Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan obat pelumpuh otot dalam ruang operasi kini telah menjadi
kebiasaan sehari-hari dan merupakan perkembangan dan pertumbuhan penting
dalam anestesi dan pembedahan. Akan tetapi jika pasien dianestesi, mengapa kita
perlu memberikan obat-obatan untuk menghambat gerakannya? Pengenalan
tentang pelumpuh otot atau yang lebih tepat disebut sebagai penghambatan
neuromuscular ke dalam aplikasi klinis dalam 60 tahun terakhir merupakan batu
lompatan dalam sejarah anestesi. Penghambatan neuromuscular secara khusus
merujuk pada penghambatan transmisi oleh obat-obatan yang berinteraksi dengan
reseptor asetilkolin yang terletak pada sisi endplate motorik otot rangka. Relaksasi
otot rangka dapat dihasilkan melalui anestesi inhalasi yang dalam, blok nervus
regional, atau melalui obat penghambat neuromuscular (umumnya disebut
pelumpuh otot). 1,2
Penggunaan obat-obat ini, seperti yang disebutkan oleh Foldes dan rekannya
tidak hanya

mencetuskan revolusi praktek anestesi tetapi juga memulai era

modern pembedahan dan memungkinkan prosedur-prosedur kompleks yang lebih


jauh

seperti

perkembangan

pembedahan

cardiothorax,

neurologik,

dan

transplantasi organ.1,2
Tentunya,

obat

ini

kini

rutin

dipergunakan

untuk

memfasilitasi

penghambatan neuromuscular pada intubasi endotrakhea dan ventilasi mekanis.


Pada salah satu penelitian dimana peneliti hanya menggunakan propofol (2,5
mg/kgBB) dan fentanyl (3 mg/kgBB) untuk melakukan intubasi tanpa
penggunaan pelumpuh otot, dijumpai angka kegagalan sebesar 65 %.2
Seperti yang diperlihatkan oleh curare, obat ini memiliki sifat khusus dan
bersifat unik karena pengetahuan tentang mekanisme kerjanya dan aplikasi
klinisnya dalam eksperimen fisiologi lebih luas daripada penggunaan klinisnya
selama hampir 1 abad. Curare merupakan salah satu nama tumbuhan yang
digunakan oleh suku Indian Amerika Selatan sebagai racun pada ujung tombak

atau anak panah mereka. Racun ini hanya sedikit diserap melalui saluran cerna
dan oleh karenanya, hasil buruan yang dibunuh dengan curare aman untuk
dikonsumsi. Para pemburu ini mengembangkan suatu pengujian dini dengan
memperhatikan kekuatan kelumpuhan otot yang dialami hewan buruan mereka.
Mereka lalu menyebutnya dengan curare satu pohon, dua pohon, dan tiga pohon.
Dengan curare yang kuat, seekor kera akan jatuh lumpuh ketika memanjat pohon
pertama. Sebaliknya, curare yang lebih lemah memungkinkan kera ini untuk
memanjat dua sampai tiga pohon untuk melarikan diri.2
Akan tetapi pada tahun 1954, Beecher dan Todd melaporkan peningkatan
mortalitas hingga enam kali lipat pada pasien yang mendapatkan d-tubocurarine
dibandingkan dengan pasien-pasien yang tidak mendapatkan pelumpuh otot.
Peningkatan mortalitas ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman farmakologi
penghambatan neuromuscular, tidak optimalnya ventilasi mekanis dan kurangnya
pemahaman mengenai antagonisnya. Pelumpuh otot sendiri tidak memberikan
efek induksi, amnesia, maupun analgesia sehingga perlu mengetahui mekanisme
kerja, dosis, dan efek sampingnya. 1

Anda mungkin juga menyukai