Anda di halaman 1dari 3

Materi dalam RTRW kabupaten memuat 4 (empat) bagian utama yaitu: INDIKATOR

1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


dan pertahanan kemanan, yang meliputi:
a. Tujuan pemanfaatan ruang
b. Konsep pembangunan tata ruang wilayah
c. Strategi pembangunan tata ruang wilayah
2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, yang meliputi:
a. Rencana struktur tata ruang, yang berfungsi memberi arahan kerangka pengembangan
wilayah, yaitu:
Rencana sistem kegiatan pembangunan
Rencana sistem permukiman perdesaan dan perkotaan
Rencana sistem prasarana wilayah
b. Rencana pola pemanfaatan ruang, yang ditujukan sebagai penyebaran kegiatan budidaya dan
perlindungan.

3. Rencana umum tata ruang wilayah, meliputi:


a. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
b. Rencana pengelolaan kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu.
c. Rencana pembangunan kawasan yang diprioritaskan.
d. Rencana pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta penggunaan ruang wilayah.

4. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten


Pengendalian merupakan upaya-upaya pengawasan, pelaporan, evaluasi dan penertiban terhadap
pengelolaan, penanganan dan intervensi sebagai implementasi dari strategi pengembangan tata
ruang dan penatagunaan sumber daya alam, agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan
ruang sesuai dengan perwujudan RTRW kabupaten yang telah ditetapkan.
Patta, Johny. 1995. Rencana Tata Ruang: Dokumen Hukum yang Siap
Diimplementasikan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, no. 18, April, hal. 32-34.

Munawwaroh (2003), Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Dalam Penyusunan Usulan Program
Pembangunan Di Kabupaten Ciamis, Tesis-S2 Undip Tahun 2003.
Lebih lanjut, suatu rencana tata ruang akan berhasil bila memenuhi kriteria/ UNSUR-UNSUR:
1. Disusun berdasarkan orientasi pasar. Rencana tata ruang memiliki peluang bagi aktor atau
stakeholders mengikuti dan mengisi tata ruang tersebut.
2. Mempunyai batasan-batasan yang jelas terutama menyangkut kewenangan masing-
masing aktor dan stakeholders agar mempunyai kepastian hukum yang jelas.
3. Disusun untuk mengurangi dampak psikologis yang berkembang di dalam masyarakat
dan mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku pembangunan, baik kelompok minoritas
(misalnya pengembang, kontraktor) maupun mayoritas (masyarakat).
4. Mempunyai informasi yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan pembangunan dan
kapan rencana tersebut dilaksanakan.
5. Memiliki konsep pembangunan fisik, sosial dan ekonomi yang pasti, masyarakat
mengetahui alokasi pembangunan dan pengembangan, sehingga diperoleh informasi
daerah/kawasan yang dapat dikembangkan dan dipertahankan.
6. Disusun untuk membangun kebersamaan, memperoleh kesepakatan dengan menunjukkan
pula kelemahan dan kelebihan rencana tata ruang serta dampak yang akan
ditimbulkannya, baik positif maupun negatif.
Soejarto, Djoko. 1992. Wawasan Tata Ruang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
Edisi Khusus Juli, hal. 3-8.
Selain itu, rencana tata ruang hendaknya (Kiprah, 2001:22): CIRI
1. Quickly yielding, rencana tata ruang mampu menganalisis pertumbuhan dan perkembangan daerah,
menghasilkan langkah-langkah serta tahapan-tahapan dan waktu pelaksanaan pembangunan untuk kurun
waktu tertentu.

2. Political friendly, demokratisasi dan transparansi sudah menjadi kebutuhan dalam seluruh rangkaian
proses penyusunannya. Pengetahuan-pengetahuan rencana tata ruang mulai dari rembug desa hingga
penetapan oleh DPRD sangat menentukan kewibawaan rencana tata ruang. Universitas Sumatera Utara
3. User friendly, mudah dimengerti dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, sehingga masyarakat mudah memahami rencana dan perkembangan yang
terjadi.

4. Market friendly, rencana tata ruang membuka peluang kepentingan dunia usaha dan rencana
penanaman investasi dengan memperhatikan rencana tata guna tanah yang sesuai dengan peruntukannya.
5. Legal friendly, mempunyai kepastian hukum dan masyarakat dapat memperoleh kemudahan-
kemudahan untuk melakukan investasinya.

Kiprah. 2001. Kiprah Rencana Tata Ruang dalam Pembangunan Perkotaan. Kiprah, no.
2 Tahun I, November, hal. 22.

Anda mungkin juga menyukai