Anda di halaman 1dari 15

1.

LATAR BELAKANG
Dasar Hukum

Sebagaimana dilaporkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau


Panel yang berisi para ahli dunia, menyatakan bahwa iklim bumi telah berubah yang
disampaikan secara resmi pada KTT bumi di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil,
hingga diadopsinya Konvensi Perubahan Iklim Bangsa-bangsa (United Nations
Framework Convention on Climate Change-UNFCCC), dan Indonesia telah meratifikasi
konvensi tersebut melalui Undang-undang No. 6 Tahun 1994.
Selanjutnya beberapa pertemuan dan perjanjian international tentang perubahan
iklim telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dan sebagai langkah untuk kegiatan
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pemerintah Indonesia membentuk
Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB) dan Dewan Nasional
Perubahan Iklim (DNPI).
Berikut ini proses dibentuknya Komnas MPB dan DNPI melalui beberapa perjanjian
tentang Perubahan Iklim dunia telah diikuti oleh Indonesia:

Penandatanganan Konvensi Perubahan Iklim

5 Juni 1992

Ratifikasi Konvensi Perubahan Iklim

23 Agustus 1994

Penandatanganan Protokol Kyoto

13 Juli 1998

Ratifikasi Protokol Kyoto

3 Desember 2004

Pembentukan Komisi Mekanisme


Pembangunan Bersih

21 Juli 2005

Pembentukan Dewan Nasional Perubahan


Iklim

Juli 2008

1.1

Salah satu tugas dari DNPI ini adalah melakukan mitigasi perubahan iklim. Mitigasi itu
bermakna mengurangi atau mencegah terjadinya perubahan iklim. Dalam hal ini
bermula dari kesepakatan antar negara di dunia untuk melakukan pengurangan
karbon. Perdagangan Karbon (Carbon Trading) merupakan salah satu bagian dari
mitigasi perbuahan iklim tersebut.
Posisi Indonesia pada Kyoto Protocol merupakan negara berkembang yang tidak
berkewajiban menurunkan emisi gas rumah kaca 5 persen dibawah aras 1990 pada
jangka 2008-2012, tetapi masih bisa mengkreditkan kelebihan penurunan emisinya
negara industri pada pasar karbon international dengan pola Mekanisme Pembangunan
Bersih (Clean Development Machanism - CDM) dan Voluntary Market (Pasar Karbon
Sukarela).

Gambaran Umum

Perdagangan karbon muncul setelah Protokol Kyoto yang melibatkan 169 negara
mengikat secara hukum di tahun 2005. Perjanjian ini mewajibkan negara industri
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mereka sebanyak 5% di bawah kadar yang
mereka lepaskan pada tahun 1990 dalam kurun waktu 5 tahun (mulai 2008-2012).
Setelah melalui perdebatan panjang, Protokol Kyoto menyetujui tiga mekanisme
lentur untuk membantu negara industri menekan emisi, yaitu: Implementasi Bersama
(Joint Implementation/JI), Perdagangan Emisi (Emission Trading/ET) dan Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM).
Di bawah peraturan Protokol Kyoto inilah pasar karbon terbesar di dunia lahir. Secara
sederhana, laju emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, bisa diturunkan dengan cara
membeli kredit karbon atau membayar proyek yang mengurangi, menetralisir atau
menyerap emisi gas rumah kaca, melalui lembaran sertifikat semacam surat berharga
yang beredar di pasar karbon. Karbon disini merujuk kepada enam gas rumah kaca
yang dianggap mempunyai peran besar dalam pemanasan global, yaitu karbondioksida
(CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NO), hidrofluorokarbon (HFCs),
perfluorokarbon (PFCs) dan sulfur hexaflourida (SF6).
Sejak upaya penurunan emisi gas rumah kaca menjadi kewajiban, bisnis karbon
tumbuh menjadi sebuah komoditas baru yang sangat menjanjikan. Tingginya
permintaan kredit karbon dari negara industri diikuti dengan tren kampanye
pemanasan global yang telah menggaet Nobel dan Piala Oscar, membuat sertifikat
karbon ini laris di perdagangan karbon dunia.
Dalam hal ini negara-negara yang memiliki kewajiban menurunkan emisi (Annex-1)
akan membeli sertifikat hasil penurunan emisi di negara berkembang. Sertifikat itu
yang kemudian diperdagangkan di negara maju. Untuk penurunan emisi dari negara
maju untuk negaranya sendiri maka mereka sudah efisien dan sudah sangat bersih
dibandingkan negara berkembang.

