disusun oleh:
dr. Herlambang Pranandaru
: Parotitis Epidemika
Nama Pendamping
Nama Wahana
No
Nama Peserta Presentasi
No
Tanda Tangan
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
Berita acara ini ditulis dan disampaikan dengan sesungguhnya.
Pendamping
PAROTITIS EPIDEMIKA
Tanggal
Kunjungan :
Tanggal Periksa :
Tanggal Presentasi :
26 Agustus 2016
26 Agustus 2016
8 September 2016
Presenter :
Pendamping
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Anak, usia 8 tahun, dengan keluhan: demam tinggi mendadak disertai muncul
Deskripsi :
bengkak di rahang bawah kiri.
Tujuan :
Penegakkan diagnosis dan pengobatan yang tepat
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama :An. A, Perempuan, 8 tahun
No. Registrasi : 7xx
Nama PKM: Puskesmas Balowerti
Telp : Terdaftar sejak : Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien anak A, perempuan usia 8 tahun datang ke IGD
Puskesmas Balowerti diantar oleh ibu dan adik laki-lakinya dengan keluhan demam
tinggi mendadak 1 hari ini. Keluhan disertai dengan keluhan bekak di bawah telinga kiri,
nyeri saat membuka mulut, sakit kepala dan badan terasa pegal-pegal. Sakit gigi, nyeri
tenggorokan, nyeri telinga, penurunan pendengaran, batuk, pilek, sesak napas, bintikbintik merah, gusi berdarah, mimisan dan riwayat trauma sebelumnya disangkal pasien.
Riwayat alergi makanan atau obat disangkal. Riwayat gigitan hewan atau serangga
disangkal. BAB cair (-), lender (-), darah (-) dan BAK lancer. Makan sulit karena nyeri
namun minum masih baik.
2. Riwayat Pengobatan: Menurut ibu pasien, pasien belum pernah diperiksakan keluhannya
atau meminum obat warung sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Ibu kandung pasien pernah mengalami hal serupa saat masih kecil.
Daftar Pustaka :
1. Beggs, J. dkk. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan Department Of
Community Health. 2005 : 4-6, 10. DBrun, Fulginiti, Kempe, Silver : Current Pediatric,
Diagnosis and Treatment, Ed.IX, 1988, 817-818.
2. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu Kesehatan
Anak Nelson, 1999, Edisi XV, EGC, Jakarta, hal : 1074-1076.
3. Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and infectious
Disease, Edisi IX, The C.V.Mosby company, 1972, hal: 427-434.
4. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps (Epidemic
Parotitis), dalam Handbook Of Pediatrics, Edisi XVI, Colorado, 1991, hal: 442-444.
5. Komite Medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis Epidemika, dalam
Standar Pelayanan Medis, Edisi II, Komite Medis RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 1999,
hal : 62-64.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Parotitis Epidemika, dalam Ilmu Kesehatan
Anak, Edisi VI, infomedika, Jakarta 2000, hal: 629-632.
7. Suprohaita, Arif Mansjoer, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Parotitis
Epidemika, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Media Aesculapius FK
UI, Jakarta, 2000, hal: 418-419.
8. C.George Ray, Parotitis Epidemika, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison,
Edisi XIII,EGC, Jakarta, 1999, hal : 935-938.
9. Pujiadi Stephanie dan Hadinegoro, Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: Sari
Pediatri IDAI.
Hasil Pembelajaran :
1. Parotitis Epidemika
2. Penegakan diagnosis Parotitis Epidemika
3. Tatalaksana Parotitis Epidemika
1. LAPORAN KASUS
Identitas pasien:
Nama pasien
Usia
Jenis Kelamin
No. RM
Alamat
Agama
Suku
Warga Negara
Bahasa Ibu
Pendidikan
Pekerjaan
Status pernikahan
: An. A
: 8 tahun
: Perempuan
: 7xx
: Kel. Balowerti, Kec. Kota, Kota Kediri
: Islam
: Jawa
: Warga Negara Indonesia (WNI)
: Jawa, Indonesia
: Sekolah Dasar
: Belum bekerja
: Belum menikah
Subjective:
seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu kandung pasien pernah mengalami hal
serupa saat masih kecil. Riwayat alergi pada anggota keluarga lainnya
disangkal.
Riwayat Sosial: Pasien mandi 2 kali sehari. Pasien sering beli janjan
sembarangan disekolah. Pasien cukup sering tidur bersama ibu, bapak
serta kakaknya dalam satu kamar dan memakai peralatan yang sama
Objective:
PEMERIKSAAN FISIK
Nadi: 92x/menit
RR: 28x/menit
Temp: 38,8oC
Antropometri
BB: 22,5 kg
TB: tidak diperiksa
Status Generalis
Kepala leher:
AICD -/-/-/ Terdapat pembesaran kelenjar parotis dibawah telinga kiri,
batas tidak tegas, kulit kemerahan (-), sudut mandibular tidak
terlihat lagi, terasa nyeri bila disentuh, terfiksir, fluktuasi (-),
Working diagnosis
Diffenrential Diagnosis
: Parotitis Epidemika
: Parotitis supuratif, Adenitis servikal, Tumor
3.
masker bila berinteraksi dengan keluarga atau pun saat kelur rumah.
Hindari menggunakan handuk, sikat gigi, dan alat makan secara
4.
5.
6.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40
% kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh
virus.
demikian
pula
dalam
memberikan
penatalaksanaan
demikian
pula
dalam
memberikan
penatalaksanaan
10
fungsional keberadaan dokter pada tingkat layanan primer, oleh karena itu
pengkajian terhadap kasus kompetensi 4 yang sering terjadi di masyarakat
sangat penting untuk dilakukan. Pasien diharapkan tidak perlu mendapatkan
penanganan lanjutan tingkat spesialis. Penatalaksanaan ini diharapkan dapat
memenuhi
standar terapi
medikamenosa
pencegahan komplikasi.
I.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan dalam
penanganan kasus parotitis, baik diagnosis, pemeriksaan, penatalaksanaan
hingga tindakan lanjutan apabila terjadi komplikasi
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas
Balowerti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)
II.2 Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza,
11
measles,
dan
virus
newcastle
disease.(2)
Ukuran
dari
partikel
ludah
dan
hari
setelah
pembengkakan
menghilang
(Sumarmo,2008)
II.3 Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.(2)
Parotitis merupakan
penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang
lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang
12
13
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula
unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit
menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari
saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat
degenerasi dan nekrosis jaringan.
Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam
traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus
menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak,
gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak.
II.5 Klasifikasi
1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara
1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan berarti sebelumnya
anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
2. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pascabedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia
lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya
gangguan dehidrasi.
II.6 Manifestasi klinik
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber
penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong
sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala
14
II.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,
sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot.
Kadang
dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik
spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atau
minum sesuatu yang asam.
15
2. Klinis
1. Panas ringan sampai tinggi (38,5 39,5)C
2. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak disertai
pembesaran
3. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia
dan rasa malas.
4. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa
inkubasi 14-24 hari).
5. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak
aktif sampai sakit berat.
6. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan
mastoid) (5,6)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah
menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah
.dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L
darah.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk
kemungkinannya parotitis.
Neutralization (NT) test
16
Pengenceran
serum
yang
mencegah
terjadinya
17
4. Parotitis supuratif
Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus
kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.(2,3)
5. Parotitis berulang
Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat
alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.(2)
6. Kalkulus salivarus
Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub mandibularis,
menyebabkan pembengkakan intermitten.(1,2)
7. Limfo sarkoma atau tumor parotis.(2)
Tumor parotis, ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis yang
berlangsung cepat dan progresif, umumnya unilateral dan tidak disertai
rasa nyeri.
8. Adenitis servikal
disebabkan
oleh
streptokokus,
difteria
bullneck,
mononukleosis
Parotitis
antihipertensi
seperti
guanetidin
dapat
menyebabkan
pembengkakan parotis.(7)
10. Sindroma Sjorgen
Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang
seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering
terjadi pada wanita pascamenopause.(7)
11. Sialolithiasis (batu parotis)
Sialolithiasis
(batu
parotis),
gejala
yang
ditimbulkan
diantara
18
II.9 Tatalaksana
Parotitis
merupakan
penyakit
yang
bersifat
self-limited
19
b. Analgetik-antipiretik
c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.(5)
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.(1)
b. Orkhitis
- istrahat yang cukup
- pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,
selama 2-4 hari.(1,4,6,8)
c. Pankreatitis dan ooporitis
- Simptomatik saja.(1)
II.10 Komplikasi
1. Meningoensepalitis
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar
parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,
yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh
yang tinggi (hiperpireksia).(6)
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak
Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis
sistem syaraf sentral.
Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis
meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:
a.
20
Selnya
Orkitis biasanya
Gangguan
terjadi.(2,4,6).
4. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas. (1,2,4)
5. Pankreatitis
21
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,
demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis
akibat mumps. Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala
gastroenteritis
sehingga
kadang
diagnosis
dikelirukan
dengan
gastroenteritis.(1,2,4)
Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin terdapat lebih sering
(sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu pertama.(5)
6. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anakanak belum diketahui.
sesudah parotitis.(2)
Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna
tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.(4)
7. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.(2)
8. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi
ringan miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui.(2)
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 10 hari pada parotitis..
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen ST, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.(3,7)
9. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak.
22
Menyebabkan
23
imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan
rubella.(4,6)
Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada
individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun
dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis
atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.(8)
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi
maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen
vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;
sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang
mendapat radiasi.(8)
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan
setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
Mumps dalam situasi ini.(8)
II.11 Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Prognosis
parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang
berlanjut menjadi kronis.(1,3,4,6) Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.(4)
BAB III
KESIMPULAN
Parotitis epidemika merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan
paramyxovirus dengan tanda khas pembengkakan kelenjar parotis yang disertai
nyeri yang kadang mengenai kelenjar gonad, pankreas dan organ lain, Penyakit
ini dapat dicegah secara pasif dengan pemberian gamaglobulin atau secara aktif
dengan vaksinasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. DBrun, Fulginiti, Kempe, Silver : Current Pediatric, Diagnosis and
Treatment, Ed.IX, 1988, 817-818.
2. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu
Kesehatan Anak Nelson, 1999, Edisi XV, EGC, Jakarta, hal : 1074-1076.
25
26