Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


2.1.1 Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker
payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan dan dapat
dilakukan sedini mungkin oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau
kelainan payudara lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap
cermin dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara
sistematis. SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk
menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara. (yenny)
2.1.2 Tujuan SADARI
Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara adalah untuk deteksi
dini. 75% keganasan payudara ditemukan dengan melakukan deteksi dini.
(Husda, 2005).
Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker
payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar dan
prognosis penyakit menjadi lebih baik (Otto, S, 2005).
2.1.3 Waktu pelaksanaan SADARI
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20
tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada
wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut

(fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia


20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah
terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu
bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan
SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan
pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah
normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum
menopouse sebaiknya melakukan SADARI 1 minggu setelah menstruasi sebab
perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. Pasca menopouse, SADARI sebaiknya dilakukan
pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan
wanita tersebut (Burroughs, 1997).
2.1.4 Langkah-langkah melakukan SADARI
Langkah-langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer (2006) :
Langkah 1 :
a. Berdiri tegak di depan cermin.
b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidak normal.
c. Perhatikan adanya rabas (mengeluarkan cairan) pada puting susu,
keriput, kulit mengelupas.
Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada
payudara. Ketika sedang melakukan SADARI, harus mampu merasakan otot
otot yang menegang.

Langkah 2 :
a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda
dibelakang kepala anda ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.
Langkah 3 :
a. Selanjutnya tekan tangan ke arah pinggang dan agak membungkuk ke
arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara. Beberapa wanita
melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika sedang mandi dengan
shower. Jari jari akan dengan mudah memijat diatas kulit yang
bersabun, sehingga dapat berkonsentrasi dan merasakan setiap adanya
perubahan yang terjadi pada payudara.
Langkah 4 :
a. Tangan kiri diangkat.
b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan
kuat, hati hati dan menyeluruh.
c. Dimulai dari tepi luar, tekan bagian datar dari jari tangan dalam
lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar
payudara.
d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.
f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan,
termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri.

g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
Langkah 5 :
a. Dengan perlahan pijat puting susu dan perhatikan adanya rabas
(mengeluarkan cairan)
b. Jika menemukan adanya rabas (mengeluarkan cairan) dari puting susu
dalam sebulan yang terjadi ketika sedang atau tidak melakukan
SADARI, segera hubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan yang
lebih lanjut.
c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.
Langkah 6 :
a. Tahap 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.
b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah
kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kiri.
c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.
d. Ulangi pada payudara kanan anda.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
setelah orang melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat
perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Misalnya: klien akan melakukan perilaku
pencegahan kanker payudara, dengan praktek SADARI, apabila ia tahu apa
tujuan dan apa akibat bila tidak melakukan perilaku pencegahan kanker
payudara.
Usaha untuk tahu ini terjadi setelah orang melakuakan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan ini terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Tingkatan-tingkatan pengetahuan
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu artinya
dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Penerapan (application)
Penerapan artinya suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya), dengan
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam situasi
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ukuran kemampuan
adalah

ia

dapat

menggambarkan,

membuat

bagan,

membedakan,

memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contoh: klien dapat
merencanakan perilaku pencegahan kanker payudara dengan melakukan
SADARI.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yaitu suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri. Contoh: klien dapat membedakan perilaku SADARI yang baik dan
benar (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diteliti atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Pengertian kanker payudara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel tak normal ini
umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahjadi,
2008).
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah keganasan yang
menyerang kelenjar air susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Pencegahan dan
penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami perkembangan pesat, akan
tetapi angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian (incidence rate)

10

kanker payudara masih tetap tinggi (Supit, 2003). Sebagian besar tumor
payudara, baik kelianan jinak maupun ganas dapat ditemukan oleh penderita
sendiri, maka SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) menjadi sangat penting
(Dalimartha, 2004).
2.3.2 Etiologi kanker payudara
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui,
para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Ada beberapa
faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara.
Beberapa diantaranya :
a. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
b. Faktor hormon, hormon merupakan faktor yang berpengaruh, seperti menarke
dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun, tidak
menikah atau tidak pernah melahirkan anak, dan melahirkan anak pertama
setelah umur 35 tahun, serta penggunaan pil KB atau terapi hormon
esterogen.
c. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
d. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita
kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
e. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan
suatu gen suseptibilitas kanker payudara.jika seorang wanita memiliki salah

11

satu gen tersebut maka kemungkinan menderita kanker payudara sangatlah


besar.
f. Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon
atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan
(infertilitas).
g. Pemakaian kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti
kelainan fibrokistik. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini
menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
h. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) inonisasi terutama pada bagian dada
setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali
lipat.
i. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak,
dan konsumsi alkohol berlebih (Brunner & Suddarth, 2002).
2.3.3 Patofisiologi kanker payudara
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lain,

obesitas,

radiasi,

hiperplasia,

optik,

riwayat

keluarga

dengan

mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel


payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal
dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula
terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atopik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai

12

menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya
oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan
yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika
penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit
ulserasi (Price, 2006).
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi
kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan
infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.
Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering
untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma

payudara

bermetastase

dengan

penyebaran

langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah
dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas
dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut
pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan
pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon
neuron endokri. Respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas
melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu
banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat
menimbulkan terjadinya syock (Price, 2006).

13

Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme


untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam
amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang
diperlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan
mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut
menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun yang jauh antara
lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari
sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer , 2000).
2.3.4 Klasifikasi kanker payudara
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti
fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur,
batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras. Kanker
payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara
terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya
lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur,
keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada
saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun
nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker
payudara pada kasus yang lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2002).
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanita yang
mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita wanita ini bisa saja

14

tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba,
tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Banyak
wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan
gejala yang dirasakan, sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis
setelah tampak dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh
obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan bukti.
Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan
berjamur. Tanda tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker
payudara pada tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus
dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus
dilakukan (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun c adalah sebagai berikut :
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I
ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk
memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus
diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk
sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker.
Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel

15

kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh,
dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah
tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan
kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadangkadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang
sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel
kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita
semaksimal mungkin. (Smeltzer & Bare, 2002).
2.3.5 Komplikasi kanker payudara
Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ
lain. Tempat yang sering untuk bermetastase jauh adalah paru-paru, pleura,
tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur
patologis, nyeri kronik, dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan
mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami
gangguan persepsi sensorik (Yusuf, 2011).
Menurut Nurachman (2005) dampak dari kanker payudara meliputi :
1. Ketidak mampuan fisiologi ; kehilangan organ payudara baik sebelum atau
sesudah diangkat.

16

2. Ketidak seimbangan psikologi ; pasien merasa emosi, takut, dan sebagainya


pada kondisi yang sedang ia alami.
3. Hubungan dengan sosial ; klien merasa menarik diri pada lingkungannya
4. Disparitas nilai-nilai spiritual : pasien seolah mendekatkan diri pada Tuhan.
5. Kualitas kehidupan kesehatan klien.
6. Dan dampak terakhir adalah kematian.
2.3.6 Pencegahan kanker payudara
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier (Sukardja, 2000).
Menurut IUCC (1987) dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada
kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta
melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruh kasus kanker
disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan hidup kita, dan sebagian
besar ada hubungan dengan tembakau.
Menurut Nina (2002), dalam Hawari (2004), pencegahan sekunder
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan population at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder

17

dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Diantaranya adalah dengan melakukan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan skrining melalui mammografi. Wanita
normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun. Menurut beberapa penelitian, menemukan bahwa kematian oleh kanker
payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan
yang tidak.
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai

dengan

stadiumnya

akan

dapat

mengurangi

kecacatan

dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk


meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi. Pada stadium tertentu,
pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif (Hawari, 2004).

Daftar Pustaka
Chandra Yeni, 2009, Gambaran pengetahuan wanita tentang SADARI sebagai deteksi
dini kanker payudara di kelurahan Petisah Tengah. Medan: FK USU.

18

Anda mungkin juga menyukai