Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Jiwa


2.1.1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &
Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah
mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh
gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan
atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan
penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat
pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).
2.1.2. Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada
unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di
lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis1994). Biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari

Universitas Sumatera Utara

berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
2.1.3. Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi
Maslim, 1998): Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi
mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar.Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,
1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga
pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).

Universitas Sumatera Utara

b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih
dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi
adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan
akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana
perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas
(Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan

Universitas Sumatera Utara

abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus
berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi
sebaik-baiknya, Maslim (1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut
sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993).Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen
(1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak
berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian
afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian
anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik,
kepribadian

antisosial,

Kepribadian

pasif

agresif,

kepribadian

inadequate.(

Maslim,1998).

Universitas Sumatera Utara

e. Gangguan Mental Organik


Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak
ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang
terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,
maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan
kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut
dan menahun.
f. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

Universitas Sumatera Utara

menyeluruh,

misalnya

kemampuan

kognitif,

bahasa,

motorik

dan

sosial

(Maslim,1998).
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).Anak
dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui
bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat
diturunkan dari orang tua kepada anaknya.Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis,

neoplasma

dapat

mengakibatkan

perubahan

kepribadian.Faktor

lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan
oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku
itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
2.1.4. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pencegahan Kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya
kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stiart dan
Laraia, 2001). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50%
pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006). Kekambuhan biasa
terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis
harja, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit,
menurut Sullinger (1988) :
1. Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara
teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak
memakan obat secara teratur.
2. Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh,
namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping
Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan
yang tidak terkontrol.
3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat
puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.
4. Keluarga: Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak
menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi
oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang
menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga
dapat mengatasi dan mengurangi stress.Cara terapi bisanya:Mengumpulkan
semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaanperasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru

Universitas Sumatera Utara

kepada klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan
pengalaman baru.
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya
yaitu :
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan
pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa. Perawat
komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai ruangan
perawatan. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi
klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak dengan
keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan
perawat utama bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan
yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia
jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat

Universitas Sumatera Utara

kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang
dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai
hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Individu menguji coba
perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu
dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk
berperan di masyarakat.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi
pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah
sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga
lainnya. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang
tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah (Sullinger, 1988). Klien dengan
diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada
tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena
perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Keluarga
2.2.1. Konsep Keluarga
Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon
(1989), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 1997).
2.2.2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah :

Universitas Sumatera Utara

a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.2.3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Carter (1988), ciri-ciri struktur keluarga adalah :
a. Terorganisasi; saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Tipe/Bentuk Keluarga


Tipe dan bentuk keluarga terdiri atas :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri atas wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Keluarga di Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar, karena
masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 1997).
2.2.5. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
Adapun pemegang kekuasaan dalam keluarga, yaitu :
a. Patriakal; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dari
pihak ayah.

Universitas Sumatera Utara

b. Matriakal ; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah


dari pihak ibu.
c. Equalitarion; yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan
ibu.
2.2.6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Peranan ayah; ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu; sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak; anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Effendy,
1997).

Universitas Sumatera Utara

2.2.7. Fungsi Keluarga


Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk

norma-norma

tingkah

laku

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan anak
c. Menentukan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan

penggunaan

penghasilan

keluarga

untuk

memenuhi

kebutuhan keluarga

Universitas Sumatera Utara

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa


yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Ahli lain juga mengelompokkan fungsi pokok keluarga menjadi 3, yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.8. Tugas-Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan, yaitu :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota rumah tangga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy,
1997).
2.2.9. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

d. Dalam

memberikan

asuhan

perawatan

kesehatan

keluarga,

perawat

melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga.
g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan perawatan
kesehatan

keluarga

adalah

pendekatan

pemecahan

masalah

dengan

menggunakan proses keperawatan.


i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah

penyuluhan

kesehatan

dan

asuhan

perawatan

kesehatan

dasar/perawatan di rumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

2.3. Dukungan sosial keluarga


2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Sarwono dalam Yusuf (2007), dukungan adalah suatu upaya yang
diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang

Universitas Sumatera Utara

tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sistem dukungan untuk mempromosikan


perubahan perilaku ada 3, yaitu : (1) dukungn material adalah menyediakan fasilitas
latihan, (2) dukungan informasi adalah untuk memberiakan contoh nyata keberhasilan
seseorang dalam melaksanakan diet dan latihan, dan (3) dukungan emosional atau
semangat adalah member pujian atas keberhasilan proses latihan.
Menurut Friedman (1998), dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga
memenadang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga
antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh memberikan kasih sayang serta menerima
dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan sosial keluarga adalah bagian
integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan sosial keluarga adalah
meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam
kehidupan.
Studi tentang dukungan sosial keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan
sosial sebagai koping keluarga. Menurut Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino
(1998) serta Taylor (1999), keluarga memiliki dukungan, yaitu : (1) dukungan
emosional, (2) dukungan penghargaan, (3) dukungan instrumental, dan (4) dukungan
informatif.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Jenis Dukungan Sosial Keluarga


Kaplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwakeluarga memiliki
4 jenis dukungan, yaitu :
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan.Bentuk dukungan ini membuat individu
memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan dan dicintai oleh sumber dukungan
sosial, sehingga dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain, contohnya
dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk keadaannya.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang
memberi pinjaman uang kepada orang itu.Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi beban individu karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi.
d. Dukungan Informatif
Dukungan informatif mencakup memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk, saransaran atau umpan balik.Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk
mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Sumber Dukungan Sosial Keluarga


Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber
dukungan sosial keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan sosial keluarga yang
natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dukungan sosial keluarga ini bersifat
formal sedangkan dukungan sosial keluarga artifisial adalah dukungan yang
dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan sosial keluarga
akibat bencana alam melalui berbagai sumbangn sehingga sumber dukungan sosial
keluarga natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan
sosial keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada:
a. Keberadaan sumber dukungan sosial keluarga natural bersifat apa adanya tanpa di
buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan
b. Sumber dukungan sosial keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan
nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan
c. Sumber dukungan sosial keluarga natural berakar dari hubungan yang berakar
lama
d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan,
mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui seseorang
dengan menyampaikan salam
e. Sumber dukungan sosial keluarga natural terbatas dari beban dan label psikologis.

Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan sosial keluarga


Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial keluarga atau
tidak.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)
Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak
suka bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu
bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif
untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain,
atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau
merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa
dia harus meminta pertolongan.
b.

Faktor dari pemberi dukungan (providers)


Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain
ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau
tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif
terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan
dukungan darinya.
Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini
meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang
tua.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih demokratis dan adil

Universitas Sumatera Utara

mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih
otoritas atau otokrasi.Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, efeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua
dengan kelas sosial bawah.
2.3.5. Indikator Dukungan Sosial Keluarga
Indikator rendahnya dukungan sosial keluarga secara realita yang di dapati di
puskesmas Susoh diantaranya:
a. Keluarga belum dapat memantau penderita gangguan jiwa dalam pemberian
obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
b. Keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan makan penderita di sebabkan
adanya kegiatan lain.
c. Keluarga belum bisa menjaga kebersihan diri penderita gangguan jiwa.
d. Keluarga masih melakukan pengasingan pada penderita gangguan jiwa.
e. Keluarga masih merasa malu dengan adanya penderita gangguan jiwa di
rumahnya karena dianggap aib keluarga.
f. Keluarga juga tidak mempunyai kreativitas dalam cara pemberian obat pada
penderita gangguan jiwa.
g. Keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan penderita gangguan
jiwa.
h. Keluarga belum mampu memberikan informasi dan motivasi pada penderita
gangguan jiwa.

Universitas Sumatera Utara

i. Keluarga masih beranggapan bahwa penderita gangguan jiwa tidak dapat di


sembuhkan lagi.
2.3.6. Indikator Pencegahan Kekambuhan pada Penderita Gangguan Jiwa
Indikator Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa secara realita
didapati di Puskesmas Susoh
a. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita seperti prilaku
kekerasan
b. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita seperti Histeris
c. Tidak Terjadi prilaku penyimpangan seperti tidak mau minum obat, tidak mau
makan, tidak mau minum, tidak mau tidur, tidak mau keluar rumah, tidak mau
bicara, tidak mau mandi.
d. Tidak terjadinya prilaku seperti bicara sendiri
e. Tidak terjadinya prilaku ketawa sendiri, bicara gaur, berdiam diri, BAB dan
BAK sembarangan.

2.4. Landasan Teori


Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki
beberapa fungsi dukungan yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia.Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari dukungan ini

Universitas Sumatera Utara

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam
3 domain (ranah), meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan
tegas tetapi pembagian tersebut dilakukan untuk tujuan suatu pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain (ranah) perilaku tersebut, yang
terdiri dari ranah kognitif (coognitif domain) dan ranah afektif (affective domain) dan

Universitas Sumatera Utara

ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya dan


untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari
pengetahuan (Knowledge), Sikap dan tanggapan (attitude), praktek dan tindakan
(Practice).
Penderita gangguan jiwa tidak mungkin mampu mengatasi masalah
kejiwaanya sendiri. Individu tersebut membutuhkan peran orang lain di sekitarnya,
khususnya keluarganya. Peran keluarga dalam kesembuhan dan kekambuhan
penderita gangguan jiwa sangat penting, karena keluargalah orang yang paling dekat
dengan penderita gangguan jiwa.Pencegahan kekambuhan atau mempertahankan
penderita gangguan jiwa di lingkungan keluarga dapat terlaksana dengan persiapan
pulang yang adekuat serta mobilisasi fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat khususnya peran serta keluarga. (Sarafino, 2006)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep dalam peneltian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut
ini.
Variabel Independen
Dukungan Sosial Keluarga :
a. Dukungan Informasional
b. Dukungan Penilaian
c. Dukungan Instrumental
d. Dukungan Emosional

Variabel Dependen
Pencegahan
Kekambuhan
Penderita
Gangguan Jiwa

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, diketahui variabel independen dalam


penelitian ini yaitu dukungan sosial keluarga pasien gangguan jiwa yang terdiri atas
dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan kekambuhan
penderita gangguan jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai