Disusun oleh :
Nama
Nim
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014
1
MINERALOGI
Mineralogi adalah Ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisik
dari mineral. Ilmu ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.
Padatan Amorf : Perubahan temperatur cepat tetapi letak atom tidak teratur
Padaran Kristalin : perubahan temperatur perlahan teratur maka letak atom teratur
b. Kristalografi
Kristal adalah padatan yang berbentuk polihedral yang dibatasi bidang bidang datar (permukaan
kristal).
Genesa Kristal terbagi atas 3, yaitu :
Genesa Kristal
PENDINGINAN
MAGMA
REKRISTALISASIISOKIMIA
EVAPORIT DAN
PRESIPITASI
Keterangan :
Pendinginan Magma ( tahap/bentuk dan jumlah mineral)
a. Pada saat mengalami pendinginan di permukaan: Hanya terdiri 1 mineral, Jenis
padatan Amorfd dan Warna bening.
2
b. Mendekati permukaan : Hanya terdiri 1 mineral, Jenis Padatan Amorf dan Kristalin (
Intermediet ) dan Warna hanya satu macam.
c. Jauh dari permukaan : Mineral beragam, Padatan kristalin dan Warna bermacam macam .
Rekristalisasi Isokimia :
Merupakan perubahan bentuk kristal yang diakibatkan pengaruh suhu atau kimia yang berasal dari
satu unsur tapi bentuknya berbeda unsut tetap sama.
Evaporit dan Presipitasi
a. Evaporit adalah Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya
bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air
manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini.
b. Presipitasi adalah pengendapan
Faktor Terbentuk kristal:
1. Homogenitas/keseragaman larutan
2. Kecepatan pendinginan/penguapan
3. Kemurnian larutan ( hanya terdiri satu mineral)
Kesempurnaan Kristal
Hukum Wayne : semakin banyak lattice maka semakin sempurna bangun kristal.
Latice, merupakan bagian terkecil dari pembentuk kristal yang dinamakan/dinyatakan oleh
Auguste Bravais (1811 1863) dimana Sistem Latice menggunakan x-ray defraksi untuk
mengetahui kisi kisi kristal.
System Kristal
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu
simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Sistem kristal di kelompokkan menjadi 7 sistem, antara lain:
1. Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem
ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya
a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
4
3. Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu
sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling
tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan
nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20
; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap
sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
5
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu
d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; =
120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut
120 terhadap sumbu .
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya
a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20
terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = =
= 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
6
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus
(miring).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45
terhadap sumbu b.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992).
7. Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
7
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi
ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b
= 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap
sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
Tingkat kesempurnaan bangun kristal yang dipengaruhi
a. Sifat Alamiah fasa zat cair dan gas
b. Ruang atau tempat terbentuknya
c. Pengaruh Tekanan dan Suhu
Spesifikasi Kristal
a. Euhedral (Bagus); apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal
b. Anhedral (Jelek); apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
c. Subhedral (Intermediet / diantara bagus dan jelek); apabila sebagian dari batas kristalnya
sudah tidak terlihat lagi.
Ukuran Kristal
C. Mineral
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terjadi secara ilmiah, terbentuk dari bahan anorganik,
mempunyai komposisi kimia dan susunan atomnya tertentu. (Berry;1959).
Jenis mineral pembentuk batuan
Mineral utama (Primer) merupakan penyusun utama kerak bumi, terutama golongan silikat.
Mineral-mineral ini terdapat dalam Deret Bowen. Terdapat 2 jenis dari mineral utama, yaitu
mineral mafic, dan felsic. Mineral mafic adalah mineral yang berwarna gelap, yang
disebabkan karena banyak mengandung besi. Contohnya adalah Olivine, Pyroxene, &
Amphibole. Dan, mineral felsic merupakan mineral yang berwarna terang, karena kandungan
besi nya sedikit, contohnya Quartz, Plagioklas, & Muscovite. Keterdapatan dari mineral
primer ini menjadi penentu dari penamaan mineral.
