Anda di halaman 1dari 2

Sunday, August 13, 2006

Eksekusi Mati Ketiga Terpidana Mati Kasus Poso Ditunda

Ruslan Sangadji
Sabtu (12/8), pukul 00.15 Wita, seharusnya menjadi hari terakhir bagi Fabianus Tibo, Marinus
Riwu dan Dominggus da Silva, menikmati kehidupan mereka di dunia. Karena, pada hari itu,
ketiganya akan mengakhiri hidup di hadapan regu tembak. Tapi, Kapolri menegaskan bahwa
eksekusi itu ditunda hingga selesai peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus 2006.
Reaksi warga Kristen dan para pemrotes hukuman mati, yang sejak sehari sebelumnya telah
menggelar aksi unjukrasa, bersorak gembira atas keputusan Kapolri, yang konon sebenarnya atas
saran Muspida Provinsi Sulawesi Tengah itu.
Di Gereja Santa Maria Palu, jemaat bertepuk tangan, bernyanyi dan bersorak, laksana para
pendukung tim sepak bola yang memenangkan pertandingan. Semuanya senang, karena ternyata
perjuangan mereka tidak sia-sia.
Sementara itu, reaksi umat Islam di Palu dan Poso, biasa-biasa saja. Tak ada kesedihan atau pun
protes sama sekali. Warga Muslim hanya bertanya-tanya, kenapa eksekusi harus ditunda lagi,
padahal ketetapan hukum sudah mengikat terhadap ketiga terpidana mati tersebut.
Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Pemuda Alkhairaat, Farud Jafar Nasar, mengatakan
bahwa dengan adanya penundaan eksekusi itu, justru membuat publik kehilangan kepercayaan
terhadap hukum di Indonesia. Pasalnya, semua proses hukum sudah dilewati dan sudah final.
Sementara Edmond Leonardo Siagian, dari aktivis anti hukuman mati, mengatakan bahwa
hukuman mati itu adalah bentuk pelanggaran Hak Azasi Manusia, sehigga meminta agar
hukuman mati itu dibatalkan.
Ustadz Adnan Arsal, ketua Forum Silaturahmi dan Perjuangan Umat Islam Poso, mengancam

akan menurunkan massa dalam jumlah besar, jika eksekusi terhadap ketiga terpidana mati yang
dijanjikan setelah peringatan Hari proklamasi 17 Agustus nanti, ternyata ditunda atau dibatalkan.
Diposkan oleh Ochan Sangadji di 8:53 PM

Anda mungkin juga menyukai