Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
2.1.3. Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi
Maslim, 1998): Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi
mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar.Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,
1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga
pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).
b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih
dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi
adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan
akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana
perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas
(Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan
abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus
berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi
sebaik-baiknya, Maslim (1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut
sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993).Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen
(1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak
berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian
afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian
anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik,
kepribadian
antisosial,
Kepribadian
pasif
agresif,
kepribadian
inadequate.(
Maslim,1998).
menyeluruh,
misalnya
kemampuan
kognitif,
bahasa,
motorik
dan
sosial
(Maslim,1998).
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).Anak
dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui
bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat
diturunkan dari orang tua kepada anaknya.Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis,
neoplasma
dapat
mengakibatkan
perubahan
kepribadian.Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan
oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku
itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
2.1.4. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pencegahan Kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya
kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stiart dan
Laraia, 2001). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50%
pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006). Kekambuhan biasa
terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis
harja, 2007).
Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit,
menurut Sullinger (1988) :
1. Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara
teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak
memakan obat secara teratur.
2. Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh,
namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping
Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan
yang tidak terkontrol.
3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat
puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.
4. Keluarga: Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak
menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi
oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang
menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga
dapat mengatasi dan mengurangi stress.Cara terapi bisanya:Mengumpulkan
semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaanperasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru
kepada klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan
pengalaman baru.
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya
yaitu :
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan
pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa. Perawat
komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai ruangan
perawatan. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi
klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak dengan
keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan
perawat utama bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan
yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia
jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang
dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai
hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Individu menguji coba
perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu
dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk
berperan di masyarakat.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi
pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah
sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga
lainnya. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang
tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah (Sullinger, 1988). Klien dengan
diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada
tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena
perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.
2.2. Keluarga
2.2.1. Konsep Keluarga
Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon
(1989), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 1997).
2.2.2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.2.3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Carter (1988), ciri-ciri struktur keluarga adalah :
a. Terorganisasi; saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
norma-norma
tingkah
laku
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan anak
c. Menentukan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan
penggunaan
penghasilan
keluarga
untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga
d. Dalam
memberikan
asuhan
perawatan
kesehatan
keluarga,
perawat
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga.
g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan perawatan
kesehatan
keluarga
adalah
pendekatan
pemecahan
masalah
dengan
penyuluhan
kesehatan
dan
asuhan
perawatan
kesehatan
dasar/perawatan di rumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini
meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang
tua.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih demokratis dan adil
mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih
otoritas atau otokrasi.Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, efeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua
dengan kelas sosial bawah.
2.3.5. Indikator Dukungan Sosial Keluarga
Indikator rendahnya dukungan sosial keluarga secara realita yang di dapati di
puskesmas Susoh diantaranya:
a. Keluarga belum dapat memantau penderita gangguan jiwa dalam pemberian
obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
b. Keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan makan penderita di sebabkan
adanya kegiatan lain.
c. Keluarga belum bisa menjaga kebersihan diri penderita gangguan jiwa.
d. Keluarga masih melakukan pengasingan pada penderita gangguan jiwa.
e. Keluarga masih merasa malu dengan adanya penderita gangguan jiwa di
rumahnya karena dianggap aib keluarga.
f. Keluarga juga tidak mempunyai kreativitas dalam cara pemberian obat pada
penderita gangguan jiwa.
g. Keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan penderita gangguan
jiwa.
h. Keluarga belum mampu memberikan informasi dan motivasi pada penderita
gangguan jiwa.
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam
3 domain (ranah), meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan
tegas tetapi pembagian tersebut dilakukan untuk tujuan suatu pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain (ranah) perilaku tersebut, yang
terdiri dari ranah kognitif (coognitif domain) dan ranah afektif (affective domain) dan
Variabel Dependen
Pencegahan
Kekambuhan
Penderita
Gangguan Jiwa