Anda di halaman 1dari 12

STUDI KERAGAMAN JENIS LALAT BUAH (BACTROCERA SPP.

) PADA
PERTANAMAN PEPAYA (CARICA PAPAYA L) DI SIANTAN HULU
KECAMATAN PONTIANAK UTARA
Sarianawati1), Sarbino2), Edy Syahputra2)
1)
Mahasiswa, 2)Dosen Fakultas Pertanian
ABSTRAK
Lalat buah merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman pepaya
di Siantan Hulu, Pontianak. Hingga kini jenis-jenis lalat buah tersebut belum
pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan keragaman
lalat buah pada pertanaman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei
dengan pemasangan trapping menggunakan methyl eugenol dan rearing buah
yang terserang. Identifikasi lalat buah dilakukan dengan pendekatan karakter
morfologi eksternal selanjutnya dibandingkan dengan kunci determinasi. Indeks
keragaman lalat buah dihitung dengan indeks keragaman Shannon. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari perangkap diperoleh 3 jenis lalat buah yaitu
Bactrocera papayae, B. umbrosa dan B. zonata, sedangkan dari rearing
ditemukan satu jenis lalat buah yaitu B. papayae. Indeks keragaman lalat buah
sebesar 0,04 (H' < 1,0) dengan B. papayae sebagai jenis lalat buah yang dominan.
Kata kunci : Bactrocera, Lalat buah, Methyl eugenol, Pepaya.
ABSTRACT
Fruit fly is one of the insects pest that attack papayas in Siantan Hulu, a
sub district of North Pontianak. Up to now this pests have not been reported. The
purpose of this study were to determine the species of fruit fly and their diversity
on that field. This study was conducted by using methyl eugenol trapping and
rearing the attacked fruit. The fruit fly was identified by external morphology
approach then compared with the key determination. The index of fruit fly
diversity was calculated by the Shannon diversity index. The results found 3
species of fruit fly, they were B. papayae, B. umbrosa, and B. zonata from
trapping, and one species B. papayae from the rearing. Fruit fly diversity index
was 0,04 (H' <1.0) with B. papayae as the dominant species.
Key words : Bactrocera, Fruit fly, Methyl eugenol, Papayas

PENDAHULUAN
Pepaya merupakan salah satu komoditi buah yang dibudidayakan di
Kalimantan Barat, khususnya di Desa Siantan Hulu. Jenis pepaya yang
dikembangkan antara lain: pepaya madu, papaya hawai, pepaya bangkok, dan
pepaya california. Areal tanaman pepaya di Siantan Hulu pada tahun 2007 seluas
80 ha hingga tahun 2010 turun menjadi 58 ha ( Dinas Pertanian Perikanan dan
Kehutanan, 2010).
Budidaya pepaya di Siantan Hulu memiliki potensi yang cukup besar,
karena permintaan pasar yang cukup besar baik pasar lokal maupun luar daerah.
Di dalam budidaya pepaya tersebut ada kendala yaitu dengan adanya serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya adalah hama lalat buah
(Bactrocera spp). Lalat buah (Bactrocera spp) merupakan salah satu hama yang
banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura. Hama ini terdapat
hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik, dan diketahui dapat menyerang lebih dari
26 jenis buah-buahan dan sayuran (Siwi dkk, 2006).
Sistem budidaya yang kurang optimal memicu timbulnya serangan hama
lalat buah. Petani pepaya di Siantan Hulu umumnya membiarkan tanaman pepaya
tersebut tanpa dilakukan pemeliharaan yang intensif. Pengendalian lalat buah
yang dilakukan oleh petani biasanya menggunakan pestisida. Penggunaan
pestisida yang berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi,
resiko kesehatan petani dan konsumen, serta kerusakan lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis lalat buah dan keragamannya pada
pertanaman pepaya di Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi data base lalat buah di Kalimantan Barat.

METODE PENELITIAN
Pengambilan spesimen dilakukan di pertanaman pepaya di Siantan Hulu
dan dilanjutkan identifikasi di Laboratorium HPT (Hama Penyakit Tanaman)
Fakultas Pertanian Untan. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan, mulai
dari November 2011- Januari 2012.
1. Penentuan Lokasi
Penelitian ini menggunakan metode survei, berbasis pada komoditas
tanaman pepaya yang ada di Siantan Hulu dengan luas areal sekitar 58 Ha.
Kemudian dipilih 10 lahan untuk dijadikan lokasi penelitian dengan mencatat
vegetasi tanaman lain di sekitarnya.
2. Pelaksanaan penelitian
a. Trapping

