Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS UJIAN

ILMU KESEHATAN JIWA

Disusun oleh :
Brenda Karina
1102010052

Pembimbing :
dr. Henny Riana, SpKJ (K)
dr. Karjana, Sp.KJ
dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ
dr. Hening Madonna, Sp.KJ
dr. Witri Antariksa, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.SAID SUKANTO
PERIODE 06 DESEMBER 07 JANUARI 2016

LAPORAN PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Nn. I.L

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 18 tahun

Alamat

: Karawang

Warga Negara

: Indonesia

Suku

: Batak

Agama

: Kristen Protestan

Status

: Belum Menikah

Pekerjaan

: Pelajar

Pendidikan

: SMA

Tgl masuk RS

: 28 November 2016

Tgl pemeriksaan

: 30 Desember 2016

Ruang Perawatan

: Dahlia

RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan utama
Mengamuk

2. Keluhan tambahan :
Gelisah, ketakutan, Mendengar suara-suara, merasa dikendalikan
3. Riwayat Gangguan Sekarang
Dilakukan autoanamnesis tanggal 30 Desember 2016
Pasien perempuan, berusia 17 tahun dibawa ke IGD RS Bhayangkara
tk. 1 Raden Said Sukanto pada malam hari tanggal 28 Desember 2016 diantar
oleh keluarganya karena pasien mengamuk. Keluhan disertai gelisah,
ketakutan, mendengar suara-suara, dan merasa dikendalikan.
Saat sore hari SMRS, pasien mengamuk tiba-tiba, pasien mengatakan
saat pasien sedang duduk-duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi,
pasien melihat sosok perempuan seperti kuntilanak yang tiba-tiba masuk ke
tubuh pasien dan mengendalikan tubuh pasien, lalu pasien merusak pohon
natal, pasien juga mendengar suara-suara berteriak memanggil nama pasien
dan menyuruh untuk menarik lampu lampu pada pohon natal, pasien
mengatakan tidak dapat mengontrol tubuhnya, setelah menarik pohon natal
pasien berbaring di lantai, setelah itu pasien tidak sadar, saat tersadar pasien
mengatakan sudah dalam keadaan tangan terborgol di kasur bangsal RS,
pasien sempat mengamuk karena tangannya diborgol, pasien merasa gelisah
dan ketakutan karena masih mendengar suara bisikan yang berteriak teriak
memanggil namanya.
Selama berada di bangsal pasien mengatakan merasa lebih tenang dari
sebelumnya walaupun masih gelisah dan merasa ketakutan karena mendengar

suara yang berteriak teriak memanggil namanya tersebut. Pasien mengatakan


telapak tangan kirinya dan rahangnya menjadi sedikit kaku setelah diberi obat
dari RS. saat awal dirawat di bangsal. Pasien tidak dapat tidur pada malam
hari pertama karena terganggu dengan suara dari bisikan tersebut, namun pada
hari kedua pasien sudah dapat mulai tidur dengan tenang.
Saat dilakukan wawancara pasien terlihat tenang, namun sempat
gelisah dan sedikit ketakutan. Pasien mengatakan terkadang masih mendengar
suara yang berteriak teriak tersebut. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
saat wawancara walau sekali pasien tiba tiba menutup telinganya karena
mendengar teriakan memanggil namanya, Pasien mengatakan rahangnya
sudah tidak kaku namun telapak tangan kirinya masih terasa kaku.
Pasien mengatakan bahwa dia merasa sedih karena rindu kepada
ibunya dan adik-adik kandungnya, namun belum bisa pulang ke Medan karena
biaya dan akhir-akhir ini sulit berkomunikasi dengan keluarganya di medan
karena handphonenya rusak sudah hampir sebulan, pasien segan meminjam hp
kepada keluarga pamannya. Pasien juga mengeluhkan anak bungsu pamannya
sering marah-marah padanya apabila dia melakukan kesalahan di rumah,
namun dalam keseharian anak pamannya tersebut baik padanya. Di rumah,
pasien yang membereskan rumah, terkadang pasien merasa terpaksa untuk
membereskan rumah pamannya sendirian saat letih dan tidak ada yang
membantu pasien.
Pasien mengatakan sebelum kejadian ini pasien tidak mengalami
penurunan minat dalam belajar ataupun bersosialisasi, pasien sedang liburan
sekolah, pasien masih sering melakukan hobinya yaitu mendengarkan musik
dan bernyanyi, masih dapat melakukan aktivitas sehari hari secara normal, saat
dirawat di RS, pasien menjadi malas-malasan, lebih senang menyendiri dan
kurang merasa nyaman untuk bersosialisasi karena merasa tidak ada yang bisa
diajak berbicara.
Dilakukan alloanamnesis tanggal 31 Desember 2016 pada paman pasien
Paman pasien mengatakan pasien dibawa ke RS Bhayangkara tk.I
Raden Said Sukanto karena mengamuk dan tidak sadarkan diri. Pamannya
mengatakan sebelum dibawa ke RS, pasien sedang duduk- duduk bersama
paman dan beberapa saudaranya, lalu tiba-tiba menangis dan merusak pohon
4

natal, setelah itu , pasien berguling guling di lantai, tiba tiba pasien lemas dan
berbaring di lantai. Pamannya pun akhirnya membawanya ke IGD RS.
Bhayangkara tk.1 Raden Said Sukanto.
Sebelum pasien mengamuk, paman pasien mengatakan awal mula
terlihat perubahan sikap pasien adalah ketika pada hari natal, pasien terlihat
murung, saat ditanyakan mengapa, pasien bercerita bahwa keluarga dari pihak
ayahnya yang berada di karawang akan pulang ke Medan saat liburan tahun
baru, pasien sedih karena tidak dapat ikut pulang ke Medan untuk bertemu ibu
kandungnya. Pasien merasa rindu pada ibu kandung dan adik-adiknya di
Medan, namun tidak dapat pulang karena masalah biaya. Selama 3 hari pasien
terlihat murung, lalu tiba-tiba pasa sore hari tanggal 28 Desember 2016 pasien
tiba-tiba menangis saat sedang duduk duduk dan berkumpul dengan saudarasaudara dan merusak pohon natal.
Paman pasien mengatakan pasien merupakan anak yang pemalu,
santun dan patuh di rumah, pasien juga anak yang rajin membantu dalam
pekerjaan membersihkan dan membereskan rumah. Paman pasien juga
mengatakan dalam kesehariannya pasien merupakan anak yang baik dalam
budi dan perilaku.
4. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat gangguan medis umum

Riwayat kelainan bawaan disangkal


Riwayat infeksi disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat kejang disangkal

2. Riwayat gangguan psikiatri


Pada awal bulan januari 2016, pasien sempat dirawat di RS.
Bhayangkara tk.1 Said Sukanto dengan gejala yang sama. Pasien tiba-tiba
mengamuk (memukul orang) dan tampak ketakutan, pasien mengatakan
mendengar suara suara yang memanggil namanya dan memerintahnya. Pasien
dirawat selama 2 minggu dan hanya kontrol 1 x setelah pulang, minum obat
selama kurang dari 1 bulan, setelah itu tidak minum obat dan kontrol lagi

karena sudah merasa sehat total, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan
mau bersosialisasi dengan teman dan keluarganya.
Menurut paman pasien, pasien tiba-tiba menjadi berbicara sendiri dan
terlihat ketakutan setelah pulang dari Medan, pada tanggal 31 Desember 2015,
setelah mengunjungi ibunya, lalu pada bulan januari awal pasien pun dibawa
ke RS. dan dirawat. Keluarga pasien juga mengatakan setelah pulang dari
dirawat pasien menjadi normal kembali, tidak terlihat kosong dan melamun,
tidak menyendiri dan beraktivitas seperti biasa.

Skema Perjalanan Penyakit

Januari 2016

Desember 2016

Januari 2016:
Setelah pulang dari Medan pada tanggal 31 Desember 2015, pasien
tiba-tiba mengamuk, pasien mengatakan ada suara berbisik padanya, terkadang
suara tersebut berteriak memanggil namanya dan mengontrol dirinya, pasien
sempat memukul orang, Pasien akhirnya dibawa ke RS. Bhayangkara tk.1 Said
Sukanto dan dirawat selama 2 minggu, pasien mengatakan selama dirawat
pasien sudah tidak mendengar suara- suara lagi. Pasien hanya datang kontrol
satu kali setelah itu tidak datang lagi untuk kontrol karena sudah merasa
sembuh total dan kembali beraktivitas dengan baik dan menjadi dirinya
sendiri.

Desember 2016:
Pasien dibawa kembali ke RS. Bhayangkara tk.1 Said Sukanto karena
mengamuk, pasien juga menangis, terlihat gelisah dan ketakutan karena
mendengar kembali suara bisikan dan teriakan memanggil namanya dan

merasa ada yang masuk ke dalam tubuhnya dan mengontrol dirinya sampai tak
sadarkan diri. Saat wawancara pasien terlihat tenang, namun sempat gelisah
dan tampak ketakutan saat merasa mendengar suara yang meneriaki dirinya,
pasien mengatakan telapak tangan kirinya dan Rahangnya menjadi sedikit
kaku setelah diberi obat dari RS. saat awal dirawat, namun rahangnya sudah
membaik, tidak terasa kaku lagi, telapak tangan kiri pasien masih terasa
sedikit kaku.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Riwayat minum alkohol disangkal oleh pasien
Riwayat obat-obatan terlarang (NAPZA) disangkal
4. Riwayat kehidupan pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
Menurut pasien, pasien dilahirkan normal di rumah sakit dengan
usia cukup bulan, Pasien adalah anak yang dikehendaki, anak
pertama dari empat bersaudara. Selama masa kehamilan, ibu pasien
tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Pasien lahir cukup
bulan, dalam keadaan normal dan ditolong oleh bidan. Selama
kelahiran tidak ada trauma lahir dan cacat bawaan. Pertumbuhan
dan perkembangan pasien sewaktu bayi sesuai dengan usianya.

Riwayat kanak-kanak dan remaja


Pasien mengatakan sejak kecil dirawat oleh kedua orangtuanya, pasien
sering berpindah pindah sekolah saat SD dikarenakan mengikuti
ayahnya bekerja, lalu menetap di Medan, saat selesai SMP, pasien
memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan tinggal dengan pamannya
agar mandiri.

Riwayat pendidikan:
Pasien masih duduk di bangku SMA kelas 3 di SMA 2 Karawang,
prestasi pasien biasa biasa saja namun tidak pernah tinggal kelas

Riwayat perkerjaan:

Pasien belum bekerja

Riwayat pernikahan:
Pasien belum menikah

Riwayat kehidupan beragama:


Pasien beragama kristen dan rajin datang ke gereja setiap Minggu
serta aktif mengikuti paduan suara gereja.

Riwayat pelanggaran hukum


Pasien mengaku tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah pasien sudah
meninggal, sebelumnya ayah pasien berdagang sayuran. Sekarang
pasien tinggal dengan pamannya yang sudah tidak bekerja.

Situasi kehidupan sekarang:


Pasien tinggal bersama keluarga pamannya di karawang, pamannya
memiliki istri dan 3 anak, namun hanya anak terakhir yang masih
tinggal bersama pamannya, yang lain bersekolah di luar kota.
Pasien mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada yang membantu
mengurus rumah, jadi pasien yang melakukan pekerjaan rumah
paman tersebut setelah pulang sekolah sendirian walaupun letih,
anak pamannya tidak membantu pasien dalam membersihkan
rumah.

Riwayat keluarga
Sejak kecil sampai selesai SMP pasien tinggal bersama orangtua
kandung dan adik adiknya, pasien merupakan anak pertama dari
empat bersaudara, ayah pasien sudah meninggal ketika pasien kelas
5 SD karena sakit lambung yang sudah lama diderita dan tidak
kunjung sembuh. Setelah ayah pasien meninggal, pasien tinggal
8

bersama ibu pasien dan ketiga adiknya di Medan. Saat SMA pasien
pindah ke jakarta seorang diri dan tinggal dengan paman pasien di
karawang agar mandiri. Pasien mengatakan keluarga paman pasien
merupakan keluarga yang baik dan menyayanginya.
Berdasarkan keterangan dari paman pasien, ayah pasien sempat
menderita keluhan seperti pasien selama 2 tahun sebelum ayah
pasien sakit lambung kornis, namun tidak berobat.
Genogram:

Keterangan:
Pasien Gangguan Jiwa
Laki-laki
Perempuan
Keluarga Angkat

Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Laki-laki Meninggal dengan
Gangguan Jiwa

5. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien mengatakan ia merupakan anak yang pemalu, namun pasien tidak
memiliki masalah dalam bersosialisasi dengan teman dan lingkungannya.
Pasien memiliki beberapa teman dekat dan senang berkumpul dengan
teman temannya, juga suka menolong dan membantu orang lain yang
membutuhkan pertolongan, dan pasien terkadang sering merasa segan pada
keluarga pamannya untuk meminta sesuatu, apabila kebutuhan mendesak
pasien baru meminta kepada pamannya. Pasien merasa harus belajar
mandiri agar tidak merepotkan keluarganya. Pasien sering merasa rindu
kepada ibu dan adik-adiknya namun hanya bisa berkomunikasi lewat
handphone.

STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
o

Penampilan
Seorang perempuan 18 tahun, penampilan fisik sesuai dengan usianya,
penampilan rapi, berkulit kuning langsat. Perawatan diri baik dan tampak
bersih.

Kesadaran
Composmentis

Perilaku dan aktivitas psikomotor


1.
Sebelum di wawancara

: Pasien

terlihat tenang sedang duduk di kursi


Saat diwawancara
: Pasien terlihat

2.

cukup

berkonsentrasi

menjawab

pertanyaan pemeriksa, terlihat tenang,


sempat pasien telihat gelisah dan
ketakutan serta menutup telinganya
karena merasa ada meneriaki dirinya.
Setelah diwawancara
: Pasien

3.

tersenyum kepada pemeriksa dan


mengucapkan terima kasih setelah
o

wawancara selesai.
Sikap terhadap pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan tenang,
sempat terlihat gelisah dan ketakutan.

Pembicaraan
Pasien dapat berbicara jelas namun pelan, artikulasi jelas, volume
kurang, ide banyak

B. MOOD DAN AFEK


Mood

: Hipothym

10

Afek
Empati

: Sedikit Tumpul
: Sedikit dapat diraba dan dirasakan oleh pemeriksa

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
Saat awal masuk rumah sakit pasien memiliki halusinasi auditorik dan
halusinasi visual, sering mendengar ada bisikan yang berteriak
memanggil namanya dan merasa melihat kuntilanak yang masuk ke
dalam tubuhnya. Saat pemeriksaan didapatkan halusinasi auditorik.
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1.
2.
3.
4.

Pengetahuan umum
Kecerdasan
Konsentrasi
Orientasi :
o

: Baik
: Baik
: cukup baik
Waktu :Baik (pasien dapat menyebutkan

pemeriksaan pada siang hari)


Tempat
:Baik (pasien tahu sekarang

sedang berada di Rumah Sakit)


Orang :Baik (pasien mengenal dirinya dan
orang sekitarnya)

5. Daya ingat :
A. Jangka panjang
B. Jangka pendek
C. Segera

:Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahir)


:Baik (Pasien ingat menu makan paginya)
:Baik(Pasien dapat menyebutkan 3 benda
yang disebutkan oleh pemeriksa)

6. Pikiran abstraktif
Baik (Pasien dapat mengetahui persamaan jeruk dan apel)
7.

Visuospasial
Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang diminta oleh
pemeriksa)

8.

Bakat Kreatif
Pasien dapat bernyanyi dan aktif dalam paduan suara gereja

9.

Kemampuan menolong diri


Baik (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk makan,
mandi dan berganti pakaian)

11

E. PROSES PIKIR
a) Arus pikir
o Kontinuitas
o Hendaya bahasa
b) Isi pikir
o Preokupasi
o Waham
o Obsesi
o Kompulsi
o Fobia

: Remming
: Tidak ada
: Tidak ada
: Waham Kendali
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif dan tidak marah.
G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial:
Baik (Diberikan simulasi bila menemukan dompet dijalan maka
apa yang harus dilakukan )
b. Uji daya nilai:
Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik dan buruk)
c. Penilaian Realita :
Terganggu
H. TILIKAN
Derajat 1: Pasien menyangkal secara total bahwa ia sakit.
I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan jawaban pasien dapat
dipercaya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus
Keadaaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 82 x/menit
12

Suhu : 36,5 C
Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Sistem Respiratorius

: Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing-/-

Sistem Gastrointestinal : Bising usus normal, thympani di semua


kuadran.
Ekstremitas

: Edema (-), sianosis (-), akral hangat.

Sistem Urogenital

: Tidak diperiksa

Status Neurologik
N. XII tidak didapatkan kelainan
Pemeriksaan motorik:
didapatkan rigiditas dan bradikinesia ringan pada telapak tangan kiri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan

I.

IKHTISAR PENEMUAN
Pasien perempuan, umur 18 tahun datang ke RS Bhayangkara tk.I R. Said
Soekanto karena mengamuk, gelisah dan ketakutan. Pasien mengatakan

datang ke RS dengan diantar oleh keluarganya.


Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan halusinasi
visual yaitu mendengar ada suara yang meneriaki namanya dan melihat
sosok kuntilanak yang masuk ke dalam tubuhnya dan mengontrol dirinya.

(Halusinasi Auditorik dan halusinasi visual)


Terdapat gangguan isi pikir berupa Waham Kendali yaitu pasien merasa
ada sosok yang masuk ke dalam tubuhnya dan mengontrol tubuhnya
sehingga pasien ketakutan karena tidak dapat mengontrol dirinya. (Waham

Kendali).
Pasien composmentis, kooperatif dan cukup tenang, berbicara jelas dan
spontan namun pelan, ide banyak dengan artikulasi jelas

13

Mood hipothym, afek sedikit tumpul, dan empati sedikit dapat diraba

dirasakan oleh pemeriksa.


Pasien mengatakan telapak tangan kirinya dan rahangnya sedikit kaku
setelah diberi obat di bangsal RS. Pada pemeriksaan motorik didapatkan

rigiditas dan bradikinesia ringan pada telapak tangan kiri.


Pasien pernah menagalami kejadian serupa pada bulan januari 2016 dan
dirawat di RS. Bhayangkara tk. 1 Said Sukanto selama 2 minggu, namun

hanya melakukan kontrol 1 x karena merasa sudah baik.


Menurut paman pasien, ayah pasien juga pernah menderita kelainan yang

sama dengan pasien namun tidak diobati.


Tilikan pasien derajat 1, penyangkalan penuh terhadap penyakit

Formulasi diagnosis
Setelah wawancara pasien ditemukan adanya psikopatologi yang
menyebabkan distress dan disabilitas dalam fungsi dan aktivitasnya seharihari, oleh karena itu dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa
yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III

Aksis 1
1. Gangguan mental organik (FO) dapat disingkirkan, karena tidak ada
penyakit fisik yang bermakna, tidak adanya penurunan fungsi kognitif,
tidak ada gangguan sensorium, tidak adanya gangguan orientasi
maupun daya ingat, tidak adanya delirium dan tidak adanya demensia.
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F1)
dapat

disingkirkan,

karena

pasien

dan

keluarga

menyangkal

penggunaan psikoaktif.
3. Pasien ini termasuk gangguan skizofrenia paranoid karena didapatkan
delusion of control (waham kendali), disertai dengan adanya gejala
halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang timbul secara
bersamaan dalam waktu kurang dari 2 minggu namun pasien pernah
mengalami kejadian serupa pada bulan januari 2016 (berulang).
(F20.0)

14

4. Gangguan suasana perasaan (Mood/Gangguan Afektif) (F3) dapat


disingkirkan karena pasien tidak mengalami perubahan suasana mood,
tetapi pasien mengalami gangguan gejala psikotik.
5. Dengan demikian sesuai dengan PPDGJ III paisen ini digolongkan
kepada F20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis 2
Tidak didapatkan gangguan kepribadian
Aksis 3
Didapatkan rigiditas dan bradikinesia pada telapak tangan kiri, yang
mengarah kepada extrapyramidal symptoms
Aksis 4
Masalah keluarga (pasien rindu pada keluarga pasien di Medan dan sering
dimarahi oleh anak pamannya).

Aksis 5
Saat datang: Global Assement of Functioning (GAF) scale 40-31 yaitu,
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
Saat pemeriksaan: Global Assement of Functioning (GAF) scale 60-51
yaitu, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

II.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis 1 : F20.03 Skizofrenia Paranoid Episode Berulang
Aksis 2 : Z.03.2 tidak ada diagnosis aksis 2
Aksis 3 : Extra piramidal symptoms ringan.

15

Aksis 4 : Masalah keluarga


Aksis 5 :
Saat datang: Global Assement of Functioning (GAF) scale 40-31
Saat Pemeriksaan:Global Assement of Functioning (GAF) scale 60-51

DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang atau gangguan fisik lainnya.
b. Psikologis
Mood

: Hipothym

Afek

: Sedikit Tumpul

Gangguan persepsi

: Halusinasi auditorik dan visual

Proses pikir

: Remming

Isi pikir

: Waham kendali

Tilikan

: Derajat I

c. Lingkungan dan Sosioekonomi


Terdapat masalah dengan keluarga. Pasien rindu pada ibu kandung dan adikadiknya di Medan, saat ini pasien sulit berkomunikasi dengan keluarganya
tersebut karena handphonenya sedang rusak dan segan untuk meminjam
kepada keluarga pamannya, saat natal pasien merasa sedih karena tidak dapat
ikut pulang ke Medan bersama saudara- saudara dari ayahnya karena kendala
biaya, serta pasien sering dimarah-marahi oleh anak bungsu pamannya apabila
melakukan kesalahan.
III.

IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja

: F20.03 Skizofrenia Paranoid episodik berulang


Extrapiramidal symptoms ringan

Diagnosis banding

:F23.0 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

PROGNOSIS

16

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

Qua ad sanactionam

: dubia ad malam

V.
RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg
Thihexyphenidyl 3 x 2 mg
b. Psikoterapi

Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar

bisa cepat kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati
dan memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien, mensuport
segala usaha adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya
dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.

Kepada keluarga
Diperlukan peran

serta

keluarga

dalam

penanganan

pasien.

Psikoedukasi dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal tentang penyakit


pasien dari penyebab, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan dan
cara pencegahannya. Dengan begitu keluarga bisa menerima dan mengerti
keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien
serta efek samping yang dapat muncul. Selain itu juga ditekankan pentingnya
pasien kontrol dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga
turut serta untuk bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

17

Anda mungkin juga menyukai