Anda di halaman 1dari 13

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dermatitis atopic (DA) adalah perdarahan kulit berupa dermatitis yang kronis residif,
disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi(fase infatil)
danbagian fleksural eksrimitas (fase anak)
Sinonim
s. prurigo besnier, eczema
Epidemiologi
DA kerap terjadi pada saat remaja, kadang dapat menetap atau bahkan baru mulai muncul
dewasa. Istilah atopy telah diperkenaloleh coca dan cooke pada tahun 1923 asal kata atopos yang
berarti berbeda dan yang dimaksud adalah penyakit yang tidak biasa, baik lokasi kulit yang
terkena maupun penyakitnya.
ETIOPATOGENESIS
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopik minsalnya faktor genetik,
lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah
melalui reaksi imunologik. Sel sel yang sangat berperan dalam pathogenesis dermatitis atopik ini adalah
sel eosinofil, sel langerhans dan sel limfosit T.
Apabila suatu antigen menempel pada kulit orang dengan kecenderungan atopik, maka antigen
tersebut akan mengalami proses dimana ditangkapnya faktor pencetus oleh molekul IgE yang ada pada
mastosit epidermis atau akan ditangkap oleh sel langerhans. Apabila ditangkap IgE yang ada pada
mastosit maka akan memicu respon type I yang klasik, dilanjutkan dengan respon fase lambat dan akan
timbul suatu jejas yang secara histopatologik menunjukkan tanda reaksi tipe I dengan sebukan sel
eosinofil.
Sedangkan apabila antigen tersebut ditangkap oleh sel langerhans kemudian akan dipresentasikan
kepada sel T maka akan menimbulkan respon type IV tetapi dengan perantara IgE yang ada pada
membran sel langerhans.
Berbagai bahan yang dapat bertindak sebagai antigen pad dermatitis atopik adalah:
1. Makanan ( telur ,susu, gandum, kedele, kacang tanah ). Biasanya pada dermatitis atopik pada
anak.
2. Tungau debu rumah.
3. Infeksi virus, bakteri dan jamur.
4. Kuman S.aureus yang dapat bertindak sebagai superantigen.

Imunopatologi DA
Kulit pasien DA yang bebas lesi klinis menampakkan hiperplasia epidermal ringan dan
infiltrat perivaskuler yang jarang. Lesi kulit eksematosa akut ditandai edema interseluler nyata
(spongiosis) epidermis. Sel Langerhans (LC) dan makrofag dalam lesi kulit dan sedikit dalam
kulit tanpa lesi, menampakkan molekul IgE, selain didapati pula sedikit infiltrat sel T dalam
epidermis. Di dalam dermis dari lesi akut, tampak influx sel T. Infiltrat limfositik tersebut terdiri
terutama atas sel T memori aktif yang membawa CD3, CD4 dan CD45 RO (bukti dari pajanan
sebelumnya dengan antigen). Eosinofil jarang ditemukan pada DA akut, sedangkan sel mast
dalam jumlah normal dalam stadium degranulasi berbeda.
Lesi kronik likenifikasi ditandai oleh epidermis hiperplastik dengan pemanjangan rete
ridges, hiperkeratosis jelas, dan spongiosis minimal. Terdapat peningkatan sel LC yang
membawa IgE dalam epidermis, dan makrofag mendominasi infiltrate dermis. Jumlah sel mast
meningkat dan umumnya dalam stadium degranulasi penuh. Sel netrofil tidak ditemui dalam lesi
kulit DA walaupun terjadi peningkatan kolonisasi dan infeksi S aureus. Eosinofil meningkat
dalam lesi kulit DA kronik, dan sel ini mengalami sitolisis dan melepas kandungan protein
granul ke dalam dermis atas dari kulit berlesi (major basic protein dengan pola fibriler).
Eosinofil diduga berkontribusi dalam inflamasi alergik dengan mensekresikan sitokin dan
mediator yang meningkatkan inflamasi alergik dan menginduksi kerusakan jaringan melalui
produksi reactive oxygen intermediate (ROI) dan pelepasan protein toksik dari granul.
Sitokin dan kemokin
Sitokin TNF- dan IL-1 dari keratinosit, sel mast, dan sel dendritik (DC) mengikat
reseptor pada endotel vaskuler, mengaktifkan jalur sinyal, yang berakibat pada induksi molekul
adesi sel endotel vaskuler. Kejadian di atas, mengawali proses tethering, aktivasi, dan adesi sel
radang ke endotel vaskuler dilanjutkan dengan ekstravasasi sel radang ke dalam kulit. Setelah
berada dalam kulit, sel radang merespon chemotactic gradients oleh pengaruh kemokin yang
muncul dari lokasi kerusakan atau infeksi.
DA akut disertai dengan produksi sitokin dari sel Th2, IL-4 dan IL-13, yang memediasi
pergeseran isotip imunoglobulin ke sintesis IgE, dan upregulasi ekspresi molekul adesi pada sel
endotel. Sebaliknya, IL-5 berperan dalam perkembangan dan kelangsungan hidup eosinofil, dan
hal ini dominan pada DA kronik. Produksi GM-CSF yang meningkat akan menghambat

