Anda di halaman 1dari 7

Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate), Devaluasi, dan Revaluasi

Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 30 Oktober 2016

Pengasuh :
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudhor, S. H
Oleh
Muhlis Faroqi
Mahasiswa Semester VII
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya

Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Oktober 2016

A. PENDAHULUAN
Perang mata uang global (Currency war) atau devaluasi kompetitif
(Competitifve devaluation) terjadi ketika otoritas keuangan beberapa negara dalam
waktu yang bersamaan berusaha untuk menurunkan nilai mata uangnya terhadap
mata uang utama dunia. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk membantu
meningkatkan daya saing industri domestik mereka. Tindakan ini tidak banyak
dilakukan, bahkan pada waktu belum adanya penerapan kurs tetap (fixed
exchange

rate).

Mayoritas

otoritas

keuangan

lebih

memilih

untuk

mempertahankan nilai tukar mereka setinggi mungkin atau menyerahkannya


kepada mekanisme pasar.
Stabilitas mata uang merupakan persoalan yang penting untuk mendorong
kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Perdagangan antar negara mengakibatkan terjadinya pertukaran mata uang antar
negara yang direfleksikan dalam kurs mata uang. Pentingnya peranan kurs mata
uang baik bagi negara maju maupun negara sedang berkembang, mendorong
dilakukannya berbagai upaya untuk menjaga posisi kurs mata uang suatu negara
berada dalam keadaan yang relatif stabil. Stabilitas kurs mata uang juga
dipengaruhi oleh sistem kurs yang dianut oleh suatu negara. Suatu negara yang
menganut sistem kurs tetap (fixed exchange rate system), harus secara aktif
melakukan intervensi pasar agar kurs mata uangnya berada pada tingkat yang
diinginkan. Sedangkan suatu negara yang menganut sistem kurs mengambang
(floating exchange rate system), kurs mata uang sepenuhnya diserahkan pada
kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing. Namun pada kenyataannya
tidak satu negara pun yang tidak melakukan campur tangan dalam menentukan
kestabilan kurs mata uangnya.

B. PEMBAHASAN
Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga
satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan
harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar
(NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga satu dolar Amerika
(USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga satu Rupiah
terhadap satu USD.
Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai Rupiah dalam valuta asing
dapat diformulasikan sebagai berikut:
NTIDR/USD = Rupiah yang diperlukan untuk membeli 1 dolar Amerika (USD)
NTIDR/YEN = Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Yen Jepang
Dalam hal ini, apabila NT meningkat maka berarti Rupiah mengalami
depresiasi, sedangkan apabila NT menurun maka Rupiah mengalami apresiasi.
Sementara untuk suatu Negara yang menerapkan sistem nilai tukar

tetap,

perubahan nilai tukar dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Kebijakan suatu
negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing
disebut dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang
terhadap mata uang asing tersebut devaluasi.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian
tersebut diberikan contoh sebagai berikut. Misalnya, nilai tukar satu dolar
Amerika (USD) terhadap mata uang Rupiah sebesar Rp8.500. Apabila nilai tukar
satu USD berubah menjadi Rp9.000, maka nilai tukar rupiah mengalami
penurunan atau depresiasi. Sebaliknya apabila nilai tukar 1 USD berubah menjadi
sebesar Rp8.000, maka nilai tukar rupiah mengalami peningkatan atau apresiasi.
Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap
Rupiah
NTUSD/IDR = dolar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah
NTYEN/IDR = Yen yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah

Dengan menggunakan konsep ini, apabila NT meningkat, maka Rupiah


mengalami apresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau revaluasi
untuk sistem nilai tukar tetap, sedangkan apabila NT menurun, maka Rupiah
mengalami depresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau devaluasi
untuk sistem nilai tukar tetap. Dengan contoh di atas, maka dalam pengertian ini,
satu Rupiah dinilai sebesar 1/8.500 USD atau 0,00012 USD. Nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi jika menurun atau dengan contoh di atas sebesar 1/9000
USD atau 0,00011, mengalami apresiasi dengan nilai pada contoh 1/8.000 USD =
0,00013 USD.
Nilai tukar yang kita kenal dalam pengertian sehari-hari sebagaimana
diuraikan di atas adalah dalam pengertian nominal (nilai tukar nominal). Dalam
menganalisis nilai tukar kita juga mengenal apa yang disebut sebagai nilai tukar
riil. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga
relatif, yaitu harga-harga didalam negeri dibanding dengan harga-harga di luar
negeri. Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana sebagai berikut:
Q = S P/P*
dimana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat
harga di dalam negeri dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.
Formula di atas digunakan untuk menghitung nilai tukar riil bilateral dari
dua negara. Dalam transaksi perdagangan internasional, suatu negara tidak hanya
melakukan transaksi pada satu negara, tetapi juga dengan beberapa negara.
Dengan demikian, pengukuran nilai tukar riil suatu negara terhadap mitra
dagangnya perlu juga disesuaikan dengan memperhitungkan laju inflasi dan nilai
tukar dari masing-masing negara tersebut. Pengukuran rata-rata nilai tukar suatu
mata uang riil terhadap seluruh atau sejumlah mata uang asing disebut sebagai
nilai tukar efektif.
Sebagai suatu angka rata-rata biasanya dalam menghitung nilai tukar
efektif tersebut dipergunakan suatu bobot atas suatu mata uang tertentu. Bobot
tersebut ,misalnya, dapat berupa pangsa perdagangan suatu Negara dengan negara
lain. Nilai tukar efektif ini dapat dihitung antara satu Negara dengan negara lain
(bilateral) atau satu negara dengan beberapa Negara (multilateral).

Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Raten System)


Pada sistem kurs tetap, kurs mata uang suatu negara dinyatakan sebesar
nilai tertentu terhadap mata uang negara lain. Misalnya ketika otoritas moneter
Indonesia menyatakan Rp. 1.640,00 sama dengan nilai 1.00 Dollar Amerika
(USD) pada 12 September 1996. Dalam suatu sistem kurs tetap, kurs Rupiah
tersebut akan tetap dipertahankan pada tingkat tertentu atau jika terjadi
penyimpangan dari nilai yang sudah ditetapkan tersebut, maka penyimpangan
tersebut relatif kecil.
Sistem kurs tetap ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, akan
dapat mencegah perekonomian dari kecenderungan inflasi. Misalkan suatu negara
menglami surplus neraca pembayaran yang menyebabkan meningkatnya cadangan
devisa akan mendorong meningkatnya jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah
uang beredar ini akan menyebabkan tingkat bunga mengalami penurunan,
permintaan barang dan jasa mengalami peningkatan dan akan mengakibatkan
kenaikan harga. Meningkatnya inflasi, akan mendorong naiknya permintaan
barang-barang impor, yang berarti akan mengurangi surplus (berkurangnya
cadangan devisa). Kedua, pemborosan-pemborosan sebagaimana sering terjadi
pada sistem kurs mengambang dapat dihindarkan. Ketiga, merupakan keadaan
yang kondusif untuk ekspansi ekspor. Keempat, dalam jangka panjang akan
mampu mendorong masuknya investasi langsung dalam jumlah yang relatif besar
dibandingkan ketika menggunakan sistem kurs mengambang. Kelima, kebijakan
fiskal lebih efektif dibandingkan kebijakan moneter. Apabila aliran modal
responsif terhadap perubahan tingkat bunga, kebijakan moneter akan memperkuat
kebijakan fiskal, sehingga meningkatnya pengeluaran pemerintah akan mengarah
pada keseimbangan eksternal. Keenam, mendorong adanya koordinasi dalam
menjaga stabilitas kurs mata uang negara lain.
Sistem kurs tetap juga memiliki kelemahan. Pertama, menuntut adanya
cadangan devisa dalam jumlah yang relatif besar dalam rangka menjaga nilai kurs.
Kedua, adanya perbedaan struktur dan kegiatan ekonomi antar negara
menyebabkan tidak terjaminnya nilai kurs tetap tersebut dapat dipertahankan.
Ketiga, adanya spekulasi atas mata uang yang melemah yang menyebabkan

penjagaan terhada kurs tersebut sulit dilakukan. Keempat, dalam suatu sistem kurs
tetap, tidak ada satu negara manapun yang akan aman dari pengaruh eksternal
mengingat dalam sistem tersebut siklus ekonomi yang terjadi di suatu negara akan
dapat ditransfer ke negara lain. Kelima, sistem kurs tetap akan menghambat
tercapainya efisiensi ekonomi.
C. KESIMPULAN
Pada sistem kurs tetap, kurs mata uang suatu negara dinyatakan sebesar
nilai tertentu terhadap mata uang negara lain. Kebijakan suatu negara secara resmi
menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut dengan
revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang
asing tersebut devaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmanto, P., dan Sekar, S. 2008. Cadangan Devisa, Financial Deepending dan
Stabilisasi Nilai Tukar Riil Akibat Gejolak Nilai Tukar Perdagangan. Seri
Kebanksentralan No. 2 Vol. 11. Jakarta: PPSK Bank Indonesia
Bank Indonesia, 2006. Sejarah Bank Indonesia Periode V: 1997-1999 Bank
Indonesia pada masa Krisis Ekonomi, Moneter dan Perbankan. Unit
Khusus Museum Bank Indonesia. Jakarta
Hamdy, H., 2009. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan
Internasional. Buku Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor

Anda mungkin juga menyukai