Tuberkulosis
Tuberkulosis
KLINIK
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR
Tentang
Tuberkulosis
dr. Khosiatun Azmi, MMR
NOMOR DOKUMEN :
REVISI KE :
NOMOR REVISI :
A. Pengertian
( Definisi )
Tuberkulosis
(TB)
TANGGAL :
adalah
penyakit
akibat
infeksi
B. Anamnesis
Gejala
yang
membuat
dokter
perlu
perut.
g. Pemebsaran kelenjar superficial di daerah leher,
aksila, inguinal atau tempat lain.
2. Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila TB mengenai
organ ekstrapulmonal seperti ditemukannya benjolan di
punggung (gibbus), sulit membungkuk, pincang, atau
pembengkakan sendi. Bila mengenai susunan saraf
pusat dapat terjadi gejala iritabel, leher kaku, muntahmuntah, dan kesadaran menurun.
C. Pemeriksaan
Fisik
gibbus,
kifosis,
kulit
dengan
Kontak
Tida
Laporan
Kontak
dengan
keluarga,
dengan
pasien TB
jelas
kontak dgn
pasien BTA
pasien BTA
positif
negative
atau tidak
tahu, atau
BTA tidak
jelas
Uji
Nega
Positif (> 10
Tuberkuli
tif
5 mm pada
keadaan
imunosupre
si)
Berat
Gizi
Gizi buruk:
badan /
kurang :
BB/TB
Keadaan
BB/TB
<70% atau
gizi
<90% atau
BB/U <60%
(dengan
BB/U <80%
KMS atau
tabel)
Demam
tanpa
sebab
> 2 minggu
jelas
Batuk
Pembesar
> 3 minggu
> 1 cm
an
Jumlah > 1,
kelenjar
Tidak nyeri
limfe koli,
aksila,
inguinal
Pembengk
Ada
akan
pembengkak
tulang/
an
sendi
panggul,
lutut,
falang
Foto dada
Nor
Sugestif TB
mal/
tidak
jelas
JUMLAH SKOR
Catatan :
1. Diagnosis dengan system skoring ditegakkan oleh
dokter
2. Jika dijumpai skrofuloderma ( TB pada kelenjar dan
kulit ), pasien dapat langsung didiagnosis tuberculosis.
3. Berat badan dinilai saat pasien datang.
4. Demam dan batuk tidak respon terhadap terapi sesuai
baku puskesmas
5. Foto dada bukan alat diagnostic utama pada TB anak.
6. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi local
timbul < 7 hari setelah penyuntikan ) harus dievaluasi
dengan sistem skoring TB anak.
7. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6 ( skor
maksimal 13)
8. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS
unutuk evaluasi lebih lanjut.
E. Diagnosis
Tuberkulosis
F. Diagnosis
Banding
G. Pemeriksaan
Penunjang
1.
2.
3.
4.
Pneumonia
Bronkiolitis
Asma
Pertusis
arah
suntikan
memanjang
lengan
mm
berapapun
ukurannya,
termasuk
pemeriksaan
tuberculosis
dari
langsung
biakan.
dan
Hasil
Mycobacterium
biakan
positif
pemeriksaan
diagnostic
TB
hanya
dapat
Medikamentosa
Terapi TB terdiri dari dua fase yaitu :
1. Fase intensif dengan panduan 3 - 5 OAT selama 2 bulan
awal.
2. Fase lanjutan dengan panduan 2 OAT ( INH dan
Rifampisin ) hingga 6 - 12 bulan.
Pada anak, obat TB diberikan secara harian ( daily ) baik pada
fase intensif maupun fase lanjutan.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1. TB paru digunakan 3 jenis OAT yaitu INH, rifampisin,
dan
pirazinamid
selama
bulan
fase
intensif,
Sediaan
Dosis
Dosis
mg/kgB
maksimal
B
5**
300 mg
Efek samping
Isoniazid
Tablet 100
(INH/H)
transaminase,
sirup 10
hepatitis, neuritis
mg/ml
perifer,
Rifampisin
Kapsul/tabl
hipersensitivitas.
Urin/sekresi
(RIF/R)
et 150, 300,
warna kuning,
450, 600
mual - muntah,
mg, sirup
hepatitis, flu-like
Pirazinami
20mg/ml
Tablet 500
2g
reaction
Hepatotoksisitas,
d (PZA/Z)
Etambutol
mg
Tablet 500
2,5 g
hipersensitivitas
Neuritis optika
(EMB/E)
mg
10 - 15
25 - 35
15 - 20
600 mg
Peningkatan
(reversibel),
gangguan visus,
gangguan warna,
gangguan sal
Streptomisi
Vial 1 g
15 - 30
1g
n (SM/S)
#) sumber Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
cerna
Ototoksisitas,
nefrotoksisitas
Kelas
0
Kontak
-
Infeksi
-
Sakit
-
Tatalaksana
-
Profilaksis
II
I*
III
Profilaksis
II*
Terapi OAT
Faktor usia
Faktor obat
Faktor nutrisi
Faktor penyakit
Kelompok
risiko
tinggi
medikamentosa.
Profilaksis
primer
bertujuan
untuk
mencegah
positif.
Profilaksis
sekunder
diberikan
untuk
mencegah
J. Prognosis
K. Tingkat Evidens
L. Tingkat
I/II/III/IV
A/B/C
Rekomendasi
M. Penelaah kritis
1. ....................
2. ......................
N. Indikator Medis
Terapi
1. Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai
nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari
perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan yang
membaik, berat badan yang meningkat dengan cepat,
hilangnya keluhan demam, batuk lama, dan tidak mudah
sakit lagi.
2. Evaluasi radiologis dilakukan pada akhir pengobatan,
kecuali jika ada perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan minum
obat dan pikirkan kemungkinan kuman TB resisten
obat. Terapi TB dimulai lagi dari awal dengan panduan
4 OAT.
3. Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis
dan cara pemberiannya benar. Jika timbul ikterus, OAT
dihentikan dan dilakukan uji fungsi hati ( bilirubin dan
transaminase ). Bila ikterus telah menghilang dan kadar
transaminase < 3 x batas atas normal, panduan OAT
dapat diberikan lagi dengan dosis terendah.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata. Data
berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukkan dalam grafik
tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama menjalani
terapi. Walaupun berat badan belum mencapai ideal, namun
apabila pola grafik sudah menunjukkan peningkatan dan
memasuki pita diatasnya, respon pengobatan sudah dinilai baik.
O. Kepustakaan :
Disetujui Oleh :
Ketua Komite Medis
Dibuat Oleh :
Ketua SMF Anak