apoptosis monosit, sehingga berkontribusi dalam persistensi DA. Bertahannya DA kronik


melibatkan pula sitokin sel Th1-like, IL-12 dan IL-18, IL-11, dan TGF-1.
Klasifikasi
Klasifikasi DA umumnya didasarkan atas keterlibatan organ tubuh, DA murni hanya
terdapat di kulit, sedangkan DA dengan kelainan di organ lain misalnya asma bronchial, rhinitis
alergika, serta hipersensitivitas terhadap berbagaian poliven( hirup dan makanan). DA murni
dibagi 2 DA intrinsic adalah DA tanpa bukti hipersensitivitas terhadap allergen poliven dan tanpa
peningkatan kadar ige total dalam serum. Tipe ekstrinsik bila terbukti pada uji kulit terdap
Gejala klinis
Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus yang makin hebat di malam hari. Akibat
garukan biasanya akan timbul bermacam macam kelainan kulit seperti likenifikasi, erosi,
ekskoriasi, eksudasi dan krusta.
Dermatitis atopik dapat dibagi 3 fase yaitu:
1. Fase infantil ( 2 bulan 2 tahun )
Lesi awal biasanya muncul setelah usia 2 bulan. Biasanya akut atau subakut.
Predileksi pada kedua pipi dan dahi berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena
gatal, dogosok, pecah eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi dapat meluas
ketempat yang lain yaitu scalp, leher, pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Lutut
( pada anak yang sudah bisa merangkak ) bahkan dapat menjadi generalisata. Rasa gatal
biasanya menyebabkan anak susah tidur, gelisah dan sering menangis. Pada usia 18 bulan
mulai tampak likenifikasi. Sebagian besar sembuh setelah usia 2 tahun namun dapat juga
berlanjut menjadi bentuk dermatitis atopik pada anak.
2. Fase anak ( 2 10 tahun )
Sebagian besar kasus (86%) muncul sebelum umur 5 tahun, dapat merupakan
lanjutan fase infantile namun dapat juga timbul sendiri. Predileksi pada lipat siku, lipat
lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, leher bagian lateral dan anterior.
Lesi biasanya lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi dan
sedikit skuama. Akibat garukan terjadi erosi, ekskoriasi, likenifikasi dan dapat terjadi
infeksi sekunder. Akibat garukan, kulit menjadi menebal dan terjadi perubahan lain yang
memicu gatal sehingga lingkaran setan siklus gatal garuk
3. Fase remaja dan dewasa

