Anda di halaman 1dari 26

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1.

Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diastesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.1
1.2.

Etiologi

Gambar 2.1. Virus Dengue (www.google.com)


Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue
yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) dan sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviridae, dan mempeunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan sangat berhubungan
dengan kasus berat.2
1.3.

Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan

Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun
1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.1

Gambar 2.2. Peta Penyebaran Penyakit DBD (www.google.com)


Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. Aegypti dan A. Albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).1
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
1) Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain ; 2). Pejamu : terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin ; 3).
Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.1
1.4.

Patogenesis
a) Teori Antigen-antibodi
Pada DBD terjadi penurunan kadar komplemen, semakin berat penyakit
tersebut semakin menurun kadar komplemen. Komplemen yang menurun adalah
C3, C3 proaktivator, C4, C5. Kadar anafilatoksin meninggi kemudian menurun
pada fase penyembuhan. Virus dengue dianggap sebagai antigen yang akan
bereaksi dengan antibodi kemudian mengaktivasi komplemen, aktivasi ini
menghasilkan anafilatoksin C3a, dan C5a, yang merupakan mediator kuat
peningkatan permeabilitas kapiler, kemudian terjadi kebocoran plasma. Virus
dengue di sirkulasi berikatan dengan IgG spesifik membentuk kompleks imun.3
b) Teori Infection Enhancing Antibody
Antibodi yang terbentuk pada infeksi dengue terdiri dari IgG yang berfungsi
menghambat peningkatan replikasi virus dalam monosit, yaitu enhancing-antibody
dan neutralizing-antibody. Pada saat ini dikenal 2 tipe antibodi yaitu (1)

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Kelompok monoclonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi tetapi


memacu replikasi virus, dan (2) Antibodi yang dapat menetralisasi secara spesifik
tanpa disertai daya memacu replikasi virus. Perbedaan ini didasarkan pada adanya
virion determinant specificity.
Antibodi non netralisasi yang dibentuk pada infeksi primer akan
menyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder dengan akibat
memacu replikasi virus. Teori ini mendasari pendapat bahwa infeksi sekunder
virus dengue oleh serotype dengue yang berbeda cenderung menyebabkan
manifestasi berat.
Dasar utama hipotesis adalah meningkatnya reaksi imunologis dan
berlangsung sebagai berikut :
(a)

Sel fagosit mononuclear yaitu monosit, makrofag, histiosit, dan sul kupffer
merupakan tempat utama terjadinya infeksi virus dengue primer.

(b)

Non neutralizing antibody baik yang bebas dalam sirkulasi maupun terikat
pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue
pada permukaan sel fagosit mononuclear. Mekanisme pertama ini disebut
mekanisme afferent.

(c)

Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit yang telah
terinfeksi.

(d)

Selanjutnya sel monosit yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke


usus, hati, limpa, dan sum-sum tulang. Mekanisme ini disebut mekanisme
efferent. Parameter perbedaan terjadinya DBD dengan dan tanpa syok adalah
jumlah sel yang terkena infeksi.

(e)

sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan sistem
humoral dan sistem komplemen dengan akibat dilepaskannya mediator yang
mempengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktivasi sistem koagulasi.3

c) Teori mediator
Teori ini merupkan lanjutan teori antibodi enhancing. Makrofag yang
terinfeksi virus mengeluarkan mediator atau sitokin. Sitokin ini diproduksi oleh
banyak sel terutama makrofag. Dalam keadan normal sitokin ini tidak terbentuk,
sehingga tidak terdapat pada serum. Dipikirkan bahwa mediator-mediator tersebut
yang bertanggungjawab atas terjadinya terjadinya demam, syok, dan permeabilitas
kapiler yang meningkat.3
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Fungsi dan mekanisme kerja sitokin adalah sebagai mediator pada imunitas
alami yang disebabkan oleh rangsangan zat infeksius, sebagai regulator yang
mengatur aktivasi, proliferasi, dan deferensiasi limfosit, sebagai activator sel
inflamasi non spesifik, dan sebagai stimulator pertumbuhan dan differensiasi
leukosit matur.3
d) Teori Trombosit Endotel
Trombosit dan endotel diduga memiliki peran patogenesis DBD,
berdasarkan

kenyataan

bahwa

pada

DBD

terjadi

trombositopenia

dan

permeabilitas kapiler yang meningkat yang berarti ada pengaruh terhadap


integritas sel endotel. Dua komponen ini sudah diketahui sejak lama merupakan
satu kesatuan fungsi dalam mempertahankan homeostasis.
Trombosit dapat dipandang sebagai sel sekretorik yang mempunyai granulgranul yang mengandungi pelbagai mediator. Endotel memiliki macam-macam
reseptor,

disamping

dapat

mengeluarkan

bahan-bahan

vasoaktif

seperti

prostasiklin, platelet activating factor, factor plaminogen, dan interleukin 1.