Mineral sekunder merupakan mineral utama yang terbentuk karena telah melalui prosesproses tertentu, seperti proses pelapukan. Sehingga, mengubah kandungan kimia yang
terdapat di dalam mineral. Dengan berubahnya kandungan mineral, dapat berubah juga bentuk
kristalnya, warnya mineralnya, dan masih banyak lagi pengaruhnya.. Dapat juga terbentuk
dari alterasi hidrotermal. Biasanya banyak terdapat di batuan sedimen.
Mineral tambahan merupakan mineral yang paling sedikit jumlahnya, disebabkan karena
terbentuk di akhir, sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membentuk kristal yang
bagus. Terbentuk dari kristalisasi magma. Ada atau tidaknya mineral tambahan ini, tidak
mempengaruhi dari sifat atau penamaan dari mineral. Contohnya adalah Zircon, Magnetit, &
Garnet.
Sifat Suatu Mineral tergantng atas :
a. Struktur Kristal; Sistem Kristal beserta bentuknya dan Lattice.
b. Komposisi Kimia; Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atomatom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri.
Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita
mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987).
dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs
mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk
mineral terkeras, berikut adalah Skala Mohs:
Kekerasan
Nama Mineral
1
2
Talc (Talk)
Gypsum (Gipsum)
Calcite (Kalsit)
Fluorspar (Fluorit)
5
6
Apatite (Apatit)
Feldspar/Ortoklas
Quartz (Kuarsa)
8
9
10
II.Spesific Gravity (SG)
Topaz
Corondum
Diamond (Intan)
a. Spesific Grafity: Rasio antara berat benda dengan berat air pada volume sama.
b. Dentisy () : Berat benda dibagi dengan berat volume.
Manfaat :
1. Untuk mengenali mineral dari perbedaan beratnya.
2. Dalam Processing, pemisahan mineral satu dengan lainnya.
10
III. Cahaya
11
12
VI. Kebebasan
a. Lyophile : Permukaannya mudah dibasahi oleh air dan bisa dibantu dengan lemak. Mineral
Metalik = Lyophile.
b. Lyophobe: Permukaan tidak mudah dibasahi air.
VII. Perawakan Kristal (Crystal Habit)
a. Mika perawakan mendaun (Foliated)
b. Amphybole perawakan meniang (Columnar)
c. Sillimanit perawakan menjarum (Acikulair)
VIII. Rasa Indra
a. Taste (Rasa) : Asterigent (Menciutkan), Saline (Asin), Alkaline, Cooling, Bitter (Pahit)
dan Sticky (Lengket)
b. Odour (Bau) : Bawang (Garlic) : Mineral mengandung As (Aspal), Bitominous : Aspal,
Minyak, Sulfur telur busuk : H2S (Belerang) dan Argillaceous : Mineral Lempung
c. Feels (Rabaan) : Halus : Sepiolite, Berlemak : Talk, Kasar : Semua Mineral, Dingin :
Corondum, Al2O3 dan Lengket di lidah : Mineral Lempung
IX. Fusibility (keleburan Mineral)
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan. Tingkat
keleburannya ialah:
Stibnite
Sb2S3
Chaicopyrite
CuFeS2
Alamandite
Fe3Al2((Si)4)3)
Actinolite
Ca2(Mg,Fe)5Si8O
22(OH)
Orthociase
KalSi3O8
Enstantite
MgSiO3
X. Warna Pijar (Serbuk)
Bila serbuk dibakar pada bunsen akan Warna
menghasilkan warna khusus Serbuk
Yellow Green
Barium
Yellow Green (Brief)
Boron
Reddrin Orange
Calcium
Green
Copper
Red
Lithium
Violet
Pothastum
Yellow
Sodium
Red
Strotium
Penamaan Mineral
13
Pengelompokkan mineral berdasarkan ikatan kimia, nama penemu, dan sifat fisik mineral.
Pada umumnya berdasarkan senyawa kimia utama seperti Oksida, Sulfida, Karbonat, Fosfat, dan
lain lainnya.
Penamaan dapat berdasarkan :
1. Sifat Fisik dan Kimia
2. Nama tempat ditemukan
3. Nama seorang Tokoh atau ahli mineral
Contoh Penamaan Mineral:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Klasifikasi Mineral
Klasifikasi mineral adalah bagian dari ilmu pengetahuan mineralogi yang khususnya mempelajari
secara sistematik dan praktis tentang pengetahuan, pengertian dan pemahaman 8 penggolongan
mineral berdasarkan komposisi kimianya, yaitu meliputi golongan: natif, sulfide-sulfusfat, halida,
oksida-hidroksida, karbonat-nitrat-borat-iodidat, sulfat-kromat-tungstat-vanadat, posfat-arsenatvanadat, dan silikat.
1. Klasifikasi Komposisi Mineral
A. Golongan Mineral Natif
Golongan unsur kimia mineral natif hanya memiliki satu unsur kimia atau unsur murni, terdiri
dari:
Mineral natif logam murni, yaitu: mineral logam emas(Au), perak(Ag), tembaga(Cu),
platina(Pt), paladium(Pd), iridium(Ir), besi(Fe), dan nikel(Ni).
Mineral natif semilogam, yaitu: arsenick(As), antimon(Sb), dan bismuth(Bi).
Mineral natif non logam, yaitu: sulfur(S), intan(C), grafit(C).
14
Mineral sulfide dengan ikatan kimia symbol AX2, diantaranya yaitu: pirit(FeS2),
markasit(FeS2),
molibdenit(MoS2),
arsenopirit((FeAsS),
kobaltit((CoAsS),
kalaverit(AuTe2), krenerit(Au,Ag)Te2
(A = unsure logam dan X = unsure S).
Mineral sulfide dengan ikatn unsure kimia symbol AX3, diantaranya yaitu:
Skuterudit(Co,Ni)As3 .
Mineral sulfide dengan ikatan kimia unsure kimia symbol A2X, contohnya: argentit(Ag2S)
, kalkosit(Cu2S).
Mineral sulfida dengan ikatan unsure kimia symbol A3X2 , contohnya yaitu:
bornit(Cu5FeS4).
Mineral sulfosalt dengan ikatan unsur kimia symbol ABX2, contohnya yaitu:
boulangerit(Pb5Sb4S11).
Mineral sulfosalt dengan ikatan unsur kimia symbol A2BX3, contohnya yaitu: bournonit (
PbCuSbS3 ).
Mineral sulfosalt dengan ikatan unsure kimia symbol A3BX3, contohnya yaitu:
pirargirit(Ag3SbS3), proustit(Ag3AsSb3), tetrahedrt(Cu,Fe)12 Sb2S13, tennatit(Cu,Fe)12
As4S13 .
Mineral sulfosalt dengan ikatan unsure kimia symbol A3BX4, contohnya yaitu:
enargit(Cu3AsS4).
16
Mineral fosfat anhidrit , bersimbol ikatan unsure kimia A(XO4), contohnya yaitu: xenotim
YPO4 dan monasit((Ce,La,Y,Th)PO4.
Mineral fosfat anhidrat, bersimbol ikatan unsure kimia A3(XO4), contohnya yaitu:
vivianit(Fe3(PO4)2.8H2O), dan erythrite (Co3(PO4)2.8H2O).
Mineral fosfat anhidrat berhidroksil dan berkomposisi unsure halogen, bersimbol ikatan
unsure kimia A,B(XO4)3Z4, contohnya yaitu: apatit(Ca5(PO4)39F,Cl,OH ),
fluorapatit(Ca5(PO4)3F), kholorapatit(Ca5(PO4)3Cl), hidroksilapatit(Ca5(PO403(Oh)),
apatit-karbonat(Ca10(PO4)6(CO3)H2).
Mineral fosfat-piromorfit, yaitu: piromorfit(Pb5(PO4)3Cl).
Mineral arsenat, contohnya yaitu: mimetit((Pb5(AsO4)2Cl).
Mineral vanadat, contohnya yaitu: vanadinit( Pb5(VO4)3Cl).
Mineral fosfat hidrat (berhidroksil), contohnya yaitu turquois(CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O,
torbenit(Cu(UO2)2(PO)42.8-12H2O),
autunit(Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O
),
karnotit(K2(UO2)2(VO4)2.3H2O) dan tyuyamunit(Ca(UO2)2(VO4)2.5-8.5H2O).
17
PETROLOGI
A. Petrologi adalah Ilmu bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi
pembentukannya.
Lapisan Bumi
Batuan adalah suatu benda padat yang tersusun atas mineral, organik, dan non-organik dimana
terbentuk secara alami.
18
1. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti
granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup
batuan volkanik dan plutonik.
2. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan
seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat
dengan matrik atau material lebih halus).
3. Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi
telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari
tekanan, suhu, atau keduanya)
4. Petrologi batuan Pyroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang
dihasilkan oleh letusan gunung api. Batu ini merupakan diantara batuan beku dan batuan
sedimen.
Siklus Batuan :
19
20
2. Assimilasi
3. Magma Mixing
C. Batuan Beku
Batuan Beku Adalah kumpulan interlocking agregat mineral mineral silikat dari pendinginan
magma.
22
24
2. Block lava, permukaannya irregular, magma sangat kental yang mengalir cepat sehingga
pecah2 menjadi block.
3. Aa lava, kasar, dipermukaan banyak bekas lubang gas,pecah pecah sementara bagian
dalam padat.
6. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit,
kuarsa atau zeolit
7. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran., yaitu : Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan.
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang
pensil.
26
Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
1. Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-kristal.
2. Hipokristalin, jika sebagian besar berbentuk kristal dan sebagian kecil berupa mineral
gelas.
3. Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
4. Hypohialin, jika sebagian besar berbentuk mineral gelas dan sebagian kecil berbentuk
kristal
Ukuran Kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal
dapat menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan. (dapat dilihat pada bab I mineralogi
bagian kristalografi)
Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:
a. Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang
seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :
1. Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata telanjang.
2. Afinitik Granular apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata
telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.
b. Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi lagi
menjadi :
1. Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil
dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
2. Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali
dengan mata telanjang.
3. Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
28
29
V Batuan Pyroklastik
Batuan yang merupakan hasil kegiatan magma vulkanik yang erupsi / explosif, dimana
batuan Pyroklastik ini bisa termasuk antara batuan beku atau batuan sedimen.
Proses Batuan: Erups - Hujan Abu Vulkanik - Membawa mineral SiO2 (glass) dalam keadaan
amorf
Material volkanik yang telah terombak dan tertranspot secara mekanik oleh angin atau air,
batuan yang terbentuk disebut sebagai batuan volkaniklastik :
30
ellis:
31
BATUAN SEDIMEN
Batuan Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat
(kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini
apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan
sedimen disebut dengan sedimentologi.
Proses batuan Sedimen (Proses Sedimentasi)
Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan (sedimen) dari hasil erosi
material-material batuan, organik, kimia yang tertransportasi, deposisi dan terkompaksi serta
tersementasi (litifikasi).
Batuan asal batuan sedimen dapat berupa batuan beku, metamorf ataupun batuan sedimen itu
sendiri.
Tenaga pembentuk sedimen adalah air, angin, es.
Batuan sedimen yang mengeras disebut batuan sedimen
Sedimen Klastik; batuan sedimen yang terbentuknya berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi, yang selanjutnya mengalami diagenesa.
b. Sedimen Non Klastis; batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Proses
pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Hukum Batuan Sedimen
Hukum Horizontally adalah hukum yang menjelaskan endapan antar lapisan secara
horizontal.
Hukum Superposisi adalah hukum yang menjelaskan umur lapisan dimana lapisan sedimen
paling bawah umurnya paling tua.
Hukum Crosstad adalah hukum yang menjelaskan bahwa pada saat terjadi pemotongalapisan
tersebut (vein) umurnya lebih muda dari lapisan yang dipotong.
32
Hukum Pengendapan; Pada saat sedimen diendapkan mengikuti hukum alam, maka
material yang berat akan terendapkan lebih dahulu dibandingkan dengan yang lebih ringan.
Sesuai dengan kecepatan atau energi medium pembawanya. Mekanisme dan kondisi
lingkungan pengendapan akan terekam dalam sedimen meskipun telah mengalami diagenesa
menjadi batuan sedimen. Dengan membandingkan proses berlangsung saat ini dan kaidah The
present is the key to the past.
Jenis pemotongan
33
34
Batubara
Tempat pengendapan dengan dua cara, yaitu:
1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan ; pengendapan atau dengan kata lain tidak
mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang
termasuk dalam kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan
batugamping.
