Anda di halaman 1dari 28

PERANAN BIOTEKNOLOGI DAN KEMAJUANNYA

BAGI KESEJAHTERAAN MANUSIA


MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Biologi Umum
Yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes dan Bapak Andik Wijayanto,
S.Si, M.Si

Oleh :
Kelompok 13
S1 Pendidikan Biologi / Offering B Tahun 2016
1 Dhita Ayu Ramadhani

NIM :

160341606018
2 Risma Afrida Rosania

NIM :

160341606026
Disajikan pada, 7 Desember 2016

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa

yang

telah

memberikan

rahmat

dan

hidayahnya

berupa

kesehatan dan juga waktu sehingga kami dapat menyelesaikan


makalah kami yang berjudul Peranan Bioteknologi dan Kemajuannya
Bagi Kesejahteraan Manusia dengan lancar dan tepat waktu. Terima
kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Sueb, M.Kes dan Bapak Andik
Wijayanto, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing. Semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai acuan dan juga sumber belajar mengajar di
dalam perkuliahan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan
kritikan yang konstruktif danlogis untuk membangun kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.

Malang, November 2016

Tim Penyusun

ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.

KATA PENGANTAR..

ii

DAFTAR ISI.

iii

DAFTAR GAMBAR.

iv

DAFTAR TABEL.

ABSTRAK

vi

BAB I KAJIAN TEORI


A.
B.
C.
D.

Latar Belakang.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan..
Manfaat.

1
2
2
3

BAB II KAJIAN TEORI


A. Perbedaan Bioteknologi Tradisional dan Modern 5
B. Peran Enzim dalam Penerapan Bioteknologi 13
C. Kemajuan Bioteknologi dari Masa ke Masa 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan... 20
B. Saran. 20
DAFTAR PUSTAKA..... 21

iii

DAFTAR GAMBAR

halaman
2.1 Perbedaan bioteknologi konvensional dan modern

2.2 DNA rekombinan

2.3 Teknik Fusi .

2.4 Proses Kultur Jaringan Ujung Akar

2.5 Proses Kultur Jaringan Ujung Daun 10


2.6 Kloning Domba Dolly..

11

2.7 Fertilisasi In Vitro

12

2.8 Reaksi Enzim dan Substrat

14

iv

DAFTAR TABEL

halaman
2.1 Hasil Olahan Bioteknologi Konvensional

2.2 Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern

12

2.3 Sumber Enzim .

14

PERANAN BIOTEKNOLOGI DAN KEMAJUANNYA


v
BAGI KESEJAHTERAAN
MANUSIA

Ayu Dhita, Afrida Risma. 2016. Peranan Bioteknologi dan Kemajuannya


bagi Kesejahteraan Manusia. Makalah Biologi Umum, Offering B S1
Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : Dr.
Sueb, M.Kes dan Andik Wijayanto, S.Si, M.Si. E-mail :
wijayantoand@gmail.com
E-mail : Aprindhita.aar@gmail.com & msueb_2000@yahoo.com
ABSTRAK
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah membedakan bioteknologi tradisional dan modern,
mengetahui peran enzim dalam penerapan bioteknologi, dan menjelaskan kemajuan
bioteknologi dari masa ke masa. Simpulan yang diperoleh yaitu, perbedaan bioteknologi
konvensional dengan modern yaitu bioteknologi konvensional masih menggunakan
teknik dan peralatan yang sederhana, sedangkan bioteknologi modern sudah
menggunakan peralatan yang lebih canggih. Peran enzim dalam penerapan bioteknologi
yaitu sebagai protein yang berfungsi sebagai katalisator (protein katalitik). Kemajuan
bioteknologi dari masa ke masa diawali pada era bioteknologi non-mikrobiol yang
berlangsung hingga 1857, bioteknologi mikrobiol tahun 1957, bioteknologi ilmiah
(abad ke-15 sampai ke-20 M), dan bioteknologi modern ( Abad ke-20 M sampai
sekarang ).
Kata kunci: bioteknologi, tradisional, modern, enzim, dan kemajuan.

