usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan
pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan
radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai
menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
2. Teori Keadaan Tetap (Stabil)
Teori keadaan tetap atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama
berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari
ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu
kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan
oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori keadaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang
angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan
galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi
tersebut adalah hidrogen.
3. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya
terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau
mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah
galaksi-galaksi.
Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan
bintang yang telah terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan
keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya
adalah tahap mengembang dan kemudian memampat lagi.
Teori kabut dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant pada tahun 1775.
Teori ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Simon De Laplace, seorang
matematikawan Prancis.
Teori kabut menyatakan bahwa mula-mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas,
terutama hidrogen dan helium, dan debu-debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat .
Akibatnya kabut mulai menyusut. Akibat penyusutan dan rotasi ini terbentuklah sebuah cakram
datar dibagian tengahnya. Matahari berada dipusat cakram. Cakram ini terus berputar lebih cepat
sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas membentuk materi. Dari materi ini akhirnya
terbentuklah planet-planet yang tetap mengitari matahari. Satelit dari planet terbentuk dengan
cara yang sama.
Proses terbentuknya tata surya menurut teori kabut (nebula):
a) Nebula berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari.
b) Terbentuk Matahari dan planet lain yang masih Berpijar.
c) Matahari terbentuk planet-planet bertebaran tak terarah.
d) Matahari berputar pada porosnya, planet-planet terbentuk atmosfernya.
e) Planet terbentuk atmosfer, dibumi telah muncul kehidupan karena sudah ada lapisan atmosfer.
6. Teori Planetesimal
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlein dan F. R. Moulton, ilmuwan Amerika
awal abad ke-20. Teori ini mengatakan mula-mula ada matahari yang berpapasan dengan sebuah
bintang. Oleh karena letaknya berdekatan, tarikan gravitasi bintang menyebabkan sebagian
matahari tertarik kearah bintang tersebut.
Ketika bintang menjauh bahan-bahan itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke matahari, dan
sebagian menjadi gumpalan-gumpalan kecil (planetesimal) yang mulai melayang diangkasa
sebagai planet-planet yang mengelilingi matahari.
7. Teori Bintang Kembar
Teori ini ditemukan pada tahun 1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan bahwa mula-mula
ada 2 buah bintang kembar kemudian salah satu bintang meledak. Oleh karena pengaruh gaya
gravitasi, maka bintang yang meledak menjadi kepingan-kepingan kecil yang bergerak
mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak merupakan matahari
sedangkan kepingan-kepingan yang mengitarinya menjadi planet-planet.
8. Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan
disempurnakan oleh P. Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang
lebih 5 milyar tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses pemampatan
ini membuat partikel-partikel debu dan gas tertarik kebagian dalam menuju pusat awan
membentuk bola dan terus berotasi. Rotasi inipun bertambah cepat dengan ditariknya partikelpartikel debu dan gas ke pusat awan. Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas
mulai memipih membentuk cakram, bagian tengah tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat
saling menekan, maka bagian tengah menjadi panas dan berpijar (disebut protosun atau cikal
bakal matahari). Bagian tepinya terpecah-pecah akibat rotasi yang cepat. Bagian tengah ini yang
akhirnya menjadi matahari dan bagian tepi yang terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan
kecil (protoplanet) yang tetap berotasi. Protoplanet akhirnya membeku dan menjadi planet-planet
serta anggota tata surya lainnya.
9. Teori Pasang Surut Bintang
Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata surya
berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.
Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan
Harold Jeffreys. Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas
Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari. Gas-gas tersebut terlepas
dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bolabola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet
dan satelit.
10. Teori Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.