Anda di halaman 1dari 41

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, banyak
diciptakan peralatanperalatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam bidang teknik
mesin terutama pada konsentrasi konversi energi diperlukan pengetahuan tentang
bagaimana menghasilkan suatu sumber energi yang nantinya akan berguna untuk
masyarakat luas. Diantaranya adalah pemanfaatan aliran air yang dapat digunakan
untuk menghasilkan tenaga listrik. Dan alat tersebut dapat berupa instalasi turbin
khususnya turbin air. Turbin air memanfaatkan aliran air untuk menggerakkan poros
yang biasanya dihubungkan dengan generator sehingga dapat menghasilkan energi
listrik.
Turbin air francis merupakan jenis turbin yang paling sering digunakan
karena turbin air francis dapat beroperasi pada elevasi dan debit aliran sedang serta
perkembangannya dalam dekade terakhir telah memberikan dampak yang besar
dalam pengembangan aplikasi-aplikasi baru. Dengan dilaksanakannya praktikum
turbin air Francis ini diharapkan mahasiswa akan memiliki pengetahuan tentang
mesin konversi energi yang dalam hal ini adalah turbin air.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara daya yang dapat dibangkitkan
turbin dan kecepatan putar turbin pada head konstan.
2. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara efisiensi dan kecepatan putaran
turbin pada head konstan.
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara efisiensi dan kecepatan putaran
turbin pada bukaan guide vane berbeda.
4. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengujian.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Dasar Teori Turbin Air

2.1.1

Pengertian Turbin Air


Turbin

air

adalah

suatu

mesin

konversi

energi

yang

berfungsi

mengkonversikan atau mengubah bentuk energi potensial (head elevasi) atau head
tekanan yang dimiliki air ke bentuk energi mekanik pada poros turbin. Energi
potensial yang tersimpan pada fluida yang diam pada ketinggian tertentu berubah
menjadi energi tekanan sebelum fluida masuk ke guide vane (GV), kemudian
sebagian atau seluruh energi tekanan diubah menjadi energi kinetik pada waktu
fluida melewati guide vane (GV). Selanjutnya energi tersebut akan menggerakkan
sudu gerak dan menghasilkan energi mekanik pada poros turbin. Energi mekanik
tersebut nantinya digunakan untuk memutar generator yang dihubungkan ke poros
turbin, dimana generator ini berfungsi untuk merubah energy mekanik menjadi
energy listrik. Gambar 1.1 menunjukkan instalasi turbin air.

Gambar 2.1 Instalasi turbin air


Sumber : Dietzel (1996:17)
Energi fluida persatuan berat/head terdiri dari head elevasi, head tekanan dan
head kinetik. Pada titik TPA hanya terdapat head elevasi, sedangkan head tekanan
dan head kinetiknya sama dengan nol. Pada titik 1 dan 2 head elevasi lebih rendah
dibanding pada titik TPA, karena sebagian head elevasi dikonversi menjadi head
tekanan dan kecepatan (head kinetik). Ketika melewati turbin, sebagian energi fluida

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

dirubah menjadi kerja pada poros turbin, sehingga total energy pada TPB lebih kecil
dari pada head fluida pada titik TPA.
2.1.2

Klasifikasi dan Prinsip Kerja Turbin Air

1. Turbin impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah
energi potensial (head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi
mekanik yang memutar poros turbin. Pada saat fluida akan
memasuki sudu pengarah head elevasi dirubah menjadi head
tekanan. Pada turbin impuls, hampir seluruh head tekanan
dirubah menjadi energy kinetik pada sudu pengarah (guide
vane/nozzle). Sehingga air yang keluar dari nozzle memiliki
kecepatan tinggi untuk membentur sudu turbin dan tekanan
pada air tidak berubah saat melalui ataupun keluar dari sudu
gerak (runner). Setelah membentur runner kecepatan aliran
berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impulse).
Akibatnya poros turbin akan berputar. Salah satu contoh turbin
impuls adalah turbin Pelton.
Turbin Pelton memiliki 2 bagian utama yaitu sudu gerak (runner) dan sudu
pengarah (nozzle). Runner terdiri dari poros turbin, piringan dan beberapa
mangkuk turbin pelton yang digunakan untuk memanfaatkan energi potensial
yang dimiliki air dengan aliran kecil.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.2 Turbin pelton


Sumber : Dixson (2010:310)
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin yang cara kerjanya merubah
energi potensial (head elevasi) yang dimiliki air menjadi energi
mekanik yang memutar poros turbin. Energi potensial berubah
menjadi

energi

pengarah/guide
energi

tekanan

tekanan
vane/nozzle.
menjadi

saat

akan

memasuki

Pada

turbin

reaksi

energi

kinetik

terjadi

sudu

perubahan
pada

sudu

pengarah (nozzle) dan sudu gerak (runner). Energi kinetik


menggerakkan sudu gerak dan memutar poros turbin sehingga
menjadi energi mekanik pada poros turbin.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.3 Turbin Reaksi