1.2

Selain pasar karbon yang terikat dibawah peraturan Protokol Kyoto (obligation atau
mandatory market) yang telah disebutkan diatas, muncul sebuah pasar karbon lain
yang dinamakan Voluntary Carbon Market (VCM) atau pasar karbon sukarela. Dalam
pasar kabon sukarela, pembeli/penjual berinisiatif membeli/menjual sertifikat kredit
karbon bukan karena kewajiban, namun karena alasan-alasan lain seperti menjaga
image dan kredibilitas, sebagai investasi untuk dijual kembali, strategi pemasaran,
antisipasi akan peraturan di masa depan, penyelarasan perusahaan dengan agenda
corporate social responsibility (CSR) atau memang ingin berpartisipasi dalam
menurunkan emisi gas rumah kaca dunia. Pembeli disini bisa pemerintah, perusahaan,
organisasi, sampai perorangan. Pasar karbon sukarela dibagi menjadi dua pasar
utama, yaitu The Chicago Climate Exchange (CCX) yang sifatnya sukarela tapi
mengikat dan pasar Over The Counter (OTC) atau voluntary offset market dimana
sifatnya sukarela sekaligus tidak mengikat. Kredit yang beredar di pasar OTC disebut
Verified Emission Reductions (VERs). Nilai pasar carbon point Voluntary Market (nonobligation market) di dunia saat ini sudah mencapai sekitar US$ 150 milyar.
Indonesia memiliki peluang dan potensi yang sangat besar dalam mengambil peran di
pasar karbon terutama pada sektor energi dan kehutanan, akan tetapi sampai saat ini
pasar karbon yang baru terbentuk baru obligation market (CDM) sedangkan pasar
karbon sukarela ini belum terbentuk. Beberapa kendala yang yang dihadapi adalah
pendataan potensi pasar karbon sukarela dan peraturan yang belum tersedia. Melalui
kegiatan studi ini, diharapkan bisa menjadi langkah awal dari penguatan dan
perluasan pasar perdagangan karbon sukarela di Indonesia.
Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan survei potensi pasar karbon suka rela di
Indonesia, terutama yang terkait dengan sektor energi dan kehutanan, serta
penyebarluasan informasi kegiatan. Secara kualitatif, kegiatan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber informasi terkini dari pelaksanaan pasar karbon suka rela
(voluntary carbon market), termasuk dukungan kebijakan yang diperlukan dalam
pengembangannya.
Studi yang juga akan dilakukan dalam program ini akan ditujukan pada kemungkinan
pengembangan pasar dan celah baru untuk penguatan komisi nasional mekanisme
pembangunan bersih, terutama di sisi informasi pasar karbon suka rela. Tidak
tertutup kemungkinan akan adanya peluang pengurangan karbon maupun
pengembangan pasar maupun penyusunan mekanisme dan kebijakan baru di bidang
pembangunan bersih setelah selesainya hasil program ini.
1.2

MAKSUD DAN TUJUAN

Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan survei potensi pasar karbon suka rela di
Indonesia, terutama yang terkait dengan sektor energi dan kehutanan, serta
penyebarluasan informasi kegiatan. Secara kualitatif, kegiatan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber informasi terkini dari pelaksanaan pasar karbon suka rela
(voluntary carbon market), termasuk dukungan kebijakan yang diperlukan dalam
pengembangannya.
Maksud dari pekerjaan studi ini adalah melakukan studi dan analisis pengembangan
pasar karbon suka rela, yang meliputi mekanisme yang sudah berjalan secara
internasional serta peluang dan kendala pengembangannya di Indonesia.
Studi yang juga akan dilakukan dalam program ini akan ditujukan pada kemungkinan
pengembangan pasar dan celah baru untuk penguatan komisi nasional mekanisme
pembangunan bersih, terutama di sisi informasi pasar karbon suka rela. Tidak
tertutup kemungkinan akan adanya peluang pengurangan karbon maupun

1.3

pengembangan pasar maupun penyusunan mekanisme dan kebijakan baru di bidang


pembangunan bersih setelah selesainya hasil program ini. Dengan demikian secara
ringkas, tujuan dari pekerjaan Studi dan Analisis Pengembangan Pasar Karbon
Sukarela adalah:
Terpetakannya peluang dan hambatan pengambangan pasar karbon di
Indonesia.
Didapatnya prioritas pengembangan pasar karbon suka rela pada sub
sektor terpilih.
Didapatnya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk memperlancar
dan memperluas pasar voluntary, termasuk mekanisme dan tata cara yang
dibutuhkan.
1.3

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pekerjaan Studi dan Analisis Pengembangan Pasar Karbon Sukarela
adalah kegiatan yang terinci berikut ini:
1. Penyiapan tim studi dan analisis pengembangan pasar karbon sukarela di
Indonesia dan jadwal rinci seluruh kegiatan studi, termasuk sumber data
yang diperlukan.
2. Studi pustaka mengenai tata laksana dan peraturan proyek pasar karbon
sukarela dari lembaga internasional yang sudah berjalan. Studi pustaka ini
melingkupi juga perkembangan pasar karbon suka rela di dunia, pasar dan
mekanisme yang sudah berjalan, peluang pasar karbon suka rela secara
global, dan posisi pasar karbon suka rela di Indonesia.
3. Pengumpulan data yang terkait dengan pasar voluntary dengan metode
wawancara langsung pada pihak yang sudah melakukan dan pihak yang
terkait dengan implementasi pasar karbon suka rela, yaitu:
a. Para pelaku pasar karbon suka rela di Indonesia.
b. Pihak yang membutuhkan VER (Voluntary Emission Reduction) untuk
kepentingan bisnisnya.
c. Kementrian Perdagangan.
d. Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM).
e. Kementrian Lingkungan Hidup.
f. Kementrian Kehutanan.
g. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
h. Kementrian Perindustrian.
4. Pengumpulan data yang terkait dengan potensi pasar voluntary, terutama
untuk sub sektor sebagai berikut:
a. Kehutanan.
b. Energi.
c. Perindustrian.

1.4

d. Pengembang proyek CDM (Clean Development Mechanism).


5. Analisis peluang dan tantangan pengembangan pasar karbon suka rela di
Indonesia, yang meliputi:
a. Analisis peluang pengembangan pasar karbon suka rela di sektor
kehutanan, energi, dan industri.
b. Kendala dan hambatan yang sekarang ini
pengembangan pasar karbon suka rela di Indonesia.

dirasakan

untuk

c. Prioritas pengembangan pasar secara sektoral.


d. Rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk memperlancar dan
memperluas pasar voluntary, termasuk mekanisme dan tata cara yang
dibutuhkan.
6. Penggalangan komunikasi dan kerja sama antar pelaku pasar dan
stakeholder lain dalam isu perdagangan karbon suka rela dan mekanisme
pembangunan bersih.
Secara berkala kemudian akan dikembangkan
pertemuan maupun konsultasi, sesuai dengan kebutuhan pasar.
7. Penyebarluasan informasi dan implementasi
pembangunan bersih secara berkelanjutan.
1.4

penguatan

mekanisme

METODOLOGI

1.4.1 Konsep dan Pemikiran Dasar


Konsep dasar dari kegiatan Studi dan Analisis Pengembangan Pasar Karbon Sukarela
ini mengacu pada konsep dan prinsip ekonomi makro mengenai persediaan dan
peneriman (supply and demand concept). Dalam konsep ini terbagi menjadi dua
kekuatan yang akan dikaji dan dianalisis untuk mendapatkan suatu gambaran/ peta
yang mendeskripsikan kemampuan penyediaan (supply) dan kemamampuan
pasar/penerima (demand).
Sisi supply dan sisi demand mempunyai faktor-faktor yang menentukan pola dan
besaran masing-masing kekuatan.

