Anda di halaman 1dari 2

Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat
yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya.
Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri keakraban
atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab seperti loe, gue, ember
memang tersebut termasuk ragam intim di kalangan kaum muda Jakarta. Bahasa seperti itu
digunakan di anatara dua orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim. Secara
sepintas, kita dapat membedakannya dengan bahasa santai (casual) yang juga ditandai dengan
adanya penggunaan kata-kata tidak baku. Ragam santai digunakan di dalam situasi tidak resmi dan
dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal.
Ragam berikutnya dikenal ragam konsultatif. Jika kita amati bahasa yang digunakan pada saat guru
menjelaskan atau bertanya jawab dengan siswa, atau

pada saat pembeli melakukan tawar

menawar harga dengan pedagang, kita akan menemukan ragam bahasa yang memperlihatkan ciri
ragam konsultatif. Kata-kata atau ujaran yang digunakan terpusat pada transaksi atau pertukaran
informasi. Cirinya berbeda dengan ragam formal atau resmi yang dipakai di dalam rapat atau
diskusi resmi atau formal. Ragam bahasa formal ditandai oleh bentuk kata dan kalimat yang
lengkap serta akurat. Dengan bentuk ujaran yang lengkap dan akurat tersebut, tercermin adanya
jarak hubungan dan situasi formal di antara komunikan.
Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ungkapan atau ujaran-ujaran baku dan beku (forzen)
sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial. Disebut beku karena ungkapan
dan istilah yang dipakai sedemikian tetap dan tidak memungkinkan adanya perubahan satu patah
kata pun. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Perhatikanlah
ungkapan yang dipakai oleh hakim, jaksa, dan pembela di dalam suatu persidangan di pengadilan.
Contoh yang jelas dapat dilihat dalam upacara pernikahan, upacara bendera, serta baris-berbaris di
kalangan tentara, pelajar atau karyawan instansi pemerintah.

Jadi, berdasarkan subdimensi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas: intim, (intimate), santai
(casual), konsultatif (consultative), resmi (formal), dan beku (frozen). Untuk memudahkan
mengingat istilah tersebut kita dapat menggunakan jembatan keledai dengan cara mnemonik
(metode meningkatkan daya ingat) yaitu menggunakan kalimat I Can Catch Five Fish. Ingat huruf I
untuk intimate; C untuk casual; C untuk consultative; F untuk formal; F untuk frozen.
Ragam bahasa dilihat dari media atau sarananya ada dua yaitu ragam tulis dan ragam lisan. Ragam
tulis adalah ragam bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan. Dalam ragam tulis terkait
erat dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dalam ragam
tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ragam lisan mempunyai ciri: (1) memerlukan orang kedua/lawan bicara; (2) tergantung situasi,
kondisi, ruang dan waktu; (3) perlu intonasi serta bahasa tubuh; (4) berlangsung cepat; (5) sering
dapat berlangsung tanpa alat bantu; (6) kesalahan dapat langsung dikoreksi, dan; (7) dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam
bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya
saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis
dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Contoh ragam lisan antara lain pidato,
ceramah, sambutan, diskusi, dll

Anda mungkin juga menyukai