Anda di halaman 1dari 17

Sejarah Singkat Asal Usul Tanaman Cathinone

Chathinone nama aslinya yaitu Catha Edulis yang tumbur subur di daerah
Afrika dan daratan Arab. Secara tradisional masyarakat Afrika Timur
digunakan sebagai obat dan dengan komponen utamanya yaitu Cathinone
dan Cathine (Norpseudoephedrine)
Menurut Wikipedia, Chatinone adalah zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan catha edulis yang biasa disebut Khat. Tumbuhan ini banyak
ditermukan di Azebeijan. Secara susunan kimiawi, Chatinone memiliki
kemiripan dengan ephedrine, cathine dan berbagai zat amphetamine
lainnya.
Chatinone diketahui dapat menimbulkan beberapa efek samping,
misalnya euforia dan kesegaran. Karena efeknya itulah, dalam konsensus
psikotropika Internasional tahun 1971, dinyatakan sebagai zat terlarang.
Bahkan sejak tahun 1993, badan pemberantasan penyelundupan Narkoba
di negara Federal Amerika Serikat menyatakan Chatinone sebagai salah
satu zat terlarang dan keberadaannya memerlukan pengaturan khusus.
Memang negara-negara di Eropa maupun Amerika belum sepenuhnya
melarang peredaran Chatinone ini. Namun di Amerika untuk
mengkonsumsi Chatinone ini harus menggunakan izin dokter.
Sebagian negara bahkan sudah melarangnya dengan keras. Diantara
negara yang sudah melarang peredaran Chatinone secara bebas adalah

AS, Kanada, Australia, Polandia, Norwegia, Belanda, Jerman, Irlandia


dan Prancis. Sementara beberapa negara di Afrika membebaskan
peredaran Cathinone ini seperti Ethiopia, Somalia dan Kenya.

Foto: ibtimes.com
Cara mengkonsumsi daun Khat (Chatinone) dengan cara dikunyak, seperti
orang mengkuyah daun sirih. Bedanya saja, kalau daun khat mengandung
zat Chatinone secara kimiawi yaitu amphetamine (bahan baku
pembuatan ekstasi).
Sementara itu, di Indonesia Cathinone bukanlah Narkotika jenis baru,
karena sudah sejak lama orang mengenalnya dalam bentuk tanaman Khat
yang sering digunakan untuk menambah gembira dan semangat sewaktu
pesta.
Dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Tambahan Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 5062, zat ini tertulis dengan
nama Katinona (-)-(S)-2- aminopropiofenon dan termasuk Narkotika
Golongan I. Cathinone dapat dibuat extracted catha edulis atau sintesis
dari 2-bromopropiophenone yang mudah dibuat dari propiophenone.
Cathinone atau benzoylethanamine di Israel disebut Hagigat, merupakan
monoamine alkaloid pohon Catha edulis (khat) yang secara kimia mirip
dengan ephedrin (bahan dasar ekstasi). Cathinone menyebabkan
pelepasan neurotransmitter dopamine dalam otak yang menimbulkan
perasaan euforia, nyaman dan bahagia.

Image/Google
Seseorang akan merasakan kepuasan dan bahagia setelah menyantap
hidangan lezat atau melakukan hubungan seks karena kadar
neurotransmitter dopamine di dalam otaknya meningkat 100 - 150 persen
dari pada baseline (natural rewards elevate dopamine levels). Sementara,
bila yang bersangkutan menggunakan ATS (amphetamine like substance)
termasuk cathinone peningkatan dapat mencapai 1.000 persen (effects of
drugs on dophamine levels).
Untuk membuktikan ada tidaknya cathinone dalam tubuh yang
bersangkutan, dapat dilakukan dengan melakukan tes urine, tes darah,
dan tes rambut (Pasal 74 huruf 1 UU No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika).
Di beberapa wilayah khat dijual legal, sedangkan di wilayah lain ilegal.
Cathinone sintetik juga digunakan apada acara rekreasi yang dicampur
dengan bahan lain (bath salt), bila digunakan bersama heroin disebut
speedball (Rusia).
Menurut Teddy Hidayat, Psikiater, Kepala Prodi Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Universitas Padjadjaran - Bandung, pengguna Cathinone akan
menurunkan napsu makan, cemas, mudah tersinggung, sulit tidur,
halusinasi, dan serangan panik.

