NOMOR: 123/SK-AKR/DIR/RSIA.SM/XII/2015
TENTANG
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK STELLA MARIS
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK STELLA MARIS
Menimbang
: a.
bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Stella Maris, maka perlu adanya kebijakan yang mengatur tentang
perlindungan hak pasien dan keluarga di Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris.
b. bahwa seluruh staf bertanggung jawab melindungi dan mengedepankan hak pasien
dan keluarga.
c. bahwa berdasarkan butir (a) dan (b) tersebut di atas, maka Kebijakan Perlindungan
Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur.
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien;
13. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia, 2006;
14. Keputusan Direktur PT. Stella Mandiri Husada No. 004/SK/PT.SMH/DIR/IV/2014
tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris;
15. Keputusan Direktur PT. Stella Mandiri Husada No.030/SK/PT.SMH/DIR/IV/2012
tentang pengangkatan dr. Iskandar Chandra, M.Kes. sebagai Direktur Rumah Sakit Ibu
dan Anak Stella Maris.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris tentang Perlindungan Hak
Pasien dan Keluarga sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA
Semua staf rumah sakit bertanggung jawab melindungi dan menghormati hak tersebut.
KETIGA
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diperbaharui sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di Medan,
Pada tanggal, 12 Desember 2015
Direktur RSIA Stella Maris
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris
Nomor
: 123/SK-AKR/DIR/RSIA.SM/XII/2015
Tanggal
: 15 Desember 2015
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK STELLA MARIS
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dna
kepercayaan yang dianutnya.
17. Pasien berhak menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata atau pidana.
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEWAJIBAN PASIEN
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang
bekerja di rumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya
tentang masalah kesehatannya.
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui
oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan tenaga kesehatan dan / atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
B. KEBIJAKAN PELAYANAN KEROHANIAN
Pengertian :
Pelayanan kerohanian adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan oleh rohaniawan kepada pasien yang
di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani sesuai dengan agama dan kepercayaan
pasien. Bila pasien terlayani aspek roaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan
berdampak positif untuk perjalanan pengobatan penyakitnya.
Tujuan :
Untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi masalah kesehatan dipandang dari sudut kerohaniaan
dengan memfasilitasi pelayan doa sesuai dengan agama dan kepercayaan pasien dan keluarganya.
Kebijakan :
1. Setiap staf rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien harus dengan penuh perhatian
dan menghormati serta dapat mengidentifikasi nilai-nilai budaya, suku, kepercayaan, dan agama
yang dianut pasien.
2. Rumah sakit merespon permintaan untuk keperluan dukungan agama dan spiritual pasien.
3. Rumah sakit menyediakan tempat ibadah yaitu :
a. Musholla di Lantai 4 Juanda
b. Kapel di Lantai 4 Juanda
c. Altar Dewi Kwan Im di Lantai 4 Juanda
d. Tempat Sembahyang Datuk di Lantai 1 Juanda
C. PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP KEBUTUHAN PRIVASI
Pengertian :
Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiannya oleh tenaga kesehatan dan seluruh staf rumah sakit.
pengobatan, perawatan, kegiatan lainnya harus dijaga kerahasiannya seperti yang berlaku apda data
rekam medis.
Tujuan :
Terlaksananya perlindungan bagi privasi pasien di rumah sakit secara optimal dengan melindungi hak-hak
pasien terhadap privasi dan menjaga kerahasiaan kesehatannya.
Kebijakan :
1. Setiap pelayanan yang diberikan di rumah sakit harus menghormati kebutuhan privasi pasien.
2. Semua staf memahami semua kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak pasien dan dapat
menjelaskan tanggung jawab mereka dalam melindungi hak pasien (wawancara, diagnosa medis,
pemeriksaan penunjang, pengobatan dan transportasi).
3. Permintaan pasien akan privasi harus dipatuhi oleh petugas rumah sakit.
D. PERLINDUNGAN HARTA MILIK PASIEN
Pengertian
:
Perlindungan harta pasien di rumah sakit adalah jaminan yang didapatkan oleh pasien terhadap harta atau
barang yang dimilikinya tidak akan hilang atau dicuri, baik pasien emergency, pasien bedah rawat sehari
(one day care), pasien rawat inap, pasien rawat jalan maupun pasien yang tidak mampu membuat
keputusan mengenai harta miliknya selama mendapat pelayanan kesehatan.
Tujuan :
Untuk melindungi harta milik pasien yang dibawa ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris dan
memastikan barang tersebut tidak akan hilang atau dicuri pada saat pasien mendapat pelayanan.
Kebijakan :
1. Rumah sakit tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan harta milik pasien
selama dalam perawatan.
2. Harta milik pasien termasuk uang, benda berharga, obat dari rumah dan pakaian yang tidak
diperlukan sebaiknya tidak disimpan di kamar pasien.
3. Rumah sakit mengambil tanggung jawab untuk penitipan sementara harta milik pasien yang tidak
mampu mengamankan harta miliknya atau tidak mampu membuat keputsan mengenai harta
miliknya. Ada proses serah terima harta milik pasien yang dititip sementara di rumah sakit.
E. PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK
Pengertian
:
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung yang merusak
integritas fisik, mental, spiritual, moral, atau sosial termasuk pelecehan secara verbal.
Tujuan :
Memberi perlindungan pada kelompok pasien beresiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung,
staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien beresiko yang mendapat
pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris.
Kebijakan :
1. Semua pasien bayi, anak, lanjut usia, dan yang tidak mampu melindungi dirinya atau memberi tanda
untuk minta bantuan diidentifikasi Rumah Sakit untuk dilindungi.
2. Selain dari kekerasan fisik, perlindungan juga diberikan kepada pasien seperti melindungi dari
penyiksaan, kelalaian asuhan, tidak dilaksanakannya pelayanan atau bantuan dalam kejadian
kebakaran dan bencana lainnya.
F. HAK MEMPEROLEH SECOND OPINION DI DALAM ATAU LUAR RUMAH SAKIT
Pengertian :
Setiap pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris mendapatkan jaminan hak untuk memperoleh second
opinion (pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun
rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien) baik dari dokter di dalam maupun di luar
Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris.
Tujuan :
Memberikan pengertian kepada seluruh staf rumah sakit tentang hak pasien untuk mendapatkan second
opinion atas penyakit yang dideritanya.
Kebijakan :
1. Pasien berhak untuk meminta second opinion dalam pelayanan medis terhadap dirinya.
2. Pasien dibantu untuk mencari second opinion pada pelayana medis baik di dalam maupun luar rumah
sakit :
a. Pasien ragu-ragu terhadap Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
b. Apabila diagnosa kurang baik atau meragukan.
3. DPJP harus mendukung setiap permintaan pasien untuk second opinion di dalam atau luar rumah
sakit.
G. PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Pengertian :
Persetujuan tindakan kedokteran atau Informed Consent adalah persetujuan dari pasien terhadap tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Tujuan :
Tujuan dari Informed Consent itu sendiri adalah untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung resiko atau akibat yang bakal tidak menyenangkan pasien. Dan untuk tenaga kesehatan
adalah sebagai sarana untuk memperoleh legitimasi (pengesahan) atas tindakan medis yang akan
dilakukan.
Kebijakan :
1. Pernyataan persetujuan dari pasien didapat melalui proses yang ditetapkan rumah sakit yang
dilaksanakan oleh staf yang terlatih dalam bahasa yang dapat dipahami pasien.
2. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes, prosedur/ tindakan, dan pengobatan yang mana
memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan.
3. Persetujuan tindakan kedokteran diperoleh sebelum operasi, anastesi, penggunaan darah atau produk
darah dan tindakan serta pengobatan lain yang beresiko tinggi.
menentukan derajat kesehatan dan kelanjutan hidupnya. Akibat dari penolakan pengobatan menjadi
tanggung jawab pasien dan keluarga.