Gangguan pada endotel akan menimbulkan agregasi trombosit serta aktivasi
koagulasi.3
e) Teori Virulensi Virus
Secara klasik pada tahun 1918, 1928, dan 1931 pernah dicoba manusia
diinfeksi dengan virus dengue. Beberapa orang yang sukarelawan digigit nyamuk
yang infeksius, hasilnya adalah ada orang yang tidak sakit dan ada yang sakit.
Masa inkubasi dan tipe panasnya juga berlainan. Sabin mensinyalir bahwa
manifestasi klinik dengue akan berubah kalau daerah tersebut berulang kali
terkena virus dengue. Fakta yang ada sekarang adalah semua jenis virus dapat
ditemukan pada kasus fatal.3
f) Teori Imunopatologi
Respon imun terhadap infeksi virus dengue telah diteliti pada manusia, kera
dan mencit. Didapatkan bahwa reaksi imun tersebut memiliki 2 aspek yaitu respon
kekebalan atau malah menyebabkan penyakit. Sesudah mendapat infeksi virus
dengue satu serotype maka akan terjadi kekebalan terhadap virus ini dalam jangka
lama dan tidak mampu memberikan pertahanan terhadap jenis virus yang lain.3
g) Teori Apoptosis
Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologik yang merupakan
reaksi terhadap berbagai stimuli. Proses tersebut dapat dibagi menjadi dua tahap
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

yaitu kerusakan inti sel, kemudian perubahan bentuk sel, dan perubahan
permeabilitas membran sel. Pada kasus DBD yang berat terdapat kerusakan hepar,
terdapat councilman bodies. Kemungkinan hal tersebut merupakan proses
apoptosis. Waktu terjadi apoptosis, virus dan sel yang berserakan dimakan oleh sel
makrofag atau difagositosis. Jadi bukan virus yang bereplikasi di dalam sel
makrofag.3
1.5.

Patofisiologi
Virus dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel

manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut tergantung pada daya tahan
tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler, (2) agregasi
trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi
trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang, dan (3)
kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler, (2) kelainan
homeostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati.3
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah dibawah kulit.4
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DD
dengan DBD ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskular. Berakibat berkurangnya volum plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan. Plasma merembes selama
perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.4
Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat
berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.4
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Perdarahan pada DBD umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan


fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit

menimbulkan

dugaan

meningkatnya

destruksi

trombosit

dalam

sistem

retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses


imunologis dengan terdapatnya sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang terganggu oleh aktivitasi sistem koagulasi.4
DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan. Pada awal
DHF pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit
memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka akan memperberat DIC sehingga
perannya akan menonjol.4

1.6.

Manifestasi Klinis5
Tanda khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor yaitu demam tinggi,

perdarahan, seringkali hepatomegaly, dan kegagalan sirkulasi. Trombositopenia sedang


sampai berat yang disertai dengan hemokonsentrasi adalah temuan laboratorium klinis khas
dari DBD. Hal yang membedakan DBD dari DD adalah adanya kebocoran plasma, yang
bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi), efusi serosa atau
hipoproteinemia.

Gambar 2.3. Manifestasi klinis infeksi virus dengue (WHO, 1997)

Anak-anak dengan DBD umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang


disertai dengan kemerahan pada wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