Perangkap dipasang pada pohon atau tangkai daun yang kuat dengan
kondisi ternaungi pada pohon yang terpilih, dalam satu lokasi perangkap
dipasang

sedemikian

rupa

sehingga

dapat

memperbesar

peluang

diperolehnya lalat buah. Pada setiap pohon dipasang 2 perangkap pada


pohon dengan ketinggian 1-3 meter dari tanah diantara bagian tengah
hingga atas kanopi. Perangkap dipasang pada waktu pagi hari dan diambil
kembali dalam waktu 3 hari setelah pemasangan.
Perangkap diambil dari pohon kemudian, (lubang masuk) ditutup agar
lalat buah tidak dapat keluar dari perangkap. Perangkap dibawa ke
laboratorium kemudian lalat buah dimasukan kedalam botol pembunuh.
Setelah mati lalat buah dimasukan ke Petridis untuk dikeringkan di dalam
oven dengan suhu 60o C selama 3 hari. Kemudian dilakukan identifikasi.
b. Host Rearing
Host rearing dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang
terserang oleh lalat buah kemudian ditempatkan pada tempat pemeliharaan
berupa gelas plastik berisi pasir kering sampai muncul imago. Imago diberi
pakan madu selama tiga hari kemudian imago dimasukan kedalam botol
pembunuh, setelah mati dimasukan kedalam petridis untuk dikeringkan di
dalam oven kemudian diidentifikasi.

c. Identifikasi Lalat Buah


Pelaksanaan identifikasi lalat buah dilakukan dengan menggunakan
bantuan buku Pedoman Identifikasi Lalat Buah. Identifikasi dilakukan
dengan cara melihat morfologi lalat buah di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x meliputi bentuk caput, thorax, abdomen, sayap, maupun
warna. Pustaka rujukan yang digunakan untuk identifikasi antara lain adalah
Suputa. dkk (2006); Pedoman Identifikasi Lalat Buah dan Siwi. dkk. (2006);
Taksonomi

dan

Bioekologi

Lalat

Buah

Penting

di

Indonesia

(Diptera:Tephritidae).
d. Parameter Pengamatan
1. Jenis lalat buah
Jenis lalat buah diketahui dengan metode identifikasi, dihitung jenis
individunya, dan difoto.
2. Indeks keragaman lalat buah
Indeks keragaman lalat buah dari trapping dan host rearing dihitung
dengan perhitungan rumus indeks keragaman Shannon (Magurran, 1988).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Lalat Buah
1. Jenis Lalat Buah Hasil Trapping
Hasil pengamatan yang dilakukan di 10 lahan terhadap lalat buah dengan
menggunakan perangkap, didapat tiga spesies lalat buah yang ada pada
pertanaman pepaya di Siantan Hulu. Jenis-jenis lalat buah yang terperangkap
yaitu: B. papayae, B. umbrosa dan B. zonata.
Table 1. Jenis lalat buah yang terperangkap
Spesies

Lahan

Jumlah

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

B. papayae

82

233

275

393

226

353

301

464

299

38

2664

B. umbrosa

B. zonata

Jumlah

84

234

275

395

228

353

303

465

300

41

2678

B. papayae merupakan jenis lalat buah yang paling banyak ditemukan


yaitu ditemukan pada setiap lahan yang dipasang perangkap. B. umbrosa
ditemukan pada lahan II, IV, V, VIII, dan X dengan jumlah total sebanyak 9 ekor.
B. zonata ditemukan pada lahan I, VII, IX dengan jumlah total sebanyak 5 ekor.

Jenis lalat buah yang paling banyak didapat adalah dari perangkap yang di
pasang pada lahan VIII. Perangkap yang dipasang pada lahan VIII ditemukan B.
papayae berjumlah 464 ekor, dan B. umbrosa berjumlah 1 ekor. Pada lahan VIII
jumlah lalat buah paling besar dikarenakan pada lahan VIII jarak antara lahan
pertanaman pepaya

yang tidak dijadikan sampel berdekatan. Hal ini

memungkinkan lalat buah dari pertanaman lain tertarik dengan bau methyl
eugenol yang dipasang pada lahan VIII. Methyl eugenol dapat menarik lalat buah
jantan hingga jarak 100 m dan lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang,
lalat buah jantan mampu terbang 4-15 mil (6,44-24,14 km) tergantung pada
kecepatan dan arah angin (Kalie, 1999).
Jumlah lalat buah yang paling sedikit terperangkap yaitu pada lahan X, B.
papayae berjumlah 38 ekor dan B. umbrosa berjumlah 3 ekor. Lalat buah pada
lahan X jumlahnya sedikit hal ini disebabkan pada lahan X tanaman pepaya tidak
terlalu banyak dan pada saat pemasangan perangkap petani membakar lahan di
sekitar tanaman pepaya hal ini memungkinkan lalat buah pergi dari lahan tersebut
karena terkena asap dari pembakaran lahan.

Tujuan pengasapan adalah untuk

mengusir lalat buah yang datang ke pertanaman dengan cara membakar


serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar, kemudian dimatikan dan di
atasnya diletakkan dahan kayu yang tidak terlampau kering. Pengasapan di sekitar
pohon ini dapat mengusir lalat buah dan efektif selama 3 hari. Pengasapan selama
13 jam diinformasikan dapat membunuh lalat buah (Deptan, 2007).
Pengamatan yang dilakukan dari 10 lahan B. papayae jumlahnya paling
besar yaitu 2664 ekor. B. papayae jumlahnya lebih besar dibandingkan jenis
Bactrocera lainnya karena tanaman pepaya merupakan inang dari Bactrocera
tersebut. B. umbrosa dan B. zonata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
B. papayae hal ini kemungkinan kedua Bactrocera tersebut bukan berasal
dari/menyerang tanaman pepaya melainkan berasal dari tanaman lain yang ada
disekitar lokasi penelitian. Disekitar lokasi penelitian terdapat tanaman nangka
dan kluwih yang merupakan inang dari B. umbrosa dan tanaman jambu yang
merupakan inang dari B. zonata. Meskipun perangkap dipasang pada satu jenis
tanaman tidak tertutup kemungkinan mampu menarik lalat buah pada tanaman
lain disekitarnya (Setyawan, 2008).

2. Jenis Lalat Buah Hasil Host Rearing


Hasil host rearing dilakukan terhadap buah pepaya yang telah busuk baik
yang masih ada di pohon maupun yang sudah gugur. Jenis dan imago dari sampel
buah yang dikumpukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis lalat buah hasil host rearing
Spesies

Lahan

Jumlah

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

B. papayae

53

47

30

40

20

68

28

53

44

12

395

Jumlah

53

47

30

40

20

68

28

53

44

12

395

Hasil host rearing dari 10 lahan didapat hanya 1 jenis lalat buah yaitu B.

papayae, sedangkan B. umbrosa dan B. zonata tidak ditemukan pada host rearing
hanya terdapat pada perangkap yang dipasang. Hal ini memungkinkan bahwa
kedua Bactrocera tersebut bukan berasal dari tanaman pepaya melainkan dari
tanaman lain. Hal ini berkaitan juga dengan sifat kompetisi lalat buah yang mana
lalat buah spesies lain tidak akan menyerang apabila sudah ditempati oleh spesies
lain (Aksomo, 2010).
B. Keragaman Jenis Lalat Buah
Keragaman jenis lalat buah dihitung dengan menggunakan perhitungan
rumus indeks keragaman Shanon dapat dilihat pada Tabel 3.
Table 3. keragaman jenis lalat buah yang terperangkap
Spesies

Ni

Pi

ln pi

pi ln pi

B. papayae

266

0,994772218

-0,005241494

-0,005214092

B. umbrosa

0,003360716

-5,695600949

-0,019141297

B. zonata

0,001867064

-6,283387614

-0,011731486

0,04

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus indeks keragaman


Shannon di dapat indeks keragaman sebesar 0,04, dalam kriteria keragaman pada
rumus tersebut apabila H' < 1, 0

tingkat keanekaragaman rendah, maka

keragaman jenis pada komunitas tersebut juga rendah hal ini dapat dilihat dari
jumlah lalat buah yang ditemukan hanya ada 3 jenis yang didapat dari perangkap

dan hasil host rearing hanya didapat B. papayae. Vegetasi pada lokasi penelitian
relatif sedikit, tanaman pepaya merupakan jenis tanaman yang mendominasi,
tanaman lain hanya merupakan tanaman sampingan dan tidak semua lahan
ditanami tanaman tersebut. Petani lebih banyak menanam tanaman kunyit untuk
tanaman

sampingan

yang

bukan

merupakan

inang

dari

lalat

buah.

Keanekaragaman tanaman inang di suatu daerah berpengaruh terhadap keragaman


spesies lalat buah di daerah tersebut (Novotny. dkk, 2005).
C. Dominansi Jenis Lalat Buah
Jenis lalat buah yang dominan pada tanaman pepaya di Siantan hulu, dapat
di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Dominansi Lalat Buah
Spesies

Indeks Dominansi

B. papayae

99,45%

B. umbrosa

0,35%

B. zonata

0,2%

Hasil perhitungan indeks dominansi didapat nilai B. papayae 99,45%, B.


umbrosa 0,35%, dan B. zonata 0,2%. Jumlah keseluruhan jenis lalat buah, di
dominasi oleh B. papayae. Hal ini disebabkan karena tanaman pepaya merupakan
inang dari B. papayae. Menurut White dan Hancock (1997) dalam Muryati, dkk
(2004) B. papayae mempunyai inang tanaman pisang, mangga, pepaya, eugenia
uniflora, kolang-kaling, belimbing, cabe, jambu biji, nangka, duku, jambu bol,
markisa, rambai, rambutan, sawo, sirsak, jeruk manis, dan terong. B. umbrosa dan
B. zonata dominansi lebih sedikit hal ini disebabkan pepaya bukan merupakan
inang dari kedua jenis lalat buah tersebut. B. umbrosa biasa menyerang buah
nangka, cempedak, serta kluwih, sedangkan B. zonata mempunyai inang mangga,
jambu, jeruk, delima (Bronson, 2010).

Jumlah lalat buah yang ditemukan di lokasi penelitian sangat berkaitan dengan
kelimpahan buah di lapangan. Menurut Soesilohadi (2002), tanaman inang yang
buahnya berfluktuasi secara musiman mempunyai peran penting sebagai faktor
pembatas bagi jumlah populasi lalat buah oleh adanya kompetisi, akan tetapi
sebaliknya kompetisi menjadi tidak berperan dalam membatasi populasi lalat buah
bilamana buah atau pakan tersedia secara berlimpah sepanjang tahun.

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pertanaman pepaya di Siantan Hulu terdapat tiga spesies lalat buah
yaitu, B. papayae 99,45%, B. umbrosa 0,35%, dan B. zonata 0,2%, dan
2.

lalat buah yang menyerang buah pepaya adalah B. papayae.


Indeks keragaman H' = 0,04 dengan B. papayae sebagai lalat buah yang

dominan.
B. Saran
Serangan hama lalat buah pada tanaman pepaya dapat dikendalikan
dengan teknik pengendalian hama terpadu (PHT) antara lain dengan
pemasangan perangkap dengan menggunakan ME, pengasapan dan sanitasi di
sekitar tanaman pepaya.

DAFTAR PUSTAKA
Aksomo, T.P. 2010. Inventarisasi Spesies Lalat Buah Pada Komoditas Jeruk
di Sambas. [Skripsi] Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Pontianak.
Bronson, C.H. 2010. A Peach Fruit Fly, Bactrocera zonata (Saunders)
(Tephritidae). Departemen Florida of Agriculture & Consumer Servis.
http://fl-dpi.com/ images/ffpestsbrochure.pdf (akses 20 juni 2011).
Deptan. 2007. Pengenalan Lalat Buah http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id
(akses 12 januari 2013
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan. 2010. Data Luas Tanam, Luas
Panen, dan Produktifitas Buah-Buahan di Kecamatan Pontianak
Utara. Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kalie, M.B. 1999. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar
Swadaya. Jakarta
Magurran, A.E 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey.
Princeton University Press.

Muryati, A. Hasyim, dan W. J. de kogel. 2004. Distribusi Spesies Lalat Buah di


Sumatera Barat dan Riau. Balai Penelitian Tanaman Buah. Riau.
Novotny. V, Anthony R. C, Richard A. I. D., Salomon. B, dan Barbara C. 2005.
Host Specialization and Species Richness of Fruit Flies (Diptera:
tephritidae) in a New Guinea Rain Forest. Journal of Tropical ecology
21:67-77.
Setyawan, T.T. 2008. Identifikasi Lalat Buah (Diptera:Tephritidae) Hasil
Tangkapan Perangkap Model Stainer Menggunakan Atraktan Methyl
Eugenol (ME), Cue Lure (CL) dan Hasil Pengumpulan Buah-Buahan
Inang di Wilayah Merauke Papua. Badan Karantina Merauke Papua.
Siwi, S.P. Hidayat dan Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia (Diptera:Tephritidae). Penelitian dan
Pengembangan Bioekologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor.
Soesilohadi dan Hidayat. 2002. Dinamika Populasi Lalat Buah, Bactrocera
carambolae Drew dan Handcock (Diptera :Tephritidae). Mathematics
and Natural Sciences. http://digilib.itb.ac.id (akses 30 mei 2012)
Suputa, Anik K., Merdirena R., Asusilaningtyas U.H., dan Warastin P.M. 2006
Pedoman Identifikasi Lalat Buah. Direktorat Jendral Hortikultura.
Jakarta.

JURNAR
STUDI KERAGAMAN JENIS LALAT BUAH (BACTROCERA SPP.)
PADA PERTANAMAN PEPAYA (CARICA PAPAYA L) DI SIANTAN HULU
KECAMATAN PONTIANAK UTARA

DI SUSUN OLEH :

Suriadi Rahman
NIM: 203131010021
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2015

Anda mungkin juga menyukai