KEKUATAN
SUPPLY

KEKUATAN
DEMAND

FAKTOR-FAKTOR PEMBANGUN
KEKUATAN SUPPLY

FAKTOR-FAKTOR PEMBANGUN
KEKUATAN DEMAND

f(1)

f(2)

..

f(n)

f(1)

f(2)

..

f(n)

Gambar 1.1 Konsep dasar pendekatan sisi supply dan sisi demand

1.5

Pengaruh faktor-faktor untuk supply power dan demand power sangat bervariatif.
Variasi faktorfaktor akan menentukan pola dan besaran masingmasing kekuatan.
Secara garis besar faktorfaktor yang berpengaruh pada studi pengembangan pasar
karbon sukarela di Indonesia digambarkan di bawah ini:

1.6

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

Regulasi (Nasional
& Internasional)
Investasi

Stakeholder (Pelaku
pasar)

Pengembangan Pasar
Karbon Sukarela
Supply Side

Market

Demand Side

Sumber Daya

di Indonesia

Sosial Budaya &


Ekonomi

Lingkungan
Teknologi &
Infrastruktur

Gambar 1.2. Faktor faktor yang menentukan sisi supply dan sisi demand pada Pengembangan Pasar
Karbon Sukarela di Indonesia

1.4.2 Premary Model Supply dan Model Demand


Variasi pengaruh faktor untuk masing masing kekuatan akan dianalisa secara
komprehensif yang selanjutnya akan dijadikan parameter parameter untuk
pembuatan model awal supply dan demand dalam melakukan Studi dan Analisis
Pengembangan Pasar Karbon Sukarela. Dalam model awal ini, keluaran (output) yang
dihasilkan adalah besaran kekuatan supply dan kekuatan demand yang telah ada
sekarang (existing) berdasarkan data-data referensi. Informasi yang bisa didapat dari
model awal ini adalah dapat memproyeksikan apakah Potensi Pasar Karbon Sukarela
apabila diimplementasikan menjadi layak dan feasible dilihat dari berbagai aspek
(Regulasi, Investasi, Ketersediaan Sumber Daya, Sosekbud, teknologi dan infrastruktur,
market dan kepentingan para stakeholder). Jika belum terpenuhi, maka mencari dan
menentukan adjustment/ penambahan faktor-faktor yang berpengaruh untuk
memperbaiki model implementasi dan mendapatkan model yang baru. Hal ini akan
dilakukan terus menerus sampai mendapatkan suatu parameter yang optimum dalam
melakukan evaluasi dan analisis.

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

1.4.3 Pemetaan Supply


Dengan hasil model prediksi yang telah teruji, kemudian dibuat suatu database berupa
informasi yang berisi seluruh faktor yang berisikan kekuatan supply (sumber dan
potensi) pasar karbon di sub sektor energi, Kehutanan dan Industri yang dituangkan
dalam suatu peta wilayah yang ada dengan menggunakan teknologi SIG (Sistem
Informasi Geografi). Dengan gambaran sistem SIG sumber dan potensi pasar karbon di
sektor energi, kehutanan dan industri tersebut maka akan diperoleh gambaran yang
komprehensif mengenai pemetaan kondisi supply pasar karbon per wilayah maupun
integrasi seluruh Indonesia (nasional). Misalnya, di suatu wilayah/area geografis
kabupaten atau kota A akan bisa diperoleh data-data mengenai sumber pasokan,
volume pasokan dan potensi pengurangan emisi karbon sukarela. Berikut ini contoh
hasil tampilan analisis atas peluang dan potensi pasar karbon sukarela di suatu wilayah
atau daerah:

Propinsi Jawa Barat


Jenis Proyek VER: ..............
Pemilik: ..
Pengembang: ..
Trader: .
Kapasitas: tCOe

Gambar 1.3 Contoh hasil tampilan Peta Supply Potensi Pasar Karbon Sukarela

1.4.4 Pemetaan Demand


Demand atau permintaan yang dimaksud bisa dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu pembeli
projek penurunan emisi karbon sukarela yang langsung melakukan perjanjian dengan
pelaku/pemrakarsa projek penurunan emisi karbon dengan verifikasi dari independent
expert (Over The Counter) dengan sifat pasar tidak mengikat dan pembeli karbon
pada bursa pasar karbon international (The Chicago Climate Exchange) yang sifatnya
lebih mengikat.
Projek Pasar Karbon Sukarela merupakan pasar yang tidak terikat dengan obligationmarket mengacu pada Protokol Kyoto, sehingga pembeli dari Seritifikat Karbon
Sukarela ini merupakan badan international ataupun nasional dan perorangan yang
melakukan transaksi karbon dari kegiatan penurunan emisi karbon sukarela yang telah
dilakukan.
Perilaku pasar/pembeli projek penurunan karbon sukarela tersebut akan dianilisis
dengan kajian yang mendalam, mengingat salah satu driven power pada upaya
kegiatan peningkatan pasar karbon sukarela.

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

PT Diksa Intertama
Consultant

Pemetaan demand akan projek pasar karbon sukarela ini didasarkan akan tingkat
kewajiban negara/perusahaan dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca,
tingkat pertumbuhan konsumsi energi dan emisinya, dan informasi pasar karbon
internasional. Pada peta demand ini juga akan menyertakan jenis projek penurunan
emisi karbon mana yang cocok dan layak diaplikasikan pada perdagangan pasar karbon
sukarela di suatu wilayah dengan melihat potensi dan semua aspek yang berpengaruh
pada kekuatan supply-demand pasar karbon sukarela ini (Voluntary Carbon Market,
VCM).
Secara Umum, gambaran pasar karbon sukarela dibandingkan dengan posisi obligation
market adalah sbb.:

OTC

Gambar 1.4. Gambaran Posisi Pasar Karbon Sukarela dengan Pasar Mandatory (sumber: DNPI, 2009)

1.4.5 Penyiapan Mekanisme Pasar Karbon Sukarela di Indonesia


Program pemerintah pada mitigasi perubahan iklim telah disikapi dengan
pembentukan Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih dan Dewan Nasional
Perubahan Iklim. Konsep pembangunan bersih mengamanatkan upaya penurunan emisi
karbon pada kegiatan/ projek yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat yang
berhubungan dengan penyediaan dan pemakaian energi. Perubahan iklim pada
dasarnya mempengaruhi semua sektor yang ada, termasuk sektor energi dan industri.
Kegiatan di sektor industri tidak terlepas dari energi, baik kegiatan penyediaan
maupun penggunaan energi, yang pada akhirnya menghasilkan gas rumah kaca (GRK)
yang menyebabkan perubahan iklim. Namun sebaliknya, perubahan iklim yang telah
diidentifikasi dapat menyebabkan perubahan lingkungan (fisik, kimia dan biologis),
akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan di sektor industri dan energi. Sampai saat ini,
belum ada kebijakan, peraturan atau program di sektor energi yang secara langsung
memasukkan pertimbangan isu-isu perubahan iklim, baik dari sisi mitigasi maupun
adaptasi. Kebijakan, peraturan dan program pada sektor energi yang telah disusun
pada dasarnya telah memasukkan pertimbangan-pertimbangan perlindungan
lingkungan, antara lain dengan mendorong penggunaan energi baru terbarukan dan
penerapan efisiensi energi di semua sektor penyedia dan pengguna energi. Pada sektor

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

PT Diksa Intertama
Consultant

industri diharapkan menghindari pemakaian bahan baku yang bisa menghasilkan emisi
GRK. Upaya pemerintah dalam melakukan diversifikasi energi nasional yang salah
satunya mengamanatkan penggunaan energi baru terbarukan telah dituangkan dengan
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2005 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Perpres
No. 5 Tahun 2005 ini pada intinya menetapkan sasaran pada tahun 2025 yaitu:
a. tercapainya elastisitas energi lebih kecil 1 (satu)
b. terwujudnya energi (primer) mix yang optimal, dengan pangsa masingmasing jenis energi:
minyak bumi sebesar-besarnya 20%;
batubara minimal 33%;
gas bumi minimal 30%;
energi baru terbarukan minimal 17%.
Sedangkan untuk mencapai target yang disebutkan di atas, disusun Blueprint
Pengelolaan Energi Nasional (Blueprint PEN) yang memuat strategi dan progam yang
yang bersifat dinamis yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan. Khususnya untuk upaya diversifikasi energi, pada Blueprint PEN telah
disusun Rencana Umum Diversifikasi Energi, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis energi
yang akan memenuhi pangsa bauran energi primer Indonesia pada tahun 2025. Pada
upaya melakukan konservasi energi, maka pemerintah telah menetapkan Undangundang No. 30 tahun 2007 tentang Energi. Undang-undang ini mengamanatkan
pengembangan energi terbarukan dan penerapan konservasi energi secara nasional
melalui insentif dan kemudahan, serta penetapan kewajiban bagi pengusaha energi
skala besar yang telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009
tentang Konservasi Energi.
Dengan melihat seluruh peraturan perundangan tersebut, maka sebenarnya secara
hukum Kegiatan Penurunan Emisi Karbon Sukarela di sektor energi nasional telah
memiliki ruang yang memadai. Selanjutnya, untuk membuat suatu mekanisme yang
akan menjadi acuan dasar bagi kegiatan pasar karbon sukarela di sektor energi ini,
perlu dilakukan penggalian data dan konsep dari seluruh stakeholder (pemangku
kepentingan) yang berperan dalam kegiatan pasar karbon sukarela ini. Dengan
kegiatan survei dan workshop pada studi ini, diharapkan muncul gagasan dan
rekomendasi mekanisme perdagangan pasar karbon secara sukarela di Indonesia
sebagai salah satu upaya mitigasi perubahan iklim.
Pada sektor kehutanan, mekanisme perdagangan karbon secara sukarela lebih spesifik
pada upaya pemerintah pusat atau daerah dan masyarakat sekitar kawasan hutan
untuk tetap melestarikan keutuhan hutan di wilayahnya. Kelestarian hutan yang
dimaksud adalah mencegah hutan dari penggundulan (deforestation) dan perusakan
(degradation). Upaya penurunan karbon dari sektor kehutanan ini dibutuhkan usaha,
investasi, dan satu komitmen yang kuat untuk membawa hutan ini akhirnya bisa
diperdagangkan dalam skema pasar karbon sukarela.
1.4.6 Analisis dan Evaluasi Implementasi Pasar Karbon Sukarela
Kegiatan analisis dan evaluasi implementasi pasar karbon sukarela dilakukan dalam
rangka menilai seluruh aktifitas yang akan dijalankan, sedang berlangsung dan setelah
implementasi projek penurunan emisi kabon dengan pola dan mekanisme pasar karbon
sukarela. Beberapa kegiatan evaluasi tersebut meliputi seluruh komponen yang akan

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

diteliti dalam rangka keberhasilan program penurunan emisi karbon dengan skema
pasar kabon sukarela.
Berikut ini komponen-komponen yang akan dikaji sehubungan dengan implementasi
projek penurunan emisi dengan skema pasar karbon sukarela:
Tahap
Pra Implementasi

Proses (on)
Implementasi

Pasca Implementasi

Faktor/ Elemen
Analisis

Metode Analisis

FS yang meliputi:

Studi literatur

Jenis sektor
(energi atau
kehutanan)

Survei,
wawancara

FGD/ workshop

Sumber

Potensi

Output dan
Konsumen/ pangsa
pasar

Teknologi

Keekonomikan

Sosial & Budaya

Geografi &
Lingkungan

Regulasi

Kelembagaan
terlibat

Organisasi

Manajemen
projek;

Organisasi

SDM;

Pendanaan;

SOP;

HSE;

Waktu

Evaluasi output
(kapasitas);

Aspek Operasional

Manintenance

Pengaruh thdp
sosial, ekonomi
dan budaya
masyarakat;

Tingkat
keberhasilan
projek

Benchmarking
Projek Penurunan
emisi karbon lain
(baik dengan skema
CDM maupun VER)

- Literatur dan survei


(pengambilan data
dan wawancara
serta workshop)

Projek
pemerintah
(pusat/ daerah)
yang sejenis;

Projek VER oleh


swasta.

Survei pada objek - Projek VER di tempat


perdagangan
lain (Indonesia
karbon sukarela di
maupun
suatu wilayah yang
internasional)
telah berhasil
dikreditkan.

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

1.4.7 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Secara digramatik, metode pekerjaan yang dilakukan pada penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

MULAI

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER
(KEGIATAN SURVEI &
WORKSHOP)

DATA SEKUNDER

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS & KAJIAN

Sesuai ?

tdk

ya
REKOMENDASI

Gambar 1.5. Diagram Alir Metodologi Pekerjaan

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

1.4.8 Pengumpulan & Pengolahan Data


1.4.8.1 Melakukan Pengumpulan data data referensi (sekunder) tentang :
a. proyek pasar karbon sukarela yang sudah berjalan di Indonesia (jenis,
lokasi, volume, mekanisme dan lain-lain)
b. potensi pasar karbon sukarela di wilayah lain di Indonesia berdasarkan
data obyek proyek pasar karbon sukarela sejenis yang sudah berjalan (a).
c. proyek pasar karbon sukarela yang sudah berjalan di dunia (jenis, lokasi,
volume, mekanisme dan lain-lain)
d. potensi pasar karbon sukarela di wilayah lain di Indonesia berdasarkan
data obyek proyek pasar karbon sukarela sejenis yang sudah berjalan (c)
e. potensi supply dan demand energi di wilayah kajian di Indonesia
f. potensi sumber daya manusia di masing masing wilayah kajian.
g. kebijakan global/internasional yang berkaitan dengan pengembangan
pasar karbon sukarela.
h. data mengenai tata laksana dan peraturan proyek pasar karbon sukarela
dari lembaga internasional yang sudah berjalan.
i. data perkembangan pasar karbon suka rela di dunia, pasar dan
mekanisme yang sudah berjalan, peluang pasar karbon suka rela secara
global
Data referensi ini adalah data tertulis yang diperoleh dari informasi yang telah
dikeluarkan oleh pihak lain yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
1.4.8.2 Melakukan Pengumpulan data data dari Survey (Primer) tentang:
a. mencari kebenaran tentang data data yang berasal dari referensi
b. wawancara dengan para pelaku (pengembang, pemilik dan trader) proyek
pasar karbon suka rela yang sudah berjalan di Indonesia
c. wawancara dengan para pemilik potensi proyek pasar karbon suka rela di
Indonesia yaitu perorangan, badan atau entitas yang memiliki kegiatan
yang sejenis dengan obyek proyek pasar karbon sukarela yang sudah
berjalan
d. wawancara dengan pihak yang membutuhkan VER (Voluntary Emission
Reduction) untuk kepentingan bisnisnya dan peningkatan image terhadap
komitmen kelompok atau badan usaha pada perubahan iklim global
e. wawancara dengan Kementrian
perdagangan yang ada saat ini.

Perdagangan

menyangkut

pola

f. wawancara dengan Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM) untuk menggali


badan usaha nasioanal dan asing yang berminat untuk membeli karbon.
g. wawancara dengan Ditjen Pajak terkait transaksi perdagangan VER yang
ada saat ini.
h. wawancara dengan Kementrian Kehutanan mengenai pasar karbon
sukarela dari sektor kehutanan.

PT Diksa Intertama
Consultant

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

i. wawancara dengan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai


data sektor energi dan program-program penurunan emisi pada sektor
energi.
j. wawancara dengan Kementrian Perindustrian mengenai program
diversifikasi dan konservasi energi di sektor industri termasuk progress
kemitraan pada program konservasi energi yang telah dilakukan selama
ini.
k. wawancara dengan pemerintah daerah di wilayah proyek karbon sukarela
sudah berjalan
l. wawancara dengan masyarakat di wilayah proyek karbon sukarela sudah
berjalan
1.4.8.3 Melakukan Workshop & Seminar
Adalah hasil dari kegiatan workshop & Seminar yang akan dilakukan dalam projek ini
yang melibatkan: masyarakat, pemerintah dan stakeholder yang berhubungan dengan
pengembangan pasar karbon sukarela. Data hasil workshop ini akan memberikan suatu
adjustment dan pertimbangan lain dari faktor-faktor penentu kekuatan supply dan
demand.
1.4.9 Analisis Data dan Workshop
a. melakukan kajian data dan review pada seluruh data primer dan sekunder
b. melakukan analisis terhadap potensi dan peluang pengembangan pasar
karbon yang dilakukan di sektor energi, kehutanan dan industri.
c. melakukan analisis dan kajian terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi
pada pengembagan pasar karbon dan mencari terobosan untuk mengurangi
hambatan serta penyelesaian masalah yang dihadapi.
d. melakukan analisis dan kajian untuk menentukan
pengembangan pasar karbon sukarela per sektor kajian.

skala

prioritas

e. melakukan kajian dan review mengenai respon, kebijakan dan peraturan


(jika ada) pemerintah daerah dalam hal perdagangan karbon secara
sukarela.
f. melakukan kajian terhadap permasalahan dan dinamika pengembangan
pengembangan pasar karbon sukarela di beberapa daerah kajian.
Datadata yang telah didapatkan dianalisa secara komprehensif sesuai dengan
konsep data-clustering dan selanjutnya dijadikan parameter parameter
didalam pemodelan sehingga akan didapatkan model pengembangan pasar
karbon sukarela.
1.4.10

Riset Kebijakan dan Penyusunan Mekanisme Pasar Karbon Sukarela

Riset kebijakan dilakukan berdasarkan hasil dari analisis data sekunder, analisa hasil
survei dan analisa hasil workshop yang dilakukan pada beberapa objek penelitian.
Riset ini juga menggunakan metoda qualitative and quantitative comparative study,
dimana dilakukan perbandingan dan analisa pengembangan karbon sukarela pada :
a

Kebijakan program pasar karbon dengan


pengembangannya pada pasar karbon sukarela;

mekanisme

CDM

dan

Dewan Nasional Perubahan


Iklim

PT Diksa Intertama
Consultant

Implementasi projek pengembangan pasar karbon sukarela serta


dampaknya terhadap perubahan iklim, sosial ekonomi serta keuntungan
bagi stakeholder yang terlibat;

Identifikasi dampak yang timbul akibat penerapan kebijakan dan program


serta implementasi pasar karbon sukarela;

Perumusan kebijakan yang dibutuhkan untuk memicu upaya implementasi


projek pasar karbon bagi badan usaha dan masyarakat;

Kajian Review terhadap kebijakan pemerintah pusat dan daerah atas


regulasi terkait pasar karbon sukarela;

Hasil dan evaluasi atas kebijakan saat ini dan value assesment atas
penerapan projek pasar karbon di Indonesia;

Usulan untuk pengembagan dan mekanisme serta tata cara implementasi


pasar karbon sukarela di Indonesia.

Kajiankajian yang telah dilakukan diatas selanjutnya dilakukan verifikasi dan


dianalisa secara comparative untuk mendapatkan clustering, rangking clustering dan
interaksi antar clustering yang didasarkan pada kajian pengembangan pasar karbon
sukarela di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai