BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Individu merupakan bagian terkecil dari keluarga, kesehatan individu akan
mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. Apabila ada salah satu individu dalam
anggota keluarga yang sakit akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Kesehatan individu sendiri terdiri dari kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Kesehatan
jiwa sendiri adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat
dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Ini berarti
kesehatan jiwa tidak hanya dapat dilihat dari satu unsur, tetapi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan baik secara emosi, psikologis maupun sosial.
Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam meningkatkan kesehatan mental, karena
keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang berperan dalam
meningkatkan kesehatan keluarganya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
baik secara fisik maupun mental. Keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Pada
keluarga tidak dapat dipisahkan oleh apapun karena dalam suatu keluarga ada suatu
ikatan emosional yang tidak dapat diputuskan oleh seorangpun, walaupun terkadang
secara fisik terpisah tetapi ikatan emosional tidak dapat dihilangkan.
Kesehatan keluarga terdiri dari kesehatan fisik dan mental yang saling ketergantungan.
Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
Kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental, begitu pula sebaliknya.
Kesehatan mental keluarga, merupakan sebuah interaksi. Kesehatan keluarga
menunjukkan kepada keadaan dimana terjadi proses internal atau dinamika, seperti
hubungan interpersonal keluarga. Fokusnya terletak pada hubungan antara keluarga
dan subsistem-subsistemnya, seperti subsistem orang tua atau keluarga dan para
anggotanya (Friedman, 1998).
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Masalah kesehatan mental pada awalnya kurang mendapat perhatian oleh karena tidak
langsung terkait sebagai penyebab kematian. Perhatian terhadap masalah kesehatan
mental meningkat setelah World Health Organization (WHO) pada tahun 1993
melakukan penelitian tentang beban yang ditimbulkan akibat penyakit dengan
mengukur banyaknya tahun suatu penyakit dapat menimbulkan ketidakmampuan
penyesuaian diri hidup penderita (Disability Adjusted Life Years/DALYs). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata gangguan mental mengakibatkan
beban cukup besar yaitu 8,1 persen dari global burden of disease (GDB) melebihi
beban yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis dan kanker. Dari 8,1 persen GDB
yang ditimbulkan oleh gangguan neuropsikiatris, gangguan depresi memberikan beban
terbesar yaitu 17,3 persen, sedangkan gangguan psikosis memberikan beban 6,8
persen (Hartanto, 2003). Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan
kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan
beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita tidak dapat
lagi produktif.
Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka
panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya
meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat,
jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah
sakit dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007). Gangguan jiwa ringan dan berat
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan produktivitas individual/keluarga
karena akibat yang ditimbulkan menetap seumur hidup, bersifat kronik dengan tingkat
kekambuhan yang dapat terjadi setiap saat sehingga pada akhirnya menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat. Sejalan dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa
hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah bagi penderita maupun keluarga yang
harus merawat serta tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung keluarga
maupun masyarakat.
Penyelesaian masalah saat merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga.
Menurut Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu predisposing factor (faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, sistem
nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi), enabling factor (faktor pemungkin
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan) dan reenforcing
factor (faktor penguat yang meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan, undang-undang dan peraturan pemerintah). Berdasarkan paparan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus diketahui dan
dimiliki oleh keluarga sehingga dapat memberikan asuhan yang berkualitas kepada
klien.
Bekerjasama dengan anggota keluarga merupakan bagian penting dari proses
perawatan klien gangguan jiwa (Stuart & Laraia, 2005). Kondisi di banyak negara
berkembang termasuk Indonesia, sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan
negara maju, karena dukungan keluarga (primary support groups) yang diperlukan
dalam penggobatan gangguan jiwa berat lebih baik dibandingkan di negara maju.
Stigma terhadap gangguan jiwa berat ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi
negatif terhadap penderitanya tetapi juga bagi anggota keluarga, meliputi sikap-sikap
penolakan, penyangkalan, disisihkan, dan diisolasi. Klien gangguan jiwa mempunyai
risiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi manusia (Djatmiko, 2007). Salah satu
bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang
dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan
jiwa. Padahal dengan cara itu, secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan
hak asasi penderita, hingga menambah beban mental dan penderitaannya.
Pemasungan klien gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap klien
gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai, kakinya
dimasukkan ke dalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang.
Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
Tindakan yang kejam dan tidak berperikemanusiaan ini sangat bertentangan dengan
prinsip hak asasi manusia bahkan untuk seorang klien gangguan jiwa yang notabene
juga seorang manusia dengan segala hak dasar yang dimilikinya.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi di masyarakat perlu
adanya kesadaran dari keluarga yang dapat diintervensi dengan melakukan terapi
keluarga. Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi
keluarga. Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota keluarga.
Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,
sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota
keluarganya. Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan intensitas
emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang rendah sehingga dapat
meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit dan mengajarkan
keluarga tentang upaya membantu mereka melindungi keluarganya dengan
mengetahui gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga (Stuart &
Laraia, 2005).
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat mampu:
1. Melakukan psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota yang
mengalami tindakan pemasungan
2. Melakukan evaluasi psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota
yang mengalami tindakan pemasungan
3. Melakukan pendokumentasian
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN PSIKOEDUKASI KELUARGA
(FAMILY PSYCHOEDUCATION) PADA KELUARGA DENGAN PASUNG
A. Pengertian
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang
bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005 ).
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada penemuan
klinik terhadap pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga keperawatan jiwa
profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk anggota keluarga
yang mengalami gangguan. Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes
pada klien dengan schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya (Anderson, 1983
dalam Levine, 2002).
Sedangkan menurut Carson (2000), psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang
makin popular sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan perkembangan gejala-gejala perilaku. J adi pada prinsipnya
psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi yang dapat mendukung
pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga
itu sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan utama psikoedukasi keluarga adalah untuk berbagi informasi tentang
perawatan kesehatan jiwa (Varcarolis, 2006). Sedangkan menurut Levine (2002),
tujuan psikoedukasi keluarga adalah untuk mencegah kekambuhan klien gangguan
jiwa, dan untuk mempermudah kembalinya klien ke lingkungan keluarga dan
masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi
klien gangguan jiwa. Tujuan lain dari program ini adalah untuk memberi dukungan
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban keluarga terutama
beban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk waktu yang
lama.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan pengobatan
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya menurunkan angka
kekambuhan
c) Mengurangi beban keluarga
d) Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan keluarga
e) Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar
pandangan antar anggota keluarga dan orang lain
C. Indikasi Psioedukasi Keluarga
Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek
psikososial dan gangguan jiwa. Menurut Carson (2000), situasi yang tepat dari
penerapan psikoedukasi keluarga adalah:
1. Informasi dan latihan tentang area khusus kehidupan keluarga, seperti latihan
keterampilan komunikasi atau latihan menjadi orang tua yang efektif.
2. Informasi dan dukungan terhadap kelompok keluarga khusus stress dan krisis,
seperti pada kelompok pendukung keluarga dengan penyakit Alzheimer
3. Pencegahan dan peningkatan seperti konseling pranikah untuk keluarga sebelum
terjadinya krisis
Terapi ini juga dapat diberikan kepada keluarga yang membutuhkan pembelajaran
tentang mental, keluarga yang mempunyai anggota yang sakit mental/ mengalami
masalah kesehatan dan keluarga yang ingin mempertahankan kesehatan mentalnya
dengan training/ latihan ketrampilan.
D. Diagnosa Keperawatan Yang Terkait
Program terapi psikoedukasi keluarga (Family Psychoeducation) dirancang terutama
untuk pendidikan dan pendukung dalam upaya preventif (pencegahan) timbulnya
masalah kesehatan mental keluarga. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat
dimasukkan dalam family psychoeducation therapy adalah : proses perubahan keluarga
dan koping keluarga tidak efektif.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
E. Tempat
Family psychoeduction dapat dilakukan di rumah sakit baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan harus kondusif. Dapat juga dilakukan di rumah
keluarga sendiri. Rumah dapat memberikan informasi kepada perawat tentang
bagaimana gaya interaksi yang terjadi dalam keluarga, nilainilai yang dianut dalam
keluarga dan bagaimanan pemahaman keluarga tentang kesehatan.
F. Kriteria Terapis
1. Minimal lulus S2 Keperawatan J iwa
2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa
G. Metode Terapi,
Metode Family psychoeducation terapy dapat dilakukan dengan modifikasi beberapa
metode antara lain dengan diskusi atau tanya jawab, dinamika kelompok atau
demonstrasi tergantung kebutuhan terapi.
H. Alat Terapi
Alat terapi tergantung metode yang dipakai. Antara lain alat tulis dan kertas, leaflet,
booklet, poster dan lain sebagainya. Namun alat yang paling utama adalah diri perawat
sebagai terapis. Sebagai terapis, perawat harus bisa menjadi role model bagi keluarga.
I. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada family psychoeducation therapy disesuaikan dengan
tujuan setiap sesi. Hal yang diharapkan tersebut adalah:
1. Keluarga bersedia menyepakati kontrak, mengetahui tujuan, dapat mengungkapkan
masalah pribadi dan masalah yang dirasakan dalam merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung dan dapat menyampaikan
keinginan dan harapannya selama mengikuti program psikoedukasi keluarga.
2. Keluarga mengetahui informasi dan cara merawat gangguan jiwa yang dialami oleh
anggota keluarga khususnya dengan pasung.
3. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen stres keluarga.
4. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen beban keluarga.
5. Keluarga mampu mengatasi hambatan dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan dan tersedianya dukungan untuk pembentukan Self Help Group.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
J. Proses Pelaksanaan
Meski tidak ada satupun program bisa menjelaskan struktur umum yang dapat
memodifikasi kebutuhan pertemuan individu keluarga, tetapi yang paling penting dari
program Family Psyhcoeducation adalah bertemu keluarga berdasarkan pada
kebutuhan, dan keluarga mendapat kesempatan untuk bertanya, bertukar pandangan
dan bersosialisasi dengan anggota yang lain dan tenaga kesehatan jiwa profesional.
Adapun proses kerja untuk melakukan psikoedukasi pada keluarga adalah :
1. Persiapan
a) Identifikasi dan seleksi keluarga yang membutuhkan psikoedukasi sesuai
indikasi dan kriteria yang telah ditetapkan
b) Menjelaskan tujuan dilaksanakan psikoedukasi keluarga
c) Membuat kontrak waktu, bahwa terapi akan dilaksanakan dalam beberapa kali
pertemuan dan anggota keluarga yang mengikuti keseluruhan pertemuan adalah
orang yang sama yang tinggal serumah dengan klien
2. Pelaksanaan
Berdasarkan uraian tujuan khusus yang akan dicapai kelompok, pencapaian terapi
Family Psyhcoeducation dapat dilakukan dalam 5 sesi :
Sesi 1 : Pengkajian Masalah Keluarga
Sesi 2 : Perawatan Klien Gangguan J iwa (Pasung)
Sesi 3 : Manajemen Stres Keluarga
Sesi 4 : Manajemen Beban Keluarga
Sesi 5 : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
BAB III
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI
FAMILY PSYCHOEDUCATION
SESI I : PENGKAJIAN MASALAH KELUARGA
A. TUJUAN SESI I :
1. Peserta dapat menyepakati kontrak program psikoedukasi keluarga.
2. Peserta mengetahui tujuan program psikoedukasi keluarga.
3. Peserta mendapat kesempatan untuk menyampaikan pengalaman keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung
(masalah pribadi yang dihadapi oleh caregiver dan masalah dalam merawat).
4. Peserta dapat menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program
psikoedukasi keluarga.
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT DAN BAHAN
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Curah pendapat, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
E. LANGKAH LANGKAH :
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga 2 hari sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis.
c. Menanyakan nama dan panggilan peserta.
d. Validasi :
Menanyakan bagaimana perasaan peserta dalam mengikuti program psikoedukasi
keluarga saat ini.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
10
e. Kontrak :
Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu untuk bekerjasama dan membantu
keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya
dengan pasung.
f. Terapis mengingatkan langkah langkah setiap sesi sebagai berikut :
1) Menyepakati pelaksanaan terapi selama 5 sesi
2) Lama kegiatan 45 60 menit
3) Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota keluarga
yang tidak berganti.
Fase Kerja :
a. Menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini terkait dengan
gangguan jiwa yang dialami salah satu anggota keluarga.
1) Masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga sendiri.
2) Masalah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3) Keluarga menuliskan masalahnya pada buku kerja keluarga.
4) Terapis menuliskan pada buku kerja sendiri.
b. Menanyakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga dengan adanya
salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
1) Setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan perubahan-
perubahan yang dialami dalam keluarga.
c. Menggali penyebab keluarga melakukan pasung terhadap anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
d. Menanyakan keinginan dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi
keluarga.
e. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan
hasil diskusi yang sudah dilakukan.