Predileksi biasanya pada lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata
dan ekstensor punggung kaki. Akibat garukan berulang dan perjalan penyakit yang kronis
umumnya lesi cenderung kronik ditandai dengan hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan
likenifikasi. Lesi dangat gatal terutama di malam hari atau jika berkeringat dan penyakit
biasanya kambuh bila mengalami stress. Penyakit cenderung menurun atau membaik
setelah usia 30 tahun, hanya sebagian kasus yang berlanjut sampai usia tua. Penderita DA
berisiko menderita dermatitis tangan kira-kira 70%.
Criteria diagnosis DA
Diagnosis da dapat ditegakkan secara klinis dengan gejala utama gatal, penyebaran
simestris ditempat predileksi(sesuai usia) terdapat dermatitis yang kronik- residif, riwayat atopi
pada pasien atau keluarga. Criteria tersebut disebut criteria mayor hanifin-rajka untuk
memastikan dibutuhkan 3 tanda m inor lainya. Dalam praktek sehari dapat digunakan criteria
William guna menetapkan diagnosis da yaitu:
1. Harus ada : Rasa gatal ( pada anak-anak dengan bekas garukan).
2. Ditambah 3 atau lebih:
- Terkena pada daerah lipatan siku, lutut, di depan mata kaki atau sekitar leher
(termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun).
- Anamnesis ada riwayat atopi seperti asma atau hay fever (ada riwayat penyakit atopi
pada anak anak).
- Kulit kering secara menyeluruh pada tahun terakhir.
- Ekzema pada lipatan (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak <4 tahun).
- Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4 tahun).

Criteria mayor
Pruritus
dermatitis di muka atau

Criteria minor
xerosis
ekstensor

pada bayi dan anak


Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau residif
Riwayat atopi pada penderita atau
keluarga

Infeksi kulit (khusus: S.aureus dan


HSV)
Dermatitis nonspesifik pada
tangan&kaki
Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis
pilaris
Pitiriasis alba

White dermographism dan delayed


blanch response
Keilitis
Lipatan infraorbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
Katarak subkapsular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat atau eritem
Gatal bila berkeringat
Intoleransi wol atai pelarut lemak
Aksentuasi perifolikular
Hipersensitif makanan
Dipengaruhi faktor lingkungan dan
emosi
Skin test alergi dadakan (+)
IgE serum meningkat
Awitan usia dini
Diagnosis::
3 Mayor + 3 Minor
kriteria diagnosis untuk bayi:
Criteria mayor
3 Kriteria Mayor:

Criteria minor
3 Kriteria Minor:

Pruritus
dermatitis di muka atau

Xerosis/ Iktiosis/ hiperliniar palmaris


ekstensor

pada bayi dan anak


Riwayat atopi pada penderita atau
keluarga
Derajat keparahan dermatitis atopic

Aksentuasi perifolikular
Fisura belakang telinga
Skuama di skalp kronis

Guna menilai derajat sakit hanifin dan rajaka membuat scoring untik derajat sakit
I.

Luas Lesinya
a. Fase anak/dewasa
i. < 9% luas tubuh (1)
ii. 9-36% luas tubuh (2)
iii. >36% luas tubuh (3)
b. Fase infantil
i. < 18% luas tubuh (1)
ii. 18-54% luas tubuh (2)
iii. >54% luas tubuh (3)
Perjalanan penyakit
a. Remisi > 3bulan/ tahun (1)
b. Remisi < 3 bulan/ tahun (2)
c. Kambuhan (3)
Intensistas penyakit
a. Gatal ringan, gangguan tidur (1)
b. Gatal sedang, gangguan tidur (2)
c. Gatal berat, gangguan tidur (3)

II.

III.

Penilaian scor
3-4 : ringan
5-7 : sedang
8-9 : berat
Cara lain menilai derajat keparahan penyakit merupakan bagian yang penting dalam
menegakkan diagnosis pada anak dengan eczema. Hal itu penting dilakukan sebagai evaluasi
sebelum memberikan intervensi pengobatan yang tepat. Metode yang paling banyak digunakan
dalam menilai derajat DA yaitu menggunakan skor SCORAD atauNESS

Diagnosis banding
Diagnosis banding da tergantung padda fase atau usia, manifestasi klinis, serta lokasi DA.
Pada fase bayu dapat mirip dermatitis seboroik, psoriasis dan dermatitis popok. Sedangkan pada
fase anak dapat mirip dengan dermatitis numularis, dermatitis intertriginosa, dermatitis kontak,
dermatitis traumatika. Sedangkan pada fase dewasa lebih mirip dengan neurodermatitis atau
liken simpleks kronikus.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan klinis. Peningkatan kadar igE
dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15% orang sehat, demekian pula kadar eosinofil
sehingga tidak patogmonik. Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu
atau makanan tertentu bukan untuk diagnostic.
Tata laksana
Edukasi dan konseling
Perku diberikan informasi dan edukasi kepada orangtua , pengasuh keluarga tentang DA
perjalanan penyakit serta factor yang mempengaruhi penyakit, factor yang mempengaruhi
kekambuhan di antaranya allergen hirup(tunggau/debu), allergen makanan pada bayi < 1
tahun( makanan, kacang-kacangan bahan pewarna, penyedap rasa).namun dijelaskan alergi
terhadap mkanan dapat hilang berangsur-angsur sesuai dengan bertambahnya usia.
Pemilihan obat topical
Obat topical yang digunakan pada DA bayi dan anak sama dengan dewasa, meliputi
pelembab, kortikosteroid dan obat-obat penghambat kalsineurin(mis pimekrolimus atau
takrolimus)
Pelembab
Berfungsi memulihkan disfungsi sawar kulit. Beberapa jenis belembab anatra lain beruap
humektan(gliserin, dan propilen glikol), nstursl moidturising fsctor(mis urea 10% dalam euserin
hidrosa) emolien(mis lanolin 10%\, petrolatum, minyak tumbuhan dan sintesis, protein
rejuvenators (asam amino), bahan lipolifik( asam lemak, esensial, fosfolipid dan seramid)

Pemakaian pelembab dilakukan secara tersatur 2 kali sehari dioleskan segera setelah
mandi walaupun sedang tidak ada gejala DA

Kortikosteroid topikal
Pada bayi digunakan KS potensi rendah seperti hidrokortison 1,5-2,5%. Pada dewasa dipakai KS
potensi menengah seperti triamsinolon kecuali untuk daerah kulit wajah, genitalia dan intertriginosa. Bila
penyakit telah dapat dikontrol, KS dipakai secara intermitten misalnya 2x seminggu potensi rendah
mencegah penyakit tidak kambuh.
Imunomodulator topikal
Terdiri dari takrolimus dan pimekrolimus. Preparat ini aman digunakan jangka panjang dan pada
area kulit wajah dan intertriginosa, tidak menyebabkan atrofi kulit. Takrolimus 0,03% untuk usia 2-15
tahun dan 0,03% atau 0,1% untuk dewasa. Pimekrolimus tersedia dalam konsentrasi 1%. Pemakaian
diberikan 2 kali sehari. Obat ini tidak dianjurkan untuk usia < 5 tahun.
Pengobatan sistemik
Kadang diperlukan terapi sistemik pada DA anak. Antihistamin sistemik mampu mengurangi rasa
gatal sehingga mengurangi frekuensi garukan yang dapat memperburuk penyakit. Rasa gatal hanya tidak
disebabkan histamine, namun masih disebabkan oleh mediator lain. Anti histamis yang bersifat sedative
lebih efektif dalam mengurangi rasa gatal dibandingkan dengan antihistamin nonsedatif(misalnya
loratadin, ceterizin, terfenadin, feksofenadin). Meskipun demikian, antihistamin nonsedatif memiliki
keungulan, yaitu dapat mencegah migrasi sel inflamasi. Pemberian seterizin pada bayi atopic selama 18
bulan mampu mencegah bayi dengan DA berkembang jadi pengidap asma.
Diet makanan pada anak dengan dermatitis atopik
Khususnya pada bayi atau anak kurang dari 1 tahun, allergen makanan lebih berpengaruh
daripada allergen debu rumah. Perlu bukti korelasi riwayat alergi makanan dengan kekambuhan lesi. Uji
kulit diantaranya soft allergen fast test (saft), pricked test (uji tusuk) atau double blind allergen placebo
controlled food challenge test(DBPFCT) sebelum memberikan diet makanan.
Allergen makanan yang sering dilaporkan berupa telur, susu sapi , ikan. Kacang-kacangan,
gandum, soya, tomat,dan jeruk bahan pewarna bahan penyedap dan aditiflainya. Maka apabila terbukti
alergi makanan dapat dilakukana penaggulangan. Pemberian makan tersebut ditunda, dihentikan,
dilakukan diet terpimpin, atau ditukar denagn makanan pengganti. Asi eklusif dan
ketelambatanpemberian makanan padat pada bayi DA dapat mencegah alergi terhadap makanan.

BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama

: an. A

Umur

: 10 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Batusangkar

Status

:-

Suku

: minang

ANAMNESA
Dari alloanamnesa didapat seorang bayi laki-laki yang dibawa ibunya ke RSUD batusangkar
dengan :
Keluhan utama
Tampak bercak kemerahan pada wajah sekitar 2 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang

Tampak bercak kemerahan pada wajah sekitar 2 minggu yang lalu. Serta lecet akibat
garukan yang meluas ke depan telinga.
Anak menjadi rewel dan sering menggaruk kedua pipinya, terutama saat malam hari.
Riwayat digigit seranga tidak ada.
Demam tidak ada.
Riwayat timbul sisik kekuningan tidak ada.
Anak mendapat ASI sejak lahir, karena sudah lewat 6 bulan diberikan nasi tim campuran telur
dan bayam

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga:

Riwayat asma pada pasien dan keluarga disangkal.


Riwayat alergi makanan pada keluarga disangkal.
Riwayat galigata pada pasien dan keluarga disangkal.
Riwayat bersin-bersin di pagi hari pada ibu pasien
STATUS GENERALIS

Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi
Pemeriksaan thorak
Pemeriksaan abdomen
Status dermatologikus
Lokasi
Distribusi
Bentuk
Susunan
Batas
Ukuran
Effloresensi
diatasnya, erosi

: Tidak tampak sakit


: composmentis
:: diharapkan tidak ditemukan kelainan
: diharapkan tidak ditemukan kelainan
: diwajah
: terlokalisir
: tidak khas
: tidak khas
: tegas
:milier- plakat
: makula eritem, plak eritema, papul eritema, skuama putih halus

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis atopic infatil

DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan kadar IgE,

PENATALAKSANAAN
Terapi umum
Penjelasan / penyuluhan kepada orang tua pasien:

Penyakit bersifat kronik berulang dan penyembuhan sempurna jarang terjadi sehingga
pengobatan ditujukan untuk mengurangi gatal dan mengatasi kelainan kulit.
Melindungi daerah yang terkena terhadap garukan agar tidak memperparah penyakitnya
Selain obat perlu dilakukan usaha lain untuk mencegah kekambuhan :
o Pakaian sebaiknya tipis, ringan mudah menyerap keringat
o Udara dan lingkungan cukup berventilasi dan sejuk.
o Hindari faktor-faktor pencetus, misalnya: iritan, debu,makanan dsb
o Hindari faktor yang memperberat dan memicu siklus gatal-garuk, seperti sabun dan
dterjen, bahan kimia, pakaian kasar,
Terapi khusus
Topikal

Krim Hidrokortison 1% dioleskan 2 x sehari


Krim Emolien (lanolin10%) 3 x sehari
Sistemik
Sirup cetrizine 1x sehari 0,5 cc malam hari

PROGNOSIS
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad kosmetikum
Quo ad functionam

: bonam
: bonam
: bonam
: bonam

Resep
RSUD DR. Achmad Mochtar
Poliklinik Kulit dan Kelamin
dr. FR
SIP : 19/07/2015
Telp. (0752) 53631

Bukittinggi, 7 September 2015


R/ lanolin 10% no I
sue
R/ hidrokortison cr 1%
sue
R/
Pro
:
Umur :
Alamat :

TN I
40tahun
Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai