SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, banyak
diciptakan peralatanperalatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam bidang teknik
mesin terutama pada konsentrasi konversi energi diperlukan pengetahuan tentang
bagaimana menghasilkan suatu sumber energi yang nantinya akan berguna untuk
masyarakat luas. Diantaranya adalah pemanfaatan aliran air yang dapat digunakan
untuk menghasilkan tenaga listrik. Dan alat tersebut dapat berupa instalasi turbin
khususnya turbin air. Turbin air memanfaatkan aliran air untuk menggerakkan poros
yang biasanya dihubungkan dengan generator sehingga dapat menghasilkan energi
listrik.
Turbin air francis merupakan jenis turbin yang paling sering digunakan
karena turbin air francis dapat beroperasi pada elevasi dan debit aliran sedang serta
perkembangannya dalam dekade terakhir telah memberikan dampak yang besar
dalam pengembangan aplikasi-aplikasi baru. Dengan dilaksanakannya praktikum
turbin air Francis ini diharapkan mahasiswa akan memiliki pengetahuan tentang
mesin konversi energi yang dalam hal ini adalah turbin air.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara daya yang dapat dibangkitkan
turbin dan kecepatan putar turbin pada head konstan.
2. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara efisiensi dan kecepatan putaran
turbin pada head konstan.
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara efisiensi dan kecepatan putaran
turbin pada bukaan guide vane berbeda.
4. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengujian.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
air
adalah
suatu
mesin
konversi
energi
yang
berfungsi
mengkonversikan atau mengubah bentuk energi potensial (head elevasi) atau head
tekanan yang dimiliki air ke bentuk energi mekanik pada poros turbin. Energi
potensial yang tersimpan pada fluida yang diam pada ketinggian tertentu berubah
menjadi energi tekanan sebelum fluida masuk ke guide vane (GV), kemudian
sebagian atau seluruh energi tekanan diubah menjadi energi kinetik pada waktu
fluida melewati guide vane (GV). Selanjutnya energi tersebut akan menggerakkan
sudu gerak dan menghasilkan energi mekanik pada poros turbin. Energi mekanik
tersebut nantinya digunakan untuk memutar generator yang dihubungkan ke poros
turbin, dimana generator ini berfungsi untuk merubah energy mekanik menjadi
energy listrik. Gambar 1.1 menunjukkan instalasi turbin air.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
dirubah menjadi kerja pada poros turbin, sehingga total energy pada TPB lebih kecil
dari pada head fluida pada titik TPA.
2.1.2
1. Turbin impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah
energi potensial (head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi
mekanik yang memutar poros turbin. Pada saat fluida akan
memasuki sudu pengarah head elevasi dirubah menjadi head
tekanan. Pada turbin impuls, hampir seluruh head tekanan
dirubah menjadi energy kinetik pada sudu pengarah (guide
vane/nozzle). Sehingga air yang keluar dari nozzle memiliki
kecepatan tinggi untuk membentur sudu turbin dan tekanan
pada air tidak berubah saat melalui ataupun keluar dari sudu
gerak (runner). Setelah membentur runner kecepatan aliran
berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impulse).
Akibatnya poros turbin akan berputar. Salah satu contoh turbin
impuls adalah turbin Pelton.
Turbin Pelton memiliki 2 bagian utama yaitu sudu gerak (runner) dan sudu
pengarah (nozzle). Runner terdiri dari poros turbin, piringan dan beberapa
mangkuk turbin pelton yang digunakan untuk memanfaatkan energi potensial
yang dimiliki air dengan aliran kecil.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
energi
pengarah/guide
energi
tekanan
tekanan
vane/nozzle.
menjadi
saat
akan
memasuki
Pada
turbin
reaksi
energi
kinetik
terjadi
sudu
perubahan
pada
sudu
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Gambar 2.6 Grafik hubungan P-v pada turbin impuls dan reaksi
Sumber : Arismunandar (1998)
Pada turbin impuls perubahan energi tekanan menjadi
energi kinetik hampir seluruhnya terjadi pada sudu pengarah
(guide
vane),
sedangkan
pada
sudu
gerak
takanan
dan
SEMESTER GANJIL
2016/2017
kecepatan
relatif
fluida
tidak
berubah.
Pada
gambar
2.6
tekanan
menjadi
energi
kinetik
terjadi
perubahan
pada
sudu
pengarah dan sudu gerak. Pada turbin impuls ketika air melewati
sudu
pengarah
(nozzle)
kecepatan
akan
meningkat
serta
Sebaliknya
juga
ketika
air
melewati
sudu
gerak
(runner)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
ke guide vane memiliki tekanan tinggi, kemudian dirubah menjadi energi kinetik.
Perubahan dari energi tekanan menjadi energi kinetik secara keseluruhan terjadi pada
sudu pengarah. Dari sudu pengarah air melewati sudu gerak. Pada sudu gerak
(runner) tidak terjadi perubahan tekanan dan kecepatan relatif fluida. Tetapi
kecepatan absolut fluida berkurang ketika melewati runner, karena fluida menumbuk
dan menggerakkan sudu gerak yang selanjutnya memutar poros turbin, yang juga
merupakan poros sudu gerak. Disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi
mekanik. Turbin francis merubah energi fluida menjadi kerja yang berupa putaran
pada poros turbin.
Perubahan atau energi fluida sebelum masuk turbin dan sesudah keluar dari
turbin disebut sebagai head drop. Head fluida adalah total energi yang dimiliki oleh
fluida tiap satu satuan berat, terdiri dari energi potensial, energi tekanan dan energi
kinetik. Perubahan energi pada turbin air Francis secara garis besar adalah dari energi
potensial menjadi energi tekanan sebelum masuk guide vane, kemudian menjadi
energi kinetik setelah keluar dari guide vane dan selanjutnya menjadi energi mekanik
pada poros turbin yang dikelilingi oleh sudu gerak.
Energi potensial (Ep) adalah energi yang tersimpan pada benda karena
kedudukannya/ketinggiannya. Sebagai contoh, energi potensial air adalah energi
yang dimiliki air karena ketinggiannya dari permukaan referensi.
Ep = m.g.h
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Energi kinetik (Ek) adalah energi suatu benda karena bergerak dengan
kecepatan V, contohnya air yang bergerak.
Ek =
1
m v2
2
Energi mekanik (Em) adalah penjumlahan dari energi kinetik dengan energi
potensial.
Em = Ek + Ep
2.3
2.3.1
tanpa gesekan dalam aliran steady pada satu garis arus (stream line). Persamaan
bernoulli menyatakan bahwa total energi fluida adalah konstan sepanjang
saluran/aliran fluida. Energi fluida terdiri dari energi tekanan, energi kinetik dan
energi potensial. Walaupun total energi fluida adalah konstan, tetapi besar masingmasing komponen energi bisa berbeda dan berubah sepanjang aliran fluida.
Misalnya terdapat aliran air dalam pipa yang tidak terletak horisontal,
terdapat perbedaan ketinggian (h1 dan h2). Persamaan bernoulli pada aliran fluida
tersebut adalah:
Energi potensial + Energi kinetik + Energi tekanan = konstan
m.g.h + P.V + .m.v2 = konstan
Persamaan energi spesifik (tiap satu satuan berat):
m. g . h1 + P1 .V 1 +. m . v 21 m . g . h2 + P2 . V 2 +. m. v 22
=
m. g
m. g
m. g . h1 P1 .V 1 . m. v 21 m. g . h2 P2 . V 2 . m. v 22
+
+
=
+
+
m. g
m.g
m. g
m. g
m.g
m. g
P 1 v 21
P2 v 22
h1 + + =h 2+ +
2g
2g
Dimana : P = Tekanan
(N/m2)
h = ketinggian
(m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
v = Kecepatan Aliran (m/s)
=.g
(kg/(m2.s2))
Syarat berlakunya hukum bernoulli :
1.
2.
3.
4.
Alirannya steady
Fluida incompressible
Non viscous
Aliran fluida sepanjang stream line
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Untuk hubungannya dengan turbin semakin tinggi (h), energi potensial yang
dihasilkan semakin besar sehingga akan berpengaruh pada energi kinetik dalam
menumbuk sudu gerak (runner). Dengan bertambahnya energi kinetik yang
menumbuk runner maka putaran yang dihasilkan akan semakin besar.
2.3.2
Persamaan Kontinuitas
Persamaan ini menyatakan jumlah netto massa fluida yang melewati
permukaan suatu kontrol volum sama dengan perubahan massa dalam kontrol volum
tersebut. Pada aliran steady, tidak ada perubahan massa fluida dalam kontrol volum.
Sehingga massa fluida masuk ke kontrol volum (titik 1) sama dengan massa fluida
yang keluar kontrol volum (titik 2).
m1 m 2
. v . A=C
1.v1.A1= 2.v2.A2
kg
= massa alir (
Keterangan: m
)
s
m
v = kecepatan (
)
s
A = Luas penampang (m2)
2.3.3
Segitiga Kecepatan
Segitiga kecepatan adalah dasar kinematika dari aliran fluida yang menumbuk
SEMESTER GANJIL
2016/2017
H H 2 H1
( m)
Dimana :
H1 = Head keluar turbin
H2 = Head masuk turbin
2. Debit yang melalui turbin/Orifice Plate (Q)
Q 3.521 P , (
SEMESTER GANJIL
2016/2017
m3
)
jam
2 . n .T
( Watt )
60
Dimana:
n = Kecepatan putar turbin (rpm)
5. Water Horse Power (WHP)
WHP=
.Q.H
(Watt )
3600
Keterangan:
= water g
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
6. Efisiensi ()
BHP
x 100
WHP
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Variabel yang Diamati
3.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang bisa
ditentukan sesuai dengan keperluan/yang diinginkan. Dalam praktikum ini yang
variabel bebasnya adalah kecepatan putaran.
3.1.2
Variabel Terikat
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel nilainya dijaga tetap pada harga tertentu agar
tidak mempengaruhi nilai variabel terikat selama proses pengambilan data. Dalam
hal ini yang termasuk variabel kontrol adalah bukaan guide vane dan head drop.
3.2 Spesifikasi Peralatan yang digunakan
a. Pompa air tipe sentrifugal dengan motor listrik AC sebagai penggerak dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Model
: C 160 MAH
Serial Number
: BS 29821
Output
: 11 kW
Voltage
Arus
: 234 Ampere
Frekuensi
: 50 Hz
Rating
: MCR
Phase
:3
Inc.Cluse
:F
: 380 volt
b. Pipa penyalur air yang menghubungkan pompa dan turbin lengkap dengan orifice
c.
d.
e.
f.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
7. Dinamometer
Berfungsi untuk mengukur gaya pengereman.
8. Pressure Gauge Inlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida masuk turbin.
9. Pressure Gauge Outlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida keluar turbin.
10. Stroboscop atau tachometer
Berfungsi untuk menghitung putaran turbin.
3.4
Langkah Percobaan
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
4.2
Pengolahan Data
Bukaan GV = 10
Head drop (H) = 19
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Turbin Francis
n
(rpm)
P
(mmHg)
Q
(m3/jam)
F
(N)
T
(Nm)
BHP
(Watt )
WHP
(Watt )
Efisiensi
(%)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
2480
2232
1984
1736
1488
1240
992
744
496
248
150
164
183
198
207
213
215
216
216
217
43,12327
45,0908
47,63121
49,54486
50,65837
51,3873
51,62799
51,74792
51,74792
51,86757
25
30
37
43
47
50
53
55
57
58
6,2
7,44
9,176
10,664
11,656
12,4
13,144
13,64
14,136
14,384
1609,355
1738,103
1905,476
1937,663
1815,352
1609,355
1364,733
1062,174
733,8657
373,3703
2232,707
2334,576
2466,106
2565,185
2622,837
2660,578
2673,039
2679,249
2679,249
2685,443
150
Q = 43,12327 m3/jam
P
Dimana :
2. Torsi (T)
T=FxL
T = 25 X 0,248
T = 6,2 Nm
Dimana :
F = Gaya Pengereman [N]
L = Panjang Lengan Gaya [m]
= 0,248 m
3. Brake Horse Power (BHP)
BHP =
2 nT
60
BHP =
2 24806,2
60
72,08087
74,45047
77,2666
75,53696
69,2133
60,48892
51,05547
39,64448
27,39073
13,90349
WHP =
QH
3600
WHP =
= air x g
100%
WHP
1609,355
100%
2232,707
= 72,08087 %
4.3
4.3.1
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada Pengujian Turbin Air Francis
SEMESTER GANJIL
2016/2017
putaran
menurun
Dari kecenderungan grafik terlihat bahwa grafik BHP menurun karena
putaran mesin yang semakin menurun juga, tetapi pada rpm 2232 , 1984 rpm,
dan 1736 rpm nilai BHP mengalami kenaikan dan nilai BHP mencapai titik
maksimum pada rpm 1736 lalu turun lagi. Hal ini disebabkan oleh torsi yang
ikut naik, dimana torsi dipengaruhi oleh gaya pengereman yang juga semakin
naik. Sesuai dengan persamaan dibawah ini dengan panjang lengan (L) sama
yaitu 0,248 meter
T=FxL
Nilai BHP tertinggi pada putaran 1736 rpm yaitu sebesar 1937,663
Watt, dan nilai BHP terendah terjadi pada putaran 248 rpm yaitu sebesar
373,370 Watt.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada Pengujian Turbin Air Francis
4.3.2
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
QH
3600
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi pada Pengujian Turbin Air Francis
4.3.3
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BHP
100%
WHP
2 nT
60
WHP =
QH
3600
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa BHP berbanding lurus dengan
torsi (T) sedangkan BHP berbanding lurus dengan efisiensi , jadi torsi juga
berbanding lurus dengan efisiensi, dimana efisiensi yang tinggi maka torsi
yang dihasilkan juga akan tinggi. Dan dari WHP dipengaruhi oleh debit air
(Q), dimana WHP berbanding terbalik dengan efisiensi jadi debit air (Q)
berbanding terbalik dengan efisiensi. Dimana efisiensi yang besar maka debit
airnya (Q) akan semakin tinggi.
Francis
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air
4.3.4
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Grafik tersebut adalah hubungan putaran dan daya (BHP) pada bukaan
guide vane
berbanding lurus dengan nilai BHP. Daya guide vane tersebut pada bukaan
guide vane 8 nilai BHP tertinggi terjadi pada 1812,653 Watt pada putaran
turbin 1624 rpm. Pada bukaan guide vane 9 nilai BHP tertinggi terjadi pada
1998,715 Watt pada putaran turbin 1750 rpm. Pada bukaan guide vane 10 nilai
BHP tertinggi terjadi pada 1937,663 Watt pada putaran turbin 1736 rpm. Pada
bukaan guide vane 11 nilai BHP tertinggi terjadi pada 2392,228 Watt pada
putaran turbin 2048 rpm. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan nilai BHP
tertinggi pada head drop yang sama dengan bukaan guide vane berbeda terjadi
pada bukaan guide vane 11. Hal ini disebabkan karena semakin besar bukaan
guide vane maka air yang masuk akan semakin besar dan nantinya akan
berpengaruh pada putaran turbin yang semakin besar pula. Hal ini sesuai
dengan rumus :
BHP =
2 nT
60
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar bukaan guide vane maka
putaran turbin akan semakin besar. Jika nilai putaran semakin besar maka nilai
BHP akan semakin besar pula. Grafik tersebut sesuai dasar teori dengan urutan
nilai BHP dari yang terbesar yaitu bukaan guide vane 11, bukaan guide vane
10, bukaan guide vane 9, dan bukaan guide vane 8.
Francis
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air
4.3.5
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
QH
3600
Dimana WHP berbanding lurus dengan nilai Q , jika Q naik maka WHP
juga naik. Semakin besar bukaan guide vane maka luas penampang akan ikut
membesar dan menyebabkan debit air yang masuk semakin besar sehingga
nilai WHP menjadi besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar bukaan
guide vane maka debit air yang masuk akan semakin besar sehingga nilai WHP
ikut menjadi besar.
Francis
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air
4.3.6
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BHP
100%
WHP
Menurut dasar teori bukaan guide vane yang memiliki efisiensi terbesar
yaitu guide vane 8 lalu diikuti guide vane 9, 10, dan 11.Akan tetapi pada grafik
dapat dilihat bahwa efisiensi paling tinggi ada pada bukaan guide vane 11,
diikuti efisiensi pada bukaan guide vane 8, 9, dan 10. Penyimpangan terjadi
pada guide vane 11 seharusnya efisiensinya paling kecil.
Penyimpangan ini disebabkan oleh nilai BHP guide vane 11 yang
terlalu tinggi dimana nilai BHP dipengaruhi oleh putaran mesin , karena
putaran mesin pada guide vane 11 sangat tinggi sedangkan nilai WHP yg
semakin kecil dipengaruhi oleh bertambahnya debit air yang semakin tinggi
pada bukaan guide vane 11 yang menyebabkan efisiensi semakin besar, dimana
BHP berbanding lurus dengan efisiensi dan WHP berbanding terbalik dengan
efisiensi. Sesuai dengan rumus diatas
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Francis
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada Head Drop berbeda pada Pengujian Turbin Air
4.3.7 Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head drop Berbeda
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Grafik diatas merupakan hubungan antara putaran dan daya (BHP) pada
head drop berbeda. Head adalah energi per satuan energi fluida. Grafik diatas
mempunyai kecenderungan nilai BHP yang turun dari tiap data pada head drop
yang berbeda saat putarannya mengecil.
Menurut dasar teori jika head drop semakin tinggi maka torsinya
semakin besar karena fluida tersebut mempunyai energi tekan yang semakin
tinggi untuk memutar runner sesuai dengan rumus:
T = F.L
Dari rumus diatas terlihat bila gaya pada poros meningkat, nilai torsi
akan meningkat. Dengan head drop yang semakin tinggi sehingga gaya
pengereman (F) semakin besar, Sedangkan F berbanding lurus dengan torsi
dan torsi juga berbanding lurus dengan BHP, maka dari itu jika F meningkat,
maka nilai BHP juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan rumius
BHP =
2 nT
60
Dari Grafik diatas sudah sesuai dengan dasar teori karena yang terbesar
nilai BHP-nya ada pada head drop 20 dan dibawahnya head drop 19, 18, 17
secara berurutan.
4.3.8
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada Head Drop pada Pengujian Turbin Air Francis
SEMESTER GANJIL
2016/2017
yang naik dari tiap data pada head drop yang berbeda saat putarannya
mengecil.
Menurut dasar teori semakin tinggi head drop maka daya (WHP) juga
semakin tinggi. Ini sesuai dengan rumus :
WHP =
QH
3600
Dari rumus diatas juga terlihat bahwa WHP juga dipengaruhi oleh
debit air (Q) , karena head drop yang semakin tinggi juga akan membuat
debit air (Q) semakin tinggi dan membuat WHP juga semakin besar juga
Pada grafik ini hasil aktual dari daya (WHP) sudah sesuai dengan
dasar teori di mana daya (WHP) tertinggi pada head drop 20 lalu dibawahnya
berurutan head drop 19, 18, 17.
4.3.9
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
QH
3600
BHP
100%
WHP
Dan sesuai dengan rumus diatas maka efisiensi mulai dari yang terbesar
ke yang terkecil adalah head drop 17 , head drop 18, head drop 19, dan head
drop 20. Urutan pada grafik ini sudah sesuai dengan dasar teori
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
1. Semakin menurunnya putaran turbin maka nilai BHP akan semakin mengecil,
akan tetapi pada rpm tertentu nilai BHP naik, ini dikarenakan torsi yang
dihasilkan juga semakin semakin besar akibat adanya gaya pengereman juga.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
2. Semakin menurunnya putaran turbin maka nilai WHP akan semakin besar karena
semakin mengecilnya putaran maka debit air yang masuk jadi semakin besar.
3. Semakin menurunnya putaran turbin maka efisiensi semakin kecil, dikarenakan
nilai WHP yang semakin besar ketika putaran menurun dan nilai BHP yang
semakin turun ketika putaran menurun.
4. Semakin besar bukaan guide vane maka nilai BHP juga semakin besar karena
bukaan guide vane yang besar menyebabkan banyaknya air yang masuk yang
nantinya akan berpengaaruh pada putaran turbin.
5. Semakin besar bukaan guide vane maka nilai WHP juga semakin besar karena
bukaan guide vane yang besar menyebabkan debit air yang masuk juga semakin
besar.
6. Semakin besar bukaan guide vane maka efisiensi turbin akan menurun. Hal ini
dikarenakan pada saat bukaan guide vane yang besar nilai WHP lebih tinggi
dibanding nilai BHP. Akan tetapi pada bukaan guide vane 11 mengalami
penyimpangan dimana efisiensinya yang seharusnya paling kecil akan tetapi
efisiensinya paling besar, dikarenakan nilai BHP lebih tinggi dibanding nilai WHP
7. Semakin besar nilai head drop maka nilai BHP akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh torsinya semakin besar yang nantinya fluida tersebut mempunyai
energi tekan yang semakin tinggi untuk memutar runner.
8. Semakin besar nilai head drop maka nilai WHP akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh semakin besar head drop maka semakin banyak debit yang
masuk dan nilai head drop (H) dan debit air (Q) berbanding lurus dengan WHP.
9. Semakin besar head drop maka efisiensi turbin akan semakin mengecil. Hal ini
dikarenakan semakin besar head drop peningkatan nilai WHP lebih tinggi
dibanding nilai BHP. Dimana WHP berbanding terbalik dengan efisiensi.
5.2
Saran
1. Laboratorium
-
Peralatan dan mesin dalam laboratotium harus dirawat secara teratur agar terus
berfungsi dengan baik dan meminimalisir penyimpangan data yang diambil saat
praktikum.
Penerangan di laboratorium lebih ditambah saat malam hari agar saat praktikum
dan pengambilan data kelihatan dengan jelas.
2. Praktikum
SEMESTER GANJIL
2016/2017
asistensi.
Untuk putaran pada turbin setiap kelompok dibuat sama semua agar tidak
banyak penyimpangan data
3. Asisten
-
Sebaiknya lebih menjelaskan detail dasar teori agar pada saat pembahasan
mudah dipahami
Lamanya asistensi ditentukan agar mudah mengatur jadwal asistensi