Fase Terminasi :
a. Evaluasi :
1. Menyimpulkan hasil diskusi sesi I
2. Menanyakan perasaan keluarga setelah selesai sesi I
3. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan keluarga
dalam menyampaikan apa yang dirasakan
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
11
b. Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan keluarga untuk menyampaikan dan mendiskusikan pada anggota
keluarga yang lain tentang masalah yang dihadapi keluarga dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Kontrak :
1. Menyepakati topik sesi 2 yaitu menyampaikan tentang gangguan jiwa
khususnya terkait dengan gangguan yang dialami oleh klien pasung.
2. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi Proses
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan
keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga
Kode keluarga : Tanggal :
No
Kegiatan
Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyepakati kontrak kegiatan
3 Menyampaikan masalah yang dialami
(masalah pribadi yang dirasakan
anggota keluarga dan perubahan yang
dialami dalam keluarga)
4 Menggali penyebab keluarga
melakukan pasung terhadap klien
gangguan jiwa di rumah
5 Aktif dalam diskusi
Keterangan :
Isilah Ya =jika keluarga melakukan, Tidak =jika keluarga tidak melakukan.
2. Dokumentasi Kemampuan
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga yaitu masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga dan masalah
yang dialami selama merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, perubahan
perubahan yang terjadi dalam keluarga dan penyebab keluarga melakukan pasung
pada anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
12
Format Dokumentasi
Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga
Kode keluarga : Tanggal :
No Nama Keluarga
Pengalaman/
beban keluarga
Perubahan yang
terjadi pada keluarga
Penyebab
Pasung oleh
keluarga
1.
2.
3.
SESI II : PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA (PASUNG)
A. TUJUAN SESI II :
1. Keluarga mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialami oleh klien pasung.
2. Keluarga mengetahui tentang pengertian, gejala, etiologi, prognosis, intervensi dan
terapi yang dapat diberikan kepada klien gangguan jiwa dengan pasung.
3. Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya dengan
pasung) di rumah
4. Keluarga mampu memperagakan cara merawat klien dengan gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung) di rumah
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan keluarga minimal 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
13
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Evaluasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah
keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sebelumnya, misalnya tentang
masalah yang dialami oleh anggota keluarga yang lain.
c. Kontrak : menyepakati waktu dan lama sesi.
Fase Kerja
a. Mendiskusikan tentang gangguan jiwa yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga (khususnya klien pasung, misalnya : perilaku kekerasan, halusinasi).
1. Anggota keluarga menyampaikan pengalamannya selama ini
2. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi pendapat
b. Menyampaikan tentang konsep gangguan jiwa meliputi pengertian, penyebab,
tanda, prognosis, intervensi dan terapi.
1. Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka
2. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
c. Mendiskusikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung)
yang selama ini dilakukan oleh keluarga.
d. Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya
pasung), misalnya klien dengan halusinasi atau perilaku kekerasan.
1. Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan kembali salah satu cara merawat
klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung), misalnya halusinasi.
2. Memberi masukan terhadap halhal yang perlu ditingkatkan oleh keluarga.
3. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memperagakan cara
merawat klien dengan gangguan jiwa di rumah.
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi II selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik
2. Tindak lanjut : menganjurkan keluarga untuk menyampaikan tentang materi
gangguan jiwa yang telah dijelaskan kepada anggota keluarga yang lain
3. Kontrak : menyepakati topik sesi berikutnya, waktu dan tempat untuk pertemuan
berikutnya.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
14
F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan
keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan J iwa (Pasung)
No Kegiatan Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyebutkan pengertian gangguan
jiwa
3 Menjelaskan gangguan jiwa yang
dialami anggota keluarga
Menyebutkan dan mendemonstrasikan
cara merawat klien dengan pasung
4 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga yaitu tentang gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan J iwa (Pasung)
No Nama Keluarga
Menyebutkan pengertian
gangguan jiwa
Menjelaskan gangguan
jiwa yang dialami anggota
keluarga
Menjelaskan cara
merawat klien
dengan pasung
1
2
3
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
15
16
17
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu cara mengatasi stres dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa (pasung).
Format Dokumentasi
Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga
No Nama Keluarga
Menyebutkan tanda-tanda stres
yang dialami keluarga
Menyebutkan cara mengatasi
stres keluarga
1
2
3
SESI IV : MANAJEMEN BEBAN KELUARGA
A. TUJUAN SESI IV :
1. Keluarga mengenal tanda-tanda beban yang dialami keluarga akibat adanya anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung).
2. Keluarga mengetahui cara mengatasi beban yang dialami akibat adanya anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung).
3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengatasi beban yang telah diajarkan oleh
terapis.
B. SETTING
Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat, Role play (bermain peran) dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
18
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Evaluasi : menanyakan penerapan cara mengatasi stres yang sudah dilakukan
keluarga di rumah sesuai dengan yang diajarkan pada sesi sebelumnya dan hasil
yang dirasakan.
c. Kontrak : menyepakati kontrak waktu dan topik yang akan disampaikan yaitu
tentang beban keluarga.
Fase Kerja
a. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang tanda-tanda beban yang dialami
keluarga akibat adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(pasung).
1) Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka.
2) Memberikan kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi tanggapan.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas kemampuan anggota keluarga
menyampaikan pendapat/perasaannya.
b. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang cara mengatasi beban yang sudah
dilakukan dengan adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
(pasung).
c. Menjelaskan tanda-tanda dan cara mengatasi beban yang dialami keluarga karena
adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung) dengan
menggunakan leaflet.
d. Meminta anggota keluarga untuk mengulangi menyebutkan tanda-tanda dan cara
mengatasi beban yang dirasakan keluarga akibat adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa (pasung) sesuai dengan penjelasan terapis.
e. Terapis mendemonstrasikan satu cara untuk mengatasi beban yang dipilih oleh
keluarga.
f. Memberi kesempatan anggota keluarga untuk mendemonstrasikan ulang.
g. Memberikan pujian atas partisipasi anggota keluarga selama pelaksanaan terapi.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
19
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi IV selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama keluarga
2. Tindak lanjut
Menganjurkan keluarga untuk menerapkan cara mengatasi beban yang telah
diajarkan.
3. Kontrak : menyepakati waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi Proses
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan
keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga
No Kegiatan Keluarga
Ya Tidak
1 Hadir dalam terapi
2 Menyebutkan tanda-tanda dan cara mengatasi
beban dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung)
3 Memperagakan cara untuk mengatasi beban
keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya dengan pasung)
4 Aktif dalam diskusi
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan
oleh keluarga, yaitu cara mengatasi beban keluarga serta demonstrasi cara mengatasi
beban keluarga.
Format Dokumentasi
Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga
No Nama Keluarga
Menyebutkan cara
mengatasi beban
Memperagakan cara
mengatasi beban yang
dipilih keluarga
1
2
3
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
20
SESI V : PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MEMBANTU KELUARGA
A. TUJUAN SESI V :
1. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam merawat klien gangguan jiwa
(khususnya pasung) di rumah.
2. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan dan mengetahui cara mengatasi hambatan dalam berkolaborasi.
3. Keluarga dapat berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas tentang sistem
rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan mencari dukungan untuk
pembentukan Self Help Group.
B. SETTING
Peserta (keluarga), terapis dan tenaga kesehatan dari Puskesmas duduk berhadapan
dengan posisi melingkar.
C. ALAT
Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi)
D. METODE
Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab
E. LANGKAH LANGKAH
1. PERSIAPAN
a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta
2. PELAKSANAAN
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : salam terapeutik dari terapis
b. Evaluasi : mengevaluasi hasil keluarga dalam menerapkan cara untuk mengatasi
beban pada keluarga dan melakukan latihan asertif
c. Kontrak : menyampaikan topik pada sesi ini yaitu tentang pemberdayaan
komunitas.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
21
Fase Kerja
a. Menanyakan hambatan yang dirasakan selama merawat klien gangguan jiwa
(khususnya pasung) di rumah
1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi
b. Menanyakan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan selama ini
1) Masing-masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi
c. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana seharusnya hubungan keluarga dengan
tenaga kesehatan
d. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana cara mengatasi hambatan dalam
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
e. Memberi kesempatan keluarga untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari
Puskesmas tentang sistem rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan
mencari dukungan untuk pembentukan Self Help Group.
1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
2) Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
3) Memfasilitasi dialog antara keluarga dengan pihak Puskesmas
4) Menyimpulkan hasil diskusi
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi V selesai
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik
2. Tindak lanjut
a. Menganjurkan keluarga untuk tetap menerapkan apa yang telah dilakukan
selama terapi yaitu merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung)
di rumah, menyarankan keluarga untuk memanfaatkan sistem rujukan yang
telah ada, menjalankan kelompok swabantu yang akan difasilitasi oleh pihak
puskesmas dan disepakati oleh keluarga
3. Terminasi akhir yaitu menyerahkan kelompok pada pihak puskesmas.
Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
22