Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularnnya terutama


melalui hubungan seksual, kontak langsung dengan alat-alat yang tercemar. Cara
hubungan seksual tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, tetapi dapat juga
secara oro-genital, ano-genital, sehingga kelainan yang timbul ini tidak terbatas hanya
pada daerah genital, tetapi juga pada daerah ekstra genital. Cara penularan IMS melalui
alat-alat yang tercemar seperti: handuk, jarum suntik, atau melalui cairan tubuh, dan
penularan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya atau pada saat inpartu (proses
kelahiran).1
Istilah yang dahulu digunakan sebelum IMS adalah penyakit kelamin atau
Venereal Diseases (V.D) dan hanya terdiri atas 5 penyakit, yaitu sifilis, gonore, ulkus
mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale. Namun, dengan semakin
berkembangnya sarana diagnostic dan teknik laboratorium serta ditemukan berbagai
penyakit lain yang dapat timbul akibat hubungan seksual, seperti jenis penyakit epidemi
contohnya herpes genitalis dan hepatitis B, istilah V.D makin lama makin ditinggalkan
dan diperkenalkan istilah Sexually Transmitted Infection (S.T.I).1
Peningkatan insidensi IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya
adalah perubahan demografik, perubahan sikap dan perilaku akibat faktor demografi di
atas, terutama dalam bidang agama dan moral, pemberian pendidikan kesehatan
khususnya kesehatan genitalia belum, pemakaian obat antibiotik tanpa resep dokter,
maka timbul resistensi kuman terhadap antibiotik tersebut, fasilitas layanan kesehatan
yang kurang memadai dan banyak kasus IMS asimtomatik, pasien merasa tidak sakit,
tetapi dapat menulari pasangan seksualnya.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANAMNESIS
Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau pun paramedis, bertujuan untuk :2

Menentukan faktor risiko pasien


Membantu menegakkan diagnosis sebelum dilakukan pemeriksaan fisik

maupun pemeriksaan penunjang lainnya


Membantu mengidentifikasi pasangan seksual pasien
Agar tujuan anamnesis tercapai, diperlukan keterampilan melakukan
komunikasi verbal (cara kita berbicara dan mengajukan pertanyaan kepada
pasien) maupun keterampilan komunikasi non verbal (keterampilan bahasa
tubuh saat menghadapi pasien).

Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu diperhatikan, yaitu :2

Sikap sopan dan menghargai pasien yang tengah dihadapi


Menciptakan suasana yang menjamin privasi dan kerahasian, sehingga
sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup dan tidak terganggu oleh keluar

masuk petugas
Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan pasien,
jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan memutuskan

pembicaraan
Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesis
menggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri dengan pertanyaan
tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk memberikan
gambaran lebih jelas, sedangkan pertanyaan tertutup adaalah salah satu
bentuk pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat, sering dengan
perkataan ya atau tidak, yang biasanya digunakan untuk lebih
memastikan hal yang dianggap belum jelas.

Gunakan keterampilan verbal secara lebih mendalam, misalnya dengan


memfasilitasi, mengarahkan, memeriksa, dan menyimpulkan, sambil
menunjukkan empati, meyakinkan dan kemitraan.

Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut dibawah ini.
Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health Organization) di
beberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti), pasien akan dianggap
berperilaku berisiko tingi bila terdapat jawaban ya untuk satu atau lebih pertanyaan
di bawah ini :2
Tabel : Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien2
Informasi yang perlu di tanyakan kepada pasien
1.
2.
3.
4.

Keluhan utama
Keluhan tambahan
Riwayat perjalanan penyakit
Siapa menjadi pasangan seksual
tersangka

(wanita/pria

10. Hubungan keluhan dengan


keadaan lainnyamenjelang/sesudah haid;

penjaja

kelelahan fisik/psikis; penyakit :

seks, teman, pacar, suami/isteri)


5. Kapan kontak seksual tersangka

diabetes, tumor, keganasan, lain-

dilakukan
6. Jenis kelamin pasangan seksual
7. Cara melakukan hubungan

dokter/sendiri)

kontrasepsi; pemakaian alat


rangsangan seksual; kehamilan;

(tidak

pernah, jarang, sering, selalu)


9. Riwayat dan pemberi pengobatan
sebelumnya (dokter/bukan

antibiotika, kortikosteroid,
kontrasepsi dalam rahim (AKDR);

seksual (genito-genital,
orogenital, anogenital)
8. Penggunaan
kondom

lain; penggunaan obat :

kontak seksual.
11. Riwayat IMS sebelumnya dan
pengobatannya
12. Hari terakhir haid
13. Nyeri perut bagian bawah
14. Cara kontrasepsi yang digunakan
dan mulai kapan

B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang
dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan
diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam
pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain.
Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh
tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien
mengenai tindakan yang akan dilakukan :2

Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa


harus selalu menggunakan sarung tangan, jangan lupa mencuci tangan

sebelum dan sesudah memeriksa.


Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka
seluruh pakainnya secara bertahap).
o Pasien perempuan, diperiksa

dengan

berbaring

pada

meja

ginekologik dalam posisi litotomi.


Pemeriksa duduk dengan nyaman sambil melakukan inspeksi dan
palpasi mons pubis, labia, dan perineum.
Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia,
perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa,
atau duh tubuh.
o Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/berdiri,
Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta dan
daerah skrotum
Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau

daerah lain
Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan

sekitarnya.
Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran

kelenjar getah bening setempat (regional)


Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan
bahan pemeriksaan.

Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak
berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.

Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan)2


1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma
reagin, syphilis rapid test).
2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena
sifilis :
a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi
larutan salin fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum
c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau
mikroskop lapangan gelap bila ada.

Pemeriksaan Lain :2
a.

Pemeriksaan bimanual
1.
2.

Gunakan sarung tangan dan dapat digunakan pelumas


Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, ibu jari
harus dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking ditekuk

3.

ke arah telapak tangan


Untuk palpasi uterus; letakkan tangan kiri di antara umbilikus dan tulang

4.

simfisis pubis, tekan ke arah tangan yang berada di dalam pelvik


Dengan telapak jari tangan, raba funduk unteri sambil mendorong serviks
ke anterior dengan jari-jari yang berada di pelvik. Perhatikan ukuran,
posisi, konsistensi, mobilitas uterus, dan kemungkinan rasa nyeri saat

5.

menggoyangkan serviks
Dengan perlahan, geser jari-jari yang berada di vagina menuju forniks
lateral sambil tangan yang berada di atas perut menekan ke arah inferior.

b. Pemeriksaan anoskopi

Indikasi : Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien
dianjurkan untuk diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut.
Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan mukosa rektum atau
pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia
fasilitas.

Kontra indikasi : Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut


untuk tindakan anosko. Posisi pasien berbaring dalam posisi Sim atau
miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah
kiri pemeriksa.

C.

CARA MENENTUKAN DIAGNOSIS PENYAKIT KELAMIN


Infeksi Menular Seksual mempunyai beberapa ciri, yaitu :1
1. Penularan infeksi tidak selalu harus melalui hubungan seksual
2. Infeksi dapat terjadi pada orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual
atau orang yang tidak berganti-ganti pasangan
3. Sebagian penderita adalah akibat keadaan di luar kemampuan mereka, dalam arti
mereka sudah berusaha untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih
juga terjangkit.

Penyebab dari IMS dapat dikelompokkan sebagai berikut :1


No

Penyebab

Penyakit

1. BAKTERI
Neisseri gonorrhoeae
Chlamydia trachomatis
Mycoplasma hominis
Ureaplasma urealyticum
Treponema pallidum
Gardberella vaginalis
Donovania granulomatis
2. VIRUS
Herpes simplex virus
Herpes B virus
Human papilloma virus
Molloscum contagiosum virus
Human immunodeficiency virus
3. PROTOZOA
Trichomonas vaginalis
4. FUNGUS
Candida albicans
5. EKTOPARASIT
Phthirus pubis
Sarcoples scabei var.hominis

Uretritis, epididimis, servisitis, proktitis,


faringitis, konjuntivitis, Batholinitis
Uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis,
Salpingitis, limfogranuloma venerum
(hanya C.Trachomatis)
Sifilis
Vaginitis
Granuloma inguinale
Herpes genitalis
Hepatitis fulminan akut dan kronik
Kandiloma akuminata, papiloma laring
pada bayi
Moloskum kontagiosum
A.I.D.S
Vaginitis, uretritis
Vulvovaginitis, balanitis, balanopostitis
Pedikulosis pubis
Skabies

D. DUH TUBUH
Duh tubuh genital adalah cairan yang keluar dari genital bukan urin bukan darah.
Pada pria : duh tubuh uretra. Pada wanita : duh tubuh serviks, duh tubuh vagina dan
duh tubuh uretra.

Duh tubuh genital pria penyebab

Duh tubuh genital wanita - penyebab

1. GONORE
- Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorhoeae. 1
- Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada
tahun 1879 baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam
grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan
N.meningitidis yang bersifat patogen serta N.catarrhalis dan N.pharyngis ini
sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan
suhu di atas 390C, dan tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dab bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
wanita sebelum pubertas.1
- Gejala klinis
Masa tunas gonore sangat singkat. Pada pria umumnya sekitar 2-5 hari.
Pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya
asimptomatis. Infeksi N. Gonorhoeae merupakan fase akut yang didahului rasa
panas dibagian distal urethra diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih
8

seperti disuria dan polakisuria. Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau
seropurulen, kadang-kadang juga terdapat ektropion. Pada beberapa keadaan,
duh tubuh baru keluar bila dilakukan pemijatan atau pengurutan korpus penis
kearah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut
menetes sendiri keluar.

- Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada
distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang
kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gejala objektif :Orificium uretra
eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh tubuh
yang seropurulen atau mukopurulen dan dapat disertai pembesaran
kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
3. Pemeriksaan penunjang
a.
Pewarnaan Gram ( Sediaan langsung )
Gram-negatif diplokokus intrasellular terhadap PMN pada
pemeriksaan eksudat. Pada sediaan langsung dengan pengecatan
gram akan ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan
ekstra seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga
lekosit PMN 5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara
kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.

Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki


sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan
dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesifisitas
b.

90-99%.
Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan
biakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan :
1. Media transpor
2. Media pertumbuhan
Contoh Media Transport
a) Media Stuart: Hanya untuk transport saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
b) Media Transgrow: Selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae
dan N. meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga
96 jam dan merupakan gabungan dari media transport dan
media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media
Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk
mematikan Proteus.
Media Pertumbuhan
a) Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman
positif-gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri
negatif-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
b) Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan
trimetoprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp.
c) Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar

c.

hidrokel. Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus.


Tes Definitif
a) Tes Oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok
tersangka. Semua Neisseria memberikan reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
b) Tes Fermentasi

10

Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi


memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok
hanya meragikan glukosa.
d.

Tes Beta laktamase


Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung

cheomogenic

cephalosporin.

Apabila

kuman

mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan


warna dari kuning menjadi merah.1
- Pengobatan
Non-Medikamentosa :

Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya


(notifikasi pasangan)

Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara laboratories,


bila tidak memungkin anjurkan penggunanaan kondom

Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7

Lakukan konseling mengenai infksi, komplikasi yang dapat terjadi,


pentingnya keterturan berobat

Lakukan Provider Initiated Testing and Counselling (PITC) terhadap infeksi


HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain

Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.

Medika Mentosa
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. Dulu ternyata pilihan utama ialah

penisilin +

probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae.


Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). secara epidemiologis pengobatan yang
dianjurkan adalah obat per oral dengan dosis tunggal.
1.

Sefixim :Sefalosporin (generasi ke-3) dipakai sebagai dosis tunggal 400 mg


per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan 95%.
11

2.

Levofloksasin : Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah


Levofloksasin 500mg, dosis tunggal. Sedangkan Ciprofloksasin 500mg, dan
Ofloksasin 400mg, peroral dosis tunggal, dilaporkan sudah resisten pada

3.

beberapa daerah tertentu, di Indonesia.


Tiamfenikol: Dosisnya 3,5mg, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan
ialah 97,7%. Tidak dianjurkan pemakaian pada saat kehamilan.1

2. Sifilis
- Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir
semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten,
dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
- Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaeraceae dan genus Treponema.
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15
um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan
maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang,
pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.1
- Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2
tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara
klinis dan epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi 3
stadium: stadium I (S I), stadium II (S II), stadium III (S III). Secara
epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi :
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S
II, stadium rekuren, dan stadium latn dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas
stadium laten lanjut dan S III.
Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis.

12

STADIUM DINI MENULAR

1 tahun

STADIUM LANJUT TIDAK

MENULAR
Stadium rekuren
S.t.
SI
2-4 minggu

S II
6-8

S III

minggu
Sifilis laten dini

3-10 tahun

(menular)

Sifilis laten lanjut


(tidak menular)

Keterangan :
S.t.

= sanggama tersangka

SI

= sifilis stadium I

S II

= sifilis stadium II

S III

= sifilis stadium III

- Gejala Klinis
Sifilis Akuisita (Didapat)
A. Sifilis Dini
I.
Sifilis Primer (SI)
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (2-4
minggu). T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit
yang telah mengalami lesi/mikrolesi secara langsung, biasanya
melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak
kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.
Kelainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang
permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian
menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya
ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih , diatasnya
hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulit di
sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut. Yang
13

khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena


itu disebut ulkus durum. Kelainan tersebut dinamakan afek
primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pada
pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius,
sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain juga
dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus.
Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai
sepuluh minggu. Seminggu setelah afek primer, biasanya
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional di
inguinalis medialis. Keseluruhannya disebut kompleks primer.
Kelenjar tersebut soliter, indolen tidak lunak, besarnya
biasanya lentikuler, tidak supuratif. Kulit diatasnya tidak
menandakan tanda-tanda radang akut.
Istilah sifilis demblee dipakai, jika tidak terdapat efek
primer. Kuman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya
pada transffusi darah atau suntikan.

Ulkus durum pada lidah & Ulkus


durum sulcus coronarius
II.

Sifilis
sekunder
(SII)

Biasanya SII timbul setelah 6-8 minggu sejak SI dan


sejumlah 1/3 kasus masih disertai SI. Lama SII dapat sampai
sembilan bulan. Berbeda dengan SI yang tanpa disertai gejala
konstitusi, pada SII dapat disertai gejala tersebut yang terjadi
sebelum atau selama SII. Gejalanya umumnya tidak berat,
berupa anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala,
demam yang tidak tinggi, dan atralgia.

14

Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit


sehingga disebut the great imitator. Selain pada kulit SII juga
dapat menyebabkan kelainan pada mukosa, kelenjar getah
bening, mata , hepar, tulang, dan syaraf.
Kelainan kulit yang membasah (eksudatif) pada SII sangat
menular, kelainan yang kering kurang menular. Kondiloma
lata dan plaque muqueuses ialah bentuk yang sangat menular.
Gejala yang penting untuk membedakan dengan penyakit
kulit yang lain ialah
Kelainan kulit pada SII umumnya tidak gatal, sering
disertai limfadenitis generalisata, pada SII dini kelainan kulit
juga terjadi pada telapak tangan dan kaki.
Antara SII dini dan SII lanjut terdapat perbedaan. Pada SII
dini kelainan kulit generalisata, simetrik, dan lebih cepat
hilang (beberapa hari hinggga beberapa minggu ). Pada SII
lanjut tidak generalisata lagi, melainkan setempat-setempat,
tidak simetris dan lebih lama bertahan (beberapa minggu
hingga beberapa bulan).
S II pada mukosa
Biasanya timbul bersama-sama dengan eksantema pada
kulit, kelainan pada mukosa disebut enantem, terutama terdapat
pada mulut dan tenggorok. Umumnya berupa makula eritematosa,
yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritem yang difus,
berbatas tegas dan disebut angina sifilitika eritematosa.
Keluhannya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu
menelan. Sering faring juga diserang, sehingga memberi keluhan
suara parau. Pada eritema tersebut kadang-kadang terbentuk
bercak putih keabu-abuan, dapat erosif dan nyeri.

15

Kelainan lain ialah yang disebut plaque muqueuses


(mucous patch), berupa papul eritematosa, permukaannya datar,
biasanya miliar atau lentikuler, timbulnya bersama-sama dengan
SII bentuk papul pada kulit. Plaque muqueuses tersebut dapat
juga terletak di selaput lendir alat genital dan biasanya erosif.
Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri, lamanya
beberapa minggu.

Plaque muqueuses (mucous patch)

Kelainan selaput lendir


Mucous patch - banyak mengandung T pallidum,
Bentuk bulat, kemerahan ulkus
Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil dan genital

Interstitial glossitis

III.

Sifilis Laten dini


Laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan, termasuk
alat-alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik
darah positif, sedangkan tes likuor cerebrospinal negative.
16

IV.

