghasilkan jaringan skar. Hal ini nantinya akan menyebabkan perubahan struktur yang
dikenal dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses
yang sangat dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel sebagaimana
deposit jaringan penyambung dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau perubahan
struktur dan fungsi yang dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar
mukus. Hal ini memperparah obstruksi dari jalan napas sehingga terjadi peningkatan dari
gejala dan tanda asma.
Manifestasi Klinis
Gejala pada asma berupa batuk berdahak, sesak napas disertai rasa nyeri di dada. Gejala
biasanya bertambah parah pada malam dan dini hari ataupun pada cuaca dingin, bersifat
episodik dan biasanya reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Terdapat faktor pencetus
gejala yang biasanya berbeda-beda pada tiap individu. Pemberian bronkodilator pada
penderita memberikan respon membaik.
Faktor pencetus asma dapat bermacam-macam, seperti aktivitas fisik berlebih, cuaca
dingin, infeksi saluran napas atau apabila terhirup alergen. Adanya riwayat alergi atau
riwayat asma pada keluarga mendukung diagnosis asma.
Temuan pada pemeriksaan fisik pada pasien asma dapat sangat bervariasi. Pada saat
eksaserbasi dapat ditemukan wheezing pada saat ekspirasi dengan fase ekspirasi yang
memanjang. Ronki kadang dapat terdengar dan disebabkan oleh karena produksi mukus
10
berlebih pada saluran napas. Pada eksaserbasi berat, dapat ditemukan retraksi dan napas
cuping hidung. Pada saat tanpa serangan, temuan fisik dapat normal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Faal Paru
Uji faal paru dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pemeriksaan spirometri dan
Arus Puncak Ekspirasi. Pada pemeriksaan spirometri, dilakukan pengukuran volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP). Pemeriksaan ini
sangat bergantung pada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang
jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai
tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui
dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 <
bronkodilator
oral
10-14
hari,
atau
respons
selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit
Cara pemeriksaan variabiliti APE harian adalah dengan mengukur APE pada pagi hari
untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk mendapatkan nilai
tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2 cara :
Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/ perbedaan nilai APE pagi hari
sebelum
bronkodilator
dan
nilai
APE
malam
hari
sebelumnya
sesudah
bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya sesudah
bronkodilator menunjukkan persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20%
dipertimbangkan sebagai asma.
11
x 100%
2
APE malamAPE pagi
Variabiliti harian=
Tatalaksana Asma
13
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat
Medikasi pengontrol Alternatif / Pilihan Alternatif lain
Asma
Asma
harian
Tidak Perlu
Intermiten
Asma
Glukokortikosteroid
Asma
Kombinasi
Persisten
Ditambah
agonis beta-2 kerja
glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
(400-800
ug
lama oral, atau
BD atau ekivalennya)
Ditambah
BD/hari atau ekivalen ditambah
teofilin lepas lambat
Teofilin
lepas
nya) dan
agonis beta-2 kerja lambat ,atau
Glukokortikosteroid
lama
inhalasi (400-800 ug
Persisten
Ringan
Sedang
lain
-
inhalasi Glukokortikosteroid
BD atau ekivalennya)
ditambah
agonis beta-2 kerja
lama oral, atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800
ug
BD atauekivalennya)
atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD atau ekivalennya
Ditambah
leukotriene modifiers
Asma
Kombinasi
Persisten
glukokortikosteroid
(> 800 ug BD atau
Berat
ekivalennya)
inhalasi Prednisolon/
dan
metilprednisolon
oral selang
10mg
sehari
ditambah
14
agonis
PENGOBATAN
Terbaik:
Inhalasi agonis beta-2
Alternatif:
Kombinasi oral agonis beta-2
dan teofilin
SEDANG
Jalan jarak jauh
timbulkan gejala
Berbicara beberapa
kata dalam satu napas
Nadi 100-120
APE 60-80%
Terbaik
Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4 jam
Alternatif:
-Agonis beta-2 subkutan
-Aminofilin IV
-Adrenalin 1/1000 0,3ml SK
TEMPAT PENGOBATAN
Di rumah
Di praktek dokter/
klinik/ puskesmas
Darurat Gawat/ RS
Klinik
Praktek dokter
Puskesmas
Terbaik
Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4 jam
Alternatif:
-Agonis beta-2 SK/ IV
-Adrenalin 1/1000 0,3ml SK
MENGANCAM JIWA
Kesadaran berubah/
menurun
Gelisah
Sianosis
Gagal napas
Darurat Gawat/ RS
Klinik
15
16