Pengaruh Model Problem Based Learning
Pengaruh Model Problem Based Learning
pembelajaran aspek
pengembangan dalam diri siswa yakni kemampuan berpikir dan ketrampilan. Seorang siswa bila memiliki
kemampuan berpikir yang lebih baik akan menerima materi pelajaran dengan baik pula dan lebih mudah
mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika banyak keluhan dari guru karena kemampuan siswa rendah
dalam menerapkan konsep matematika, ini dimungkinkan banyaknya kesalahan siswa dalam memahami
konsep matematika yang mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal yang berakhir
hasil belajar siswa menjadi rendah, baik dalam ulangan harian maupun ujian semester.
Rendahnya mutu pembelajaran matematika ini dapat diartikan kurang efektifnya proses
pembelajaran, yang dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengisyaratkan agar dalam proses pembelajaran
menyenangkan dalam suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif (PAKEM).
[
Model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga mengakibatkan siswa akan merasa bosan dan
kurang berminat untuk belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru harus selalu meningkatkan
kualitas profesionalisme agar siswa dapat belajar mandiri dengan cara memberikan kesempatan belajar
kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran.
Model PBL dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama
dan menghargai keanekaragaman di masyarakat. Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan
lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah.
Medel PBL merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon
perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran model PBL pada dasarnya
merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok.
Selain itu model PBL digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dengan situasi
berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam model
PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan dialog. Model PBL tidak dapat
dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran
ide secara terbuka. Secara garis besar model PBL terdiri dari penyajian kepada siswa situasi masalah
yang bermakna dan dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
secara berkelompok
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Adiguna Bandar Lampung adalah 65,
sedangkan KKM yang dicapai siswa baru mencapai 55%. Untuk itu perlu suatu cara untuk memperbaiki
hasil belajar dengan cara mengujicobakan suatu model yaitu model PBL. Dengan demikan rumusan
masalah yang ajukan adalah Apakah ada pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil
belajar matmatika siswa?
DESKREPSI TEORITIS
1.
Model PBL didesain dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan struktur masalah real yang
berkaitan dengan konsep-konsep matematika yang akan diajarkan, siswa tidak hanya sekedar menerima
informasi dari guru saja tetapi guru harus memotivasi dan menfasilitasi dan mengarahkan siswa agar
terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran.
Model PBL memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pada proses
pembelajaran dengan menggunakan model PBL siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang
diajarkan.
Teori-Teori Belajar yang berkaitan dengan PBL antara lain adalah teori belajar konstruktivisme
dan teori Jerome S. Bruner. Dalam teori belajar konstruktivisme lebih ditekankan bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didik harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Dengan kata lain, guru mengajar peserta didik menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar dan menemukan pengetahuannya
sendiri. Menurut Hudoyo (dalam Sutiarso, 2000 : 630) menyatakan bahwa belajar matematika itu
merupakan proses membangun/ mengkonstruksi pemahaman seseorang sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Sedangkan pendekatan konstruktivis dikatakan oleh Slavin (1994 : 225) bahwa :
Constructivist approaches to teaching emphasized top down rather than bottom up instruction. Top down
means that students begin with complex problem to solve and then work out or discover (with teachers
guidance) the basic skill required. This top down processing opproach is contrasted with the traditional
bottom up strategy in wich basic skill gradually built into more complex skill. Ini menunjukkan bahwa,
pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran lebih menekankan pembelajaran top down dari pada
botom up. Top down berarti siswa mulai dari masalah kompleks untuk dipecahkan kemudian siswa
memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan. Pendekatan top down ini berlawanan dengan strategi bottom up tradisional, pendekatan
bottom up dimulai dari keterampilan dasar secara bertahap dibangun menjadi keterampilan yang lebih
kompleks.
Selanjutnya
Suparno
(1997
73)
mengemukakan
bahwa
prinsip-prinsip
belajar
konstruktivisme, adalah sebagai berikut : pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, tekanan dalam
proses belajar mengajar terletak pada siswa, mengajar adalah membantu siswa belajar, proses belajar
mengajar lebih ditekankan pada proses bukan pada hasil akhir, dan guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut teori Bruner dalam Nasution (1982 : 9) menyatakan bahwa dalam proses
belajar, peserta didik menempuh tiga fase, yaitu : (1) fase informasi (tahap penerimaan materi), (2) fase
transformasi (tahap pengubahan materi), dan (3) fase evaluasi (tahap penilaian materi). Dalam fase
informasi, siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah informasi atau keterangan mengenai materi
yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang dipelajari itu, ada yang sama sekali baru dan berdiri
sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Fase transformasi, informasi yang telah diperoleh, harus dianalisis, diubah atau
ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal
yang lebih luas. Pada fase evaluasi, siswa akan menilai sendiri sejauh mana pengetahuan (informasi)
yang telah diperoleh dan ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau
memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Ibrahim & Nur (dalam Nurhadi dkk, 2002:2) Pembelajaran Problem Based Learning
dikenal dengan nama lain seperrti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based
Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik) dan
Anchored Instruction (Pembelajaan berakar pada dunia nyata).
b.
c.
d.
e.
matematika yang muncul dari penyelesaian dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari poses
dari hasil penyelesaian.
3. Hasil Belajar
Belajar pada prinsipnya merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja
dirancang. Tercapainya tujuan belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa. Belajar merupakan
berubah, dalam hal ini yang dimaksudkan bahwa belajar berarti usaha merubah tingkah laku, cara berfikir
dan kepribadian. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar Abdurrahman (2003:37). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Anak yang
berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Dari
sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar
merupakan puncak proses belajar. Dimyati dan Mujiono (2002:3).Sedangkan nilai yang diperoleh waktu
ulangan bukanlah meng-gambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar. Arikunto (2001: 57)
Berdasarkan uraian di atas hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai, atau
dimiliki oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung yang dapat ditunjukkan dengan nilai-nilai
yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes.
Tes merupakan kegiatan yang dilakukan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam bentuk perbuatan
(tes tindakan). Sudjana (2001 : 86)
Berdasarkan pendapat di atas tes pada umumnya digunakan untuk menilai hasil belajar siswa
terutama hasil belajar kognitif, tes dapat digunakan sebagai penentuan tingkat pencapaian siswa.
4. Kerangka Pikir
Model Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
keterampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Model PBL akan memungkin siswa lebih mengerti dan memahami suatu konsep atau aturan
(rumus) matematika, karena mereka menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata. Dengan
demikian siswa akan berpikir kritis dalm memecahkan masalah pelajaran matematika. Sehingga siswa
akan mendapat hasil belajar yang maksimal.
Pembelajaran dengan model PBL membuat siswa lebih terpacu semangatnya dan rasa ingin tahu
siswa menjadi lebih besar terhadap materi yang dipelajari dan pembelajaran ini terpusat pada guru dan
siswa sehingga siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajan. Dengan demikin, diharapakan dengan
model PBL dalam proses pembelajaran siswa hasil belajar akan meningkat.
5. Hipotesis
Hipotesis dirumuskan
siswa yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dari rata-rata hasil
belajar siswa yang menggunakan model konvensional.
MODEL PENELITIAN
1.
Variabel Penelitian
Model Problem Based Learning merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas
dan kemudian disebut variabel X, sedangkan hasil belajar matematika siswa merupakan variabel yang
dipengaruhi atau variabel bebas dan kemudian disebut variabel Y.
Agar setiap variabel dapat diukur dan diamati, maka perlu didefenisikan sebagai berikut: (a)
Model PBL yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (b) Hasil belajar merupakan
suatu yang diperoleh, dikuasai, atau dimiliki oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung
yang dapat ditunjukkan dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes.
[[
2.
Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X semester genap SMA Adiguna Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa 231 orang. Sedangkan sampel
menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen (X. 2) dan kelas kontrol (X.3). Pengambilan kedua kelas
diambil secara acak dengan teknik cluster random sampling.
adalah 0.597, 0.681, 0.601, 0.597, 0.597, 0.944, 0.639, 0.672, 0.588,
>
Dengan demikian jika r11 dikonsultasikan pada koefisien korelasi, alat ukur tersebut memiliki reliabilitas
sangat tinggi karena terletak pada interval 0.800 1.00.
menggunakan model PBL dalam hal ini disebut kelas eksperimen yang berjumlah 43 responden dengan
hasil terrendah 45, tertinggi 83 dengan rata-rata hitung hitung 68.74, median 68.25, modus 66.17 dan
simpangan baku 7.55 sedangkan pada kelas kontrol dalam hal ini yang mengunakan model konvensional
berjumlah 45 siswa dengan hasil terrendah
diperoleh
. Untuk
= 0.01
(0.99)(2)
Varians terbesar adalah yang hasil belajar yang mengunakan model konvensional didapat
, sedangkan Varians terkecil adalah hasil belajar yang menggunakan model PBL didapat
diperoleh F(
.0,05) (42.44)
diperoleh F (
. Untuk
.0,01) (42.44)
perhitungan tersebut ternyata Fhit < Fdaf ini berarti kedua data mempunyai varians yang sama atau kedua
data homogen..
Untuk menguji hipotesis rumus statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah :
t =
dimana:
Untuk melihat kesamaan dua rata-rata hasil belajar matematika siswa antara yang menerapkan
model PBL dengan menggunakan model konvensional yang digunakan kriteria pengujian adalah terima
Ho
jika t(1-1/2
< t <t(1-
),
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran PBL
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2.
Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan
siswa yang diajar menggunakan model konvensional.
SARAN
1.
Model PBL dapat dijadikan suatu alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran matematika, karena model PPL dapat melibatkan siswa secara aktif
belajar dan dapat menimbulkan motivasi belajar
2.
Kegiatan pembelajaran dengan model PBL hendaknya perlu ditunjang dengan media pembelajaran yang
memadai agar siswa dapat memahami dengan mudah dalam suasana menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak kesulitan Belajar. Jakarta:
Hudoyo, Herman. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika Dan Pelaksanaannya Di Depan Kelas.
Surabaya : Usaha Nasional
Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan
KebudayaanMudjiono dan Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta
dan
Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta : Bina
Aksara.
Nurhadi, dkk 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam
KBK.
http://www.informasi-pendidikan.com/
Menu
Home
Matematika
Fisika
IPA
Biologi
Akuntansi
Daftar Isi
Home Informasi Pendidikan Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung atau yang dikenal dengan direct instruction ini adalah
sebuah model pembelajaran yang menitik beratkan pada penguasaan konsep dan
juga perubahan perilaku dengan melakukan pendekatan secara deduktif. Di sini
peran dari guru memang sangat penting sebagai penyampai informasi, sehingga
sudah seyogyanya seorang guru memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada seperti
tape recorder, film, peragaan, gambar dan sebagainya. Adapun informasi yang
disampaikan bisa berupa pengetahuan yang sifatnya prosedural maupun
pengetahuan deklaratif. Meskipun demikian kekurangannya yaitu model
pembelajaran seperti ini tidak bisa digunakan setiap waktu serta tidak dapat
diterapkan di semua tujuan pembelajaran.
Dalam sintaks model pembelajaran langsung, terapat tujuh langkah yang mana di
setiap langkah tersebut terdapat tahapan-tahapan dalam penyampaian materi.
Untuk lebih jelasnya simak berikut ini :
Menyampaikan orientasi pelajaran dan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Jadi pada tahap ini para pengajar menyampaikan beberapa hal yang harus
dipelajari dan juga kinerja peserta didik yang diharapkan.
Melakukan review pengetahuan serta keterampilan pra-syarat.
Di sini guru akan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.
Menyampaikan materi pelajaran.
Dalam tahap
ini pengajar akan menyampaikan materi dan informasi serta memberikan berbagai
contoh dan sebagainya.
Melaksanakan bimbingan.
Jadi bimbingan ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang bertujuan
untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan mencoba untuk mengoreksi
kesalahan konsep yang ada.
Memberi kesempatan untuk siswa agar terus berlatih.
Di sini guru memberi kesempatan untuk siswa agar terus melatih keterampilannya
maupun menggunakan informasi yang baru secara kelompok atau individu.
Menilai kinerja masing-masing siswa dan memberinya umpan balik.
Dalam tahap ini seorang guru akan memberikan review terhadap segala hal yang
sudah dilakukan siswa, kemudian guru akan memberi umpan balik atas respon
siswa dengan benar.
Memberikan latihan mandiri.
Jadi guru juga bisa memberikan tugas secara mandiri untuk para siswa guna
meningkatkan pemahaman atas materi yang telah disampaikan.
Di samping itu, model pembelajaran langsung ini pada dasarnya bisa dan sangat
cocok diterapkan apabila mendapati situasi yang memungkinkan di antaranya
seperti berikut ini :
Saat guru ingin mencoba mengenalkan bidang pembelajaran baru.
Saat guru ingin mencoba mengajari keterampilan kepada siswa ataupun mengajari
prosedur yang mempunyai struktur jelas.
Saat para siswa mendapati kesulitan yang bisa diatasi dengan sebuah penjelasan
terstruktur.
Saat guru ingin menyampaikan teknik tertentu sebelum para peserta didik
melakukan kegiatan praktek.
Saat guru menginginkan para siswa tertarik akan suatu topik.
Ini Lho! Kiat Jitu Mendidik Anak Tumbuh Jadi CerdasBerbicara mendidik
anak tumbuh jadi cerdas dapat dilakukan dengan berbagai kiat. Pasalnya mendidik
anak jadi tumbuh cerdas ini dibutuhkan waktu yang ...
Top of Form
Cari disini..
Bottom of Form
Artikel yang Wajib DiBaca
Kumpulan Artikel
2016 (56)
November (3)
Oktober (5)
Agustus (5)
Maret (12)
Februari (15)
Januari (16)
2015 (252)
Desember (15)
November (17)
Oktober (15)
September (11)
Agustus (17)
Juli (33)
Juni (22)
Mei (29)
April (24)
Maret (35)
Februari (15)
Januari (19)
2014 (219)
Desember (27)
November (23)
Oktober (26)
September (11)
Agustus (23)
Juli (14)
Juni (28)
Mei (6)
April (7)
Maret (22)
Februari (2)
Januari (30)
Penjelasan Dan Format Multimedia Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Model Pembelajaran Langsung
Beberapa Prinsip Utama Dalam Pengembangan Kurikulu...
Model Pembelajaran Pakem
Ciri-Ciri Serta Manfaat Media Pembelajaran
Mengulas Teori Pembelajaran
Konsep Pembelajaran Yang Mutakhir Dan Inovatif
Pengertian Dan Macam-Macam Komponen Pembelajaran
Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Mei (2)
April (1)
Maret (3)
Februari (28)
Januari (31)
Page
Beranda
Contact Us
Disclaimer
Privacy Policy
Copyright http://www.informasi-pendidikan.com/