vi

ABSTRACT
Ayu Dhita, Afrida Risma. 2016. Role of Biotechnology and Progress of Human Welfare.
Biology Paper, Offering B S1 Biology Education, State University of Malang.
Lecture: Dr. Sueb, M.Kes and Andik Wijayanto, S.Si, M.Si. E-mail:
sueb.fmipa@um.ac.id and wijayantoand@gmail.com
Biotechnology is a branch of science that studies the use of living organisms
(bacteria, fungi, viruses, etc.) as well as products from living organisms (enzyme,
alcohol) in the production process to produce goods and services. The purpose of this
paper is to distinguish between traditional and modern biotechnology, to know the role
of enzymes in biotechnology applications, and describes the progress of biotechnology
from time to time. The conclusions obtained by the difference of conventional
biotechnology with conventional modern biotechnology are still using simple
techniques and equipment, whereas modern biotechnology is already using more
sophisticated equipment. The role of the enzyme in the application of biotechnology is a
protein that serves as a catalyst (catalytic protein). Progress biotechnology from time to
time begins the era of biotechnology non-mikrobiol which lasted until 1857,
biotechnology mikrobiol 1957, biotechnology scientific (the 15th century until the 20th
AD), and modern biotechnology (20th century AD to the present).
Keywords: biotechnology, traditional, modern, enzymes, and progress.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi berasal dari kata Bio dan Teknologi, dan secara bebas dapat
didefinisikan sebagai pemanfaatan organisme hidup untuk menghasilkan produk dan
jasa yang bermanfaat bagi manusia (Themawidjaja, 1990:47).
Amien (1985:78) menyatakan bahwa, bioteknologi sebenarnya sudah
dikerjakan manusia sejak ratusan tahun yang lalu, karena manusia telah bertahun-tahun
lamanya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur ragi untuk membuat
makanan bermanfaat seperti tempe, roti, anggur, keju, dan yoghurt. Namun istilah
bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur menemukan proses fermentasi dalam
pembuatan anggur.
Di bidang pertanian juga sudah menggunakan mikroorganime sejak abad ke19 untuk mengendalikan hama serangga dan menambah kesuburan tanah.
Mikroorganisme juga sudah digunakan secara luas didalam mengolah limbah industri
dalam dasawarsa ini. Dalam bidang kesehatan dan kedokteran, manusia telah dapat
memproduksi vaksin tertentu dengan bantuan virus.
Menurut Lubis (2012:134), perkembangan yang pesat dalam bidang biologi
sel dan biologi molekuler sejak tahun 1960-an mendorong perkembangan bioteknologi
secara cepat. Dewasa ini manusia telah mampu memanipulasi, mengubah, dan/atau
menambahkan sifat tertentu pada suatu organisme. Pengubahan itu dilakukan pada
tempat yang sangat penting dan mendasar yaitu pada tingkat Deoksyribo Nucleic Acid
(DNA), yaitu suatu rantai kimia yang terdapat di dalam inti sel yang mengontrol seluruh
aktivitas sel, termasuk sifat suatu organisme. Atas dasar itu maka definisi bioteknologi
sekarang adalah Pemanfaatan dan/atau perekayasaan proses biologi dari suatu agen
biologi untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia.
Lubis (2012:134) juga mendefinisikan bioteknologi yang terakhir ini lebih
dikenal sebagai bioteknologi modern, karena di dalamnya terdapat perekayasaan proses,
termasuk rekayasa genetika. Sementara itu definisi yang pertama mengacu kepada

bioteknologi konvensional (tradisional), dimana manusia hanya menggunakan proses


yang terjadi dalam organisme, tanpa melakukan manipulasi, seperti dalam pembuatan
tape atau tempe.

Lebih dari lima dasawarsa yang lalu, Haldane, salah seorang ilmuwan yang
paling tanggap pada waktu itu, merangkum logika yang ada di belakang apa yang
dikenal sekarang sebagai bioteknologi. Tetapi, barulah pada lima tahun terakhir ini,
1

istilah bioteknologi telah terlepas dari lingkungan beberapa laboratorium penelitian


(Prentis, 1990 : 1).
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi
secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi.
Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan
menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan
sebagai bahan dasar sebagai proses industri (Peter, 1997 : 25).
Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi
tanaman, hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang
masih sederhana ini disebut bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan
bioteknologi konvensional ini sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk
makanan. Seiring dengan perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka
teknologi

yang

digunakan

dalam

bioteknologi

pada

saat

ini

semakin

canggih.Bioteknologi yang menggunakan teknologi canggih ini disebut bioteknologi


modern (Peter, 1997 : 25).
Dewasa ini, penerapan bioteknologi sangat penting diberbagai bidang,
misalnya di bidang pengolahan bahan pangan, farmasi, kedokteran, pengolahan limbah
dan pertambangan.
B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. apa perbedaan bioteknologi tradisional dan modern?
2. bagaimana peran enzim dalam penerapan bioteknologi?

3. bagaimana kemajuan bioteknologi dari masa ke masa?


C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. membedakan bioteknologi tradisional dan modern
2. mengetahui peran enzim dalam penerapan bioteknologi
3. menjelaskan kemajuan bioteknologi dari masa ke masa
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan ditulisnya makalah ini adalah :
1. sebagai sumber informasi tentang bioteknologi konvensional dan bioteknologi
modern.
2. mengetahui peran enzim dalam penerapan bioteknologi di kehidupan
3. mengetahui perkembangan pemanfaatan bioteknologi dalam kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN
1

Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi

adalah

manipulasi

organisme

atau

komponennya

untuk

menghasilkan produk yang bermanfaat.bioteknologi memiliki sejarah panjang yang


mencakup praktik terdahulu, seperti pembiakan selektif hewan ternak dan
penggunaan mikroorganisme untuk membuat minuman anggur dan keju. Kini
bioteknologi juga mencakup rekayasa genetik, manipulasi langsung gen demi tujuan
praktis. ( Campbell )
Menurut But et al, (1982) bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains
(ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan
dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Primrose (1987), bioteknologi merupakan eksploitasi komersial
organisme hidup atau komponennya seperti: sel, enzim dan senyawa organik lainnya.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (1982),
mendefinisikan bahwa bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen
biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan Bioteknologi Tradisional dan Modern


Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional atau
tradisional dan bioteknologi modern. Hal ini dapat diketahui secara umum dengan
adanya perbedaan mendasar yaitu, apabila bioteknologi konvensional cara kerjanya
adalah dengan memanfaatkan makhluk hidup secara langsung. Sedangkan bioteknologi
modern merupakan bioteknologi dengan memanfaatkan alat tertentu dan dengan
dukungan ruang atau tempat tertentu pula. Untuk lebih jelas tentang perbedaaan
bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern adalah sebagai berikut, seperti
terlihat dalam gambar 2.1 (Prentis, 1990:9).

Gambar 2.1 Perbedaan bioteknologi konvensional dan modern


Sumber : Rachmawati, 2012 : 22
6

Bioteknologi

konvensional

adalah

bioteknologi

yang

memanfaatkan

mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan,
seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme itu dapat mengubah bahan
pangan atau lainnya menjadi bahan yang lebih baik dari yang sebelumnya yang bisa
dimanfaatkan (Sardjoko, 1991:51).
Produk Bioteknologi yang dibantu mikroorganisme, misalnya pada proses
fermentasi, kedelai dan singkong yang begitu saja bisa diubah menjadi tempe, kecap,
tape dan sebagainya termasuk susu segar yang mudah basi diubah menjadi keju dan
yoghurt. Proses Bioteknologi tersebut, sekarang sudah dianggap sebagai bioteknologi
masa lalu atau kemudian ada yang menyebutkan Program Bioteknologi Konvensional
(Sardjoko, 1991:53). Hasil olahan bioteknologi konvensional dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut :
Tabel 2.1 Hasil Olahan Bioteknologi Konvensional