Tujuan :
Pasien dan keluarga diharapkan dapat mengerti hak-haknya dalam menentukan pengobatan yang diperlukan
terhadap dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris.
Kebijakan :
1. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan tersebut dan
tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
3. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan resusitasi dan
membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
4. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat, serta persyaratan hukum dan
peraturan.
I. HAK MENOLAK RESUSITASI
Pengertian :
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR atau
bantuan hidup dasar bila pernafasan maupun jantung pasien berhenti.
Tujuan :
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman dalam hal bantuan
hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau henti nafas.
Kebijakan :
1. Rumah sakit telah menetapkan psosisinya pada saat pasien menolak pelayanan resusitasi dan
membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
2. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan atau pilihan
pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar
(do not resuscitate).
J. MANAJEMEN NYERI
Pengertian
:
Suatu cara untuk menghilangkan dan mengontrol rasa nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman
sensorik dan emosional yang merasakan seolah-oleh terjadi kerusakan jaringan.
Tujuan :
Membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal dan mengurangi
resiko lanjut dari efek nyeri.
Kebijakan :
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan harus di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen
apabila ada rasa sakit.
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
3. Menyediakan pengelolaan rasa nyeri sesuai pedoman dan protokol.
4. Komunikasi dengan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejala dengan
konteks pribadi, budaya, dan kepercayaan agama masing-masing.
K. PELAYANAN TAHAP TERMINAL
Pengertian
:
Adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai
harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien yang
berada pada tingkat akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan kebutuhannya yang unik.
Tujuan :
Mendidik seluruh staf rumah sakit untuk menghargai nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya,
mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan, serta memberikan respon pada
hal psikologis, emosional, spiritual dan budaya dari pasien dan keluarganya.
Kebijakan :
1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada
akhir kehidupannya.
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada
tahap akhir kehidupan.
3. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik terhdap aspek pasien pada akhir kehidupannya yaitu
meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek
psikologis, sosial emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya.
L. MENANGGAPI KELUHAN
Pengertian :
Proses penyelesaian keluhan berupa kritikan dan atau keberatan yang disampaikan secara lisan ataupun
tertulis dari pihak eksternal maupun internal terhadap pelayanan yang diberikan.
Tujuan :
Untuk mengatur penanganan keluhan pasien dan keluarga agar dapat tercapai penyelesaian masalah sehingga
terwujudnya tindakan ke arah perbaikan dan pencegahannya yang efektif dan efisien.
Kebijakan :
1. Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan tentang keluhan terhadap pelayanan, konflik, atau
dilemma terhadap pelayanan rumah sakit.
2. Rumah sakit telah mengidentifikasi dan menetapkan cara-cara mencari solusi terhadap dilemma atau
keluhan tersebut.
3. Staf yang bertanggung jawab adalah penanggung jawab shift, kepala unit, manager handling
complaint dan Duty Manager bila diluar jam kerja.
Kebijakan :
1. Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris menghormati hak pasien dan keluarga untuk ikut terlibat
dalam semua proses pelayanan mulai dari proses admisi, selama proses asuhan, sampai pengetahuan
yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah.
2. Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris akan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga
untuk membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat
informasi untuk mengambil keputusan tentang asuhannya.
3. Sebelum dilakukan pendidikan kepada pasien dan keluarga, staf rumah sakit akan mengkaji
kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarganya dari segi agama, nilai budaya, kemampuan
membaca, kemampuan kognitif serta bahasa.
4. Pendidikan pasien dan keluarga akan difokuskan pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang
dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan
asuhan berkelanjutan di rumah.
4. Bila pasien tidak memahami Bahasa Indonesia, Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris akan
menyediakan penerjemah baik dari staf rumah sakit ataupun dari keluarga pasien.
R. PENELITIAN KLINIS
Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris tidak melakukan penelitian klinis terhadap pasien.
S. DONOR ORGAN
Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris tidak melayani pasien yang akan melakukan donor organ atau pasien
yang akan mendapatkan donor organ.
Direktur,