Anda di halaman 1dari 1

BOKS

BOKS
JAWA TENGAH MENUJU SWASEMBADA GULA
Dalam rangka memasok kebutuhan gula dan mengurangi ketergantungan import gula di Jawa Tengah,
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal bekerjasama dengan PTPN IX serta
PT Industri Gula Nusantara (PT IGN) akan menghidupkan kembali Pabrik Gula (PG) Cepiring yang telah berhenti
beroperasi sejak tahun 1998. PG Cepiring merupakan salah satu pabrik gula tertua di Indonesia yang dibangun
pada masa pemerintahan penjajah Belanda tahun 1836, berlokasi di Jalan Raya Semarang Jakarta, tepatnya
di desa Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
PG tersebut telah ditutup pada tahun 1998 disebabkan kekurangan pasokan bahan baku tebu, akibat
keengganan para petani menanam tebu. Pada waktu itu menanam tebu memang kurang menguntungkan
bila dibanding menanam komoditi lain seperti padi. Di samping itu, pada tahun 1998 tata niaga gula masih
diatur oleh Pemerintah (c.q BULOG) sebagai pemegang otoritas yang menentukan harga gula di dalam negeri,
yang kurang memperhatikan peningkatan pengahasilan bagi petani tebu. Akibatnya PG Cepiring kekurangan
pasokan bahan baku tebu yang sangat serius. Hal inilah yang menjadi penyebab utama ditutupnya lima pabrik
gula di Jawa Tengah termasuk PG Cepiring karena produktivitasnya semakin menurun dan selalu merugi.
Dengan ditutupnya pabrik gula tersebut, ketergantungan impor gula Jawa Tengah menjadi semakin
besar. Berdasarkan data statistik, kebutuhan gula Jawa Tengah per tahun adalah sebesar 360.000 ton. Sementara
itu perkiraan produksi Musim Tanam (MT) 2005/2006 adalah sebesar 249.398,10 ton, sehingga terdapat
kekurangan pasokan gula di Jawa Tengah sebesar 110.601,90 ton. Bila rencana pengoperasian kembali PG
Cepiring jadi dilaksanakan maka kekurangan pasokan gula tersebut akan dapat terpenuhi, mengingat PG
Cepiring mempunyai kapasitas produksi sebesar 150.000 ton/tahun. Untuk memenuhi kapasitas produksi
tersebut dibutuhkan lahan untuk tanaman tebu seluas 40.000 ha, dan saat ini menurut statistik lahan yang
tersedia yaitu sawah dan tegalan yang siap ditanami tebu seluas 60.102 ha.
Sebagai kompensasi atas penyediaan lahan tersebut PTPN IX menawarkan bentuk kerjasama kemitraan
dengan para petani pemilik lahan dan Pemerintah Kabupatan Kendal, dengan beberapa alternatif pilihan guna
pengoperaian kembali PC Cepiring pada bulan Oktober 2006, diantaranya para petani menyewakan lahan
kepada pihak PTPN IX, lahan dikelola pemilik (petani/Pemerintah Kabupaten) saprodi dan bimbingan teknis oleh
PTPN IX dengan sistem bagi hasil, dan lahan dikelola oleh PTPN IX tanpa sewa, SHU dengan sistem bagi hasil.
Dampak positif yang diperoleh dengan beroperasi PG Cepiring, yaitu:
Untuk memenuhi kebutuhan gula Jawa Tengah tidak memerlukan impor, sehingga dapat menghemat
devisa sebesar USD. 56.738.774,70 atau 110.601,90 ton kali USD 513 (harga per matrik ton gula
impor).
Meningkatnya penghasilan petani setempat karena penerimaan sewa lahan dari pihak PG.
Penyerapan angka pengangguran tenaga kerja sebanyak 9.735 orang di sektor perkebunan dan 914
orang di bidang pabrik.
Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya dengan semakin berkembangnya sektor
informal.

27

Anda mungkin juga menyukai