Sumber: Dietzel (1996:45)
Macammacam turbin reaksi:
a. Turbin Francis
Turbin francis yaitu turbin yang memiliki 3 bagian utama yaitu rumah
turbin (casing), sudu gerak (runner) dan sudu pengarah (nozzle) yang
mengelilingi runner dimana semua komponen tersebut terbenam ke dalam air.
Turbin francis digunakan untuk memanfaatkan energi potensial pada
ketinggian menengah (dari beberapa puluh meter sampai 100 m). Selain itu
turbin francis dapat menghasilkan kecepatan putaran poros tinggi yang
biasanya digunakan untuk menggerakkan generator.

Gambar 2.4 Turbin francis


Sumber: Dietzel (1996:47)
b. Turbin Kaplan
Turbin balingbaling yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga
turbin tersebut dapat berputar di dalam lahar panas. Selain itu sudu-sudu
pengarahnya dapat diatur sesuai dengan kondisi operasi pada saat itu.
Keuntungan memilih turbin kaplan yaitu kecepatan putaran bisa dipilih lebih
tinggi, ukurannya lebih kecil karena poros turbin bisa dihubungkan langsung
dengan generator. Harganya murah bila dipakai pada pembangkit yang besar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.5 Turbin kaplan


Sumber: Dixson (2010:326)
3. Perbedaan turbin impuls dan turbin reaksi

Gambar 2.6 Grafik hubungan P-v pada turbin impuls dan reaksi
Sumber : Arismunandar (1998)
Pada turbin impuls perubahan energi tekanan menjadi
energi kinetik hampir seluruhnya terjadi pada sudu pengarah
(guide

vane),

sedangkan

pada

sudu

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

gerak

takanan

dan

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

kecepatan

relatif

fluida

tidak

berubah.

Pada

gambar

2.6

kecepatan yang terlihat pada grafik adalah kecepatan absolut


fluida. Pada sudu gerak kecepatan absolut fluida berkurang
karena digunakan untuk memutar poros turbin (berubah menjadi
energi mekanik). Sedangkan pada turbin reaksi
energi

tekanan

menjadi

energi

kinetik

terjadi

perubahan
pada

sudu

pengarah dan sudu gerak. Pada turbin impuls ketika air melewati
sudu

pengarah

(nozzle)

kecepatan

akan

meningkat

serta

tekanannya akan turun. Ketika air melewati sudu pengarah


tekanan dan kecepatan relatifnya tidak berubah.

Sebaliknya

pada turbin reaksi, ketika air melewati sudu pengarah (nozzle)


tekanannya akan turun dan kecepatannya akan meningkat,
demikian

juga

ketika

air

melewati

sudu

gerak

(runner)

tekanannya juga turun dan kecepatan relatif fluida meningkat,


bagaimanapun juga kecepatan absolut fluida menurun karena
ada perubahan dari energi kinetik menjadi energi mekanik pada
poros turbin.
2.2 Turbin Air Francis dan Prinsip Kerjanya
2.2.1 Bagian-bagian Turbin Air Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin ini mempunyai 3 bagian utama yaitu runner, guide vane (sudu
pengarah), dan rumah turbin (casing).
a. Runner
Merupakan bagian turbin Francis yang dapat berputar, terdiri dari poros
dan sudu gerak turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik menjadi energi
mekanik.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.7 Runner


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Teknik Mesin Universitas Brawijaya
b. Casing
Merupakan saluran yang menyerupai rumah siput dengan bentuk
penampang melintang lingkaran. Berfungsi untuk menampung fluida sebelum
melewati guide vane dan runner.

Gambar 2.8 Casing


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Teknik Mesin Universitas Brawijaya
c. Guide vane
Berfungsi sebagai pengarah aliran air dari katup pengatur kapasitas dari
casing ke runner dan berfungsi menaikkan kecepatan aliran air sebelum menuju
runner.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.9 Guide vane


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Teknik Mesin Universitas Brawijaya
d. Pipa Inlet
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air yang akan masuk
ke casing.

Gambar 2.10 Pipa inlet


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Teknik Mesin Universitas Brawijaya
e. Draft Tube
Merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan air dari turbin ke
saluran pembuangan dengan menggunakan tinggi jatuh air.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.11 Draft Tube


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Teknik Mesin Universitas Brawijaya
2.2.2

Prinsip Kerja Turbin air Francis


Turbin francis bekerja dengan memakai prinsip kerja turbin reaksi. Air masuk

ke guide vane memiliki tekanan tinggi, kemudian dirubah menjadi energi kinetik.
Perubahan dari energi tekanan menjadi energi kinetik secara keseluruhan terjadi pada
sudu pengarah. Dari sudu pengarah air melewati sudu gerak. Pada sudu gerak
(runner) tidak terjadi perubahan tekanan dan kecepatan relatif fluida. Tetapi
kecepatan absolut fluida berkurang ketika melewati runner, karena fluida menumbuk
dan menggerakkan sudu gerak yang selanjutnya memutar poros turbin, yang juga
merupakan poros sudu gerak. Disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi
mekanik. Turbin francis merubah energi fluida menjadi kerja yang berupa putaran
pada poros turbin.
Perubahan atau energi fluida sebelum masuk turbin dan sesudah keluar dari
turbin disebut sebagai head drop. Head fluida adalah total energi yang dimiliki oleh
fluida tiap satu satuan berat, terdiri dari energi potensial, energi tekanan dan energi
kinetik. Perubahan energi pada turbin air Francis secara garis besar adalah dari energi
potensial menjadi energi tekanan sebelum masuk guide vane, kemudian menjadi
energi kinetik setelah keluar dari guide vane dan selanjutnya menjadi energi mekanik
pada poros turbin yang dikelilingi oleh sudu gerak.
Energi potensial (Ep) adalah energi yang tersimpan pada benda karena
kedudukannya/ketinggiannya. Sebagai contoh, energi potensial air adalah energi
yang dimiliki air karena ketinggiannya dari permukaan referensi.
Ep = m.g.h

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Energi kinetik (Ek) adalah energi suatu benda karena bergerak dengan
kecepatan V, contohnya air yang bergerak.
Ek =

1
m v2
2

Energi mekanik (Em) adalah penjumlahan dari energi kinetik dengan energi
potensial.
Em = Ek + Ep
2.3
2.3.1

Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan


Persamaan Bernoulli
Persamaan bernoulli adalah suatu persamaan energi fluida incompressible dan

tanpa gesekan dalam aliran steady pada satu garis arus (stream line). Persamaan
bernoulli menyatakan bahwa total energi fluida adalah konstan sepanjang
saluran/aliran fluida. Energi fluida terdiri dari energi tekanan, energi kinetik dan
energi potensial. Walaupun total energi fluida adalah konstan, tetapi besar masingmasing komponen energi bisa berbeda dan berubah sepanjang aliran fluida.
Misalnya terdapat aliran air dalam pipa yang tidak terletak horisontal,
terdapat perbedaan ketinggian (h1 dan h2). Persamaan bernoulli pada aliran fluida
tersebut adalah:
Energi potensial + Energi kinetik + Energi tekanan = konstan
m.g.h + P.V + .m.v2 = konstan
Persamaan energi spesifik (tiap satu satuan berat):
m. g . h1 + P1 .V 1 +. m . v 21 m . g . h2 + P2 . V 2 +. m. v 22
=
m. g
m. g
m. g . h1 P1 .V 1 . m. v 21 m. g . h2 P2 . V 2 . m. v 22
+
+
=
+
+
m. g
m.g
m. g
m. g
m.g
m. g
P 1 v 21
P2 v 22
h1 + + =h 2+ +
2g
2g
Dimana : P = Tekanan
(N/m2)
h = ketinggian
(m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
v = Kecepatan Aliran (m/s)
=.g
(kg/(m2.s2))
Syarat berlakunya hukum bernoulli :
1.
2.
3.
4.

Alirannya steady
Fluida incompressible
Non viscous
Aliran fluida sepanjang stream line

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Untuk hubungannya dengan turbin semakin tinggi (h), energi potensial yang
dihasilkan semakin besar sehingga akan berpengaruh pada energi kinetik dalam
menumbuk sudu gerak (runner). Dengan bertambahnya energi kinetik yang
menumbuk runner maka putaran yang dihasilkan akan semakin besar.
2.3.2

Persamaan Kontinuitas
Persamaan ini menyatakan jumlah netto massa fluida yang melewati

permukaan suatu kontrol volum sama dengan perubahan massa dalam kontrol volum
tersebut. Pada aliran steady, tidak ada perubahan massa fluida dalam kontrol volum.
Sehingga massa fluida masuk ke kontrol volum (titik 1) sama dengan massa fluida
yang keluar kontrol volum (titik 2).

m1 m 2
. v . A=C
1.v1.A1= 2.v2.A2
kg
= massa alir (
Keterangan: m
)
s
m
v = kecepatan (
)
s
A = Luas penampang (m2)

2.3.3

Segitiga Kecepatan
Segitiga kecepatan adalah dasar kinematika dari aliran fluida yang menumbuk

sudu turbin. Dengan pemahaman segitiga kecepatan akan membantu dalam


pemahaman proses konversi energi pada turbin air.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 2.13 Segitiga kecepatan pada sudu turbin reaksi