Images/Google
Penggunaan kronik dapat mengubah kepribadian penggunanya dan
berisiko mendapat serangan jantung (miokard imfark). Selain itu, obat ini
erat kaitannya dengan ephedrone yang lebih kuat melepaskan
neurotransmitter serotonin dibandingkan dengan Cathinone atau
Methcathinone sehingga sering digunakan sebagai party pills yang di
beberapa wilayah "legal" sebagai pengganti MDMA. Seseorang yang
menggunakan obat ini dalam darah dan urinenya akan ditemukan
cathinone dan norephedrine sebagai metabolitnya.

Images/Google
Pengguna MDMA, ekstasi, sabu dan juga cathinone akan menunjukkan
gejala psikologis seperti waspada berlebihan, kegelisahan, mondarmandir, banyak bicara, dan tekanan pada pembicaraan, rasa nyaman, dan
elasi. Mungkin juga menjadi lebih agresif, perilaku kekerasan, dan daya
nilai terganggu. Selain itu, dapat memperlihatakan gejala fisik seperti
jantung berdebar, hipertensi, dilatasi pupil, menggigil dan diaforesis,
anoreksia, mual dan muntah, serta insomnia.
Penghentian obat pada pemakai berat dapat diikuti gejala depresi ringan
sampai berat, kelelahan berat, mudah marah, cemas, ketakutan, mimpi
buruk, dan insomnia atau hipersomnia. Gejala berat jarang berlangsung

lebih dari satu minggu, tetapi dapat diikuti depresi kronis dan kecemasan
ringan.

Cathinone menjadi perbincangan setelah tujuh orang ditahan usai penggerebekan


di rumah seorang artis di Jakarta Selatan. Dua orang di antaranya terindikasi
mengonsumsi derivat dari cathinone, yakni 3,4-methylenedioxy-N-methylcathinone.
Zat sintetis itu juga dikenal sebagai methylone.
Cathinone, S(-)-alpha-aminopropiophenone, merupakan zat yang konfigurasi kimia
dan efeknya mirip dengan amfetamin. Demikian laporan Kalix P dari Fakultas
Farmakologi, Universitas Geneva, Swiss, dalam publikasi Pharmacology and
Toxicology, edisi Februari 1992.
Secara alami cathinone terkandung dalam khat (Catha edulis Forsk), tumbuhan
semak yang banyak terdapat di Afrika timur dan tengah serta sebagian Jazirah
Arabia. Daun khat sejak dulu dikonsumsi dengan cara dikunyah, dibuat jus, atau
diseduh seperti teh oleh penduduk di wilayah itu.
Adapun cathinone sintetis, sebagaimana disebut dalam situs European Monitoring
Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), berbentuk serbuk kristal putih atau
kecoklatan, kadang-kadang dikemas dalam kapsul. Zat itu juga ditemui dalam
bentuk tablet sebagai pengganti pil ekstasi. Cara penggunaan biasanya dihirup,
ditelan, atau disuntikkan setelah dicampur air.
Di banyak negara, khat bukan barang terlarang meski penggunaannya dikontrol di
beberapa negara Eropa. Adapun cathinone dimasukkan sebagai golongan I Konvensi
PPB untuk Zat-zat Psikotropika Tahun 1971. Cathine yang juga terdapat dalam khat
masuk golongan III, sedangkan cathinone sintetis, yakni amfepramone dan
pyrovalerone masuk golongan IV konvensi itu.
Cathinone yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai katinona tercantum dalam
Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada daftar
narkotika golongan I.
Stimulan

Al Bachri Husein, pengajar di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, yang dihubungi pada Selasa (29/1/2013)
menyatakan, sejak tiga tahun atau empat tahun lalu ia sudah menangani gejala
klinis akibat cathinone. Artinya, zat itu sudah lama ada di Indonesia.
Cathinone merupakan zat stimulan untuk sistem saraf pusat yang banyak
digunakan sebagai club drug atau party drug, katanya.
Menurut Al Bachri, zat yang dibuat di laboratorium klandestin itu digunakan untuk
membuat orang senang menjadi lebih senang. Yang dirangsang adalah ujungujung saraf.
Efek mirip amfetamin itu menimbulkan rasa gembira, meningkatkan tekanan darah,
kewaspadaan, serta gairah seksual. Namun, hal itu bisa diikuti dengan depresi,
mudah terganggu, anoreksia, dan kesulitan tidur.
Semula, demikian EMCDDA, cathinone sintetis digunakan sebagai obat.
Amfepramone dan pyrovalerone digunakan sebagai obat pengurang nafsu makan.
Adapun bupropion yang bersifat antidepresan digunakan untuk orang yang ingin
berhenti merokok.
Namun, sejak pertengahan tahun 2000-an, derivat cathinone ilegal beredar di pasar
zat rekreasi di Eropa. Zat yang banyak ditemukan adalah mephedrone dan
methylone. Methylone digolongkan sebagai zat yang dikontrol di Denmark, Irlandia,
Romania, dan Swedia, bersama sejumlah derivat cathinone lain. Jenis-jenis
cathinone sintetis makin banyak beredar mulai tahun 2009.
Merusak kesehatan
Laporan mengenai keracunan dan bahaya bagi kesehatan akibat penggunaan
cathinone sintetis menyebabkan zat tersebut menjadi isu kesehatan masyarakat
dan keamanan yang serius di Amerika Serikat.
Dalam situs National Institute on Drug Abuse dilaporkan, efek cathinone mirip
amfetamin dan kokain. Zat itu merangsang peningkatan kadar neurotransmitter
(zat pengantar impuls saraf) dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan
meningkatkan tenaga. Efek lain adalah peningkatan kadar norepinefrin
meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Namun, pengguna bisa mengalami
halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin. Akibat buruk lain adalah dehidrasi,
kerusakan jaringan otot, dan gagal ginjal yang berujung pada kematian.
Penggunaan cathinone dalam jangka lama dan berlebihan menyebabkan

kerusakan sel otak. Akibatnya, orang menjadi paranoid dan berhalusinasi. Gejala
yang lebih ringan, pengguna merasa lemas jika tidak mengonsumsi, kata Al Bachri.
Psikiater Danardi Sosrosumihardjo menyatakan, cathinone sintetis bukan diekstrak
dari daun khat, melainkan disusun dari zat-zat prekursor.
Jika cathinone alami merupakan stimulan potensi rendah, bahkan lebih ringan dari
alkohol dan tembakau, tidak demikian dengan zat sintetisnya. Tujuan pembuatan
sintetis dari cathinone adalah memperkuat efek serta menghindari aturan hukum,
ujar Danardi.
Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu
pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal bersama sejumlah zat
sintetis lain. Meski UU yang baru ditandatangani Presiden Barack Obama itu
melarang zat-zat kimia yang analog dengan zat tersebut, diramalkan para pembuat
akan merancang derivat baru yang cukup berbeda untuk menghindari jerat hukum.
Sebagai contoh, saat mephedrone dilarang di Inggris tahun 2010, segera muncul
zat kimia disebut naphyrone untuk menggantikannya. Zat itu dijual dengan istilah
jewelry cleaner dengan merek Cosmic Blast.

Katinona,[1] (bahasa Inggris: Cathinone) atau benzoyletanamina (dipasarkan


dengan nama haggigat di Israel[2]) atau bisa juga disebut Neropedron (bahasa
Inggris: Nerophedrone)[3]. adalah zat monoamina alkaloid yang terkandung dalam
tumbuhan semak Catha edulis (khat)[4][5][6] dan secara kimiawi mirip dengan
efedrina, katin, dan zat amfetamin lainnya[4]. Peneliti dari Fakultas Farmakologi,
Universitas Jenewa, Swiss, yang bernama Kalix P, dalam jurnalnya yang berjudul
Pharmacology and Toxicology, edisi Februari 1992 mengatakan bahwa zat kationa
adalah bentuk alami dari amfetamin[7]. Katinona menginduksi pelepasan dopamina
dari preparasi striatal yang di pra-labelkan dengan dopamina atau prekursornya. [8]
Katinona kemungkinan merupakan kontributor utama bagi efek stimulan Catha
edulis. Tidak seperti amfetamin lainnya, katinona tergolong ke dalam kelompok
fungsional keton. Zat amfetamin lainnya yang juga berbagi struktur dengannya
adalah antidepresan buprofiona dan stimulan metkatinona.

Tinjauan hukum
Secara internasional, katinona tergolong ke dalam obat-abatan terlarang Golongan I di bawah
Konvensi Zat Psikotropika.[9][10] Sejak 1993, DEA menetapkan katinona sebagai zat adiktif
Golongan I dalam Undang-Undang Pengawasan Psikotropika[11]. Sementara di Indonesia,
katinona tercantum dalam lampiran Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
sebagai Narkotika Golongan I[12] pada urutan ke-35 dari daftar tersebut[13].

Tumbuhan khat siap dijual

Penjualan tumbuhan khat secara hukum dilegalkan di beberapa negara, namun juga ilegal di
beberapa negara lainnya. Katinona sintetik (buatan) juga sering digunakan sebagai bahan utama
yang digunakan sebagai campuran dalam mengkonsumsi obat-obatan terlarang, misalnya bath
salts di Amerika Serikat.[14]

Struktur kimia

Struktur molekul katinona.

Katinona secara struktural terkait dengan metkatinona, sama seperti amfetamina yang terkait
dengan metamfetamina. Katinona berbeda dengan amfetamin, ia memiliki atom keton oksigen
(C=O) dalam posisi di rantai samping. Alkohol yang terkandung dalam senyawa katin secara
stimulan kurang kuat. Konversi biofisiologikal dari katinona ke katin dapat dilakukan pada daun
khat. Daun khat segar memiliki rasio pengonversian dari katinona ke katin yang lebih besar
daripada daun yang kering, sehingga memiliki efek psikoaktif yang lebih kuat.
Katinona dapat diekstraksi dari Catha edulis, atau disintesis dari -bromopropiofenona (lebih
mudah dibuat dari propiofenona).
Arnold Brossi dalam bukunya tahun 1991 menyatakan katinona, seperti halnya amfetamin,
memiliki potensi yang kuat dalam merangsang sistem saraf pusat (SSP)[15]. Sebagian besar efek
diperkirakan berasal dari dua phenylalkylamines katinona dan katin yang secara struktural
mirip dengan amfetamin. Katinona adalah turunan metkatinona, yang ditemukan secara alami
dalam tanaman khat. Ini jenis obat terlarang dapat dengan mudah diproduksi oleh oksidasi
pseudoefedrin di laboratorium bawah tanah. Dalam katinona struktur kimianya hampir identik

dengan amfetamin kecuali bahwa molekul hidrogen dijatuhkan dan digantikan oleh molekul
oksigen. Setelah pemberian oral dalam bentuk kapsul, kadar serum puncak katinona dicapai
dalam waktu satu jam. Katinona juga merupakan konstituen yang paling kuat yang terkandung
dalam tanaman khat dan memiliki struktur kimia yang sangat mirip dengan amfetamin.

Efek
Penggunaan katinona yang berlebihan dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, gelisah, lekas
marah, insomnia, halusinasi dan serangan panik. Pengguna kronis beresiko terkena gangguan
kepribadian dan menderita infark miokard.[16] Mefedrona, yaitu turunan katinona yang tidak
terbentuk secara alami, lebih potensial untuk melepaskan serotonin dibandingkan dengan
katinona atau metkatinona, sehingga efek penggunaannya setara dengan ekstasi. Orang-orang
yang menggunakan obat-obatan ini bisa diuji serum atau uji urin untuk membuktikan kandungan
katinona dan norepedrina; metabolit utamanya.[17]

Ada beberapa fakta tentang Cathinone yang perlu kita ketahui di bawah ini:
1. Dalam konvensi PBB untuk zat-zat Psikotropika pada tahun 1971 Cathinone
dimasukkan ke dalam golongan I. Sedangkan Cathine yang terdapat dalam
tanaman Khat dimasukkan ke dalam golongan III. Cathinone sintetis berupa
amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan kedalam golongan IV.
2. Dalam Konvensi Zat Psikotropika Internasional pada tahun 1993, Chatinone
ditetapkan sebagai obat-obatan terlarang golongan I dalam Undang-undang
Pengawasan Psikotropika yang ditetapkan oleh DEA.
3. Dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Cathinone
digolongkan ke dalam Narkotika golongan 1, di mana dalam daftar yang ada dalam
undang-undang tersebut Cathinone terdapat pada urutan ke-35.
4.

Kathinone dikenal sebagai Katinona atau Cathinone atau benzoyletanamina.

5. Di pasaran Cathinone juga sering disebut dengan nama haggigat terutama di


Israel atau di Inggris disebut sebagai Neropedron (Nerophedrone).
6. Cathinone merupakan zat monoamina alkaloid atau alkaloid aktif yang ada
dalam tanaman Khat (Catha edulis).
7.

