Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat
dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini
perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu
dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada
didalam suatu keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Bidan juga tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena
itu dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai
individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal.
Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat
jelas bahwa kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal
kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatannya.
Pengertian Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan
pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di
masyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu
meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada
didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk
social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur yang tercakup
dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran
pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.
Biologi
Fisik
Masyarakat
Keluarga
Ibu dan
anak
Sosial Budaya
Ekonomi Politik
dan anak balita diluar rumah sakit. Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan
harus mempunyai kompetensi yaitu memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki bidan :
1. Konsep dasar kebidanan komunitas
2. Masalah kebidanan komunitas
3. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat
4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
5. Ruang lingkup kebidanan komunitas
6. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga
dan masyarakat
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
8. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
Keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan:
1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bayi balita dan KB
dimasyarakat
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
3. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
4. Mengelola polindes
5. Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi, bayi dan balita
6. Melakukan pembinaan dan penggerakan PSM
7. Melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Dilihat dari peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan kode etik bidan maka
peran bidan didalam komunitas adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
juga peneliti. Pelayanan kebidanan komunitas mencakup pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan.
Sebagian besar kegiatan bidan komunitas adalah memberikan pelayanan
kesehatan selama kehamilan, persalinan, nifas, juga pada bayi dan anak, tetapi
bidan juga bekerja dalam keluarga berencana serta masa sebelum dan sesudah
kehamilan.
Secara garis besar kegiatan pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu dan anak balita sangat terkait dengan
kebidanan komunitas. Keluarga merupakan bagian komunitas.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah
o Kurangnya pengetahuan, salah satunya dibidang kesehatan
o Adat istiadat yang dianut / berlaku di wilayah setempat
o Kurangnya peran serta masyarakat
o Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
o Kebiasaan-kebiasaan / kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.
Penyalahgunaan obat-obatan
yang
diberikan
harus
mampu
memacu,
menggali
dan
1. Sikap bidan terhadap klien, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klie, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Langkah-langkah :
1. Bersama tim kesehatan dan pemuka masayarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah
kerja
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana
Dengan makin terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang langsung
mempengaruhi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sangat penting. Untuk itu, program harus mampu merencanakan kegiatan
yang cost effective berdasarkan sumber daya yang ada dan menggali sumber daya
dari sector lain, swasta dan masyarakat.
CONTOH KASUS
1.
a.
Kasus 1
SIBOLGA Karianti Laia (19) sangat senang dan terharu. Ibu muda warga
Lingkungan 3, Kelurahan Aek Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan, ini
melahirkan empat bayi kembar perempuan secara normal, Kamis (22/11) sekira
pukul 16.00 WIB di praktik bidan R br Sagala di Jalan Toto Harahap, Sibolga.
Dalam kondisi masih lemah dan terbaring di ruang bersalin bidan R br Sagala,
Karianti terlihat masih sanggup melempar senyum bahagianya kepada warga yang
datang mengucapkan kata selamat padanya. Senang dan bahagia, ucap Karianti
yang mengaku sudah tiga kali melahirkan ini.
Karianti mengatakan, saat ini dirinya sudah menjadi ibu dari enam anak.
Persalinan pertamanya pada 15 Desember 2009 lalu dan melahirkan seorang bayi
laki-laki, kemudian untuk persalinannya kedua pada 30 Juni 2011 lalu melahirkan
seorang putri. Kedua persalinannya itu berlangsung normal atau bukan operasi.
Tapi untuk persalinan saya yang ketiga ini, saya dan suami Herman Nduru
(23) diberikan empat orang putri sekaligus. Setiap tahun melahirkan, terangnya
sambil tersenyum kembali. Ditanya lebih jauh bagaimana perasaannya sebelum
melahirkan empat bayi kembar, Karianti mengaku biasa-biasa saja. Hanya saja
untuk kandungan yang ketiga ini, beratnya berbeda dari kehamilannya
sebelumnya. Selain itu, gerakannya banyak kali, tukasnya.
Istri dari Herman Nduru yang berprofesi buruh bangunan tersebut
menerangkan, karena penasaran dengan berat kandungan serta gerakan bayi,
Karianti memutuskan untuk memeriksakan kandungannya dengan ultrasonografi
10
11
bersyukur keempat bayi ini kondisinya baik. Ibu bayi juga demikian, timpal
bidan AP br Situmorang.
Saat dipertanyakan bagaimana cara menolong persalinan bayi kembar empat
ini, AP br Situmorang mengaku, dilakukan seperti biasanya. Seharusnya bayi
kembar itu melakukan persalinan di rumah sakit. Namun karena kondisi si ibu
bayi kita lihat baik, kita berani melakukan persalinan di sini. Awalnya kita berikan
infus untuk menjaga kondisi pasien, seterusnya kita arahkan seperti persalinan
biasa, tukas AP br Situmorang.
Siti Mani Gulo (45), nenek dari keempat bayi kembar ini juga mengaku
bahagia. Dia menyebutkan, mukjizat ini merupakan berkah kepada keluarga
mereka. Sangat senang melihat empat cucu yang baru lahir sekaligus. Kita
bahagia, ucap mertua Karianti ini bahagia.
Demikian juga dengan Masarya Nduru (24) kakak ipar Karianti, yang terlihat
begitu sibuk mengurus keempat bayi yang baru lahir. Dirinya yang merupakan
kakak dari ayah si bayi juga turut bahagia. Kami sekeluarga sangat bahagia.
Apalagi sekarang mendapat keponakan empat orang sekaligus. Meski yakin saya
akan kerepotan nantinya mengurus mereka berempat menunggu ibu si bayi sehat,
namun bahagia akan mukjizat ini sangat kami syukuri. Semoga keempat
keponakanku ini dan juga ibu si bayi tetap sehat-sehat, harap Masaraya. (Cr1/Thom)
Pembahasan Kasus 1
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan bahawa ini merupakan pandangan
individu terhadap profesi bidan adalah positive. Bidan merupakan suatu mukjizat
dari yang maha kuasa untuk menolong ibu bersalin, dalam kasus Ny. Karianti 19
12
Kasus 2
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila
13
14
lama
Endang
membuka
praktik
aborsi
tersebut.
(Hari
Tri
Wasono/Sindo/jri)
Pembahasan Kasus 2
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan individu terhadap
profesi bidan adalah negative. Seorang bidan dianggap pembunuh berdarah
dingin, dapat dengan gampang menghilangkan nyawa anak yang dikandung
beserta ibu hamilnya. Padahal, anak yang dikandung memiliki hak untuk hidup
15
bidan yang tidak hanya mengabdi dengan ketulusan, tetapi juga senantiasa
berinovasi dengan segala cara agar masyarakat di sekitarnya mampu memperbaiki
kualitas hidupnya. Walau pernah mengalami pergumulan antara menerima
penugasan di tempatnya bekerja atau menolaknya, tetapi waktu jugalah yang
membuktikan besarnya bakti dari ibu bidan yang menginjakkan kaki di desa
Unjung Genteng pada 1991 yang lalu ini. Desa Ujung Genteng sendiri adalah
sebuah desa terpencil yang terletak di daerah pesisir selatan Jawa Barat.
Penduduknya sekitar 4000 jiwa dan mayoritas termasuk dalam kelompok
ekonomi lemah. Jarak puskesmas terdekat ternyata cukup jauh, yakni mencapai 30
km. Menyadari hal ini, Bidan Rosmiati pun berjuang agar penduduk desa Ujung
Genteng tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Adapun salah satu
usahanya adalah mengadakan arisan WC. Di daerah tersebut, masyarakatnya
kurang menyadari pentingnya sanitasi yang baik. Kini, setelah adanya arisan WC,
hanya tinggal kurang dari 10% keluarga saja yang belum memiliki WC sendiri.
16
17
contoh kasus diatas, bidan mampu membuat arisan WC dan berbagai program
berbasis ekonomi kerakyatan. Bidan juga dituntut bekerja dengan tulus dan
menikmati pekerjaan tersebut, sehingga masyarakat dengan mudah dapat
menjadikan bidan sebagai contoh yang baik di daerah Ujung Genteng.
3.
rawa serta masih sulit diakses menjadi saksi bagi perjuangan Bidan Agnes
Kundimgo. Sosok bidan asli Papua yang mengabdi sejak tahun 1997 ini
menghadapi dua persoalan berat sekaligus. Pertama, medan yang benar-benar
sulit. Kedua, adat masyarakat yang tidak mempercayai bidan, juga menganggap
bidan sebagai pembawa sial. Pernah suatu ketika, Bidan Agnes baru
diperbolehkan membantu persalinan ketika kepala sang bayi sudah keluar. Dia
juga sering dicegah oleh masyarakat ketika akan menjalankan tugasnya.
Tetapi bukan Bidan Agnes Kundimgo namanya kalau langsung jatuh mental.
Dengan ketekunan dan ketulusan, bidan satu ini akhirnya cukup berhasil
menembus pandangan lama yang ada di masyarakat itu. Walau begitu, masih ada
satu masalah lagi, yakni medan yang berat. Tidak jarang ia harus berjalan berjamjam dan ketika sampai, bayinya sudah keluar. Tidak jarang pula ia harus
menempuh waktu tiga hari tiga malam dengan menggunakan perahu untuk sampai
di perkampungan warga. Menurut pengakuannya, mobil ambulan adalah barang
langka di Papua, apalagi rumah sakit.
Tenaga kesehatan juga dirasa sangat tidak mencukupi. Lantas kita pun wajib
bertanya, kemana mengalirnya triliunan dolar uang hasil penambangan emas di
Papua selama ini? Apakah rakyat Papua harus mendirikan negara sendiri agar
18
pelayanan kesehatan di daerahnya dapat dilakukan dengan baik? Tetapi itu semua
permasalahan politis, yang sering hanya berujung janji manis tanpa realisasi.
Untungnya tanah Boven-Digul masih punya Bidan Agnes, si tangguh yang
menolak untuk menyerah, meskipun dalam keadaan yang serba terbatas.
Pembahasan
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan pandangan sosial budaya terhadap
profesi bidan. Salah satu contohnya adalah masyarakat Tanah Boven-Digul,
dengan adat istiadat yang sangat kental ini menganggap bidan adalah pembawa
sial. Dengan ketangguhan bidan Agnes yang terus bekerja keras tanpa pantang
menyerah, dapat membuktikan bahwa bidan bukan pembawa sial. Bidan
merupakan seseorang yang mampu dengan ikhlas menolong ibu dan anak.
Dari pengkuan bidan Agnes yang asli dari papua, masih juga beberapa
masyarakat yang mencegah kerjanya. Bidan tangguh ini mampu menggeserkan
adat istiadat setempat yang tidak mempercayai bidan atau tenaga kesehatan,
menjadi seseorang terdepan yang mampu menolong masyarakat setempat.
19
DAFTAR PUSTAKA
20