05 PPNA - Nyeri Trauma
05 PPNA - Nyeri Trauma
NYERI TRAUMA
PRINSIP UMUM
Pada penanganan nyeri karena trauma dapat dibedakan tiga tahap
yang berbeda : tahap emergensi, tahap penyembuhan dan tahap
pemulihan. Pada setiap tahap bisa ditemukan 2 jenis masalah nyeri yaitu :
1. Nyeri kontinu : nyeri yang ada pada saat istirahat atau melakukan
aktifitas sehari-hari
2. Nyeri insidental / sehubungan dengan tindakan (incident pain) : nyeri
yang timbul saat manipulasi / pembersihan luka, ganti balutan,
memandikan / membalik pasien, dsb.
Trauma pada suatu bagian dari sistem syaraf menyebabkan nyeri
kontinu yang seringkali bersifat seperti rasa terbakar. Berbagai istilah
digunakan untuk menggambarkan keadaan ini nyeri deafferensiasi,
nyeri disestesi, nyeri simpatis (termasuk reflex sympathetic dysthrophy),
namun istilah yang paling mencakup semuanya adalah nyeri neuropatik.
Kadangkala nyeri neuropatik timbul segera setelah trauma terjadi namun
seringkali baru muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
Nyeri ini harus dibedakan dari nyeri yang disebabkan karena kerusakan
jaringan selain sistem saraf.
Diagram alur untuk mendiagnosa dan mengobati nyeri neuropatik
dapat dilihat pada Bagan. Nyeri neuropatik tidak responsif terhadap terapi
opioid. Bisa dipertimbangkan penatalaksanaan menggunakan obat
antidepresan, obat anti kejang, membran stabilisator, atau kombinasi
darinya. Berbeda dengan nyeri karena kerusakan jaringan lain, nyeri
neuropatik seringkali menetap dan berkembang menjadi sindroma nyeri
kronik. Nyeri neuropatik adalah salah satu kondisi dimana
IV
Nyeri Trauma
59
IV
Nyeri Trauma
60
3.
Marco CA, Lester JB. Orthopedic extremity trauma sprains, strains, and
fractures. In: Thomas SH, editor. Emergency Department Analgesia: An
Evidence-Based Guide. 1st ed. Cambridge: Cambridge University Press;
2008. p. 323-7.
Trauma regional
NYERI
KONTINYU
Opioid sistemik
1. IV kontinu
2. IV intermiten / PCA
3. Kombinasi 1 dan 2
Analgesia regional
1. Blok syaraf perifer
2. Blok sentral
3. Opioid intraspinal
4. Kombinasi 2 dan 3
NYERI
INSIDENTAL
Opioid sistemik
Blok syaraf perifer
Blok sentral
Ketamine
N2O
Anestesi umum
TAHAP PENYEMBUHAN
Tahap ini bisa berlangsung selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan tergantung dari jenis trauma. Karakteristik tahap ini
adalah adanya nyeri kontinyu yang diselingi dengan nyeri insidental atau
nyeri saat dilakukan tindakan keperawatan seperti pembersihan luka yang
mungkin harus dilakukan berulang kali.
Terapi pada tahap ini bertujuan memberikan analgesia kontinu
yang memadai diselingi analgesia kuat selama dilakukan tindakan (Tabel
2.). Pada prinsipnya, opioid dengan lama kerja yang panjang dikombinasi
dengan NSAID efektif untuk mengatasi nyeri kontinu sedangkan obat
dengan lama kerja lebih pendek lebih berguna untuk nyeri insidental.
Aspek non-farmakologis seperti dukungan emosional atau keterlibatan
keluarga dalam perawatan dapat membantu pasien mengatasi nyeri pada
tahap ini.
IV
Nyeri Trauma
72
IV
Nyeri Trauma
61
NYERI
INSIDENTAL
Opioid sistemik
1. Parenteral (IV, IM, SC)
2. Enteral (sustained
release)
3. Transdermal (fentanyl)
Non opioid (aspirin,
parasetamol, NSAID)
Kombinasi opioid dan
NSAID
Trauma regional
Farmakologis
= tahap emergensi
Non-farmakologis
(hipnosis, teknik relaksasi, pengalihan perhatian)
TAHAP REHABILITASI
Lama tahap ini sulit dipastikan, pasien trauma sudah masuk tahap
mobilisasi dan mungkin sudah keluar dari rumah sakit. Pada pasien luka
bakar misalnya luka telah menutup dan dilanjutkan dengan rehabilitasi
medik atau rehabiltasi kerja. Karakter nyeri pada tahap ini digambarkan
sebagai nyeri yang dalam dan terus menerus, mirip dengan misalnya
nyeri karena radang sendi. Masalah nyeri jangka panjang bisa muncul
pada tahap ini, sering dijumpai awal dari sindroma nyeri yang dimediasi
oleh saraf simpatis.
Penatalaksanaan nyeri paling baik menggunakan NSAID,
parasetamol atau jika perlu pemberian opioid lemah seperti codeine
IV
Nyeri Trauma
62
2.
IV
Nyeri Trauma
71
Analisis :
Analgesia yang efektif sangat penting untuk memungkinkan pasien
bisa bernafas dalam, batuk-batuk atau menjalani fisioterapi. Bila
analgesia tidak memadai dapat terjadi penurunan volume paru-paru
dan hambatan pengeluaran sekresi yang selanjutnya mengakibatkan
atelektase, oksigenasi jelek dan pneumonia. Pasien mengalami tahap
emergensi yang relatif singkat, namun dalam 48 jam pertama terdapat
resiko tinggi gagal nafas terutama karena adanya kontusio paru.
Penatalaksanaan yang agresif dari nyeri toraks dapat membantu
mencegah terjadinya masalah ini.
(Tabel 3.). Nyeri insidental selama tahap ini dapat ditangani seperti pada
tahap penyembuhan. (1)
Tabel 3. Penatalaksanaan Nyeri Trauma (Tahap Rehabilitasi)
Trauma luas
NYERI
KONTINU
NYERI
INSIDENTAL
IV
IV
Nyeri Trauma
70
Opioid sistemik
biasanya tidak
diperlukan
Non-opioid
mungkin diperlukan
Nyeri Trauma
Trauma regional
Non-opioid
1. Aspirin
2. Parasetamol
3. NSAID
= tahap penyembuhan
63
Blok simpatis
untuk diagnosa
Nyeri
berkurang
Ya
KASUS 2
Laki-laki 25 tahun mengalami kecelakaan lalu-lintas dan menderita
fraktur iga bilateral multipel dengan flail chest, pneumotoraks kanan
dan kontusio paru kanan. Dipasang WSD kanan, namun intubasi
belum dipandang perlu segera dilakukan. Pasien melaporkan skor
nyeri 4 / 10 bila berbaring tenang, skor 8 / 10 bila bergerak atau
menarik nafas dalam dan skor 10 / 10 bila batuk-batuk.
Tidak
Obat antidepresan (misal:
amitriptilin 25-50 mg/hari)
Nyeri
berkurang
Ya
Tidak
Penatalaksanaan :
Pilihan 1 : Dipasang epidural torasik pada level T7-8. Bolus awal
bupivacaine 0,25% 5 ml diikuti dengan infus bupivacaine 0,125%
dengan kecepatan 8 ml/jam.
Nyeri
berkurang
Ya
Dicoba pemberian
phenytoin / carbamazepam
Tidak
Nyeri
berkurang
Ya
Tidak
Kombinasi terapi yang
memberikan hasil maksimal
IV
Nyeri Trauma
64
IV
Nyeri Trauma
69
Analisa :
Beberapa hal penting yang harus diingat selama penatalaksanaan
pasien ini adalah :
Pasien mungkin akan terintubasi untuk 3 10 hari untuk
mengatasi masalah paru-paru. Ini merupakan tahap emergensi
Pasien akan merasakan nyeri ringan hingga sedang sehubungan
dengan lukanya dan aktifitas normal seperti berbaring miring
atau bernafas (ini adalah nyeri kontinu)
Pasien akan merasakan nyeri hebat 2 3 kali per hari pada saat
pembersihan luka / ganti balutan (ini adalah nyeri insidental)
Pasien mungkin mengalami gangguan kardiovaskuler karena
sepsis atau kehilangan cairan
Beberapa hal dapat mempersulit terapi seperti disorientasi,
gangguan tidur
o Pilihan 1 adalah skenario yang umum ditemukan pada unit
luka bakar, dan menunjukkan teknik yang relatif
sederhana-memberikan dosis loading diikuti dengan dosis
pemeliharaan. Kebutuhan opioid dan midazolam bisa
meningkat tajam pada hari-hari pertama penatalaksanaan
menggunakan teknik ini dan dosis harus sering diubah
sesuai dengan kebutuhan.
Nyeri insidental memerlukan pendekatan lain. Bolus
tambahan morphine perlu waktu sebelum bekerja, pada
pasien ini dapat diberikan fentanyl 1 5 mcg/kg yang
dititrasi untuk mengatasi nyeri selama penggantian balutan.
o
IV
Nyeri Trauma
68
Trauma toraks
Rawat jalan
Rawat inap
Analgesik
oral
Blok syaraf
interkostal
Analgesik
oral
Blok saraf
interkostal
Kateter
interpleural
Epidural
torasik
Rawat di ICU
Terintubasi
Opioid IV
Tidak
terintubasi
PCA
Kemungkinan
ekstubasi
PCA
Epidural
torasik
Blok syaraf
interkostal
Kateter
interpleural
PCA
Memerlukan
pembedahan
Analgesia
epidural
IV
PCA
Nyeri Trauma
Tidak perlu
pembedahan
Dosis
kecil
opioid IV
PCA
65
KASUS KLINIS
Trauma Neurologis
Trauma medula
spinalis
Opioid IV
Trauma saraf
simpatis
Trauma saraf
perifer
Nyeri kausalgia
PCA
Analgesia
epidural
dengan
opioid saja
PCA
Opioid IV
Analgesia
epidural
dg anestetik
lokal
Trauma ekstremitas
Trauma ortopedik
Analgesia
epidural
Trauma syaraf
somatik perifer
Trauma vaskuler
PCA
Ya
Analgesia
epidural
dengan
opioid saja
IV
Nyeri Trauma
PCA
Kateter
perineural dan
anestetik lokal
Tidak
Analgesia
epidural
dengan
anestetik lokal
66
KASUS 1
Laki-laki 32 tahun yang sebelumnya sehat dirawat karena luka
bakar grade II dan III seluas 70% mengenai wajah, badan, tangan
dan kaki. Pasien diintubasi dan diventilasi karena gagal nafas akibat
inhalasi uap panas. Skor nyeri 10 / 10 dan pasien tampak sangat
gelisah dan kesakitan
Penatalaksanaan :
Tahap emergensi dan penyembuhan awal
Pilihan 1 : Nyeri dikontrol dengan bolus morphine IV yang
dititrasi hingga total pemberian 60 mg, dilanjutkan dengan infus
morphine 10 mg/jam IV. Nyeri insidental diatasi dengan
meningkatkan dosis infus setelah sebelumnya diberikan bolus
ekstra morphine IV. Untuk agitasi diberikan midazolam 1
mg/jam setelah bolus awal 4 mg IV.
Pilihan 2 : Setelah analgesia tercapai dengan titrasi dosis
morhine IV hingga 60 mg seperti diatas, morphine IV diberikan
melalui PCA dengan kecepatan pemberian basal 5 mg/jam dan
dosis PCA 1 mg setiap 10 menit.
Tahap penyembuhan selanjutnya
Diberikan morphine slow release 30 mg setiap 12 jam dengan
rencana menurunkan dosis secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan
IV
Nyeri Trauma
67