Sifilis stadium rekuren


Relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelainan
kulit mirip SII, maupun serologikyang telah negatif menjadi
positif. Hal ini terjadi terutama pada sifilis yang tidak diobati
atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya
bentuk relaps ialah SII, kadang-kadang SI. Relaps dapat
memberi kelainan pada mata, tulang, alat dalam, dan susunan

saraf.1
B. Sifilis Lanjut
I.
Sifilis laten lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan tes serologik. Lama masa laten beberapa tahun
II.

hingga bertahun-tahun, bahkan dapat seumur hidup.


Sifilis Tersier (S III)
Lesi pertama umumnya terlihat antara 3-10 tahun setelah S
I. Kelainan yang khas adalah gumma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif.
Besar gumma bervariasi dari lentikuler sampai sebesar
telur ayam. Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan
tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan.setelah
beberapa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah,
tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa
dan livid serta melekat terhadap gumma tersebut. Kemudian
terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen, kadangkadang sanguinolen, pada beberapa kasus disertai jaringan
nekrotik.
Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya
lonjong/bulat, dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut
terdorong ke luar. Beberapa ulkus berkonfluensi sehingga
membentuk pinggir yang polisiklik. Jika telah menjadi ulkus,
maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai
benjolan menjadi datar.
Tanpa pengobatan gumma tersebut akan bertahan
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Biasanya gumma
17

soliter, tetapi dapat pula multiple, umumnya asimetrik. Gejala


umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika gumma multiple dan
perlunakannya cepat, dapat disertai demam.
Selain gumma, kelainan yang lain pada S III ialah nodus.
Mula-muladi kutan kemudian ke epidermis, pertumbuhannya
lambat

yakni

beberapa

minggu/bulan

dan

umumnya

meninggalkan sikatriks yang hipotrofi.


Nodus tersebut dalam perkembangannya mirip gumma.,
mengalami nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. Dapat
pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya
dengan gumma, nodus lebih superficial dan lebih kecil (miliar
hingga lentikuler), lebih banyak, mempunyai kecenderungan
untuk bergerombol atau berkonfluensi, selain itu tersebar.
Warnanya merah kecoklatan.
Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus.
Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti llin
dan disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional
tidak membesar. Kelainan yang jarang ialah yang disebut
nodositas juxta articularis berupa nodus-nodus subkutan yang
fibrotik, tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar.
S III pada mukosa
Gumma juga ditemukan di selaput lendir, dapat setempat atau
menyebar. Yang setempat biasanya pada mulut dan tenggorok atau
septum nasi. seperti biasanya akan melunak dan membentuk ulkus,
bersifat destruktif jadi dapt merusak tulang rawan septum nasi atau
palatum mole hingga terjadi perforasi. Pada lidah yang tersering ialah
gumma yang nyeri dengan fisur-fisur tidak teratur serta leukoplakia.

18

Sifilis Stadium III, Large gumma

Nasal perforation ec nasal gumma

Sifilis III, Gumma on lower lip

S III pada tulang


Paling sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, dan
humerus. Gejala nyeri biasanya pada malam hari. Terdapat dua bentuk,
yakni periostitis gumatosa dan osteitis gumatosa, kedua-duanya dapat
didiagnosa dengan sinar-x.
S III pada alat dalam
Hepar merupakan organ intra abdominal yang paling sering
diserang. Gumma bersifat multiple, jika sembuh terjadi fibrosis, hingga
hepar mengalami retraksi, membentuk lobus-lobus tidak teratur yang
disebut hepar lobatum.
Esofagus dan lambung dapat pula dikenai, meskipun jarang.
Gumma dapat menyebabkan fibrosis. Pada paru juga jarang, gumma
soliter dapat terjadi di dalam atau di luar bronkus, jika sembuh terjadi
fibrosis dan menyebabkan bronkiektasis. Gumma dapat menyerang
ginjal, vesika urinaria, dan prostat, meskipun jarang. S III pada ovarium
jarang, pada testis kadang-kadang berupa gumma atau fibrosis interstitial,
tidak nyeri, permukaanya rata dan unilateral, kadang-kadang memecah ke
bagian anterior scrotum.
Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama
sifilis dini sebab banyak T.palidum beredar dalam darah. Treponema masuk secra
hematogen ke janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa
kehamilan 10 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan.
Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati terdapat kemungkinan penularan

19

sampai 90%. Jika ibu menderita sifilis laten dini, kemungkinan bayi sakit 80 % ,
bila sifilis lanjut 30%.
Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang
kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi abortus
pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin
dengan sifilis kongenital yang akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti
oleh dua sampai tiga bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan
lahir seorang atau lebih bayi yang sehat. Keadaan ini disebut hukum kossowitz.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis
kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas antara dini dan lanjut ialah dua
tahun. Yang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut
berbentuk gumma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau
deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.
1. Sifilis kongenital dini
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula
bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada
tempat lain di badan. Cairan bula mngandung banyak T.pallidum. Bayi
tampak sakit, bentuk ini adakalanya disebut pemfigus sifilitika.
Kelainan lain biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu
dan mirip erupsi pada S II, pada umumnya berbentuk papul atau papulaskuamosa yang simetris dan generalisata. Dapat tersusun teratur, misalnya
anular. Pada tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi seperti
kondiloma lata. Ragades merupakan kelainan umum yang terdapat pada
sudut mulut, lubang hidung, dan anus, bentuknya memancar (radiating).
Wajah bayi berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan
sehingga kulit keriput. Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi dan
belakang kepala. Kuku dapat terlepas akibat papul di bawahny, disebut onikia
sifilitika. Jika tumbuh kuku yang baru akan kabur dan bentuknya berubah.
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok dapat terlihat plaques
muqueuses seperti pada S II. Kelainan semacam itu sering terdapat pada
20

daerah mukoperiosteum dalam kavum nasi yang menyebabkan rinitis dan


disebut

syphilitic

snuffles.

Kelainan

tersebut

disertai

sekret

yang

mukopurulen atau seropurulen yang sangat menular dan menyebabkan


sumbatan. Pernafasan dengan hidung suka. Jika plaques muqueuses terdapat
pada laring suara menjadi parau. Kelenjar getah bening dapat membesar,
generalisata, tetapi tidak sejelas pada S II.

Hepar dan lien membesar akibat invavasi T.pallidum sehingga terjadi


fibrosis yang difus. Dapat terjadi udema dan sedikit ikterik (fungsi hepar
terganggu). Ginjal dapat diserang, pada urin dapat terbentuk albumin, hialin,
dan granular cast. Pada umumnya kalainan ginjal ringan. Pada paru kadangkadang terdapat infiltrasi yang disebut pneumonia putih.

Sifilis Kongenital Hepato-splenomegali


Tulang sering diserang pada waktu bayi berumur beberapa minggu.
Osteokondrosis pada tulang panjang umumnya terjadi sebelum berumur
enam bulan dan memberi gambaran khas pada waktu pemeriksaan dengan
sinar-x. Ujung tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat
digerakan, seolah-olah terjadi paralisis dan disebut psuedo paralisis parrot.
Kadang-kadang terjadi komplikasi berupa terlepasnya epifisis, fraktur
21

patologik, dan arthritis supurativa. Pada pemeriksaan dengan sinar-x terjadi


gambaran yanng khas. Tanda osteokondritis menghilang setelah 12 bulan,
tetapi periostitis menetap. Umunya tedapat anemia berat sehingga rentan
terhadap infeksi.

Sifilis kongenital periostitis


Neurosifilis aktif terdapat kira-kira 10%. Akibat invasi T.pallidum pada
otak waktu

intrauterin menyebabkan perkembangan otak terhenti.

Menyebabkan pada bayi terjadi konvulsi dan defisiensi mental.


2. Sifilis Kongenital Lanjut
Umumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahu. Gumma
dapat menyerang kulit, tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Yang khas ialah
gumma pada hidung dan mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan
terjadi perforasi, bila meluas menjadi dekstruksi seluruhnya hingga hidung
mengalami kolaps dengan deformitas. Gumma pada palatum mole dan durum
juga sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum.
Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai 1/3tengah tulang dan
menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiotiitis setempat
pada tengkorak berupa tumor bulat yang disebut parrots nodus, umumnya
terjadi pada daerah frontal dan parietal.
Keratitis merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antara
umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensinya 25% dari penderita dengan

22

sifiis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya


nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral.
Stigmata
1. Stigmata pada lesi dini
Fasies
Akibat rinitis yang parah dan terus-menerus pada bayi, akan
menyababkan gangguan pertumbuhan septum nasi dan tulang lain pada
kavum nasi. Kemudian terjadi depresi pada jembatan hidung dan disebut
saddle nose. Maksilla tumbuh secara abnormal yakni lebih kecil daripada
mandibula yang tumbuh normal dan disebut buldogjaw.
Gigi
Gigi hutchinson merupakan kelainan yang khas, hanya terdapat
pada gigi insisiv permanen. Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi
gigi konveks, sedangkan daerah untuk menggigit konkaf.
Kelainan lain yang khas ialah pada gigi molar pertama, biasanya yang di
bawah. Pertama kali dilukiskan oleh moon dan disebut moon:s molar.
Permukaannya berbintil-bintil (tuberkula) sehingga mirip murbai,
karena itu dinamai pula mulbery molar. Kelainan ini lebih sering terdapat
daripada gigi hutchinson. Enamel di tempat itu tipis, hingga mudah
terjadi karies dan cepat tanggal.

Hutchinsons teethHutchinsons teeth


Ragades
Ragades terdapat terutama pada sudut mulut, jarang pada lubang
hidung dan anus. Terbentuknya dari papul-papul yang berkonfluensi,
akibat pergerakan mulut terjadi fisur yang kemudian mengalami infeksi

23

sekunder, jika sembuh meninggalkan jaringan parut linear yang


memancar dari sudut mulut.
2. Stigmata pada lesi lanjut
Kornea
Keratitis interstitsial dapat meninggalkan keruhan pada lapisan
dalam kornea.

Sikatriks gumatosa
Gumma pada kulit meninggalkan sikatriks yang hipotrofi seperti
kertas perkamen. Pada palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.
Tulang
Osteoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre
tibia. Nodus periosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang
abnormal dan pelebaran regio frontalis yang disebut frontal bossing.
Kalianan ini bersama dengan saddle nose dan bulldog jaw disebut buldog
facies.
Trias hutchinson
Trias hutchinson ialah sindrom yang terdiri dari keratitis
intertisisal, gigi hutchinson, dan ketulian nervus VIII.
- Pemeriksaan untuk Diagnosa
1. Pemeriksaan Treponema pallidum

Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap melihat

pergerakkan Treponema
Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan
Treponema, - T. pallidum telah mati kuman berwarna jernih

dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.


2. Serologi Tes sifilis (STS)
STS penting u diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan.
Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi
yang berlainan akibat infeksi T.pallidum
Klasifikasi STS

24

Tes Non Treponema

kolesterol
Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati /

: kardiolipin, lesitin dan

fraksi Treponema pallidum


Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang

memberi hasil positif


Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi
yang memberikan hasil negatif .

Tes Non Treponema

Hasil STS non Treponema menjadi negatif (-) dalam 3 8 bln

setelah pengobatan adekuat.


Penilaian -`kualitatif & kuantitatif
Hasilnya menjadi positif (+) dalam 2 minggu I setelah ulkus
durum positif (+)

Titer pada berbagai stadium :

SI
: Negatif / positif rendah sampai tinggi
S II
: Positif tinggi
S III
: Positif tinggi
S kardiovaskular
: Dapat non reaktif
Neurosifilis
: Dapat non reaktif

Tes Treponema
Tes Treponema digolong 4 kelompok, yaitu :
1. Tes Imobilisasi
Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
Hasil positif pada Treponematosis
Kekurangannya
Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I,
Tidak dapat digunakan untuk menilai hasil
pengobatan,
Teknik sulit dan
Biayanya mahal
2. Tes imunofluoresensi
25

a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs)


Tes ini paling sensitif (90 %), bisa untuk mendeteksi Ig G
False (+) pada :

Keganasan
Anemia hemolitik
Lupus eritematosus
Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis
Kehamilan
Skleroderma
Infeksi virus, vaksinia
Drug induced LE
Orang normal

- Pengobatan
Obat pilihan untuk Therapi sifilis adalah Penisilin
Tidak dianjurkan pemberian penisilin oral
Prinsip Therapi sifilis adalah kadar obat harus dapat bertahan dalam
serum selama 10 14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari neurosifilis dan
sifilis
kardiovaskular.
Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03 unit/ml selama 10 14 hari
Cara & dosis pemberian penisilin dalam kepustakaan masih berbeda.
Dosis total yang dianjurkan :
SI
S II
S III

: 4,8 juta unit


: 6 juta unit
: 9 juta unit

Dosis yang dianjurkan oleh WHO (1982 yaitu :


Stadium dini (menular)

: dosis total 30 gram/15 hari

Stadium lanjut (tidak menular) : dosis total 60 gram/30 hari


Sebelum Therapi diberikan, harus pemeriksaan STS
Pemeriksaan STS ini diulang kembali setelah Therapi selesai
Pemeriksaan STS pasca Therapi dilakukan
secara cermat 1, 3, 6, & 12 bulan
sampai 2 tahun setelah Therapi selesai
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
tujuan untuk menilai hasil Therapi &

26

kemungkinan
adanya Therapi tidak adekuat atau adanya relaps penyakit.1
3. Ulkus Mole
- Definisi
Ulkus

mole

adalah

penyakit

infeksi

pada

alat

kelamin

yang

akut,

setempat,disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilusducreyi) dengan


gejala klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi,
dan sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional.1
- Etiologi
Basil H.ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung membulat, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora, Gram-negatif, anaerob fakultatif yang
membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhan, mereduksi nitrat menjadi
nitrit, dan mempunyai DNA berisi guanosine plus-cytosine fraksi 0,38 mole.
Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama dapat dilihat
pada biakan sehingga disebut juga Steptobacillus. Basil ini pada lesi terbuka di
daerah genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah
dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi
abses kelenjar inguinal. Kuman ini sukar dibiak.1
- Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari, tanpa
gejala prodormal. Lesi kebanyakan multipel, dangkal, jarang soliter, biasanya
pada daerah genital, jarang pada daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit
berupa papul, kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah
menjadi ulkus.
Ulkus kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk cawan,
pinggir tidak rata, bagian tepi sering bergaung dan eritematosa dan mengalami
ulserasi. Ulkus sering tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan
granulasi yang mudah berdarah jika lapisan tersebut diangkat Dasar ulkus ditutupi
oleh eksudat abu-abu kuning berserat yang pirulen dan limpodenopati, dan pada
perabaan terasa nyeri, biasanya lebih nyeri pada laki-laki daripada perempuan.
Tempat predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium, sulkus
koronarius, frenulum penis, dan batang penis. Dapat juga timbul lesi di dalam
27

uretra, scrotum, perineum atau anus. Pada wanita ialah labia minora, klitoris,
fourchette, vestivuli, anus, dan serviks.

- Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang lain. Harus
dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran.Pemeriksaan serelogik untuk
menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan. Sebagai penyokong diagnosis adalah:
1.

Pemeriksaan sediaan hapus


Diambil bahan pemeriksaan (spesimen) dari tepi ulkus yang tergaung
dengan menggunakan apusan kapas, di buat hapusan pada gelas alas,
Pemeriksaan langsung ini dapat dilakukan dengan pewarnaan gram,
giemsa atau mikroskop elektron.Identifikasi yang cepat dapat dengan
pewarnaan methylgreenpyronine pappenheim dan Unna, juga dapat
dilaksanakan dengan pewarnaan blue dan wright. Namun pemeriksaan
langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena banyaknya flora
polimikrobial ulkus genital.Hanya pada 30-50% kasus ditemukan basil

2.

berkelompok atau berderet seperti rantai.


Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada
perbenihan atau pelat agar khusus( Chocolate Agar) yang ditambahkan
darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan
bahwa perbenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri
yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan.Inkubasi
membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal
madium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, iso-witalex 1 %, dan
vankomisin 3 mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul. Pada

28

biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi opak
atau translusen dapat digeser pada permukaan agar dalam keadaan
3.
4.

utuh, nampak 2-4 hari, tetapi biasa 7 hari setelah inokulasi.


Teknik imunofluoresens untuk menemukan antibody.
Biopsi
Biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada
gambaran histopatologik ditemukan:
a. Daerah superfisial pada dasar ulkus : neutrophil, fibrin, eritrosit,
dan jaringan nekrotik.
b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan
menimbulkan thrombosis. Terjadi perubahan degeneratif pada
dinding pembuluh-pembuluh darah.
c. Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma

dan sel-sel limfoid.


- Pengobatan
Pengobatan yang dianjurkan:
Siprofloksasin 2x 500 mg/ hari per oral, selama 3 hari atau
Eritromisin 3x 500 mg/hari per oral, selama 7 hari atau
Azitromisin 1 gram per oral .dosis tunggal atau
Seftriakson 250 mg IM, dosis tunggal
Pengobatan local untuk ulkus : kompres atau rendam dalam larutan salin sehingga
dapat menghilangkan debris nekrorik dan mempercepat penyembuhan ulkus.1
4. Herpes Simpleks
- Definisi
Herpes Genitalis merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus Herpes
Simplex (virus herpes hominis) terutama tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel
yang berkelompok atau erosi atau ulkus diatas kulit yang eritematosa pada daerah

29

dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun


rekurens.1

- Etiologi
HSV I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karateristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).
Sebagian besar penyebab herpes genitalis adalah HSV-2 tetapi walaupun demikian
dapat juga disebabkan oleh HSV-1 (16,1%) akibat hubungan kelamin secara
orogenital atau penularan melalui tangan.1
- Gejala klinis
Infeksi HSV ini berlangsung dalam 3 tingkat.
1. Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Virus ini juga sebagai
penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat
predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital, juga dapat
menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang
disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat
disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan
30

sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan
dapat ditemukan pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang sembuh tanpa psikatriks.
Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada
genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.
2. Fase laten
Fase laten ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS
dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif,
dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik
(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma
psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung
kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum
timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat
timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non
loco).
- Diagnosis
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan
tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear.
- Pengobatan
Sampai saaat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya
tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas. Pada
31

lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) dengan aplikasi, yang sering
dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara
topikal tampaknya memberikan dampak yang lebih baik, penyakit berlangsung
lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5x200mg sehari
selama 5 hari.1
5. Kandidiasis vulvovaginalis
- Definisi
Kandidiasis (atau kandidosis, monoliasis, trush) merupakan berbagai macam
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans dan anggota genus
kandida lainnya.1
- Sumber Infeksi
Tiga sumber infeksi yang menyebabkan terjadinya KVV, meliputi reservoir,
penularan seksual dan kekambuhan.
a. Reservoir
Meskipun saluran gastrointestinal menjadi sumber kolonisasi awal
kandida pada vagina, kontroversi terus berlanjut mengenai peran usus
sebagai sumber reinfeksi pada wanita dengan KVV berulang. Beberapa
penulis, telah menemukan kesesuaian yang jauh lebih rendah diantara
kultur dubur dan vagina pada pasien dengan KVV berulang. Tingginya
angka kultur anorektal dalam beberapa studi mungkin menyatakan
adanya kontaminasi perineum dan perianal dari keputihan. Selain itu,
KVV sering berulang pada wanita tanpa adanya kultur dubur yang
a.

positif.
Penularan seksual
Kolonisasi kandida pada genital laki-laki yang bersifat asimptomatik
adalah empat kali lebih sering terjadi pada laki-laki dimana pasangan
seksualnya merupakan wanita yang terinfeksi. Sekitar 20% kandida
pada penis berasal dari wanita dengan KVV berulang. Kandida paling
sering ditemukan pada laki-laki yang disunat, biasanya asimptomatik.
Patner yang terinfeksi biasanya membawa keturunan yang identik,
namun kontribusi penularan seksual hingga patogenesis infeksi masih
32

b.

belum diketahui.
Kekambuhan
Sejumlah kecil dari mikroorganisme bertahan dalam lumen vagina,
umumnya dalam jumlah yang terlalu kecil yang dideteksi oleh kultur
vagina yang konvensional. Hal ini juga dibayangkan bahwa jumlah
kecil kandida mungkin tinggal sementara di dalam serviks superfisial
atau sel epitel vagina yang hanya muncul kembali beberapa minggu.

- Etiologi
Candida albicans merupakan penyebab 80-90% KVV, dan Candida glabrata
merupakan spesies yang paling sering terlibat selanjutnya.
- Gambaran Klinis
Candida albicans merupakan penghuni yang lazim pada traktus vagina.
Pertumbuhan yang berlebihan dapat menyebabkan rasa gatal yang berat, rasa
terbakar, dan keputihan. Pada pemeriksaan menunjukkan plak keputih-putihan
pada dinding vagina dengan dasar eritema dan dikelilingi edema yang dapat
menyebar ke labia dan perineum.Labia menjadi eritematosa, basah dan maserasi,
dan hiperemis, bengkak dan erosi pada serviks, vesikel kecil pada permukaannya.
Secara karakteristik, gejaladiperburuk pada minggu sebelum onset menstruasi.
Beberapa survei menunjukkan diagnosis pasien yang tidak dapat dipercaya.
Meskipun adakalanya kandida menyebabkan balanopostitis yang bersifat ekstensif
pada laki-laki yang memiliki pasangan wanita yang mengalami kandidiasis vagina,
kejadian yang lebih sering terjadi adalah ruam sementara, eritema, dan pruritus
atau sensasi terbakar pada penis yang timbul beberapa menit atau jam setelah
hubungan seksual tanpa pelindung. Gejala tersebut sembuh sendiri dan sering
menghilang setelah mandi.

- Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, dan
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan KOH, pemeriksaan sediaan basah,
33

pemeriksaan pH, biakan, histopatologi, dan tes fermentasi).


Diagnosis laboratorium pada penderita mudah ditegakkan karena pemeriksaan
miroskopik langsung mempunyai sensitivitas yang tinggi. Dengan menggunakan
KOH 10-20%, tampak adanya sel ragi yang polimorfik, berbentuk lonjong, atau
bulat berukuran 2-6 x 4-9 m, blastospora (sel ragi yang sedang bertunas), sel
budding yang khas, hifa bersekat atau pseudohifa, kadang-kadang ditemukan
klamidiospora. Elemen jamur (budding yeast cell/ blastospora/ blastokonidia/
pseudohifa/ hifa) tampak sebagai Gram positif dan sporanya lebih besar dari
bakteri yang dapat diamati dengan pewarnaan Gram. Pemeriksaan sediaan basah
juga dapat melihat bentuk hifa dan budding yeast dari kandida, dengan cara
sediaan cairan vagina diletakkan pada objek glas kemudian ditetesi 1-2 tetes
larutan 0,9% isotonik sodium klorida dan diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 400 x. pH kandidiasis vaginal kurang dari 4,5 dapat dibuktikan dengan
menggunakan kertas lakmus. Biakan memiliki nilai sensitivitas yang tinggi sampai
90%. Medium biakan yang dipakai adalah agar dekstrose Sabouraud dan
modifikasi agar Sabouraud. Pada modifikasi agar Sabouraud, komposisinya
ditambahkan

antibiotik

kloramfenikol

yang

digunakan

untuk

menekan

pertumbuhan bakteri. Media ini merupakan media selektif untuk mengisolasi


kandida. Kandida umumnya mudah tumbuh pada suhu kamar 25-30C, dan
pertumbuhan dapat terjadi 2-5 hari setelah biakan. Koloni tampak berwarna krem
atau putih kekuningan, permukaan koloni halus, licin, lama kelamaan berkeriput
dan berbau ragi. Biakan dinyatakan negatif bila dalam waktu 4 minggu tidak
tumbuh. Untuk melakukan identifikasi spesies perlu dilakukan subkultur untuk
mendapatkan koloni yang murni, kemudian koloni baru dapat diidentifikasi.1
- Pengobatan
Peroral : Flukonazole 150 mg, dosis tunggal, per oral
Intravagina:Butokonazol 2% krim,1x 5 g
Terkonazole 0,4% krim, 5 g per hari selama 7 hari
Terkonazole 0,8%, 5 g perhari selama 3 hari
Terkonazol 80 mg sup, 1 kali per hari selama 3 hari.1

34

6. Trikomoniasis
- Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan Trichomonas
vaginalis, dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.1
- Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya
spesies Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada
traktus urogenital. Pertama kali ditemukan oleh Donne pada tahun 1836, dan untuk
waktu yang lama sejak ditemukannya dianggap sebagai komensal. Trichomonas
vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron,
mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup
dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa menit, tetapi
pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari.Cepat mati bila mengering, terkena
sinar matahari, dan terpapar air selama 35-40 menit.
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu Trichomonas
tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup
dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.1
- Gejala klinis
1.
Trikomoniasis Pada Perempuan
Lima puluh persen pada perempuan, asimptomatik. Yang disersng terutama
dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat
sekret vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan,
sampai kuning-kehijauan, berbau tidak enak (malador), dan berbusa. Dinding
vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil
oada dinding vagina dan serviks, yanng tampak sebagai granulasi berwarna
merah dan dikenal sebagai strawberry apperance, disertai gejala dispareuria,
perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstual. Bila sekret banyak
yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna. Selain vaginitas dapat pula uretritis. Bartholinitis, skenitis, dan
sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala
2.

lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa.


Trikomoniasis Pada Pria
35

Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas,
mulai dari tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan komplikasi
prostatitis. Masa inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari.
Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang
preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benangbenang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra,
disuria, dan urin keruh pada pagi hari. 1

- Diagnosis
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis, karena
Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan gejala
atau keluhan. Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan bermacam-macam sebab,
karena itu perlu diagnosis etiologik untuk menentukan penyebabnya.
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada
sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita.
Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh jumlah
kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan wanita. Uretritis non gonore
(UNG) yang disebabkan oleh T. vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari
UNG oleh penyebab yang lain.
Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya
pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan hapus, dan pembiakan. Sediaan
basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada
pembiakan dapat digunakan bermacam-macam pembenihan yang mengandung
serum
36

- Tatalaksana
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.Pengobatan trikomoniasis
harus diberikan kepada penderita yang menunjukkan gejala maupun yang tidak.
Sistemik (oral) obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti:
a.
Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg/hari, selama 7
b.
c.
d.

hari.
Nimorazol : dosis tunggal 2 gram.
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram.
Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram.

Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta
parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita:
a. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah
jangan terjadi infeksi pingpong.
b. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum
dinyatakan sembuh.
c. Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.
d. Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke-7
e. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi,
pentungnya keteraturan berobat.
f. Lakukan Provider Intiated Testing and Counseling (PITC) terhadap infeksi HIV
dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain.
g. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.
Pengobatan Pada Kehamilan
Kehamilan pada trimester pertama merupakan kontra indikasi pemberian
metronidazol. Sehubungan telah banyak bukti-bukti yang menunjukkan adanya
kaitan antara infeksi T. vaginalis dengan pecahnya ketuban sebelum waktunya,
maka metronidazol dapat diberikan dengan dosis efektif yang paling rendah pada
trimester kedua dan ketiga.
Infeksi Pada Neonatus
Bayi dengan trikomoniasis simtomatik atau dengan kolonisasi T. vaginalis
melewati umur 4 bulan, harus diobati dengan metronidazol 5 mg/kgBB/oral, 3x
sehari selama 5 hari.1

37

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF, Nilasari H. Tinjauan infeksi menular seksual, Infeksi Genital NonSpesifik., Gonore, Trikomoniasis, Editor: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015;436-477
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta. 2011
3. MMWR. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2015.
Recommendations and Reports/Vol.64/No.3. CDC. 2015
4. Indriatmi, Wresti. Duh Tubuh Genital. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. FKUI RSCM.

38

Anda mungkin juga menyukai