ICH
ICH
3.
Faktor hemostatik yang berkaitan dengan fungsi trombosit atau sistem koagulasi
darah
Resiko terjadinya PIS semakin meningkat pada penderita yang mendapat terapi
obat antikoagulan (OAK). Angka kejadian PIS pada kelompok penderita yang
mendapat terapi OAK oral lebih tinggi 7-10 kali lipat dibandingkan kelompok
yang tidak mendapat terapi OAK oral. Selain meningkatkan resiko terjadinya PIS,
OAK oral juga meningkatkan severitas dan resiko kematian. Sebuah studi
epidemiologi menunjukkan bahwa PIS yang berkaitan dengan pemakaian OAK
oral merupakan 10-12% dari seluruh kasus PIS, dan angka kejadiannya
diperkirakan 2-9 per 100.000 penduduk per tahun. Selain itu, mortalitas PIS yang
berkaitan dengan pemakaian OAK oral ternyata lebih tinggi daripada mortalitas
PIS pada umumnya, yaitu hingga mencapai 67%.
Pemberian OAK oral (warfarin dan kumarin) jangka panjang sering dilakukan
dalam upaya prevensi stroke iskemik pada penderita fibrilasi atrial (FA). Angka
kejadian PIS yang berkaitan dengan pemakaian OAK oral ini diperkirakan akan
semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka kejadian FA yang
diakibatkan oleh penuaan.
Frekuansi terjadinya PIS pada pemakai warfarin jangka panjang berkisar 0,3-0,6%
per tahun. Faktor resikonya adalah usia lanjut, riwayat hipertensi, intensitas OAK,
serta keadaan tertentu seperti CAA dan leukoaraiosis karena lesi pada substansia
alba.
Dari berbagai penyebab di atas, hipertensi adalah faktor resiko utama PIS dan
merupakan penyebab dari 60-70% kasus PIS. Penyebab tersering berikutnya
adalah CAA, yang merupakan penyebab dari 15% kasus PIS.
Pendarahan yang ditimbulkan oleh CAA terkadang asimtomatis, akan tetapi angka
kekambuhannya 5% per tahun. Angka kekambuhan ini lebih besar dibandingkan
angka kekambuhan PIS hipertensif yang tekanan darahnya terkontrol dengan baik,
yakni 22% per tahun.
Tabel 1. Patogenesis pendarahan intraserebral (PIS)
Faktor anatomic Faktor
Faktor hemostatik Faktor lain
hemodinamik
Lipohyalinosis
Hipertensi Antikoagulan Alcohol
Mikroaneurisma arterial kronis dan
Antiplatelet
Amfetamin
akut
AVM serebral
Trombolitik
Kokain
Migraine
Angiopati
Hemophilia
Heroin
amyloid
Leukemia
Simpatomimetik
Aneurisma
Trombositopenia Vaskulitis
sakular
Thrombosis
vena intracranial
Mikroangioma
AVM dural
Arteritik septic
Aneurisma
sikotik
Sindrom
moyamoya
Disersi arterial
Fistula karotiko
kavernosa
Faktor risiko dari stroke yaitu : Usia lanjut, hipertensi sistolik, diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, stenosis arteri carotid, riwayat transient ischemic attack
(TIA), merokok,kurang olahraga, penyakit kardiovaskuler, fibrilasi atrium, dan
pembesaran myokardial pada ventrikel kiri.
http://apoteksejati24.blogspot.com/2011/02/stroke-pendarahanintraserebral-cva-ich.html
11.
Pingsan.
makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi
rendah serat. Oleh karena itu kita harus bisa menerapkan pola
hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Ketika stroke terjadi, seringkali sel-sel otak tidak langsung mati.
Pengobatan stroke ditujukan untuk mencegah matinya sel-sel
otak yang sedang sekarat ini. Caranya :
- Diberikan obat-obatan guna memulihkan aliran darah ke otak
(misalnya obat pemecah bekuan darah)
- Dilakukan operasi guna menyingkirkan bekuan darah yang
terbentuk akibat pecahnya pembuluh darah.
Stroke meninggalkan kerusakan yang parah. Sel-sel otak yang
terserang stroke kadang-kadang sulit pulih kembali dan harus
dibantu lewat program/rehabilitasi.
Contoh program rehabilitasi yaitu seperti rehabilitasi bahasa,
bicara, dan rehabilitasi fungsi menelan. Akibat dari stroke ini
salah satunya dapat mempengaruhi kemampuan penderita
dalam menelan makanan yang pada akhirnya berakibat
penurunan status gizi, oleh karena itu dibutuhkan diit khusus
bagi penderita stroke.
Berdasarkan Buku Penuntun Diit Edisi Baru diit yang diberikan
pada penderita stroke adalah Diit Stroke. Diet Stroke bertujuan :
1.
Memberikan makanan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan
komplikasi penyakit
2.
Memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia, pneumonia,
kelainan ginjal dan dekubitus
3.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Diit untuk penderita stroke biasa kita sebut dengan diit stroke ini
berbeda dengan diit DM. Jadi bagi penderita stroke sebaiknya
menghindari makanan yang berlemak dan berkadar natrium
tinggi. Beberapa makanan yang tidak disarankan untuk
dikonsumsi adalah :
- Semua makanan yang digoreng, semua daging yang berlemak
(kambing, babi, ham, sosis, kullit ayam, lemak hewan)
- Jerohan, kepiting, cumi-cumi, udang dan kerang, ikan laut, ikan
asin, ikan pindang, teri, udang kering, telur asin
1. Diit Stroke I
Diit Stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila
ada ganggguan fungsi menelan makanan diberikan dalam
bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair kental
yang diberikan peroral atau NGT sesuai dengan keadaan
penyakit. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 2 -3 jam.
Lama pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan
pasien. Bahan makanan yang dianjurkan :
Sumber karbohidrat
: maizena, tepung beras, tepung
hunkwe dan sagu
Sumber protein hewani
: susu whole dan skim, telur ayam 3- 4
btr/minggu
Sumber protein nabati
: susu kedelai, sari kacang hijau dan
susu tempe
Sumber lemak
: sari buah yang dibuat dari jeruk,
pepaya, tomat, sirsak dan apel
Minuman
: teh encer, sirup, air gula, madu dan
kaldu
2. Diit Stroke II
Diit Stroke II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diit
Stroke I atau kepada pasien pada fase pemulihan. Bentuk
makanan merupakan kombinasi cair jernih, cair kental, dan
saring.
3. Diit Stroke III dan IV
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet Stroke II,
dengan bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
penyakit penyertanya. Yaitu bubur atau nasi
Memang tidak ada yang mau kena stroke tetapi jika melihat
akibat yang ditimbulkan ya bisa kita sebut silent killer yang
diam-diam mematikan. Dan mulai sekarang berulang kali kami
menganjurkan kepada seluruh Sobat Harmoni kita ubah pola
makan kita yang mungkin sebelumnya suka asin atau makanan
siap saji ke makanan yang sehat. Dan makanan yang sehat ini
tidaklah mahal yang penting cukup kiandungan gizinya. Dan
saya punya contoh menu sehari bagi penderita stroke yaitu :
Diet stroke III
Makan Pagi
Nasi Tim
Telur rebus
Cah Labu Siam
Pukul 10.00 Selada buah
Makan Siang
Nasi Tim/Bubur
Pepes Ikan
Tumis Tempe
Sayur Asem
Pepaya
Pukul 16.00 Roti Bakar isi Pisang
Makan Malam
Nasi Tim/ Bubur
Ayam Bumbu Bali
Gadon Tahu
Cah Kacang Panjang
Jeruk
PUSTAKA
Instalasi Gizi, Materi Penyuluhan Gizi Pastoral Care, RSK
Budi Rahayu, 2006
Maria Dewi, Materi Seminar Intern CVA, RSK Budi Rahayu,
2006
Berbagai sumber di internet
http://radioharmonifm.com/home/diit-pada-penderita-cva-stroke/
http://www.academia.edu/2391128/definition_of_stroke_or_cerebrovascular_accident
_CVA_indonesian_text_
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
23.03
A.
No comments
KONSEP MEDIS
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing
hemisfer serebri terdiri dari lobusfrontalis yang merupakan area motorik primer yang
bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus
temporalis yangmerupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai
atap tenda yaitu tentorium, yangmemisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalusgerakan otot,
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap
tubuh.
3)
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongatamerupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur danmuntah.
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang
menyatukan hemisfer serebri danserebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari
batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
4)
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.
Talamus merupakan stasiun penerimadan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus
fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akanmenimbulkan
hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu
sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunansaraf otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh
manusia untuk metabolismeaerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga kranium,keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi. (Satyanegara, 1998)
1)
Arteri karotis interpna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi
rawan tiroidea. Arteri karotis internamasuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebrianterior memberi suplai
darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula
interna, korpuskolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis
serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.Arteri serebri media mensuplai darah
untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.Arteria vertebralis kiri dan kanan
berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
2)
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melaluiforamen magnum, setinggi perbatasan pons dan
medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaristerus
berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang
arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula
oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteriserebri posterior
dan
cabang-cabangnya
memperdarahi
sebagian
diensefalon,
sebagian
lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price,
1995).
3)
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak
mempunyai nama) ke vena serta di drainaseke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena
emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998)
2.
Pengertian
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses
berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin,
2008:234).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis
dan emboli yang menyebabkan penyumbatanyang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteriyang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan
dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus
aorta)(Suzanne, 2002: 2131)
3.
Etiologi
Ada beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008: 235)
a.
Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
1)
Hipertensi.
2)
3)
Kolesterol tinggi
4)
Obesitas
5)
Peningkatan hematocrit
6)
Diabetes Melitus
7)
Merokok
4.
1.
Patofisiologi
Klasifikasi ( Arief Mansoer, dkk, 2000)
Berdasarkan Klinik
a.
b.
a.
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan hilang dalam
beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai beberapa jam (24 jam)
b.
c.
Stroke Complete
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal sejak
awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA
yang berulang.
2.
Manisfestasi klinis
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:
a.
Lobus Frontal
1)
2)
3)
Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional, kehilangan
kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres, ketakutan,
permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan, menarik diri,
isolasi, depresi.
b.
Lobus Parietal
1)
Dominan :
a)
Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada
hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri,
tekanan,
panas
dan
dingin),
hilangnya
respon
terhadap
proprioresepsi
Defisit bahasa/komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang
dapat dipahami)
2)
Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi
diri/lingkungan) antara lain:
c.
d.
3.
Tes diagnostik
Periksaan penunjang pada pasien CVA infark:
a.
Laboratorium :
1)
Pada
pemeriksaan
paket
stroke:
Viskositas
darah
pada
apsien
CVA
ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA),
Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)
2)
Analisis
laboratorium
standar
mencakup
urinalisis,
HDL pasien
CVA
infark
mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah
(LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap
dalam tabung darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED
tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel
metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,)
(Prince, dkk ,2005:1122)
b.
infiltrate
paru
yang
berkaitan
dengan
gagal
jantung kongestif
(Prince,dkk,2005:1122)
c.
stroke (Prince,dkk ,
2005:1122).
d.
dan pembentukan
thrombus
di
pembuluh
besar
(Prince,
dkk
2005:1122).
e.
Pemindaian
dengan
Positron
Emission
Tomography
(PET):
mengidentifikasi
seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan memetabolisme glukosa serta
luas cedera (Prince, dkk ,2005:1122)
f.
g.
h.
4.
Penatalaksanaan medis
Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark(Muttaqin, 2008:14):
a.
1)
2)
3)
4)
Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
b.
Terapi Konservatif
1)
2)
3)
4)
a)
b)
Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 46 kali/hari.
c)
d)
e)
Hindari batuk
f)
5.
Kompliksi
Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008: 253)
a.
1)
2)
3)
Konstipasi
b.
1)
2)
c.
1)
Epilepsy
2)
Sakit kepala
d.
Hipoksia serebral
e.
Herniasi otak
f.
Kontraktur
6.
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan,
hilangnya refleks batuk)
b.
Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh
darah serebral
c.
d.
e.
(Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat
f.
g.
h.
Risiko cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran
i.
Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d.
kurang informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
A.
1.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan (Doengoes, 2000)
a.
Identitas
biasanya dialami oleh usia tua, namun tidak menutup kemungkinan juga dapat dia
alami oleh usia muda, jenis kelamin, dan juga ras juga dapat mempengaruhi.
b.
Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,
dan penurunan kesadaran pasien.
c.
d.
obesitas.
Adanya
riwayat
merokok,
penggunaan
alkohol
dan
e.
f.
Riwayat psikososial-spiritual
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga. Perubahan hubungan dan peran terjadi karena
pasien kesulitan untuk berkomunikasi akibat sulit berbicara. Rasa cemas dan takut
akan terjadinya kecacatan serta gangguan citra diri.
g.
Kebutuhan
1)
Nutrisi : adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai
dengan kesulitan menelan, obesitas
2)
3)
4)
Istirahat : klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
Sistem neurologi
1)
Tingkat kesadaran: bisa sadar baik sampai terjadi koma. Penilaian GCS untuk
menilai tingkat kesadaran klien
2)
Refleks Patologis
Refleks babinski positif menunjukan adanya perdarahan di otak/ perdarahan
intraserebri dan untuk membedakan jenis stroke yang ada apakah bleedingatau
infark
3)
a)
Saraf I: biasanya pada klien dengan stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
b)
Saraf II: disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik primer diantara
sudut mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visula-spasial sering terlihat
pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian
tubuh.
c)
Saraf III, IV dan VI apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis seisi otot-otot
okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang
sakit
d)
Saraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat
e)
Saraf XII lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indera
pengecapan normal.
4)
5)
Sistem
reproduksi:
hemiparese
dapat
menyebabkan
gangguan
pemenuhan
kebutuhan seksual
6)
7)
8)
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RR normal
Pemberian ogsigen
dll
Kriteria hasil :
TIK normal
e.
8. Kolaborasi:
mobilisasi bertahap
7. Kolaborasi: fisioterapi
Komunikasi dapat berjalan dengan baik 1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia p
berat hindari memberi isyarat non v
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
2. Hitung kebutuhan nutrisi perhari
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Observasi tanda-tanda vital
Berat badan dalam batas normal
4. Catat intake makanan
Conjungtiva ananemis
penglihatan, taktil
Kriteria hasil :
b.
Kriteria hasil :
Tidak ada trauma dan komplikasi lain 4. Pertahankan bedrest selama fase a
Kriteria hasil :
a.
b.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan holistic Edisi VI volume
II. EGC:Jakarta
http://yadikustiyadi.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-stroke.html