Daun Khat segar memiliki efek psikoaktif yang lebih kuat daripada daun kering.

8. Tanaman Khat tumbuh di Benua Afrika seperti Kenya, Somalia, Yaman serta
Semenanjung Arab.
9. Di tempat tumbuhnya, sari tanaman Khat ini dijadikan sebagai minuman, rokok
serta dikonsumsi segar dengan cara dikunyah bahkan dibuat jus.
10.

Di Afrika dikenal sebagai salad Afrika, teh Afrika, Somali teh serta Tohat.

11.

Di Arab Khat disebut juga sebagai teh Arab.

12. Di Indonesia pohon Chatinone banyak ditanam di daerah Bogor terutama di


kampung Tugu Pasir Selatan Cisarua Bogor. Tanaman ini mulai dibudidayakan di
daerah ini sejak tahun 2005.
13. Para petani Chatinone bisa memanen tanaman ini sebanyak 4-5 kali dalam
sebulan. Dari lahan seluas 300 meter persegi, petani Chatinone bisa mengantongi
uang sebanyak Rp 3,3 juta dalam sekali panen.
14. Tanaman Chatinone ditanam dari benih berupa biji yang kemudian tumbuh
menjadi perdu atau tanaman semak dan siap dipanen.
15. Menurut Kalix P, peneliti dari Universitas Jenewa Swiss, zat katinona
merupakan bentuk alami dari amfetamin. Katinona kemungkinan juga merupakan
contributor utama bagi efek stimulan pada Catha edulis.
16. Di Amerika Serikat Kathinone sintetis digunakan sebagai bahan utama dalam
campuran obat-obatan terlarang seperti bath salts (garam mandi).
17. Peredaran zat sintetis Chatinone dinyatakan illegal di Amerika Serikat sejak
bulan Oktober 2011.
18.

Struktur kimia Cathinone sangat mirip dengan amfetamin.

19. Untuk menguji kandungan Cathinone dalam tubuh pada pengguna bisa diuji
dengan uji urin atau uji serum dengan sediaan rambut dan darah.
20. Dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1991, Arnold Brossi mengatakan
bahwa Cathinone memiliki potensi yang kuat merangsang sistem saraf pusat.
21. Efek yang dtimbulkan oleh Kathinone pada tubuh manusia miirip dengan
amfetaminn yaitu berupa stimulant. Padahal Kathinone bukan merupakan turunan
dari unsur kimiawi kelompok zat amfetamin.
22.

Cathinone alami merupakan stimulant dengan potensi lebih ringan daripada

alcohol dan tembakau.


23.

Cathinone sintetis lebih berbahaya daripada cathinone alami.

24. Cathinone sintetis berbentuk serbuk krsital putih atau kecoklatan dan ada
juga yang dikemas dalam bentuk kapsul atau tablet sebagai pengganti pil ekstasi.
25. Chatinone sintetis biasanya digunakan dengan cara dihirup, ditelan atau
dicampur air kemudian disuntikkan ke dalam tubuh.
26.

Oleh beberapa oknum Chatinone dibuat sintetisnya berupa:


Amfepramone
Pyrovalerone
Methylenedioxypyrovalerone
Mephedrone
Methylone

27. Amfepramone dan pyrovalerone seringkali digunakan sebagai obat pengurang


nafsu makan.
28.

Cathinone sintetis mulai banyak beredar di dunia mulai tahun 2009.

29. Cathinone sintetis disusun dari zat-zat precursor, jadi bukan dibuat dari daun
Khat.
30. Jika dikonsumsi secara berlebihan maka Cathinone ini akan menyebabkan
efek jangka pendek seperti:

mudah marah
sering berhalusinasi
mudah panik.

31. Efek stimulant yang ditimbulkan oleh Kathinone pada sistem saraf pusat bisa
menyebabkan:
Meningkatnya suasana hati (mood) sehingga mengalami rasa bahagia yang
berlebihan (Euforia)
Banyak bicara
Hiperaktif
Tidak merasa lelah
Rasa nyaman yang berlebihan
Meningkatnya dorongan seksual
Meningkatnya semangat kerja.

32. Efek halusinogen bisa menyebabkan ketergantungan pada Kathinone,


sedangkan pada tubuh bisa menimbulkan efek:
Halusinasi
Depresi yang berkepanjangan
Agresif yang luar biasa
Paranoid berat
Rasa panik yang berkepanjangan
Tidak takut melakukan kekerasan pada diri sendiri ataupun orang lain
33. Efek jangka panjang yang bisa ditimbulkan jika Chatinone ini dikonsumsi
secara terus menerus adalah :
Memori jangka pendek menjadi buruk
Memiliki pikiran ingin bunuh diri
Kebingungan yang terus menerus
Perubahan emosi
Pemakaian overdosis bisa menyebabkan kejang, kram dan berakhir pada
kematian

Cathinone (S-alpha-aminopropophenone) adalah nama bahan aktif berwujud kristal yang bisa
diekstrak dari tumbuhan asli Afrika yang bernama Latin Catha edulis dengan sinonim Catha
forskalii, Catha glauca, Celestrus edulis, dan Methyscophyllum glaucum. Tumbuhan ini
memiliki banyak nama lokal, diantaranya menggambarkan asal kata dari mana nama Latinnya
dibuat yaitu: cat, catha, ciat, khat, kaad, dan kafta.
Menariknya, tumbuhan ini juga memiliki beberapa julukan yang menggambarkan nilai ekonomi

tumbuhan yang tersebar luas di Afrika Timur hingga kawasan Selatan Semenanjung Arabia
tersebut, seperti: Abyssinian tea, African salad, African tea, Arabian tea, Bushman,s tea, dan
Somali tea.
Karena bernilai ekonomi tinggi itu maka di beberapa negeri Afrika seperti Kenya, Malawi,
Uganda, Tanzania, Congo, Rhodesia, Afrika Selatan, dan beberapa negeri Arab menjadikan
Catha edulis sebagai tanaman budidaya.
Specimen segar tanaman ini bahkan diekspor hingga ke berbagai kota Amerika Serikat seperti:
New York, Los Angeles, Dallas, Boston dan Detroit. Di Amerika tanaman Khat yang sudah
dikemas anti layu biasa dijual di restoran, bar, dan toko kelontong yang bisa melayani imigran
asal Afrika Timur dan Yaman Penggunaan kata tea untuk julukan tumbuhan ini (African tea,
Arabian tea, Bushman,s tea, dan Somali tea) jelas mengindikasikan bahwa tumbuhan ini adalah
tumbuhan yang biasa dijadikan bahan pencampur minuman.
Di Yaman, misalnya, bunga Catha edulis sudah dijadikan bahan minum penyegar jauh sebelum
kopi dikenal. Di negeri yang terletak di selatan semenanjung Arab itu tumbuhan Khat dijuluki
sebagai the flower of paradise.
Tidak sulit menduga mengapa Catha edulis dijuluki flower of paradise (bunga surga). Tumbuhan
ini sudah lama diketahui bisa menimbulkan halusinasi bila dikonsumsi. Dalam keadaan
terhalusinasi seseorang bisa merasakan beragam sensasi yang sulit dideskripsikan, melampaui
ruang dan waktu. Wajarlah bila kemudian yang bersangkutan (pemakai) merasa berada di surga.
Pengalaman terhalusinasi itulah agaknya yang menjadikan orang-orang primitive beranggapan
bahwa sesuatu (tanaman Khat) yang bisa membawa mereka menembus ruang dan waktu itu
sebagai sesuatu yang sakral. Klaim itu pulalah agaknya yang mendorong Klaus Trenary
menyebut Catha edulis sebagai Sacred Plant of the Ancient Egyptians.
Sebelum sampai ke tahap terhalusasi, cathinone bisa menimbulkan eksitasi (bergairah),
bersemangat, bertenaga, bugar, dan riang. Sensasi inilah tampaknya yang diburu oleh para
konsumen minuman Teh Arab ini di daerah asalnya, dan para pemakai kristal cathinone di
mancanegara, termasuk di Indonesia.
Karena khat mengandung senyawa ephedrinelike [Amfetamin]. Rupanya itu untuk menghasilkan
eksitasi, menghalau tidur, dan meningkatkan komunikasi. Itu digunakan sebagai stimulan untuk
menghilangkan rasa lapar dan kelelahan.
Penduduk asli sana mengunyah tunas muda dan daun segar Catha edulis (Celastrus Edulis). Ini
adalah
semak
besar
yang
dapat
tumbuh
menjadi
pohon
ukuran besar. Ini berasal di Ethiopia dan menyebar sampai penggunaannya hingga Kenya,
Malawi, Uganda, Tanzania, Saudi, Kongo, Zimbabwe dan Zambia, dan Afrika Selatan. Khat
digunakan di Yaman bahkan sebelum kopi dan itu sangat populer.
Khat mengandung Katin (d-norisoephedrine), cathidine, dan cathinine. Katin juga merupakan
salah satu alkaloid yang ditemukan di Ephedra vulgaris. Sekarang beruntung, mungkin, khat
yang juga sangat kaya akan asam askorbat.

Pada hewan, khat mampu meningkatkan eksitasi dan aktivitas motorik. Di manusia, itu adalah
stimulan yang menghasilkan perasaan peninggian, perasaan yang dibebaskan dari ruang dan
waktu. Ini dapat menghasilkan rasa senang ekstrim, tertawa, dan akhirnya semicoma. Ini juga
mungkin merupakan euphorient dan digunakan secara kronis dapat menyebabkan bentuk tremens
delirium.
Galkin dan Mironychev (1964) melaporkan bahwa hingga 80% dari populasi orang dewasa dari
khat penggunaan Yaman. Setelah mengunyah khat pertama, efek awal adalah menyenangkan dan
termasuk pusing, kelelahan, takikardia, dan kadang-kadang nyeri epigastrium. Perasaan secara
bertahap lebih menyenangkan diganti tersebut perdana gejala. Subyek memiliki perasaan
kebahagiaan, kejelasan berpikir, dan menjadi gembira dan terlalu energik.
Kadang-kadang Khat diproduksi depresi, mengantuk, dan kemudian tidur nyenyak. Pengguna
kronis cenderung gembira terus. Dalam kasus yang jarang menjadi subyek agresif dan terlalu
girang. Galkin dan rekannya mengamati 51 subyek yang telah diambil khat. Dari jumlah
tersebut, 27 menjadi bersemangat, 18 menjadi mengantuk, dan 6 tetap tidak berubah. Tingkat
pernapasan dan denyut nadi Tingkat dipercepat dan tekanan darah cenderung meningkat.
Itu subjek juga mengalami penurunan kapasitas fungsional kardiovaskular sistem.
Daun Khat segar merah-coklat dan mengkilap, tapi menjadi kuning-hijau dan kasar dengan
bertambahnya usia mereka. Mereka juga memancarkan bau yang kuat. Yang paling Bagian
favorit dari daun tunas muda di dekat bagian atas tanaman. Namun, daun dan batang pada bagian
tengah dan bawah juga biasa digunakan.
Bahaya kesehatan Khat adalah menyebabkan sembelit yang parah. Pengguna kronis sering dalam
keadaan konstan euforia waspada, tapi kadang-kadang bisa menjadi gelisah dan agresif. Ada
laporan berdasar penggunaan tinggi Khat menyebabkan kanker. Persentase yang tinggi dari tanin
hadir dalam daun dapat berkontribusi pada risiko kanker mulut dan saluran pencernaan jika
digunakan secara teratur. Dalam kasus yang jarang menelan Khat dapat menyebabkan depresi
atau kelesuan dan tidur nyenyak. Penggunaan berlebihan Khat selama jangka waktu yang telah
diketahui menyebabkan dorongan seks menurun pada laki-laki.

Apa jenis narkotika katinon itu ?


Narkoba jenis katinon adalah narkoba yang sudah lama ada. Di Indonesia, zat ini sudah beberapa
tahun ada. Pengguna metilon belum banyak di Indonesia dan belum ada yang mengalami gejala
putus zat atau intoksikasi sampai overdosis. Secara medis, katinon memiliki nama asli cathinone

(Katinona) yang struktur kimia dan efek mirip amfetamin, yang memilki efek samping yang
berbahaya.
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI) Dr.dr. Nafrialdi, PhD, SpPD, SpFK mengatakan kandungan zat tersebut asal mulanya
ditemukan dari tumbuhan yang bernama Khat atau Cathaedulis atau Sirih Arab, yang biasa
tumbuh di Afrika Timur dan Tengah serta sebagian Jazirah Arab. Tumbuhan Khat atau sirih Arab,
biasa diminum sebagai teh Arab atau dikunyah seperti daun sirih.
Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali lipat dibandingkan dengan
yang alami, zat katinon yang sintetis ini menjadi disalahgunakan dan dimasukkan dalam
kelompok psikotropika. Katinon sintetis berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan yang
dikemas didalam kapsul dan dapat dibentuk tablet / pil sebagai pengganti pil ekstasi.
Dibanyak negara, Khat bukan bahan terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara
Eropa. Katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB untuk Zat zat Psikotropika Tahun
1971. Cathinone yang terdapat dalam Khat dimasukkan sebagai golongan III, sedangkan
cathinone sintetis yaitu amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV
konvensi itu. Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis,
yaitu pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal. Di Indonesia, katinon masuk
sebagai narkotika golongan I dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
nomor urut 3 dalam lampiran Undang Undang itu. Metilon sebagai derivat katinon secara
eksplisit memang belum tercantum dalam Undang Undang itu, karena waktu UU disusun zat
sintetis ini belum dibuat. Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan dengan katinon.
Derivat (turunan) dari katinon yaitu 3,4 metilenedioksi N metilkatinon 3. Zat sintetis ini juga
disebut sebagai metilon.
Katinon, atau S alfa aminopropiofenon merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya
mirip dengan amfetamin. Sedikit perbedaan hanya pada gugusan belakang konfigurasi struktur
kimianya. Bila ekstasi, gugusan belakangnya adalah amfetamin dan metilon, gugusan
belakangnya adalah katinon. Efek kedua zat ini sama bahkan dikatakan metilon lebih hebat
efeknya.
Efek Merugikan
Menurut Dr. Al Bachri Husein, SpKj, pengajar di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Cathinone merupakan zat stimulan untuk sistem saraf pusat yang banyak
digunakan sebagai club drug atau party drug. Zat tersebut akan membuat orang senang menjadi
lebih senang, karena zat tersebut meransang ujung ujung saraf. Katinon ini memiliki
kecenderungan menjadi candu karena efek zat ini meransang saraf pusat. Zat katinon ini
memiliki efek yang membuat orang menjadi bersemangat, tidak mengantuk, euforia (rasa senang
yang berlebihan), lebih percaya diri dan sexual drive-nya meningkat. Efek ini berlansung selama
4 6 jam. Setelah efek zat katinon ini hilang, maka si pengguna akan kembali normal, lebih
ngantuk, lebih lemas, dan depresi.
Efek merugikan katinon pada pemakaian jangka panjang, yaitu :

1. Meningkatkan tekanan darah sampai stoke


2. Depresi berat sampai bunuh diri
3. Anoreksia (tidak nafsu makan)
4. Kesulitan tidur
5. Halusinasi halusinasi yang mengerikan esok paginya
6. Gangguan irama jantung
7. Gangguan jiwa berat (gangguan psikotik)

Dalam situs National Institute on Drug Abuse, dilaporkan bahwa efek cathinone mirip
amfetamin dan kokain. Zat itu meransang peningkatan kadar neurotransmitter dopamin yang
menyebabkan timbul rasa gembira dan lebih bertenaga, serta meningkatkan kadar norepinefrin
yang menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Cathinone dapat
menimbulkan halusinasi, akibat peningkatan kadar serotonin. Efek lain yang dapat terjadi yaitu
dehidrasi (kekurangan cairan), kerusakan jaringan otot dan gagal ginjal yang dapat menimbulkan
kematian.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk mendeteksi katinon adalah :
1. Tes urin
2. Tes melalui rambut. Zat ini dapat bertahan berbulan bulan di rambut.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menanggulangi rasa kecanduan zat
narkoba, termasuk katinon ini. Pemberian obat obat antipsikotropik anticemas, antidepresan
dan antipsikotik dengan jenis dan dosis yang tepat, tentunya diperlukan. Terapi ini harus
dikombinasi dengan psikoterapi perilaku model Motivational Enhancement Therapy (MET),
yaitu terapi yang membangkitkan niat, kemauan, semangat pecandu sendiri untuk berhenti dan
sembuh. Sebaiknya dilanjutkan dengan Cognitive Behavior Therapy (CBT) di panti panti
rehabilitasi. Program rehabilitasi narkoba untuk mengatasi rasa kecanduan dan memulihkan
pecandu sangatlah efektif. Kendala yang ada saat ini, kurangnya kesadaran sebagian besar
pecandu untuk pulih dan lepas dari narkoba sehingga mereka tidak mau mengikuti program
rehabilitasi narkoba (dr.Linda)

Anda mungkin juga menyukai