menyerupai DD, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi.
Nyeri pada konjugtiva mungkin terjadi. Ketidaknyamanan pada lambung dan nyeri abdomen
generalisata umum terjadi.
Suhu biasanya tinggi, > 39C dan menetap selama 2-7 hari, kadang mencapai 4041C; kejang demam dapat terjadi, terutama pada bayi. Perdarahan paling umum adalah tes
tourniket positif, mudah memar dan perdarahan pada tempat suntikan. Pada kebanyakan
kasus terdapat petekie yang menyebar pada ekstrimitas, aksila, wajah dan palatum lunak,
yang biasanya terlihat selama fase demam awal. Epistaksis dan perdarahan gusi jarang
terjadi, perdarahan gastrointestinal ringan dapat terlihat selama periode demam.
Hepar biasanya dapat diraba pada awal fase demam dan ukurannya bervariasi 2-4cm
dibawah arkus kostarum. Pembesaran hepar terjadi lebih sering pada kasus syok.
Splenomegali jarang ditemukan pada bayi; namun limpa tampak menonjol pada pemeriksaan
roentgen.
Tahap kritis dari perjalanan penyakit dicapai pada akhir fase demam. Setelah 2-7 hari
demam, penurunan suhu cepat sering disertai dengan tanda gangguan sirkulasi yang beratnya
bervariasi. Pasien dapat berkeringat, gelisah, ekstrimitas dingin dan menunjukkan suatu
perubahan pada frekuensi nadi dan tekanan darah.
Keparahan penyakit dapat dicegah dengan diagnosis dini dan mengganti kehilangan
plasma. Trombositopenia dan hemokonsentrasi dapat terdeteksi sebelum demam menghilang
dan sebelum syok terjadi.
1.7.

Sindrom Syok Dengue


Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke-3 sampai

hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok
yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan
nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah
mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok
biasanya teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak
adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada masa
penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan sinus
bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik apabila
pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.2
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis, flebitis) dan
terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti
ensefalopati dan gagal hati.2
Kondisi pasien dapat berkembang ke arah syok tiba-tiba setelah demam selama 2-7
hari. Penyimpangan ini terjadi bersamaan atau segera setelah penurunan suhu-antara hari
ketiga dan ketujuh sakit. Tanda khas gagal sirkulasi: kulit menjadi dingin, berbentol-bentol,
dan kongesti; sinosis sirkumoral sering terjadi; nadi menjadi cepat. Pasien pada awalnya
dapat mengalami letargi, kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat memasuki tahap kritis
dari syok.5
SSD ditandai dengan nadi cepat, lemah dengan penyempitan tekanan nadi <20mmHg,
atau hipotensi dengan kulit dingin dan lembab dan gelisah. Pasien dapat sampai pada tahap
syok berat, dimana tekanan darah atau nadi menjadi tidak terbaca. Durasi syok biasanya
pendek, pasien meninggal dalam 12-24 jam, atau sembuh dengan cepat setelah terapi
penggantian volume yang tepat. Efusi pleura dan saites terdeteksi melalui pemeriksaan fisik
atau radiografi. Pasien dengan perdarahan intrakranial dapat mengalami kejang dan koma.
Ensefalopati, yang kadang dilaporkan, dapat terjadi dalam hubungannya dengan gangguan
metabolik dan elektrolit atau perdarahan intrakranial.5
Pemulihan pada pasien dengan SSD teratasi adalah singkat dan tidak rumit, tanda
prognosis yang baik adalah produksi urin adekuat dan kembali mempunyai nafsu makan.
Temuan umum selama masa penyembuhan pasien DBD adalah bradikardia sinus atau aritmia
dan karakteristik ruam petekial konfluens dengan area dengan sedikit bagian kulit normal.
Ruam makulopapular atau tipe-rubela kurang umum pada DBD dibanding DD dan mungkin
terlihat baik pada awal atau tahap lanjut penyakit. Perjalanan DBD kira-kira 7-10 hari.5

1.8.

Klasifikasi

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Untuk menentukan tatalaksana pasien, penting untuk menglasifikasikan keparahan


infeksi dengue, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.6
Tabel 1. Klasifikasi DBD berdasarkan kriteria WHO.
DD/DBD
DD

Grade

Gejala
Demam dengan 2 atau lebih gejala

Laboratorium
Kadang leukopenia.

berikut: sakit kepala, nyeri belakang mata,

Trombositopenia dapat terjadi,

DBD

myalgia, arthralgia.
Gejala di atas ditambah dengan tes

tidak terdapat kebocoran plasma


Trombositopenia <100.000, Ht

DBD

II

tourniquet positif.
Gejala di atas ditambah dengan

naik >20%
Trombositopenia <100.000, Ht

DBD

III

perdarahan spontan
Gejala di atas ditambah dengan kegagalan

naik >20%
Trombositopenia <100.000, Ht

DBD

IV

sirkulasi (nadi lemah, hipotensi, gelisah)


Syok berat dengan tekanan darah dan nadi

naik >20%
Trombositopenia <100.000, Ht

tidak terdeteksi.

naik >20%

* DBD grade III dan IV juga disebut sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS)
1.9.

Pemeriksaan Penunjang

1.9.1

Laboratorium1
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam

dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit, dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM
maupun IgG.

Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit) diserati adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan


hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau FDP


pada keadaan dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase) : dapat meningkat.

Ureum, kreatinin : bila terdapat gangguan fungsi ginjal.

Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Golongan darah dan cross match : bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.

Imunoserologi : dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhaap dengue.


IgM : terdeteksi muai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.

Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.

1.9.2

Pemeriksaan Radiologis1
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila

terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur
pada sisi badan sebelah kanan). Asires dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

10

1.10.

Penatalaksanaan

1.10.1. Demam Dengue


Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase
demam pasien dianjurkan:
-

Tirah baring selama masih demam

Antipiretik atau kompres hangat. Untuk menurunkan suhu menjadi < 390C
dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/aspirin tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.

Pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih,
paling sedikit selama 2 hari.

Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.2


Tatalaksana DD tertera pada Bagan 1.
Bagan 1. Tatalaksana Pasien DD2

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

11

1.10.2. Demam Berdarah Dengue


Fase Demam
Tatalaksana demam berdarah dengue fase demam bersifat simtomatik dan suportif:
-

Cairan oral untuk mencegah dehidrasi


Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta
larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama,
setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberi cairan rumatan 80-100
ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan
karena tidak mau minum, muntah, atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan
intravena rumatan perlu diberikan

Antipiretik, yaitu parasetamol untuk mempertahankan suhu <390C dengan


dosis 10-15 mg/kgBB/kali pemberian.

Pemeriksaan kadar hematrokit berkala untuk pengawasan hasil pengobatan


yaitu menggambarkan kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan
intravena.2

Fase Penurunan Suhu


Dasar patogenesis demam berdarah dengue adalah perembesan plasma yang
terjadi pada fase penurunan suhu, maka dasar pengobatannya adalah penggantian
volume plasma yang hilang. Cairan intravena awal dihitung untuk 2 atau 3 jam
pertama. Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat/NaCl 0,9% atau Dekstrosa
5% dalam larutan Ringer Laktat/NaCl 0,9% 6-7 mL/kgBB/jam. Tetesan dalam 2448 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit,
dan jumlah volume urin.2

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

12

Bagan 2. Tatalaksana DBD2

1.10.3. Sindrom Syok Dengue


Syok merupakan keadaan kegawatan. Pasien anak akan cepat mengalami syok dan
sembuh kembali bila diobati dengan segera dalam 48 jam.
-

Penggantian volume plasma segera


Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat 10-20 mL/kgBB selama
maksimal 30 menit. Apabila syok teratasi, tetesan diturunkan menjadi 10
mL/kgBB /jam. Bila syok belum teratasi, tetesan dinaikkan menjadi 20
mL/kgBB/jam disamping pemberian koloid (dekstran 40 atau plasma) 10-20
mL/kgBB/jam. Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok
masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga telah terjadi perdarahan,
maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap
>40 vol%, maka berikan darah dalam volume kecil (10 mL/kgBB/jam).

Pemeriksaan Hematokrit untuk memantau penggantian volume plasma


Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dan
kadar hematokrit turun. Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah
turun, secara kasar sekitar 20%.

Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit


Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien demam berdarah
dengue, maka pemeriksaan analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu
diperiksa pada demam berdarah dengue berat.

Pemberian oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.

Transfusi darah

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

13

Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang


nyata. Penurunan hematokrit tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan
cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan.2

Bagan 3. Tatalaksana SSD2

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

14

1.11.

Prognosis
Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang

dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit.2 Prognosis biasanya buruk pada sindrom
syok dengue dengan renjatan berulang atau berkepanjangan, dan Koagulasi Intravaskular
Diseminata.

BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur/ : Nn.R/ Perempuan/ 19 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan
: Mahasiswi
c. Alamat
: Bungo Muaro Panjalinan, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 3 orang
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

15

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup mampu, penghasilan ibu pasien


Rp.2.000.000/bulan yang didapat dari pensiunan suami dan jualan makanan kecil.
d. KB
: Tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, 3 kamar tidur, dengan 3 buah jamban di dalamnya.
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara kurang baik,
pencahayaan kurang, kamar pasien tidak ada perangkap nyamuk di jendela
-

kamar.
Listrik ada
Sumber air : PDAM, air minum air gallon isi ulang.
Di halaman rumah terdapat pot tanaman yang kurang dijaga dengan baik
sehingga tampak air tergenang yang menjadi media berkembang biaknya

nyamuk.
Ada papan papan kayu yang ditumpuk di samping rumah.
Bak mandi ada 3 buah di dalam rumah, salah satu bak mandi di kamar kakak
pasien tidak pernah dibersihkan dan di kuras

Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara dan diangkut oleh


petugas sekali dua hari.
Kesan : Higiene dan sanitasi kurang baik.

f. Kondisi Lingkungan Keluarga


- Pasien tinggal bersama ibu pasien, dua orang adik perempuan pasien (adik
pasien yang pertama berumur 18 tahun, bekerja sebagai pegawai salon dan
-

adik pasien yang kedua berumur 16 tahun, kelas 1 SMA) dan kakek pasien.
Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Hubungan dengan keluarga baik
- Ayah pasien meninggal sejak 10 tahun yang lalu, sejak saat itu ibu pasien
menjadi tulung punggung pada keluarga ini.
4. Keluhan utama :
Demam sejak 4 hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi, terus menerus, tidak menggigil
dan tidak berkeringat.
- Nyeri kepala sejak 4 hari yang lalu.
- Nyeri disekitar bola mata sejak 3 hari yang lalu dan terasa panas.
- Nyeri dirasakan pada sendi dan otot sejak 3 hari yang lalu. Seluruh sendi
dirasakan pegal-pegal.
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

16

Rasa mual ada sejak 3 hari yang lalu namun tidak disertai muntah.
Gusi berdarah tidak ada.
Hidung berdarah tidak ada.
Batuk-batuk tidak ada.
Sesak nafas tidak ada.
Penurunan berat badan tidak ada.
Nyeri menelan tidak ada.
Nafsu makan berkurang sejak sakit.
BAK warna dan jumlah biasa.
BAB konsistensi dan warna biasa.

6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
- Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
- Di lingkungan rumah pasien, ada 4 orang tetangganya yang juga menderita
penyakit yang sama dengan pasien, 2 orang diantaranya memerlukan
perawatan di rumah sakit.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu
BB
TB
IMT
Mata
Kulit
THT
KGB

: Sedang
: CMC
: 102x/ menit
: 20x/menit
: 90/60 mmHg
: 38,8 0C
: 49 Kg
: 156 cm
: 20,13 (normoweight)
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
: Rumple Leed (+) di bagian volar lengan.
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada pembesaran KGB

Dada
Paru
Inspeksi

: simetris ki=ka

Palpasi

: fremitus ki=ka

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

Jantung

Kiri

: 1 jari medial LMCS RIC V

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

17

Kanan : LSD
Atas

: RIC II

Auskultasi

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Inspeksi
Palpasi

: Perut tidak tampak membuncit


: Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( + ) di
epigastrium
: Timpani
: BU (+) N

Abdomen

Perkusi
Auskultasi
Punggung

: Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.

Anggota gerak : Akral dingin, oedema tidak ada, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis - /8. Laboratorium : Tidak dilakukan
9. Pemeriksaan anjuran :
Pemeriksaan Hb, Ht,Leukosit dan trombosit
10. Diagnosis Kerja
Suspek Demam Berdarah Dengue Stage III
11. Diagnosis Banding : Demam Dengue
12. Manajemen
a. Preventif :
Hindari gigitan nyamuk pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan
mosquito repellent. Selain itu, dapat menggunakan kelambu pada waktu
tidur, memasang kasa perangkap nyamuk, menyemprot insektisida,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan lain-lain sesuai

dengan kondisi rumah.


Meningkatkan daya tahan tubuh dengan diet seimbang. Pasien dianjurkan
untuk banyak makan buah-buahan dan sayuran.

b. Promotif :
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
demam berdarah dengue (DBD) bahwa penyakit ini disebabkan oleh

infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.


Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai gejala
DBD, seperti demam tinggi terus menerus sampai hari ke-3, dan demam

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

18

mulai turun pada hari ke-4 dan ke-5, kemudian meningkat lagi pada hari
ke-6, sehingga pasien dan keluarganya dapat mewaspadai jika salah satu
anggota keluarganya atau tetangga disekitar rumahnya mengalami gejala
diatas agar dapat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan lebih awal.


Memberikan edukasi mengenai cara pencegahan penyakit ini,

yaitu

melalui pengelolaan lingkungan dan secara kimiawi.


1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
padat serta modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaiki
sanitasi lingkungan rumah, seperti :
-

Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya

sekali seminggu.
Mengganti/ menguras vas bunga seminggu sekali.
Menutup dengan rapat tempat tampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas, serta papan kayu dan
longgokan sepatu-sepatu lama yang tidak dipakai.

2. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-

Pengasapan/fogging

(dengan

menggunakan

malathion

dan

fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan


sampai batas waktu tertentu.
-

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat


penampungan air seperti gentong air, vas bunga dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah


dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut

dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun.


Memberikan penjelasan mengenai komplikasi yang mungkin terjadi apabila
tidak mendapatkan pengobatan segera, seperti syok, penurunan kesadaran, dan

dapat menyebabkan kematian.


c. Kuratif
:
Rujuk ke RSUP Dr.M.Djamil Padang untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Rehabilitatif :
Istirahat yang cukup minimal 6 jam sehari
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

19

Pasien diberi minum minimum sebanyak 2 liter sehari.

BAB III
ANALISIS MASALAH
DATA KELUARGA
A. Identitas individu/keluarga
No

Nama

Jenis

Usia

Tn. A

Kelamin
Laki-laki

2
3
4

Ny. S
Nn. R
Nn. L

5.

Nn.D

Status

Pendidikan

Pekerjaan

(Thn)
62
Kakek

SMA

Perempuan
Perempuan
Perempuan

47
19
18

Ibu
Anak (pasien)
Adik

S1
SMA
SMK

Wirausaha
(bengkel)
IRT
Mahasiswi
Pegawai Salon

Perempuan

15

Adik

SMP

Pelajar

1. Riwayat penyakit individu/keluarga


- Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit berat dan memerlukan
-

perawatan di Rumah Sakit.


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

2. Riwayat penyakit keturunan


- Riwayat penyakit yang diturunkan di dalam keluarga tidak ada.
3. Akses ke pelayanan kesehatan
- Memiliki kartu Jamkesmas, keluarga ini dapat mengakses pelayanan kesehatan baik di
Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

20

4. Perilaku individu/keluarga
- Perilaku hidup bersih dan sehat kurang.
- Kakek pasien merokok, 5 batang perhari.
- Kebiasaan menggunakan NAPZA tidak ada.

B. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga


o Di halaman rumah terdapat pot tanaman yang kurang dijaga dengan baik sehingga
tampak air tergenang yang menjadi media berkembang biaknya nyamuk.
o Terdapat tumpukan papan kayu di samping rumah.
o Salah satu bak mandi di kamar kakak pasien tidak pernah dikuras karena tidak pernah
dipakai, sehingga air bak mandi menjadi media yang baik untuk berkembang biaknya
nyamuk.
o Banyaknya baju dan celana yang digantung di belakang pintu kamar kakak pasien
sehingga merupakan tempat yang baik untuk sarang nyamuk.
o Rumah memiliki ventilasi dan sirkulasi yang kurang baik karena jendela jarang
dibuka.
o Kurangnya akses masuk sinar matahari ke dalam rumah karena jendela yang jarang
dibuka.
o Kakek pasien yang sering merokok di dalam rumah, sedangkan jendela rumah pasien
jarang dibuka, sehingga sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik.
o Pasien dan anggota keluarga lain jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran.

C. Rekomendasi Solusi Sesuai dengan Masalah Kesehatan Keluarga Melalui


Pendekatan Komprehensif dan Holistik

1. Faktor Lingkungan
o Kurangnya higiene lingkungan
Solusi :
- Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
- Membersihkan dan menguras pot bunga seminggu sekali sehingga tidak ada
air yang tergenang di dalam pot yang merupakan media perkembangbiakan
nyamuk.
- Membuang tumpukan papan kayu yang berada disamping rumah.

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

21

- Membuka jendela rumah agar sirkulasi udara dan pencahayaan di dalam


rumah baik.
2. Faktor Perilaku Kesehatan
o Kurangnya kebiasaan hidup bersih dan sehat
Solusi :
- Tidak menggantung pakaian yang telah dipakai karena dapat menjadi tempat
yang baik untuk sarang nyamuk. Sebaiknya baju yang telah dipakai langsung
diletakkan ditempat baju kotor dan ditutup.
- Mengkonsumsi buah buahan dan sayuran setiap hari untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
- Memberikan penjelasan kepada kakek pasien mengenai bahaya rokok yang
tidak hanya mengenai perokok tersebut, tetapi bisa berdampak pada orang
disekitarnya, sehingga kakek pasien dianjurkan untuk merokok di luar rumah.
3. Faktor Sosial Ekonomi
o Puskesmas memberdayakan kerjasama lintas sektoral yang baik dengan DKK
Padang dan Aparatur Masyarakat setempat mengenai pengadaan pengasapan
atau fogging, dan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air
kepada warga masyarakat.
o Puskesmas bekerjasama dengan Kader setempat untuk mensosialisasikan
mengenai penyakit DBD kepada warga yang berada diwilayah lingkungan
kerjanya.
FOLLOW UP
Home Visite I Tanggal 19 Desember 2012 pukul 14.00. Tempat : rumah pasien.
Saat kunjungan pertama, pasien masih dirawat di RSUP Dr. M. Djamil hari rawatan
ke-3. Kepada keluarga pasien diberikan edukasi mengenai :

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) bahwa penyakit ini disebabkan oleh infeksi

virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.


Memberikan edukasi mengenai gejala DBD, seperti demam tinggi terus menerus
sampai hari ke-3, dan demam mulai turun pada hari ke-4 dan ke-5, kemudian
meningkat lagi pada hari ke-6, sehingga pasien dan keluarganya dapat mewaspadai
jika salah satu anggota keluarganya atau tetangga disekitar rumahnya mengalami

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

22

gejala diatas agar dapat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan lebih awal.


Memberikan penjelasan kepada kakek pasien untuk tidak merokok di dalam rumah.

Home Visite II Tanggal 27 Desember 2012 pukul 14.00. Tempat : rumah pasien.
Riwayat penyakit sekarang ;

Pasien tidak demam


Nafsu makan baik
Sakit kepala tidak ada
Bercak-bercak merah pada kedua tangan tidak ada

Pemeriksaan Fisik Pasien


Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu

:
:
:
:
:
:

Baik
CMC
86 x / menit
20 x / menit
120/80 mm Hg
36,80C

Paru
Inspeksi

: simetris kiri = kanan

Palpasi

: fremitus kiri = kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: Bunyi nafas vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

Jantung

Kiri

: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD
Atas
Auskultasi

: RIC II
: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Rencana pada keluarga ini:


Memberikan edukasi mengenai cara pencegahan penyakit DBD, yaitu
melalui pengelolaan lingkungan dan secara kimiawi.
1. Lingkungan
Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

23

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain


dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
padat serta modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaiki
sanitasi lingkungan rumah, seperti :
-

Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya

sekali seminggu.
Mengganti/ menguras vas bunga seminggu sekali.
Menutup dengan rapat tempat tampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas, serta papan kayu dan

longgokan sepatu-sepatu lama yang tidak dipakai.


2. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-

Pengasapan/fogging. Pasien dapat meminta untuk dilakukan


fogging di daerah tempat tinggalnya dengan menunjukkan hasil
laboratorium ke Puskesmas, lalu pasien akan dirujuk ke bagian
Kesling Puskesmas. Bagian Kesling akan menghubungi DKK
untuk permohonan fogging.

Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air


seperti gentong air, vas bunga dan lain-lain. Bubuk abate dapat
diminta di bagian Kesling Puskesmas.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah


dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut

dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun.


Membuka jendela rumah agar sirkulasi udara dan pencahayaan di dalam
rumah baik.

DAFTAR PUSTAKA

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

24

1. Suhendro, Naiggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam : Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid III, Edisi Ke-4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. hal. 1709-13.
2. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana demam dengue /
demam berdarah dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. hal.
1-48.
3. Rezeki S, dkk. Demam berdarah dengue. Jakarta: IDAI. 2005.
4. Demam berdarah dengue: pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak, dan dokter
spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI: Jakarta,
1999.
5. World Health Organization. Demgue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
prevention, and control. 2nd edition. Geneva: World Health Organization. 1997. p. 12-23
6. World Health Organization. Giudelines for treatment of dengue fever / dengue
haemorrhagic fever in small hospitals. New Delhi. 1999. p. 5.

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

25

Keluarga Binaan Demam Berdarah Dengue

26

Anda mungkin juga menyukai