Sumber : Rachmawati, 2009 : 29


Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya
penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Meskipun Bioteknologi Konvensional itu merupakan produk kuno, tetapi metode inilah
yang mendasari munculnya ilmu variasi Bioteknologi Modern (Smith, 1993:22).
Bioteknologi Modern berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, para ahli telah mulai mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan
prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern, orang berupaya dapat
menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya
dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti
rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi, dan sebagainya.
(Sardjoko, 1991:62).
Prinsip bioteknologi modern lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni
DNA organisme yang telah dimanipulasi dan disebut rekayasa genetika. Bioteknologi
modern juga disebut bioteknologi generasi kedua, berkembang setelah perang Dunia
Kedua dengan memanfaatkan organisme hasil rekayasa genetika, agar proses
pengubahan dapat berlangsung secara lebih efiesien dan efektif. Secara sederhana
rekayasa genetika dapat diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA
yang berisi gen baru sesuai yang diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul
DNA pada gen (Fahruddin, 2010:15).
Prinsip dasar rekayasa genetika adalah sebagai berikut :
1)
DNA Rekombinan
Teknik DNA rekombinan dilakukan dengan pengubahan susunan DNA sehingga
diperoleh susunan DNA baru yang mampu mengekspresikan sifat yang diinginkan.
Teknik ini digunakan untuk menghasilkan organism transgenik. Proses DNA
rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan
DNA ke dalam sel hidup (Kusumawati, 2012:171).
Proses DNA rekombinan dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 DNA rekombinan


Sumber : Assad, 2007 : 156

2)

8
Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan

menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari organisme yang
berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan untuk menghasilkan organisme
transgenik. Prinsip dari fusi protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan
terlebih dahulu menghilangkan dinding sel atau membran sel dari kedua sel yang akan
digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan
maupun hewan (Kusumawati, 2012 : 173).
Teknik fusi protoplasma dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Teknik Fusi


Sumber : Assad, 2007 : 156
3)

Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan


yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Sifat totipotensi adalah potensi pada
setiap sel penyusun jaringan dewasa untuk mengadakan pembelahan dan membentuk individu
baru. Sel-sel penyusun jaringan dewasa (sel somatis) yang berada di bawah rangsangan tertentu
memiliki potensi untuk mengadakan pembelahan (embrionik) membentuk kalus yaitu sel hasil
pembelahan suatu struktur yang tidak beraturan. Selanjutnya, kalus di bawah rangsangan
tertentu memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi individu baru multiselular melalui
diferensiasi dan organogenesis (Kusumawati, 2012:172).

Prinsip kultur jaringan adalah menumbuhkan jaringan maupun sel tumbuhan


dalam suatu media buatan secara antiseptik. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa
setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru
apabila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat individu baru yang dihasilkan
sama persis dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012:173).
Teknologi kultur jaringan dikembangkan berdasarkan

teori

sel

yang

dikemukakan oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann serta sifat totipotensi sel.
Menurut teori sel tersebut, sel merupakan penyusun suatu individu, sedangkan
berdasarkan sifat totipotensi, sel mampu tumbuh serta berkembang menjadi individu
sempurna membentuk jaringan dan organ-organ penyusunnya.
Keuntungan teknologi kultur jaringan bukan sekedar dapat membuat individu
yang mirip aslinya, tetapi juga dapat menghasilkan individu dalam jumlah yang besar
dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, kultur jaringan dapat digunakan untuk
seleksi individu unggul dan pelestarian individu yang memiliki sifat tertentu. Kultur
jaringan dapat dilakukan melalui beberapa teknik. Hendaryono dan Wijayani
mengungkapkan bahwa teknik kultur jaringan yang telah dikenal di antaranya:
1. Meristem culture, yakni kultur jaringan menggunakan bagian tanaman dari jaringan
muda atau meristem.
2. Pollen atau anther culture, yakni teknik kultur jaringan dengan menggunakan bagian
tanaman berupa serbuk sari atau benang sari.
3. Choloroplast culture, yakni teknik kultur jaringan menggunakan kloroplas untuk
keperluan memperbaiki sifat tanaman melalui pembuatan varietas baru.
4. Somatic cross atau persilangan protoplasma, yakni penyilangan dua macam
protoplasma menjadi satu, kemudian dibudidayakan sehingga dihasilkan tanaman yang
mempunyai sifat baru.
Untuk melakukan kultur jaringan, diperlukan ruangan atau laboratorium yang
memadai. Salah satunya adalah rung inkubasi atau ruang kultur. Ruang untuk kultur

jaringan haruslah steril. Karena dengan tercemar sedikitpun, akan mempengaruhi


tumbuhnya eksplan. Seperti terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses Kultur Jaringan Ujung Akar


10
Sumber : Assad, 2007 : 157
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan.
Eksplan yang sering digunakan merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel
yang aktif membelah seperti ujung akar dan ujung batang. Potongan bagian tumbuhan
yang ditanam pada media kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan
massa sel yang belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman
lengkap yang disebut plantlet (Kusumawati, 2012:173).
Proses kultur jaringan juga dapat dilakukan dengan eksplan menggunakan ujung
daun yaitu bagian sel tumbuhan yang akan terus aktif membelah. Proses kultur jaringan
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5 Proses Kultur Jaringan Ujung Daun


Sumber : Assad, 2007 : 158
Media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah
dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan. Media tersebut juga
dapat ditambah dengan hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin
akan memicu pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas.
Komposisi kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak
(Kusumawati, 2012:173).
4)
Kloning
Kloning merupakan transplantasi atau pencangkokan nucleus, digunakan untuk
menghasilkan individu yang secara genetik identik dengan induknya. Proses kloning
dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang telah
dihilangkan inti selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat
kimia untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang
sesuai, embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis. Hewan
tersebut selanjutnya akan mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan anak hasil
kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
Proses kloning dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Kloning Domba Dolly


Sumber : Assad, 2007 : 158

11

5)

Teknik Bayi Tabung


Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang sulit

memperoleh keturunan. Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu menghasilkan


sel kelamin secara normal. Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan
proses pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati,
12
2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada

di luar tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio.
Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut
selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).
Proses bayi dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini.

Gambar 2.7 Fertilisasi In Vitro


Sumber : Assad, 2007 : 159
Dari berbagai uraian di atas, perbedaan bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern dapat disederhanakan seperti pada tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern
No
.
1.

Faktor Pembeda
Pengolahan

Bioteknologi
Konvensional
Memanfaatkan

Bioteknologi Modern
Memanfaatkan alat dan ruangan

mikroorganisme secara tertentu


langsung
2.

Sterilisasi

dengan

peralatan sederhana
Relatif belum steril

13

Memerlukan

sterilisasi

yang

tinggi
memerlukan Memerlukan keahlian khusus

3.

Tingkat

Tidak

4.
5.

kesukaran
Biaya produksi
Banyak

keahlian khusus
Lebih murah
Pangan

Relatif mahal
Kedokteran dan Pertanian

dimanfaatkan di
bidang
3

Peran Enzim dalam Penerapan Bioteknologi


Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator (protein katalitik) untuk
reaksi kimia di dalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun
katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reaksi telah
selesai. Suatu katalis adalah suatu agen kimiawi yang mengubah laju reaksi tanpa harus
dipergunakan oleh reaksi tersebut. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya konsentrasi substrat, pH, suhu, dan inhibitor atau penghambat (Campbell,
1987: 98).
Enzim merupakan katalisator yang bereaksi spesifik karena semua reaksi
biokimia perlu dikatalis oleh enzim, sehingga terdapat banyak jenis enzim. Menurut
Smith (1981: 39), enzim merupakan komplek molekul organik yang berada dalam sel
hidup yang beraksi sebagai katalis dalam mempercepat laju reaksi kimia. Tanpa enzim,
tidak akan ada kehidupan. Meskipun enzim hanya dibentuk dalam sel hidup, namun
beberapa dapat dipisahkan dari selnya dan melanjutkan fungsinya dalam kondisi in
vitro.
Menurut Steve Prentis (1990: 12), enzim adalah katalisator biologis, karena
suatu katalisator merupakan suatu senyawa yang mempercepat laju reaksi kimia.
Hampir semua reaksi kimia yang penting bagi kehidupan akan berlangsung sangat
lambat tanpa adanya katalisator yang sesuai. Dari beberapa pengertian tersebut jelaslah
bahwa enzim sangat berperan dalam sebagian besar reaksi kimia dalam tubuh makhluk
hidup, tak terkecuali mikroba yang banyak digunakan sebagai agen biologi dalam
bioteknologi. Mekanisme kerja enzim berlangsung seperti gembok dan kunci. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 2.2 yaitu tentang prinsip kerja enzim. Banyak enzim

menggunakan lebih dari satu substrat tetapi untuk memahami prinsip dasar kerja enzim
dengan mudah dengan memperhatikan reaksi enzim dengan satu substrat seperti berikut
(Primrose, 1987: 40) :
Enzim (E) + Substrat (S) kompleks substrat (ES) enzim + produk (P)
Segera setelah enzim bergabung dengan substratnya, enzim akan bebas kembali.

Gambar 2.8 Reaksi Enzim dan Substrat


Sumber : Primrose, 1987: 40
Kemampuan enzim yang unik, spesifik terhadap substrat meningkatkan
penggunaannya dalam proses industri secara kolektif yang dikenal dengan istilah
teknologi enzim. Peranan teknologi enzim berkontribusi pada pemecahan beberapa
masalah vital di era modern seperti sekarang, misalnya produksi makanan, kekurangan
dan pemeliharaan energi, serta peningkatan keadaan lingkungan. Teknologi baru ini di
dasarkan pada biokimia tetapi diterangkan lebih luas dengan mikrobiologi, kimia, dan
proses alat teknologi yang mendukung keberadaan sains.
Berikut adalah beberapa enzim dan sumbernya disajikan dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Sumber Enzim
Enzim
-amilase

Sumber
Aspergillus oryzae

1
4

15

Bacillus amyloliquefaciens
-glukonase

Bacillus licheniformis
Aspergillus niger

Glucoamylase

Bacillus amyloliquefaciens
Aspergillus niger

Glukosa isomerase

Rhizopus sp
Arthobacter sp

Lactase
Lipase
Pectinase
Penicilin acylase
Protease, asam
Protease, alkali

Bacillus sp
Kluyveromyces sp
Candida lipolytica
Aspergillus sp
Eschericia coli
Aspergillus sp
Aspergillus oryzae

Protease, netral

Bacillus sp
Bacillus amyloliquefaciens

Pullulanase

Bacillus thermoproteolyticus
Klebsiela aerogenes
Sumber : Primrose, 1987:80

Kemajuan Bioteknologi dari Masa ke Masa


Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan tahun 1857, disebut era

bioteknologi non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum diketahui bahwa fermentasi
dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari bioteknologi non-mikrobiol antara
lain : anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake, dan sebagainya (Sutarno,
2000:76). Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol) dimulai sejak tahun 1957
setelah Louis Pasteur mengetahui bahwa fermentasi merupakan proses yang dilakukan
oleh makhluk hidup. Produk hasil fermentasi bioteknologi era mikrobiol antara lain:
tembakau, teh dan coklat yang difermentasikan (Sutarno, 2000:75).
Perkembangan Bioteknologi dari masa ke masa di tandai dengan beberapa
peristiwa sebagai berikut :
1. Periode Bioteknologi Tradisional (sebelum abad ke-15 M)
Dalam periode ini telah ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur
menggunakan ragi (6000 SM), mengembangkan roti dengan ragi (4000 SM), dan
pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztek
(1500 SM ).
2. Periode Bioteknologi ilmiah (abad ke-15 sampai ke-20 M)

1
6

Periode ini ditandai dengan adanya beberapa peristiwa berikut ini :


a. Tahun 1670

: Usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikroba di

Rio Tinto, Spanyol.


b. Tahun 1686

: Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga

menjadi manusia pertama yang dapat melihat mikroba.


c. Tahun 1870

: Louis pasteur menemukan adanya mikroba dalam makanan dan

minuman.
d. Tahun 1890

: Alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.

e. Tahun 1897

: Penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula

menjadi alkohol oleh Eduard Buchner.


f. Tahun 1912 : Pengelolahan limbah dengan menggunakan mikroba.
g. Tahun 1915 : Produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan
bakteri.
h. Tahun 1928 : Penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming.
i. Tahun 1994 : Produksi besar-besaran penisilin.
j. Tahun 1953 : Penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick
dan Watson.
3. Periode Bioteknologi Modern ( Abad ke-20 M sampai sekarang ).
Periode ini diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetika pada tahun 1970an. Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease restiksi oleh
Dussoix dan Boyer. Dengan adanya enzim tersebut memungkinkan manusia dapat
memotong ADN. Pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme,
dan menyisipkan potongan ADN lain atau dikenal dengan teknik ADN rekombinan
(Sutarno,2000: 98).
Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, dilanjutkan dengan program
bahan bakar alkohol dari brazil, teknologi hibridoma yang menghasilkan antibodi
monoklonal (1976), diberikannya izin untuk memasarkan produk jamur yang dapat
dikonsumsi manusia kepada Rank Hovis Mc. Dougall (1980). Peran teknologi rekayasa
genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya penggunaan insulin hasil
percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat
pada tahun 1982. Insulin buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan
Company. Hingga saat ini, penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa
genetik terus dilakukan (Whittaker, 1972).

17

Sebenarnya, bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak


ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19 adapula pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur.
Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara masal
(Soedigdo, 1992).
Tak hanya itu penemuan yang dihasilkan oleh Louis Pasteur. Pada tahun 1857
Louis Pasteur mengadakan penelitian. Dalam penelitiannya Louis Pastur berhasil
membuktikan bahwa proses fermentasi merupakan hasil kerja mikroorganisme.
Akhirnya atas jasanya Louis Pasteur disebut sebagai Bapak Bioteknologi Dunia. Pada
akhir tahun 1970-an, bioteknologi mulai dikenal sebagai salah satu revolusi teknologi
yang sangat menjanjikan di abad ke 20 ini. Pentingnya bioteknologi secara strategis dan
potensinya untuk kontribusi dalam bidang pertanian, pangan, kesehatan, sumberdaya
alam dan lingkungan mulai menjadi kenyataan yang semakin berkembang (Soedigdo,
1992)
Pada masa ini, bioteknologi berkembang pesat terutama di negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi misalnya
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan untuk memperoleh penyembuhan
penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan seperti kanker ataupun
AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita
stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada
jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala (Soedigdo, 1992).
Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di
masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai
contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru. Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi

18

yang melingkupi perkembangan teknologinya. Lama kelamaan bioteknologi semakin


berkembang dan maju sehingga menuntun kearah bioteknologi yang lebih modern
seolah memanjakan manusia karena apapun yang dikehendakinya dapat segera terwujud
(Soedigdo, 1992).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton, butanol, etanol dan gliserin.
Fermentasi juga digunakan untuk memproduksi asam laktat dan asam asetat (Sutarno,
2000: 74). Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi lain yaitu penisilin,
dan diikuti oleh peningkatan penelitian mikroorganisme lain yang juga dapat
menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim, dan asam amino
(Sutarno, 2000:75).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di bidang teknologi fermentasi,
karena dapat menciptakan kondisi suci hama, dalam arti mampu mengendalikan
lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam lingkungan fermentasi tidak
ada jenis mikroba lain selain mikroba yang digunakan untuk fermentasi itu. Dengan
demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh subur dan menghasilkan antibiotik secara
optimum (Sumaryanto, 2010).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler dan biologi seluler
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi dasar ilmiah utama untuk
perkembangan

teknologi

mutakhir. Teknologi

enzim

dan

rekayasa

genetika

mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang berkembang dengan sangat


pesat. Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern, sedangkan dua era
sebelumnya sering disebut sebagai era bioteknologi tradisional (Sumaryanto, 2010).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi rekombinan Deoxyribose
Nucleic Acid (DNA) sama dengan Asam Deoksiribonukleat (ADN), yang terjadi pada
tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan bioteknologi yang
demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan dapat disempurnakannya
proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan produk baru
yang sebelumnya (dalam bioteknologi tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat
dan memudahkan realisasi proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000:76).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN merupakan
penyebab utama ketenaran bioteknologi pada saat ini. Selain itu, harus ditekankan
bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal yang penting untuk perkembangan
aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga untuk perkembangan bioteknologi.

1
9

Subjek penting yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi rekombinan ADN


dalam bidang biokatalisator meliputi isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta
mobilisasi dan stabilisasi mikroorganisme sebagai makhluk dan sebagai sel individual.
Teknologi rekombinan ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam
pembuatan antibodi monoklonal, dalam teknologi fermentasi, pengolahan limbah dan
bioelektrokimia (Sutarno,2000: 76).

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarakan kajian teori pada bab sebeelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. perbedaan

bioteknologi

konvensional

dengan

modern

yaitu

bioteknologi

konvensional masih menggunakan teknik dan peralatan yang sederhana, sedangkan


bioteknologi modern sudah menggunakan peralatan yang lebih canggih dan mampu
memanipulasi susunan gen (rekayasa genetika).
2. peran enzim dalam penerapan bioteknologi yaitu sebagai protein yang berfungsi
sebagai katalisator (protein katalitik) untuk reaksi kimia di dalam sistem biologi.
3.

kemajuan bioteknologi dari masa ke masa diawali pada era bioteknologi nonmikrobiol yang berlangsung hingga 1857. Kemudian berkembang bioteknologi
dimensi baru (bioteknologi mikrobiol) dimulai sejak tahun 1957. Perkembangan ini
ditandai dengan adanya periode bioteknologi tradisional (sebelum abad ke-15 M),
periode bioteknologi ilmiah (abad ke-15 sampai ke-20 M), dan Periode
Bioteknologi Modern ( Abad ke-20 M sampai sekarang ).

B. Saran
1. setiap mahasiswa dianjurkan untuk mampu membedakan antara bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern.
2.

mahasiswa dianjurkan untuk mengetahui peran enzim dalam penerapan


bioteknologi.

3. mahasiswa hendaknya aktif mencari informasi untuk mempelajari kemajuan


bioteknologi dari masa ke masa, karena bioteknologi akan terus berkembang.

DAFTAR 2
RUJUKAN
0

Amien Muhammad. 1985. Pegangan Umum Bioteknologi.Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Assad, Mariana.2007. Biotechnology : A Readers Guide to Selected Sources.
Bibliotheca Alexandrina.
Campbell
Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
Kusumawati, Rohana, Muhammad Luthfi Hidayat. Bioteknologi. 2012. Klaten: Intan
Pariwara.
Lubis, Djuara P.. 2012. Sains Bioteknologi. Jakarta: Erlangga.
Peter, Chen. 1997. Microorganisms & Biotechnology. London : John
Murray Ltd.

Prentis, Steve. 1990. Bioteknologi. Jakarta :Erlangga


Primrose. 1987. Modern Biotechnology. London: Blackwell Scientific Publications.
Rachmawati, Faidah, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009. Jakarta : Ricardo Publishing
and Printing
Sardjoko, Budi. 1991. Biologi Molekuler. Padang : Kencana Putih.
Smith, John E. 1981. Biotechnology. London: Edward Arnold Publisher.
Soedigdo, Pringgo. 1992. Menyiapkan Para Ahli Biologi Guna Dapat Ikut
dalam Pembangunan Bioteknologi di Indonesia. Makalah Seminar
Biologi Molekuler 1995. Bandung : Kerjasama ITB dan Dirjen Dikti.

Sumaryanto, Adi. 2010. Bioteknologi Konvensional dan Modern. Surakarta : Bina Ilmu
Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan Umum II. Jakarta : Universitas Terbuka.
Themawidjaja, Maggy. 1990. Bioteknologi. Jakarta : Erlangga.
Whitaker, J.R. 1972. Principles of Enzymology for The Food Science.
New York : John Willey and Sons.
Yuwono. 2006. Bioteknologi dan Peranannya dalam Kehidupan. Jakarta : Yudhistira.

21

Anda mungkin juga menyukai