Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan
rancangan metode survey dengan pendekatan rancangan penelitian deskriptif
dengan desain studi case kontrol cross sectional yaitu penelitian untuk
mengetahui hubungan seberapa jauhmempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko mempengaruhi kejadian ISPAdan efek dengan observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada balita. Rancangan penelitian case
control ini dapat digambarkan sebagai berikut:terjadi namun tidak menentukan
kualitas.
Gambar 4.1
Skema Rancangan Penelitian Case Control
Faktor Risiko ISPA
(+)

KASUS
ISPA BAlita (+)

Faktor Risiko ISPA


(-)
Faktor Risiko ISPA
(+)

KONTROL
ISPA Balita (-)

Faktor Risiko ISPA


(-)

Pada penelitian ini kriteria sebagai kasus adalah semua tersangka balita
penderita ISPA yang berusia kurang dari 5 tahun yang tercatat dalam buku register
Puskesmas Cibalong dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2016, yang datang
berobat ke puskesmas dengan diagnosa medis ISPA dan bertempat tinggal di

37

P
O
P
U
L
A
S
I

38

wilayah Desa Cibalong Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan


Faktor Risiko ISPA (+)

kontrol adalah semua balita yang bertempat tinggal di Desa Cibalong yang
merupakan tetangga terdekat dari kasus (balita penderita ISPA), dimana mereka
mempunyai resiko lebih besar untuk tertular penyakit ini dari penderita.
KASUS
ISPA BAlita (+)
Faktor Risiko ISPA
(-)

Faktor Risiko ISPA


(+)
KONTROL
ISPA Balita (-)
Faktor Risiko ISPA
(-)

Sumber : Gordis (2000) dikutip dengan modifikasi

Kelebihan dari penelitian ini adalah waktu studi yang dibutuhkan relatif
singkat, sederhana dan mudah dilaksanakan (karena pengukuran variable hanya
dilakukan satu kali), rendah biaya dan tenaga, amat berguna bagi penemuan
pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Desain
penelitian ini dirasa cocok untuk peneliti karena dapat melihat dinamika
korelasi antara faktor resiko (dalam hal ini ialah kondisi lingkungan rumah)
dengan efek yang berupa penyakit (kejadian ISPA) pada balita dalam waktu
yang relatif singkat. Namun, desain penelitian ini juga memiliki kelemahan
antara lain tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai
prognostiknya lemah) dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat

39

(tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat).


B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah kelompok balita ( 5 tahun).
Sedangkan populasi studi pada penelitian ini adalah balita yang memiliki rumah
di Desa Cibalong Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 yang
berjumlah 259 balita.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah rumah anak balita yang di Desa
Cibalong berdasarkan besar sampel minimal. Sedangkan respondennya adalah
orang tua atau wali yang tinggal bersama balita. Sampel pada penelitian ini terdiri
dari kasus dan kontrol berdasrkan sumber data dari Puskesmas Cibalong. Kasus
adalah anak balita penderita ISPA yang berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan
kontrol adalah balita yang tidak ada gejala klinis ISPA yang berumur kurang dari
5 tahun. Besar sampel minimal yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus
Lameshow.

Keterangan:
n

= Besar sampel

= Besar populasi

Z21-/2 = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki


p

= Estimasi proporsi populasi

= Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki

40

Dengan Z21-/2 = 1,96, p = 50%, d = 0,1 dan N = 259

1,96.0,5.(1-0,5).259
(0,1)2 .(259-1) + 1,96 . 0,25

n =

n = 41,4
n = 42
Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel minimal dapat diperoleh
sebesar 42 responden, yang terdiri dari 21 kelompok kasus dan 21 kelompok
kontrol dengan perbandingan 1:1 antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Mengenai hal ini, Arikunto (2010:183) menjelaskan
bahwa purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling semua data
yang ada dan memenuhi kriteria kasus dan kontrol dimasukkan dalam penelitian
sampai sejumlah subjek yang diperlukan terpenuhi dengan tujuan untuk
menemukan persamaan dan perbedaan antara kelompok kasus dan kelompok
kontrol pada kondisi rumah balita di Desa Cibalong.
C. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Desa Cibalong Kecamatan Cibalong Kabupaten
Tasikmalaya dari bulan April-Juni 2016 mulai dari tahap pengumpulan sampai
laporan hasil.
D. Waktu penelitian

41

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan dengan jadwal kegiatan


sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rencana kegiatan Penelitian
No

Jenis kegiatan

Bulan
Jan

Feb

Mart

Aprl

Mei

Juni

1 Studi Pendahuluan
2 Penyusunan Proposal
3 Pengumpulan data
4 Pembuatan Laporan
5 Sidang Skripsi

E. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini penulis sangat memperhatikan etika penelitian
mengajukan permohonan menjadi responden. Pedoman etik pada penelitian
epidemiologi diterbitkan oleh Council of International Organization of Medical
Science (CIOMS) dengan bantuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
1991. Selanjutnya CIOMS dan WHO pada tahun 1993 menerbitkan pedoman
etika dalam penelitian Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman bagi banyak
negara termasuk Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Penghormatan terhadap manusia mencakup paling penting dua pertimbangan
etik fundamental, yakni:
a. Penghormatan terhadap otonomi, yang mengharuskan mereka yang
mampu membuat pertimbangan mengenai pilihan-pilihan pribadi mereka

42

harus diperlakukan dengan hormat untuk kemampuannya menentukan


nasib sendiri (self-determination); dan
b. Perlindungan terhadap orang-orang dengan otonomi yang cacat atau
berkurang, yang mewajibkan mereka yang tergantung atau rentan
diberikan keamanan terhadap kerugian atau penyalahgunaan.
2. Kebaikan
Mengacu pada kewajiban etik untuk memaksimalkan kebaikan dan
meminimalkan kerugian serta kesalahan. Prinsip ini melahirkan norma-norma
yang mewajibkan agar resiko penelitian menjadi wajar dalam kaitan dengan
manfaat yang diharapkan, agar rancangan penelitian tersebut baik, serta agar
peneliti kompeten baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menjaga
kesejahteraan subyek-subyek penelitian. Kebaikan lebih jauh melarang
perlakuan yang merugikan terhadap manusia. Aspek kebaikan ini kadangkala
diekspresikan sebagai suatu prinsip terpisah, yakni non-kejahatan (jangan
merugikan).
3. Keadilan
Merujuk pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap orang
sesuai dengan apa yang benar dan layak secara moral, untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang layak baginya. Dalam etika penelitian yang
melibatkan subyek manusia, prinsip tersebut merujuk terutama pada keadilan
distributif, yang mewajibkan distribusi yang setara dalam hal beban dan
manfaat dari partisipasi dalam penelitian. Perbedaan dalam distribusi beban
dan manfaat hanya dapat dibenarkan jika hal-hal tersebut didasarkan pada
pembedaan yang relevan secara moral antara orang-orang. Salah satu
pembedaan tersebut adalah kerentanan. Kerentanan merujuk pada

43

ketidakmampuan mendasar untuk melindungi kepentingannya sendiri karena


rintangan-rintangan seperti kurangnya kemampuan untuk memberikan
informed consent, kurangnya cara-cara alternatif untuk memperoleh perawatan
medis atau kebutuhan mahal lainnya, atau karena menjadi anggota muda atau
bawahan dari suatu kelompok hierarki. Dengan demikian, ketetapan-ketetapan
khusus harus dibuat untuk melindungi hak-hak dan kesejahteraan dari orangorang yang rentan.

44

F. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data pada variabel independen dalam penelitian ini
adalah kondisi lingkungan rumah yang meliputi komponen rumah, sarana sanitasi
dan perilaku penghuni rumah sedangkan variabel dependennya adalah kejadian
ISPA pada balita. Tempat untuk dilakukan observasi dan penilaian adalah kondisi
di dalam rumah balita, peneliti menentukan hali ini karena kebanyakan waktu
dihabiskan oleh bayi atau balita di dalam ruangan rumah daripada di luar rumah.
Cara dan alat ukur dari masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Pengumpulan data variabel dependen yaitu kejadian ISPA diperoleh dari hasil
diagnosa dokter atau paramedis pada catatan medis Puskesmas Cibalong.
2. Pengukuran dan penilaian variabel independen yaitu kondisi rumah dilakukan
dengan cara observasi ke rumah balita di Desa Cibalong Kecamatan Cibalong
Kabupaten Tasikmalaya. Penilaian kondisi rumah balita dilakukan dengan cara
pemberian nilai :
a.

Komponen rumah
1) Langit-langit
0 = Tidak ada
1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2 = Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
2)

Dinding
1 = Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu atau ilalang)
2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
kedap air
= Permanen (tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester),

papan kedap air.


3)

Lantai
0 = Tanah

45

= Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang

retak/ berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4)

Jendela kamar tidur

0 = Tidak ada
1 = Ada
5) Jendela ruang keluarga
0 = Tidak ada
1 = Ada
6) Ventilasi
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2 = Ada, luas ventilasi 10% luas lantai
7)

Sarana pembuangan asap dapur


0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur 10% dari luas lantai dapur
2 = Ada, dengan lubang ventilasi 10% luas lantai dapur (asap keluar
dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang
sejenis)

8)

Pencahayaan
0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca
1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal
2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca
dengan normal

b. Sarana Sanitasi
1)

Sarana Air Bersih (SGL/SPT/PP/KU)


0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
(berbau, berwarna, berasa) terdapat sumber pencemar di sekitar
sumber air bersih tidak mencukupi kebutuhan setiap hari.
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan (berbau,
berwarna, berasa) terdapat sumber pencemar di sekitar sumber air
3

bersih tidak mencukupi kebutuhan setiap hari.


= Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan, tidak
mencukupi kebutuhan sehari-hari.

46

4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan, bisa diperoleh


setiap saat, cukup setiap hari, dan tidak terdapat sumber pencemar.
2)

Jamban (Sarana Pembuangan Kotoran)


0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup (leher angsa), disalurkan ke

sungai/kolam
3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank
4 = Ada, leher angsa, septic tank
3) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
1 = Ada, diresapkan mencemati sumber air (jarak dengan sumber air < 10
m)
2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka
3 = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan
sumber air 10 m)
4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih
lanjut
4) Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
2 = Ada, kedap air dan tidak tertutup
3 = Ada, kedap air dan bertutup
c.

Perilaku Penghuni
1)

Membuka jendela kamar tidur


0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka

2)

Membuka jendela ruang keluarga

0 = Tidak pernah dibuka


1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
3) Membersihkan rumah dan halaman
0 = Tidak pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari
4) Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban

47

5)

Membuang sampah pada tempat sampah


0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban

Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot

Pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana


sanitasi,

dan

kelompok

perilaku

didasarkan

pada

teori

Blum,

yang

diinterpetasikan terhadap:
a.
b.
c.
d.

Lingkungan (45%)
Perilaku (35%)
Pelayanan Kesehatan (15%)
Keturunan (5%)
Dalam hal kondisi rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan
keturunan diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku
ditentukan sebagai berikut:

a. Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31


b. Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25
c. Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44
Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang
merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Memenuhi Syarat
: 80 100% dari total skor
b. Tidak memenuhi syarat : < 80% dari total skor
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan dta sekunder, yaitu:
1. Data Primer

48

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari


responden. Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner melalui wawancara,
observasi dan pengukuran. Data yang didapatkan dari hasil wawancara
dengan responden ialah jumlah penghuni dalam rumah dan observasi
lingkungan dalam rumah untuk mengetahui jenis atap, jenis dinding dan jenis
lantai. Sedangkan pengukuran kondisi fisik rumah yang dimaksud meliputi
luas kamar/ ruangan, luas ventilasi, kelembaban, dan suhu.
2. Data Sekunder
Metode

pengumpulan

data

sekunder

sering

disebut

metode

penggunaan bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara
langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau
dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain.Data sekunder dimanfaatkan sebagai
data pelengkap atau pendukung data primer yang berhubungan dengan
keperluan penelitian. Data sekunder diperoleh dari:
a. Data dari Puskesmas Cibalong untuk mengetahui secara pasti kejadian
ISPA di wilayah kerja Puskesmas Cibalong
b. Sektor kepemerintahan Cibalong untuk mengetahui jumlah balita di Desa
Cibalong Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya.
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
a. Editing

49

Berfungsi

untuk

meneliti

kelengkapan

data

diantaranya

kelengkapan identitas responden, kelengkapan lembar kuesioner, dan


kelengkapan pengisian kuesioner yang dilakukan di tempat pengambilan
data sehingga bila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi dengan
segera.
b. Coding
Mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan cara menandai
masing-masing
dimasukkan

ke

jawaban

dengan

dalam

lembar

kode
tabel

berupa
kerja

angket,

guna

kemudian

mempermudah

membacanya dan pengolahan data.


c. Scoring (penilaian)
Pada tahap ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor
yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh
responden, bila pertanyaan positif (Favorable) jika jawaban benar skor 1
dan jika jawaban salah skor 0 dan untuk pertanyaan negatif (Unfavorable)
jika jawaban benar skor 0 dan jika jawaban salah skor 1.
d. Data entry (memasukkan data)
Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu pemprosesan data, yang
dilakukan oleh peneliti adalah memasukkan data dari kuesioner ke dalam
paket program komputer
e. Processing
Setelah diedit dan diberi kode, data diproses melalui program
komputer.

50

f. Tabulating
Memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai kriteria.
g. Cleaning
Membuang data atau pembersihan data yang sudah tidak dipakai.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat

dilakukan

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel


dependen. Analisa univariat bermanfaat untuk melihat apakah data sudah
layak untuk dilakukan analisa dengan melihat gambaran data yang
dikumpulkan dan apakah data sudah optimal.
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan. Tujuan analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk
melihat hubungan faktor kondisi dalam rumah sebagai variabel
independen terhadap ISPA pada balita. Uji yang digunakan yaitu ChiSquare yang bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan
variabel

independen

dengan

variabel

dependen,

yang

semuanya

merupakan data kategorik untuk melihat kebermaknaan secara statistik.


Dilakukan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan =0,05.
Apabila nilai p< maka hasilnya bermakna secara statistik atau terdapat
hubungan antara variabel dependen dengan independen, sedangkan bila
nilai p> maka

hasilnya

tidak

bermakna

atau

hubungan antara variabel independen dengan dependen.

tidak

terdapat

51

Anda mungkin juga menyukai