Penggunaan tanaman herbal asli Indonesia yang disebut green cocktail sebagai alternatif terapi untuk menanggulangi HIV/AIDS secara efektif dan aman kini dikembangkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Cahaya Hati Bangsa. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat anti-HIV/AIDS itu kini dalam tahap uji klinis lebih lanjut. Kerja sama penggunaan tanaman herbal sebagai obat anti-HIV/AIDS ini lebih implementatif, kata Pembantu Rektor Bidang Penguatan Kelembagaan UIN Syarif Hidayatullah, Sudarnoto Abdul Hakim, seusai menandatangani nota kesepahaman dengan Yayasan Cahaya Hati Bangsa untuk pemanfaatan green cocktail (GC) bagi terapi pasien HIV/AIDS, Kamis (5/4), di Tangerang. Dekan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Tadjudin mengatakan, riset GC untuk terapi HIV/AIDS harus memakai standar dan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini untuk menghindari kesalahan laboratorium dan kesimpulan riset. Sampai kini belum ditemukan metode pengobatan yang efektif dan aman, kata Azwina Miraza, Ketua Yayasan Cahaya Hati Bangsa. Sejauh ini, obat anti retro viral (ARV) hanya memperlambat duplikasi virus HIV dan harus dipakai seumur hidup. Untuk itu, kemungkinan pemanfaatan GC, sejenis buah bercabang tiga, sebagai obat antiHIV/AIDS perlu dikembangkan. Karena hasil uji klinis tahap awal, terapi GC mampu meningkatkan CD4 (jumlah limfosit yang melindungi tubuh dari infeksi) pasien. Seorang responden, 23 tahun, misalnya, meningkat CD4-nya dari 191 jadi 255 dalam 22 hari. Selama mengikuti uji klinis, responden harus menerapkan gaya hidup sehat, antara lain tidak merokok, tak memakai narkoba, dan tidak menggunakan ARV. Menurut Sandra Hermanto, pengajar di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, hasil uji klinis awal menunjukkan terapi ini juga tidak berefek samping, dapat menekan pertumbuhan virus, menekan biaya pengobatan, mengembalikan proses metabolisme sel, dan menyembuhkan luka infeksi. Hasil analisa komposisi kimiawi menunjukkan herbal itu mengandung senyawa aktif, antioksidan/antimikroba), dan senyawa penekan sel kanker, serta beberapa asam amino esensial. Buah ini memiliki enzim pengurai racun dan 21 asam amino esensial. Green cocktail tidak dikonsumsi seumur hidup. Namun ini perlu uji laboratorium lebih lanjut, tutur Hermanto.
Hak kekayaan intelektual (HAKI) atas green cocktail sebagai terapi HIV/AIDS telah terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, ungkap Azwina. Temuan ini juga akan didaftar ke Swedia untuk mendapat pengakuan internasional.