PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANAMNESIS
Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau pun paramedis, bertujuan untuk :2
Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu diperhatikan, yaitu :2
masuk petugas
Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan pasien,
jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan memutuskan
pembicaraan
Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesis
menggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri dengan pertanyaan
tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk memberikan
gambaran lebih jelas, sedangkan pertanyaan tertutup adaalah salah satu
bentuk pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat, sering dengan
perkataan ya atau tidak, yang biasanya digunakan untuk lebih
memastikan hal yang dianggap belum jelas.
Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut dibawah ini.
Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health Organization) di
beberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti), pasien akan dianggap
berperilaku berisiko tingi bila terdapat jawaban ya untuk satu atau lebih pertanyaan
di bawah ini :2
Tabel : Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien2
Informasi yang perlu di tanyakan kepada pasien
1.
2.
3.
4.
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Riwayat perjalanan penyakit
Siapa menjadi pasangan seksual
tersangka
(wanita/pria
penjaja
dilakukan
6. Jenis kelamin pasangan seksual
7. Cara melakukan hubungan
dokter/sendiri)
(tidak
antibiotika, kortikosteroid,
kontrasepsi dalam rahim (AKDR);
seksual (genito-genital,
orogenital, anogenital)
8. Penggunaan
kondom
kontak seksual.
11. Riwayat IMS sebelumnya dan
pengobatannya
12. Hari terakhir haid
13. Nyeri perut bagian bawah
14. Cara kontrasepsi yang digunakan
dan mulai kapan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang
dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan
diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam
pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain.
Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh
tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien
mengenai tindakan yang akan dilakukan :2
dengan
berbaring
pada
meja
daerah lain
Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan
sekitarnya.
Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran
Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak
berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan Lain :2
a.
Pemeriksaan bimanual
1.
2.
3.
4.
5.
menggoyangkan serviks
Dengan perlahan, geser jari-jari yang berada di vagina menuju forniks
lateral sambil tangan yang berada di atas perut menekan ke arah inferior.
b. Pemeriksaan anoskopi
Indikasi : Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien
dianjurkan untuk diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut.
Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan mukosa rektum atau
pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia
fasilitas.
C.
Penyebab
Penyakit
1. BAKTERI
Neisseri gonorrhoeae
Chlamydia trachomatis
Mycoplasma hominis
Ureaplasma urealyticum
Treponema pallidum
Gardberella vaginalis
Donovania granulomatis
2. VIRUS
Herpes simplex virus
Herpes B virus
Human papilloma virus
Molloscum contagiosum virus
Human immunodeficiency virus
3. PROTOZOA
Trichomonas vaginalis
4. FUNGUS
Candida albicans
5. EKTOPARASIT
Phthirus pubis
Sarcoples scabei var.hominis
D. DUH TUBUH
Duh tubuh genital adalah cairan yang keluar dari genital bukan urin bukan darah.
Pada pria : duh tubuh uretra. Pada wanita : duh tubuh serviks, duh tubuh vagina dan
duh tubuh uretra.
1. GONORE
- Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorhoeae. 1
- Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada
tahun 1879 baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam
grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan
N.meningitidis yang bersifat patogen serta N.catarrhalis dan N.pharyngis ini
sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan
suhu di atas 390C, dan tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dab bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
wanita sebelum pubertas.1
- Gejala klinis
Masa tunas gonore sangat singkat. Pada pria umumnya sekitar 2-5 hari.
Pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya
asimptomatis. Infeksi N. Gonorhoeae merupakan fase akut yang didahului rasa
panas dibagian distal urethra diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih
8
seperti disuria dan polakisuria. Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau
seropurulen, kadang-kadang juga terdapat ektropion. Pada beberapa keadaan,
duh tubuh baru keluar bila dilakukan pemijatan atau pengurutan korpus penis
kearah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut
menetes sendiri keluar.
- Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada
distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang
kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gejala objektif :Orificium uretra
eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh tubuh
yang seropurulen atau mukopurulen dan dapat disertai pembesaran
kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
3. Pemeriksaan penunjang
a.
Pewarnaan Gram ( Sediaan langsung )
Gram-negatif diplokokus intrasellular terhadap PMN pada
pemeriksaan eksudat. Pada sediaan langsung dengan pengecatan
gram akan ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan
ekstra seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga
lekosit PMN 5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara
kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.
90-99%.
Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan
biakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan :
1. Media transpor
2. Media pertumbuhan
Contoh Media Transport
a) Media Stuart: Hanya untuk transport saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
b) Media Transgrow: Selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae
dan N. meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga
96 jam dan merupakan gabungan dari media transport dan
media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media
Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk
mematikan Proteus.
Media Pertumbuhan
a) Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman
positif-gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri
negatif-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
b) Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan
trimetoprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp.
c) Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar
c.
10
cheomogenic
cephalosporin.
Apabila
kuman
Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
Medika Mentosa
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. Dulu ternyata pilihan utama ialah
penisilin +
2.
3.
2. Sifilis
- Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir
semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten,
dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
- Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaeraceae dan genus Treponema.
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15
um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan
maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang,
pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.1
- Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2
tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara
klinis dan epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi 3
stadium: stadium I (S I), stadium II (S II), stadium III (S III). Secara
epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi :
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S
II, stadium rekuren, dan stadium latn dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas
stadium laten lanjut dan S III.
Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis.
12
1 tahun
MENULAR
Stadium rekuren
S.t.
SI
2-4 minggu
S II
6-8
S III
minggu
Sifilis laten dini
3-10 tahun
(menular)
Keterangan :
S.t.
= sanggama tersangka
SI
= sifilis stadium I
S II
= sifilis stadium II
S III
- Gejala Klinis
Sifilis Akuisita (Didapat)
A. Sifilis Dini
I.
Sifilis Primer (SI)
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (2-4
minggu). T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit
yang telah mengalami lesi/mikrolesi secara langsung, biasanya
melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak
kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.
Kelainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang
permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian
menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya
ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih , diatasnya
hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulit di
sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut. Yang
13
Sifilis
sekunder
(SII)
14
15
Interstitial glossitis
III.
IV.
saraf.1
B. Sifilis Lanjut
I.
Sifilis laten lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan tes serologik. Lama masa laten beberapa tahun
II.
yakni
beberapa
minggu/bulan
dan
umumnya
18
19
sampai 90%. Jika ibu menderita sifilis laten dini, kemungkinan bayi sakit 80 % ,
bila sifilis lanjut 30%.
Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang
kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi abortus
pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin
dengan sifilis kongenital yang akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti
oleh dua sampai tiga bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan
lahir seorang atau lebih bayi yang sehat. Keadaan ini disebut hukum kossowitz.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis
kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas antara dini dan lanjut ialah dua
tahun. Yang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut
berbentuk gumma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau
deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.
1. Sifilis kongenital dini
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula
bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada
tempat lain di badan. Cairan bula mngandung banyak T.pallidum. Bayi
tampak sakit, bentuk ini adakalanya disebut pemfigus sifilitika.
Kelainan lain biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu
dan mirip erupsi pada S II, pada umumnya berbentuk papul atau papulaskuamosa yang simetris dan generalisata. Dapat tersusun teratur, misalnya
anular. Pada tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi seperti
kondiloma lata. Ragades merupakan kelainan umum yang terdapat pada
sudut mulut, lubang hidung, dan anus, bentuknya memancar (radiating).
Wajah bayi berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan
sehingga kulit keriput. Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi dan
belakang kepala. Kuku dapat terlepas akibat papul di bawahny, disebut onikia
sifilitika. Jika tumbuh kuku yang baru akan kabur dan bentuknya berubah.
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok dapat terlihat plaques
muqueuses seperti pada S II. Kelainan semacam itu sering terdapat pada
20
syphilitic
snuffles.
Kelainan
tersebut
disertai
sekret
yang
22
23
Sikatriks gumatosa
Gumma pada kulit meninggalkan sikatriks yang hipotrofi seperti
kertas perkamen. Pada palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.
Tulang
Osteoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre
tibia. Nodus periosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang
abnormal dan pelebaran regio frontalis yang disebut frontal bossing.
Kalianan ini bersama dengan saddle nose dan bulldog jaw disebut buldog
facies.
Trias hutchinson
Trias hutchinson ialah sindrom yang terdiri dari keratitis
intertisisal, gigi hutchinson, dan ketulian nervus VIII.
- Pemeriksaan untuk Diagnosa
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
pergerakkan Treponema
Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan
Treponema, - T. pallidum telah mati kuman berwarna jernih
24
kolesterol
Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati /
SI
: Negatif / positif rendah sampai tinggi
S II
: Positif tinggi
S III
: Positif tinggi
S kardiovaskular
: Dapat non reaktif
Neurosifilis
: Dapat non reaktif
Tes Treponema
Tes Treponema digolong 4 kelompok, yaitu :
1. Tes Imobilisasi
Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
Hasil positif pada Treponematosis
Kekurangannya
Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I,
Tidak dapat digunakan untuk menilai hasil
pengobatan,
Teknik sulit dan
Biayanya mahal
2. Tes imunofluoresensi
25
Keganasan
Anemia hemolitik
Lupus eritematosus
Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis
Kehamilan
Skleroderma
Infeksi virus, vaksinia
Drug induced LE
Orang normal
- Pengobatan
Obat pilihan untuk Therapi sifilis adalah Penisilin
Tidak dianjurkan pemberian penisilin oral
Prinsip Therapi sifilis adalah kadar obat harus dapat bertahan dalam
serum selama 10 14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari neurosifilis dan
sifilis
kardiovaskular.
Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03 unit/ml selama 10 14 hari
Cara & dosis pemberian penisilin dalam kepustakaan masih berbeda.
Dosis total yang dianjurkan :
SI
S II
S III
26
kemungkinan
adanya Therapi tidak adekuat atau adanya relaps penyakit.1
3. Ulkus Mole
- Definisi
Ulkus
mole
adalah
penyakit
infeksi
pada
alat
kelamin
yang
akut,
uretra, scrotum, perineum atau anus. Pada wanita ialah labia minora, klitoris,
fourchette, vestivuli, anus, dan serviks.
- Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang lain. Harus
dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran.Pemeriksaan serelogik untuk
menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan. Sebagai penyokong diagnosis adalah:
1.
2.
28
biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi opak
atau translusen dapat digeser pada permukaan agar dalam keadaan
3.
4.
29
- Etiologi
HSV I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karateristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).
Sebagian besar penyebab herpes genitalis adalah HSV-2 tetapi walaupun demikian
dapat juga disebabkan oleh HSV-1 (16,1%) akibat hubungan kelamin secara
orogenital atau penularan melalui tangan.1
- Gejala klinis
Infeksi HSV ini berlangsung dalam 3 tingkat.
1. Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Virus ini juga sebagai
penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat
predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital, juga dapat
menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang
disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat
disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan
30
sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan
dapat ditemukan pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang sembuh tanpa psikatriks.
Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada
genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.
2. Fase laten
Fase laten ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS
dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif,
dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik
(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma
psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung
kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum
timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat
timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non
loco).
- Diagnosis
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan
tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear.
- Pengobatan
Sampai saaat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya
tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas. Pada
31
lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) dengan aplikasi, yang sering
dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara
topikal tampaknya memberikan dampak yang lebih baik, penyakit berlangsung
lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5x200mg sehari
selama 5 hari.1
5. Kandidiasis vulvovaginalis
- Definisi
Kandidiasis (atau kandidosis, monoliasis, trush) merupakan berbagai macam
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans dan anggota genus
kandida lainnya.1
- Sumber Infeksi
Tiga sumber infeksi yang menyebabkan terjadinya KVV, meliputi reservoir,
penularan seksual dan kekambuhan.
a. Reservoir
Meskipun saluran gastrointestinal menjadi sumber kolonisasi awal
kandida pada vagina, kontroversi terus berlanjut mengenai peran usus
sebagai sumber reinfeksi pada wanita dengan KVV berulang. Beberapa
penulis, telah menemukan kesesuaian yang jauh lebih rendah diantara
kultur dubur dan vagina pada pasien dengan KVV berulang. Tingginya
angka kultur anorektal dalam beberapa studi mungkin menyatakan
adanya kontaminasi perineum dan perianal dari keputihan. Selain itu,
KVV sering berulang pada wanita tanpa adanya kultur dubur yang
a.
positif.
Penularan seksual
Kolonisasi kandida pada genital laki-laki yang bersifat asimptomatik
adalah empat kali lebih sering terjadi pada laki-laki dimana pasangan
seksualnya merupakan wanita yang terinfeksi. Sekitar 20% kandida
pada penis berasal dari wanita dengan KVV berulang. Kandida paling
sering ditemukan pada laki-laki yang disunat, biasanya asimptomatik.
Patner yang terinfeksi biasanya membawa keturunan yang identik,
namun kontribusi penularan seksual hingga patogenesis infeksi masih
32
b.
belum diketahui.
Kekambuhan
Sejumlah kecil dari mikroorganisme bertahan dalam lumen vagina,
umumnya dalam jumlah yang terlalu kecil yang dideteksi oleh kultur
vagina yang konvensional. Hal ini juga dibayangkan bahwa jumlah
kecil kandida mungkin tinggal sementara di dalam serviks superfisial
atau sel epitel vagina yang hanya muncul kembali beberapa minggu.
- Etiologi
Candida albicans merupakan penyebab 80-90% KVV, dan Candida glabrata
merupakan spesies yang paling sering terlibat selanjutnya.
- Gambaran Klinis
Candida albicans merupakan penghuni yang lazim pada traktus vagina.
Pertumbuhan yang berlebihan dapat menyebabkan rasa gatal yang berat, rasa
terbakar, dan keputihan. Pada pemeriksaan menunjukkan plak keputih-putihan
pada dinding vagina dengan dasar eritema dan dikelilingi edema yang dapat
menyebar ke labia dan perineum.Labia menjadi eritematosa, basah dan maserasi,
dan hiperemis, bengkak dan erosi pada serviks, vesikel kecil pada permukaannya.
Secara karakteristik, gejaladiperburuk pada minggu sebelum onset menstruasi.
Beberapa survei menunjukkan diagnosis pasien yang tidak dapat dipercaya.
Meskipun adakalanya kandida menyebabkan balanopostitis yang bersifat ekstensif
pada laki-laki yang memiliki pasangan wanita yang mengalami kandidiasis vagina,
kejadian yang lebih sering terjadi adalah ruam sementara, eritema, dan pruritus
atau sensasi terbakar pada penis yang timbul beberapa menit atau jam setelah
hubungan seksual tanpa pelindung. Gejala tersebut sembuh sendiri dan sering
menghilang setelah mandi.
- Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, dan
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan KOH, pemeriksaan sediaan basah,
33
antibiotik
kloramfenikol
yang
digunakan
untuk
menekan
34
6. Trikomoniasis
- Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan Trichomonas
vaginalis, dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.1
- Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya
spesies Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada
traktus urogenital. Pertama kali ditemukan oleh Donne pada tahun 1836, dan untuk
waktu yang lama sejak ditemukannya dianggap sebagai komensal. Trichomonas
vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron,
mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup
dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa menit, tetapi
pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari.Cepat mati bila mengering, terkena
sinar matahari, dan terpapar air selama 35-40 menit.
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu Trichomonas
tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup
dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.1
- Gejala klinis
1.
Trikomoniasis Pada Perempuan
Lima puluh persen pada perempuan, asimptomatik. Yang disersng terutama
dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat
sekret vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan,
sampai kuning-kehijauan, berbau tidak enak (malador), dan berbusa. Dinding
vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil
oada dinding vagina dan serviks, yanng tampak sebagai granulasi berwarna
merah dan dikenal sebagai strawberry apperance, disertai gejala dispareuria,
perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstual. Bila sekret banyak
yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna. Selain vaginitas dapat pula uretritis. Bartholinitis, skenitis, dan
sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala
2.
Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas,
mulai dari tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan komplikasi
prostatitis. Masa inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari.
Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang
preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benangbenang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra,
disuria, dan urin keruh pada pagi hari. 1
- Diagnosis
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis, karena
Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan gejala
atau keluhan. Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan bermacam-macam sebab,
karena itu perlu diagnosis etiologik untuk menentukan penyebabnya.
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada
sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita.
Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh jumlah
kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan wanita. Uretritis non gonore
(UNG) yang disebabkan oleh T. vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari
UNG oleh penyebab yang lain.
Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya
pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan hapus, dan pembiakan. Sediaan
basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada
pembiakan dapat digunakan bermacam-macam pembenihan yang mengandung
serum
36
- Tatalaksana
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.Pengobatan trikomoniasis
harus diberikan kepada penderita yang menunjukkan gejala maupun yang tidak.
Sistemik (oral) obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti:
a.
Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg/hari, selama 7
b.
c.
d.
hari.
Nimorazol : dosis tunggal 2 gram.
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram.
Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram.
Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta
parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita:
a. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah
jangan terjadi infeksi pingpong.
b. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum
dinyatakan sembuh.
c. Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.
d. Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke-7
e. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi,
pentungnya keteraturan berobat.
f. Lakukan Provider Intiated Testing and Counseling (PITC) terhadap infeksi HIV
dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain.
g. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.
Pengobatan Pada Kehamilan
Kehamilan pada trimester pertama merupakan kontra indikasi pemberian
metronidazol. Sehubungan telah banyak bukti-bukti yang menunjukkan adanya
kaitan antara infeksi T. vaginalis dengan pecahnya ketuban sebelum waktunya,
maka metronidazol dapat diberikan dengan dosis efektif yang paling rendah pada
trimester kedua dan ketiga.
Infeksi Pada Neonatus
Bayi dengan trikomoniasis simtomatik atau dengan kolonisasi T. vaginalis
melewati umur 4 bulan, harus diobati dengan metronidazol 5 mg/kgBB/oral, 3x
sehari selama 5 hari.1
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF, Nilasari H. Tinjauan infeksi menular seksual, Infeksi Genital NonSpesifik., Gonore, Trikomoniasis, Editor: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015;436-477
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta. 2011
3. MMWR. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2015.
Recommendations and Reports/Vol.64/No.3. CDC. 2015
4. Indriatmi, Wresti. Duh Tubuh Genital. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. FKUI RSCM.
38