2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain, sedimen yang
berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini
dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah
Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik.
35
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer yaitu struktur yang terbentuk pada saat
pembentukan batuan (pada saat sedimentasi).
Pembagian struktur sedimen :
a. Struktur Sedimen Pengendapan adalah struktur sedimen yang terjadi pada saat pengendapan
batuan sedimen.
Perlapisan/Laminasi
Perlapisan merupakan suatu bidang kesamaan waktu yang dapat ditunjukan oleh perbedaan besar
butir atau warna dari bahan penyusunnya. Dikatakan perlapisan bila tebalnya >1 cm dan dikatakan
sebagai laminasi bila tebalnya <1 cm.
Perlapisan dapat dibagi menjadi 4 macam :
1) Perlapisan/laminasi sejajar (Paralel Bedding/Lamination) :
36
Bentuk lapisan/ laminasi batuan yang tersusun secara horisontal dan saling sejajar satu
dengan yang lainnya.
37
38
Load cast : struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan akibat pengaruh beban
sedimen di atasnya.
Convolute Bedding: bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.
Sandstone dike : lapisan pasir yang terinjeksikan pada lapisan sedimen di atasnya akibat
proses deformasi.
Contoh lain: Ball-and-Pillow Structures, Dish-and-Pillar Structure, Stylolites,
39
Boring : lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada lapisan batuan (batuan relatif
lebih keras dibandingkan pada burrows).
40
Burrows
41
4. Pembundaran / Rounded
42
5. Bentuk / Shape
6. Kekompakan
8. Porositas : Sangat bagus (very good), Bagus (good), Sedang (fair) dan Buruk (Poor)
9. Permabilitas : Sangat bagus (very good) , Bagus (good) , Sedang (fair) dan Buruk (Poor)
10. Warna Batuan: Material yang menbentuk dankondisi lingkungan pengendapan
12. Kestabilan Mineral
43
Nama batuan
Lempung
Batulempung/claystone/shale
Lanau
Batulanau/silt
Pasir
Batupasir
Granul-Boulder
Konglomerat/ Breksi
Karbonat:
Ukuran butiran
Nama batuan
Lutit
kalsilutit
Arenit
Kalkarenit
Rudit
Kalsirudit
Penamaan Mineral
Bila ukuran butirnya campuran :
a. Pasir > lempung Batupasir lempungan
b. Lempung > pasir Batulempung pasiran
c. Konglomerat > pasir Konglomerat pasiran
Bila campuran antara pasir dan karbonat.
a. Pasir > karbonat Batupasir gampingan
b. Karbonat > pasir Batugamping pasiran
44
45
46
BATUAN METAMORF
Batuan malihan/ubahan (metamorphic, Yunani : meta =, morphe = bentuk) berasal dari
batuan beku atau berubahnya batuan sedimen yang termalihkan (terubah) di dalam bumi sebagai
akibat tekanan dan temperature yang sangat tinggi yang mengakibatkan perubahan sifat fisik
dan kimia dari batuan asal.
Contoh :
47
Pembentukan batuan malihan sebagai akibat adanya tekanan yang kuat yang
menyebabkan terlipatnya serta terubah satu lapisan batuan. Karena pembentukan batuan
malihan ini meliputi cakupan daerah yang sangat luas
A. Folisai
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity),
permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
48
A. 1. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan
oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut
slate (batusabak).
A. 2. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih
besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut
phyllite (filit)
A. 3. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular (umumnya
mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis)
A. 4. Gneissic/Gnissose
49
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda,
umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular
atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus
melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
B.2. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk
kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya
disebut cataclasite (kataklasit).
B.3. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini
adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).
50
Blastoporfiritik : Batuan beku erasar dari batuan ukuran fragmen batuan beku
Blastoargilitik : Batuan berasal dari batu ukuran lempung
Blastopsamotik : Batuan berasal dari batu ukuran pasir
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri.
Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik
2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
a. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
b. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
c. Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
b. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal disekitarnya.
c. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.
51
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
a. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
b. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.
4. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai
berikut:
52
Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur
merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang),
struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan
besar. Contoh :
1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale
atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi
(slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
53
2. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan
tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
54