Sumber: Dietzel (1996:16)
Pada turbin reaksi, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu dengan
sudut 2, dengan kecepatan absolut V2. Pada ujung guide vane besar kecepatan
tangensial adalah u2, dengan u2=r2. Air masuk ke sudu gerak dengan kecepatan
relatif w2 dengansudut sebesar 2. Profil sudu tersebut menyebabkan perubahan arah
dan besar kecepatan air selama mengalir pada sudu, dan pada sisi outlet besar
kecepatan relatif air adalah w1, dan kecepatan tangensial fluida adalah u 1=r1.
Kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi inlet u2 > u1 akibat r2 >
r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan nilai kecepatan
absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya energi kinetik dari
air diubah menjadi energi mekanik pada saat air melewati sudu gerak (runner).

2.3.4 Rumus Perhitungan


1. Head drop Turbin (H)

H H 2 H1

( m)

Dimana :
H1 = Head keluar turbin
H2 = Head masuk turbin
2. Debit yang melalui turbin/Orifice Plate (Q)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Q 3.521 P , (

SEMESTER GANJIL
2016/2017

m3
)
jam

Dimana : P adalah perbedaan tekanan pada manometer orifice (mmHg)


3. Torsi (T)
T = F.L
Dimana:
F = Gaya pengereman (N)
L = Panjang lengan gaya (m) = 0.248 m
4. Brake Horse Power (BHP)
BHP=

2 . n .T
( Watt )
60

Dimana:
n = Kecepatan putar turbin (rpm)
5. Water Horse Power (WHP)
WHP=

.Q.H
(Watt )
3600

Keterangan:
= water g
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
6. Efisiensi ()

BHP
x 100
WHP

BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Variabel yang Diamati
3.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang bisa
ditentukan sesuai dengan keperluan/yang diinginkan. Dalam praktikum ini yang
variabel bebasnya adalah kecepatan putaran.
3.1.2

Variabel Terikat

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Variabel terikat adalah variabel yang hasilnya dipengaruhi oleh variabel


bebas. Dalam praktikum ini yang termasuk variabel terikat adalah tekanan
manometer pada orifice plate dan gaya pengereman.
3.1.3

Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel nilainya dijaga tetap pada harga tertentu agar

tidak mempengaruhi nilai variabel terikat selama proses pengambilan data. Dalam
hal ini yang termasuk variabel kontrol adalah bukaan guide vane dan head drop.
3.2 Spesifikasi Peralatan yang digunakan
a. Pompa air tipe sentrifugal dengan motor listrik AC sebagai penggerak dengan
spesifikasi sebagai berikut:

Model

: C 160 MAH

Serial Number

: BS 29821

Output

: 11 kW

Revolution / Minute : 2900 rpm

Voltage

Arus

: 234 Ampere

Frekuensi

: 50 Hz

Rating

: MCR

Phase

:3

Inc.Cluse

:F

: 380 volt

b. Pipa penyalur air yang menghubungkan pompa dan turbin lengkap dengan orifice
c.
d.
e.
f.

plat beserta pengukur tekanannya dan stop valve.


Brake torque force spring balance atau neraca pegas.
Bak penampung air dan v-notch dan pengukur tinggi permukaan
Pipa penyalur air yang menghubungkan bak penampung dengan pompa
Hand digital tachometer, digunakan untuk mengukur putaran poros turbin.

3.3 Instalasi Alat Percobaan dan Fungsi Bagian-Bagiannya


Berikut gambar instalasi alat dan bagian-bagiannya :

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 3.1 Skema instalasi pengujian turbin francis


Sumber: Laboratorium Mesin-Mesin Fluida Universitas Brawijaya (2015)
Keterangan gambar :
1. Bak Penampung
Berfungsi untuk menampung air yang akan dialirkan menuju turbin
maupun keluar turbin.
2. Pompa Sentrifugal
Berfungsi untuk memindahkan atau mengalirkan air dari bak penampung
menuju turbin dan member tekanan pada air.
3. Katup
Berfungsi untuk mengatur head drop.
4. Orifice
Digunakan untuk mengetahui atau mengukur debit air yang mengalir
melewati orificeberdasarkan perbedaan tekanan fluida sebelum dan sesudah
melewati orifice.
5. Manometer
Berfungsi untuk mengukur beda tekanan fluida pada orifice.
6. Turbin Air Francis
Digunakan untuk mengubah energi fluida kerja menjadi energi mekanik.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

7. Dinamometer
Berfungsi untuk mengukur gaya pengereman.
8. Pressure Gauge Inlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida masuk turbin.
9. Pressure Gauge Outlet
Berfungsi untuk mengukur tekanan fluida keluar turbin.
10. Stroboscop atau tachometer
Berfungsi untuk menghitung putaran turbin.
3.4

Langkah Percobaan

1. Pastikan semua instrumen pengukuran menunjukkan posisi 0 (nol), dan katup


discharge dalam keadaan tertutup penuh.
2. Atur bukaan guide vane sesuai dengan yang dikehendaki.
3. Hidupkan motor listrik penggerak pompa kemudian buka katup discharge secara
perlahan sampai pada head drop yang dikehendaki.
4. Pada head drop yang dikehendaki, catat besarnya putaran poros sebagai putaran
maksimumnya, kemudian catat data dari semua instrumen pengukuran sebagai
data pertama.
5. Kurangi putaran poros sebesar 10% dari putaran maksimumnya dengan cara
menambah beban pengereman. Ambil data-data yang diperlukan antara lain:
- Beda ketinggian kolom Hg pada Orifice meter
- Gaya pengereman (F)
6. Ulangi langkah no.5 sampai poros berhenti.
7. Setelah semua pengambilan data selesai dilakukan, atur kembali beban
pengereman seperti kondisi awal (beban pengereman = 0).
8. Tutup katup discharge dan matikan motor listrik penggerak pompa.
9. Percobaan selesai.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Data Hasil Percobaan


(Terlampir)

4.2

Pengolahan Data

Bukaan GV = 10
Head drop (H) = 19
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Turbin Francis
n
(rpm)

P
(mmHg)

Q
(m3/jam)

F
(N)

T
(Nm)

BHP
(Watt )

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

WHP
(Watt )

Efisiensi
(%)

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

2480
2232
1984
1736
1488
1240
992
744
496
248

150
164
183
198
207
213
215
216
216
217

43,12327
45,0908
47,63121
49,54486
50,65837
51,3873
51,62799
51,74792
51,74792
51,86757

25
30
37
43
47
50
53
55
57
58

6,2
7,44
9,176
10,664
11,656
12,4
13,144
13,64
14,136
14,384

1609,355
1738,103
1905,476
1937,663
1815,352
1609,355
1364,733
1062,174
733,8657
373,3703

2232,707
2334,576
2466,106
2565,185
2622,837
2660,578
2673,039
2679,249
2679,249
2685,443

4.2.1 Contoh Perhitungan


1. Debit yang melalui orifice plate (Q) debit aliran air untuk turbin
Q = 3,521 x P
Q = 3,521 x

150

Q = 43,12327 m3/jam
P

Dimana :

tinggi kolom raksa dalam satuan mmHg

2. Torsi (T)
T=FxL
T = 25 X 0,248
T = 6,2 Nm
Dimana :
F = Gaya Pengereman [N]
L = Panjang Lengan Gaya [m]
= 0,248 m
3. Brake Horse Power (BHP)
BHP =

2 nT
60

BHP =

2 24806,2
60

BHP = 1609,355 Watt


Dimana :
n : kecepatan Putar Turbin [rpm]
4. Water Horse Power (WHP)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

72,08087
74,45047
77,2666
75,53696
69,2133
60,48892
51,05547
39,64448
27,39073
13,90349

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

WHP =

QH
3600

WHP =

( 1000.9,81 ) . 43,12327 .19


3600

WHP = 2232,707 Watt


Dimana :

= air x g

g = Percepatan gravitasi [ m/s2]


5. Efisiensi ()
BHP

100%
WHP
1609,355

100%
2232,707
= 72,08087 %

4.3

Grafik dan Pembahasan

4.3.1

Hubungan Putaran dan Daya BHP (Brake Horse Power)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SEMESTER GANJIL
2016/2017

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada Pengujian Turbin Air Francis

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara putaran (rpm) dengan


daya (BHP) pada head drop 19 mm dan bukaan guide vane 10 mm. BHP

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

adalah kemampuan untuk melakukan pengereman pada putaran poros turbin.


Secara matematis BHP dapat dirumuskan sebagai berikut:
2 nT
60
.Berdasarkan dari rumusan diatas, BHP berbanding lurus dengan
BHP =

putaran

(n). Apabila putarannya menurun maka nilai BHP-nya juga akan

menurun
Dari kecenderungan grafik terlihat bahwa grafik BHP menurun karena
putaran mesin yang semakin menurun juga, tetapi pada rpm 2232 , 1984 rpm,
dan 1736 rpm nilai BHP mengalami kenaikan dan nilai BHP mencapai titik
maksimum pada rpm 1736 lalu turun lagi. Hal ini disebabkan oleh torsi yang
ikut naik, dimana torsi dipengaruhi oleh gaya pengereman yang juga semakin
naik. Sesuai dengan persamaan dibawah ini dengan panjang lengan (L) sama
yaitu 0,248 meter
T=FxL
Nilai BHP tertinggi pada putaran 1736 rpm yaitu sebesar 1937,663
Watt, dan nilai BHP terendah terjadi pada putaran 248 rpm yaitu sebesar
373,370 Watt.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Hubungan Putaran dan Daya WHP (Water Horse Power)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada Pengujian Turbin Air Francis

4.3.2

SEMESTER GANJIL
2016/2017

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara putaran dan daya (WHP).


WHP adalah kemampuan yang dihasilkan air untuk memutar sudu sudu pada
turbin. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kecenderungan grafik mengalami
kenaikan nilai WHP seiring dengan berkurangannya putaran. Dari grafik
terlihat nilai WHP yang paling besar pada rpm 248 yaitu 2685,443 watt.
Hal tersebut dikarenakan putaran yang mengecil menyebabkan adanya
kenaikan debit air (Q), dan WHP berbanding lurus dengan dengan debit air (Q)
sesuai dengan rumus :
WHP =

QH
3600

Dari rumus diatas terlihat bahwa pada

dan H konstan maka WHP

merupakan fungsi dari Q. Perhitungan Q dilakukan dengan mengukur


perbedaan tekanan yang ada di orifice dengan dihubungkan dengan rumus
Q = 3,521 x

Sehingga semakin besar beda tekanan ( P


besar juga debit air (Q), begitu juga sebaliknya.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

maka akan semakin

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Hubungan Putaran dan Efisiensi

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi pada Pengujian Turbin Air Francis

4.3.3

SEMESTER GANJIL
2016/2017

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik tersebut adalah hubungan putaran dan efisiensi. Efisiensi


menunjukkan kemampuan turbin untuk mengubah energi potensial air
menjadi energi mekanik pada putaran poros. Pada grafik diatas dapat dilihat
bahwa

kecenderungan grafik turun seiring dengan putaran turbin yang

mengecil, maka efisiensi akan semakin kecil. Untuk menentukan efisiensi


turbin kita dapat menggunakan rumus berikut.

BHP
100%
WHP

Pada rumus tersebut dapat dilihat bahwa efisiensi turbin dipengaruhi


oleh nilai BHP dan WHP. Jika nilai BHP turun dan WHP naik maka
efisiensinya akan kecil, begitu juga sebaliknya jika BHP naik dan WHP turun
maka efisiensinya akan naik. Dapat dilihat rumus BHP dan WHP:
BHP =

2 nT
60

WHP =

QH
3600

Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa BHP berbanding lurus dengan
torsi (T) sedangkan BHP berbanding lurus dengan efisiensi , jadi torsi juga
berbanding lurus dengan efisiensi, dimana efisiensi yang tinggi maka torsi
yang dihasilkan juga akan tinggi. Dan dari WHP dipengaruhi oleh debit air
(Q), dimana WHP berbanding terbalik dengan efisiensi jadi debit air (Q)
berbanding terbalik dengan efisiensi. Dimana efisiensi yang besar maka debit
airnya (Q) akan semakin tinggi.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Francis

Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air

4.3.4

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik tersebut adalah hubungan putaran dan daya (BHP) pada bukaan
guide vane

berbeda. Pada grafik terlihat bahwa turunnya putaran turbin

berbanding lurus dengan nilai BHP. Daya guide vane tersebut pada bukaan
guide vane 8 nilai BHP tertinggi terjadi pada 1812,653 Watt pada putaran
turbin 1624 rpm. Pada bukaan guide vane 9 nilai BHP tertinggi terjadi pada
1998,715 Watt pada putaran turbin 1750 rpm. Pada bukaan guide vane 10 nilai
BHP tertinggi terjadi pada 1937,663 Watt pada putaran turbin 1736 rpm. Pada
bukaan guide vane 11 nilai BHP tertinggi terjadi pada 2392,228 Watt pada
putaran turbin 2048 rpm. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan nilai BHP
tertinggi pada head drop yang sama dengan bukaan guide vane berbeda terjadi
pada bukaan guide vane 11. Hal ini disebabkan karena semakin besar bukaan
guide vane maka air yang masuk akan semakin besar dan nantinya akan
berpengaruh pada putaran turbin yang semakin besar pula. Hal ini sesuai
dengan rumus :
BHP =

2 nT
60

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar bukaan guide vane maka
putaran turbin akan semakin besar. Jika nilai putaran semakin besar maka nilai
BHP akan semakin besar pula. Grafik tersebut sesuai dasar teori dengan urutan
nilai BHP dari yang terbesar yaitu bukaan guide vane 11, bukaan guide vane
10, bukaan guide vane 9, dan bukaan guide vane 8.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Francis

Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air

4.3.5

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik ini menunjukkan hubungan antara putaran dengan WHP pada


bukaan guide vane berbeda. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai WHP
cenderung naik ketika kecepatan putarannya menurun pada tiap data bukaan
guide vane berbeda. Garis kecenderungan bukaan guide vane 11 berada di atas,
diikuti dengan kecenderungan WHP bukaan guide vane 10, 9, dan yang paling
rendah 8. Hal ini sesuai dengan rumus :
WHP =

QH
3600

Dimana WHP berbanding lurus dengan nilai Q , jika Q naik maka WHP
juga naik. Semakin besar bukaan guide vane maka luas penampang akan ikut
membesar dan menyebabkan debit air yang masuk semakin besar sehingga
nilai WHP menjadi besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar bukaan
guide vane maka debit air yang masuk akan semakin besar sehingga nilai WHP
ikut menjadi besar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Francis

Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Bukaan GV Berbeda

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi pada bukaan GV berbeda pada Pengujian Turbin Air

4.3.6

SEMESTER GANJIL
2016/2017

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara putaran dan efisiensi pada


bukaan guide vane berbeda. Pada grafik dapat dilihat bahwa efisiensi
cenderung turun ketika kecepatan putarannya menurun pada tiap data dengan
bukaan guide vane berbeda.
Semakin besar bukaan guide vane, maka efisiensi dari turbin akan
semakin kecil. Hal ini disebabkan semakin kecil putaran maka nilai BHP akan
semakin turun dan nilai WHP naik. Karena nilai BHP berbanding lurus dengan
nilai efisiensi, dan WHP berbanding terbalik dengan efisiensi. Hal ini sesuai
dengan rumus :

BHP
100%
WHP

Menurut dasar teori bukaan guide vane yang memiliki efisiensi terbesar
yaitu guide vane 8 lalu diikuti guide vane 9, 10, dan 11.Akan tetapi pada grafik
dapat dilihat bahwa efisiensi paling tinggi ada pada bukaan guide vane 11,
diikuti efisiensi pada bukaan guide vane 8, 9, dan 10. Penyimpangan terjadi
pada guide vane 11 seharusnya efisiensinya paling kecil.
Penyimpangan ini disebabkan oleh nilai BHP guide vane 11 yang
terlalu tinggi dimana nilai BHP dipengaruhi oleh putaran mesin , karena
putaran mesin pada guide vane 11 sangat tinggi sedangkan nilai WHP yg
semakin kecil dipengaruhi oleh bertambahnya debit air yang semakin tinggi
pada bukaan guide vane 11 yang menyebabkan efisiensi semakin besar, dimana
BHP berbanding lurus dengan efisiensi dan WHP berbanding terbalik dengan
efisiensi. Sesuai dengan rumus diatas

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Francis

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (BHP) pada Head Drop berbeda pada Pengujian Turbin Air

4.3.7 Hubungan Putaran dan Daya (BHP) pada Head drop Berbeda

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik diatas merupakan hubungan antara putaran dan daya (BHP) pada
head drop berbeda. Head adalah energi per satuan energi fluida. Grafik diatas
mempunyai kecenderungan nilai BHP yang turun dari tiap data pada head drop
yang berbeda saat putarannya mengecil.
Menurut dasar teori jika head drop semakin tinggi maka torsinya
semakin besar karena fluida tersebut mempunyai energi tekan yang semakin
tinggi untuk memutar runner sesuai dengan rumus:
T = F.L
Dari rumus diatas terlihat bila gaya pada poros meningkat, nilai torsi
akan meningkat. Dengan head drop yang semakin tinggi sehingga gaya
pengereman (F) semakin besar, Sedangkan F berbanding lurus dengan torsi
dan torsi juga berbanding lurus dengan BHP, maka dari itu jika F meningkat,
maka nilai BHP juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan rumius
BHP =

2 nT
60

Dari Grafik diatas sudah sesuai dengan dasar teori karena yang terbesar
nilai BHP-nya ada pada head drop 20 dan dibawahnya head drop 19, 18, 17
secara berurutan.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

4.3.8

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Hubungan Putaran dan Daya (WHP) pada Head drop Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Putaran terhadap Daya (WHP) pada Head Drop pada Pengujian Turbin Air Francis

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Grafik diatas merupakan hubungan antara putaran dan daya (WHP)


pada head drop berbeda. Grafik diatas mempunyai kecenderungan nilai WHP

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

yang naik dari tiap data pada head drop yang berbeda saat putarannya
mengecil.
Menurut dasar teori semakin tinggi head drop maka daya (WHP) juga
semakin tinggi. Ini sesuai dengan rumus :
WHP =

QH
3600

Dari rumus diatas juga terlihat bahwa WHP juga dipengaruhi oleh
debit air (Q) , karena head drop yang semakin tinggi juga akan membuat
debit air (Q) semakin tinggi dan membuat WHP juga semakin besar juga
Pada grafik ini hasil aktual dari daya (WHP) sudah sesuai dengan
dasar teori di mana daya (WHP) tertinggi pada head drop 20 lalu dibawahnya
berurutan head drop 19, 18, 17.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

Hubungan Putaran dan Efisiensi pada Head drop Berbeda


Gambar 4.9 Grafik Hubungan Putaran terhadap Efisiensi pada Head Drop berbeda pada Pengujian Turbin Air Francis

4.3.9

SEMESTER GANJIL
2016/2017

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara putaran dan efisiensi pada


bukaan head drop berbeda. Grafik diatas memiliki kecenderungan yang
menurun tiap data pada head drop yang berbeda saat putarannya mengecil.
Semakin tinggi head drop, maka efisiensi dari turbin akan semakin
mengecil , dilihat dari keadaan WHP yang semakin tinggi . Hal ini dikarenakan
head drop yang tinggi menyebabkan WHP yang tinggi juga. Dan WHP
berbanding terbalik dengan rumus efisiensi dibawah ini:
WHP =

QH
3600

BHP
100%
WHP
Dan sesuai dengan rumus diatas maka efisiensi mulai dari yang terbesar

ke yang terkecil adalah head drop 17 , head drop 18, head drop 19, dan head
drop 20. Urutan pada grafik ini sudah sesuai dengan dasar teori

BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
1. Semakin menurunnya putaran turbin maka nilai BHP akan semakin mengecil,
akan tetapi pada rpm tertentu nilai BHP naik, ini dikarenakan torsi yang
dihasilkan juga semakin semakin besar akibat adanya gaya pengereman juga.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

2. Semakin menurunnya putaran turbin maka nilai WHP akan semakin besar karena
semakin mengecilnya putaran maka debit air yang masuk jadi semakin besar.
3. Semakin menurunnya putaran turbin maka efisiensi semakin kecil, dikarenakan
nilai WHP yang semakin besar ketika putaran menurun dan nilai BHP yang
semakin turun ketika putaran menurun.
4. Semakin besar bukaan guide vane maka nilai BHP juga semakin besar karena
bukaan guide vane yang besar menyebabkan banyaknya air yang masuk yang
nantinya akan berpengaaruh pada putaran turbin.
5. Semakin besar bukaan guide vane maka nilai WHP juga semakin besar karena
bukaan guide vane yang besar menyebabkan debit air yang masuk juga semakin
besar.
6. Semakin besar bukaan guide vane maka efisiensi turbin akan menurun. Hal ini
dikarenakan pada saat bukaan guide vane yang besar nilai WHP lebih tinggi
dibanding nilai BHP. Akan tetapi pada bukaan guide vane 11 mengalami
penyimpangan dimana efisiensinya yang seharusnya paling kecil akan tetapi
efisiensinya paling besar, dikarenakan nilai BHP lebih tinggi dibanding nilai WHP
7. Semakin besar nilai head drop maka nilai BHP akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh torsinya semakin besar yang nantinya fluida tersebut mempunyai
energi tekan yang semakin tinggi untuk memutar runner.
8. Semakin besar nilai head drop maka nilai WHP akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh semakin besar head drop maka semakin banyak debit yang
masuk dan nilai head drop (H) dan debit air (Q) berbanding lurus dengan WHP.
9. Semakin besar head drop maka efisiensi turbin akan semakin mengecil. Hal ini
dikarenakan semakin besar head drop peningkatan nilai WHP lebih tinggi
dibanding nilai BHP. Dimana WHP berbanding terbalik dengan efisiensi.
5.2
Saran
1. Laboratorium
-

Peralatan dan mesin dalam laboratotium harus dirawat secara teratur agar terus
berfungsi dengan baik dan meminimalisir penyimpangan data yang diambil saat

praktikum.
Penerangan di laboratorium lebih ditambah saat malam hari agar saat praktikum
dan pengambilan data kelihatan dengan jelas.

2. Praktikum

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM TURBIN AIR FRANCIS

SEMESTER GANJIL
2016/2017

Pembagian asisten, sebaiknya untuk 2 alat pengujian mesin fluida diberikan


tanggung jawab asistensi untuk 1 asisten saja. Agar lebih mudah untuk janjian

asistensi.
Untuk putaran pada turbin setiap kelompok dibuat sama semua agar tidak
banyak penyimpangan data

3. Asisten
-

Sebaiknya lebih menjelaskan detail dasar teori agar pada saat pembahasan

mudah dipahami
Lamanya asistensi ditentukan agar mudah mengatur jadwal asistensi

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai