Anda di halaman 1dari 20

Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat
dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini
perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu
dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada
didalam suatu keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Bidan juga tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena
itu dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai
individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal.
Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat
jelas bahwa kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal
kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatannya.
Pengertian Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan
pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.

Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)


Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Permenkes No. 572/VI/1996
Wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam
melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut
disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang
tersebut mencakup : pelayanan kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana
anak, pelayanan KB, pelayanan kesehatan masyarakat.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registasi dan praktek
bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Dalam melakukan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan
merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam
keadaan keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa
bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan, pengalamam berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan
bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah karena
kewenangan yang diberikan oleh Depkes ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
Sasaran kebidanan komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu, Keluarga, dan
Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang dilayani adalah bagian dari

keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di
masyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu
meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada
didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk
social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur yang tercakup
dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran
pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.

Biologi

Fisik

Masyarakat

Keluarga

Ibu dan
anak

Sosial Budaya

Ekonomi Politik

TUJUAN PELAYANAN KEBIDANAN


Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat sejahtera sehingga tercipta derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai
dengan visi Indonesia Sehat 2010. Kesehatan keluarga merupakan salah satu
kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat yang ditujukan kepada keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil,
sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan keluarga, kesehatan ibu
mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan
dan masa diluar kehamilan (masa interval).
Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Upaya kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan
kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga yang
sehat, selanjutnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Wujud dari
kesehatan keluarga dan komunitas merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang
berupa kesehatan untuk semua.
Kesehatan untuk semua menurut WHO adalah semua orang memperoleh
derajat kesehatan tertinggi yang memungkinkan dan secara minimum semua
orang memperoleh derajat kesehatan sehingga mereka mampu bekerja produktif
dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan social dimasyarakat dimana
mereka tinggal.
Kegiatan bidan dan jaringan kerja kebidanan komunitas
Sebenarnya kegiatan kebidanan komunitas telah lama terlaksana ditengahtengah masyarakat. Aktifitas kebidanan komunitas terutama adalah melayani ibu

dan anak balita diluar rumah sakit. Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan
harus mempunyai kompetensi yaitu memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki bidan :
1. Konsep dasar kebidanan komunitas
2. Masalah kebidanan komunitas
3. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat
4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
5. Ruang lingkup kebidanan komunitas
6. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga
dan masyarakat
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
8. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
Keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan:
1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bayi balita dan KB
dimasyarakat
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
3. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
4. Mengelola polindes
5. Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi, bayi dan balita
6. Melakukan pembinaan dan penggerakan PSM
7. Melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan

Dilihat dari peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan kode etik bidan maka
peran bidan didalam komunitas adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
juga peneliti. Pelayanan kebidanan komunitas mencakup pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan.
Sebagian besar kegiatan bidan komunitas adalah memberikan pelayanan
kesehatan selama kehamilan, persalinan, nifas, juga pada bayi dan anak, tetapi
bidan juga bekerja dalam keluarga berencana serta masa sebelum dan sesudah
kehamilan.
Secara garis besar kegiatan pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.

Pelayanan kesehatan ibu

2.

Pelayanan medik keluarga berencana

3.

Pelayanan kesehatan anak

4.

Peran serta masyarakat


Kebidanan komunitas merupakan bagian kesehatan keluarga, masalah

kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu dan anak balita sangat terkait dengan
kebidanan komunitas. Keluarga merupakan bagian komunitas.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah
o Kurangnya pengetahuan, salah satunya dibidang kesehatan
o Adat istiadat yang dianut / berlaku di wilayah setempat
o Kurangnya peran serta masyarakat
o Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
o Kebiasaan-kebiasaan / kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat


tersebut yaitu : pengaruh negatif dan positif.
Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain :

Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

Rasa tolong menolong / perasaan senasib sepenanggungan

Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain :

Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh

Penyalahgunaan obat-obatan

Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik

Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik

Masalah kesehatan jiwa yang menonjol.

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS


Pendekatan Edukatif dalam Peran Serta Masyarakat
Pendekatan edukatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terarah, dengan partisipasi aktif individu, keluarga,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh
masyarakat dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan budaya setempat.
Dasar pemikiran :
1. Pelayanan kesehatan harus dikembangkan dan bertolak dari pola hidup
dibidang kesehatan

2. Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan


nasional dan pola pelayanan di masiing-masing tingkat administrasi harus
serasi dan saling menunjang
3. Pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kegiatan sektor lain dan merupakan
pelayanan terpadu dan terkoordinir
4. Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program sesuai dengan masalah dan kebutuhan
prioritas setempat. Oleh karena itu perlu interaksi yang dinamis, timbal balik
dan berkesinambunganantara masyarakat dan prosedur
5. Pelayanan

yang

diberikan

harus

mampu

memacu,

menggali

dan

memanfaatkan potensi yang ada


6. Pelayanan yang diberikan hendaklah dilaksanakan oleh petugas yang bisa
diterima oleh masyarakat dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
sudah disiapkan
Partisipasi diarahkan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan dan awareness (kesadaran) tentang tanda bahaya
(masyarakat, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat)
2. Meningkatkan kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi
persalinan dan bahaya yang mungkin terjadi (pendanaan dan transportasi)
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatn
pelayanan kesehatan ibu dan anak
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penjagaan mutu pelayanan
Pelayanan yang Berorientasi pada Kebutuhan Masyarakat
Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (Kode Etik Bidan Indonesia)

1. Sikap bidan terhadap klien, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klie, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Langkah-langkah :
1. Bersama tim kesehatan dan pemuka masayarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah
kerja
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana
Dengan makin terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang langsung
mempengaruhi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sangat penting. Untuk itu, program harus mampu merencanakan kegiatan
yang cost effective berdasarkan sumber daya yang ada dan menggali sumber daya
dari sector lain, swasta dan masyarakat.

CONTOH KASUS
1.

Pandangan individu terhadap provesi bidan

a.

Kasus 1

SIBOLGA Karianti Laia (19) sangat senang dan terharu. Ibu muda warga
Lingkungan 3, Kelurahan Aek Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan, ini
melahirkan empat bayi kembar perempuan secara normal, Kamis (22/11) sekira
pukul 16.00 WIB di praktik bidan R br Sagala di Jalan Toto Harahap, Sibolga.
Dalam kondisi masih lemah dan terbaring di ruang bersalin bidan R br Sagala,
Karianti terlihat masih sanggup melempar senyum bahagianya kepada warga yang
datang mengucapkan kata selamat padanya. Senang dan bahagia, ucap Karianti
yang mengaku sudah tiga kali melahirkan ini.
Karianti mengatakan, saat ini dirinya sudah menjadi ibu dari enam anak.
Persalinan pertamanya pada 15 Desember 2009 lalu dan melahirkan seorang bayi
laki-laki, kemudian untuk persalinannya kedua pada 30 Juni 2011 lalu melahirkan
seorang putri. Kedua persalinannya itu berlangsung normal atau bukan operasi.
Tapi untuk persalinan saya yang ketiga ini, saya dan suami Herman Nduru
(23) diberikan empat orang putri sekaligus. Setiap tahun melahirkan, terangnya
sambil tersenyum kembali. Ditanya lebih jauh bagaimana perasaannya sebelum
melahirkan empat bayi kembar, Karianti mengaku biasa-biasa saja. Hanya saja
untuk kandungan yang ketiga ini, beratnya berbeda dari kehamilannya
sebelumnya. Selain itu, gerakannya banyak kali, tukasnya.
Istri dari Herman Nduru yang berprofesi buruh bangunan tersebut
menerangkan, karena penasaran dengan berat kandungan serta gerakan bayi,
Karianti memutuskan untuk memeriksakan kandungannya dengan ultrasonografi

10

(USG) ke rumah sakit, walaupun pada kehamilannya sebelumnya tidak pernah


periksa ke dokter. Bahkan, saat melahirkan anak pertama dan kedua, dirinya
ditolong oleh tukang urut, bukan dokter atau bidan.
Baru kali ini melahirkan ditolong bidan. Itupun karena hasil USG yang
mengatakan kalau bayinya kembar. Tapi bukan kembar empat, kata dokter kembar
dua, ucapnya sembari mengaku sangat kaget setelah mengetahui melahirkan
empat bayi kembar. Namun saat melihat keempat putri kembarnya lahir dengan
keadaan sehat, lelah yang dirasakan Karianti setelah melahirkan pun sirna.
Bahagia pastinya, ungkapnya sembari menatap keempat putri kecilnya yang
sedang diberikan susu oleh bidan yang baru menolong persalinannya. Bidan R br
Sagala bersama bidan AP br Situmorang yang menolong persalinan Karianti Laia
juga mengaku kaget setelah menyaksikan ibu muda ini melahirkan empat bayi
kembar perempuan.
Kita tidak menyangka dia (Karianti, red) melahirkan empat bayi kembar.
Kalau tahu begitu, kita tidak berani menolong persalinannya. Tapi kita sangat
bersyukur, ibu dan bayi dalam keadaan sehat-sehat, ujar R br Sagala. Dia
menerangkan, bayi keempat lahirnya sungsang. Namun dengan teknik menolong
ibu bersalin dilakukan dengan baik, bayi keempat berhasil lahir dengan selamat.
Kendala persalinan tidak begitu rumit, hanya saja kita repot. Tapi pastinya karena
ini pengalaman pertama sejak menjadi bidan (menangani persalinan empat bayi
kembar, red), ya kita juga turut bahagia, akunya.
Dia menambahkan, bayi pertama lahir dengan berat timbangan 2,4 kilogram,
kedua 2,3 kilogram, ketiga 2,5 kilogram, dan bayi keempat 2,5 kilogram. Kita

11

bersyukur keempat bayi ini kondisinya baik. Ibu bayi juga demikian, timpal
bidan AP br Situmorang.
Saat dipertanyakan bagaimana cara menolong persalinan bayi kembar empat
ini, AP br Situmorang mengaku, dilakukan seperti biasanya. Seharusnya bayi
kembar itu melakukan persalinan di rumah sakit. Namun karena kondisi si ibu
bayi kita lihat baik, kita berani melakukan persalinan di sini. Awalnya kita berikan
infus untuk menjaga kondisi pasien, seterusnya kita arahkan seperti persalinan
biasa, tukas AP br Situmorang.
Siti Mani Gulo (45), nenek dari keempat bayi kembar ini juga mengaku
bahagia. Dia menyebutkan, mukjizat ini merupakan berkah kepada keluarga
mereka. Sangat senang melihat empat cucu yang baru lahir sekaligus. Kita
bahagia, ucap mertua Karianti ini bahagia.
Demikian juga dengan Masarya Nduru (24) kakak ipar Karianti, yang terlihat
begitu sibuk mengurus keempat bayi yang baru lahir. Dirinya yang merupakan
kakak dari ayah si bayi juga turut bahagia. Kami sekeluarga sangat bahagia.
Apalagi sekarang mendapat keponakan empat orang sekaligus. Meski yakin saya
akan kerepotan nantinya mengurus mereka berempat menunggu ibu si bayi sehat,
namun bahagia akan mukjizat ini sangat kami syukuri. Semoga keempat
keponakanku ini dan juga ibu si bayi tetap sehat-sehat, harap Masaraya. (Cr1/Thom)
Pembahasan Kasus 1
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan bahawa ini merupakan pandangan
individu terhadap profesi bidan adalah positive. Bidan merupakan suatu mukjizat
dari yang maha kuasa untuk menolong ibu bersalin, dalam kasus Ny. Karianti 19

12

tahun yang tidak pernah melahirkan ditenaga kesehatan, sebelumnya telah


melahirkan 2 anak dan persalinan ke-3 melahirkan 4 anak ditolong oleh dua orang
bidan, keluarga Ny. Karianti merasa sangat bahagia karena ibu dan anak yang
dilahirkan sehat dan selamat.
Bidan juga sebagai orang terdepan yang menentukan generasi berikutnya,
dengan menolong persalinan yang menyelamatkan ibu dan bayi juga membantu
mensejahterakan bangsa. Karena kesejahteraan suatu bangsa dilihat dari AKI
(Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) suatu Negara (Bapennas
2004-2012).
b.

Kasus 2
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila

Sutiana (21), warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa


Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangang oleh bidan puskesmas.
Peristiwa nahas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi
hasil hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan
Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan
yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang
istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap
tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang
masih kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti
istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga
membuat Novila hamil 3 bulan.

13

Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan


janin tersebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang
Purwatiningsih (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge,
Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar
informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa pengguguran kandungan
dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila
dengan alasan keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu
dengan imbalan Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga
yang ditawarkan Endang setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan
Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri melakukan
aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat
penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco
Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang,
pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi dan mengeluarkan
sendiri janin yang dikandungnya. "Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek
kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan
kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro
di kantornya, Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami
kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh
Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat
menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan darah. Warga yang

14

melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena


kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas
medis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga
meninggal dunia pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di
rumah sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas
membekuk Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus
rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada
korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena
dianggap menyebabkan kematian Novila. Lamin (50), ayah Novila yang ditemui
di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan kehamilan yang dialami anaknya.
Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun pacar.
Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan
menghukum pelaku. Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal
348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat
profesinya sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya
dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah
berapa

lama

Endang

membuka

praktik

aborsi

tersebut.

(Hari

Tri

Wasono/Sindo/jri)
Pembahasan Kasus 2
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan individu terhadap
profesi bidan adalah negative. Seorang bidan dianggap pembunuh berdarah
dingin, dapat dengan gampang menghilangkan nyawa anak yang dikandung
beserta ibu hamilnya. Padahal, anak yang dikandung memiliki hak untuk hidup

15

sebagaimana yang tercantum pada UU No. 39 tahun 2003 tentang kesehatan.


Hanya dengan uang 2.000.000 rupiah, bidan tersebut menyanggupi permintaan
pasangan bukan pasutri.
Dengan kejadian yang dialami keluarga dari Ny. Novila, secara otomatis
kehilangan kepercayaan pada bidan tersebut. Bahkan bisa jadi bukan hanya
keluarga Ny. Novila saja warga sekitar tempat praktek dan tempat tinggal bidan
endangpun kehilangan kepercayaan terhadap sosok bidan, karena melihat bidan
endang yang dibekuk polisi.
2.

Pandangan masyarakat terhadap profesi bidan


Penyelamat dari Ujung Genteng Bidan Eulis Rosmiati adalah salah seorang

bidan yang tidak hanya mengabdi dengan ketulusan, tetapi juga senantiasa
berinovasi dengan segala cara agar masyarakat di sekitarnya mampu memperbaiki
kualitas hidupnya. Walau pernah mengalami pergumulan antara menerima
penugasan di tempatnya bekerja atau menolaknya, tetapi waktu jugalah yang
membuktikan besarnya bakti dari ibu bidan yang menginjakkan kaki di desa
Unjung Genteng pada 1991 yang lalu ini. Desa Ujung Genteng sendiri adalah
sebuah desa terpencil yang terletak di daerah pesisir selatan Jawa Barat.
Penduduknya sekitar 4000 jiwa dan mayoritas termasuk dalam kelompok
ekonomi lemah. Jarak puskesmas terdekat ternyata cukup jauh, yakni mencapai 30
km. Menyadari hal ini, Bidan Rosmiati pun berjuang agar penduduk desa Ujung
Genteng tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Adapun salah satu
usahanya adalah mengadakan arisan WC. Di daerah tersebut, masyarakatnya
kurang menyadari pentingnya sanitasi yang baik. Kini, setelah adanya arisan WC,
hanya tinggal kurang dari 10% keluarga saja yang belum memiliki WC sendiri.

16

Bidan Rosmiati juga menyelenggarakan berbagai program berbasis ekonomi


kerakyatan, yang bertujuan untuk mengumpulkan cadangan kas di mana nantinya
kas yang terkumpul akan digunakan untuk pembiayaan dalam proses persalinan.
Beberapa program tersebut antara lain adalah Program Lima Ribu Kasih
(mengumpulkan uang lima ribu rupiah sebulan dari para buruh penambang pasir),
Program Sagandu Seminggu (mengumpulkan sisa pengolahan gula aren, yang
rata-rata dapat terkumpul 2 kg gula aren dalam sebulan) serta Program Seliber
(seliter beras, yakni mengumpulkan 2 sendok beras setiap harinya yang dalam
sebulan ternyata dapat terkumpul seliter beras) Tidak hanya itu, Bidan Rosmiati
juga rutin menyelenggarakan donor darah desa, agar ketersediaan darah bisa
terjaga.
Hal ini mengingat jarak puskesmas terdekat lumayan jauh. Dengan telaten
Bidan Rosmiati memeriksa jenis darah setiap penduduk dan melakukan donor
darah secara berkala. Sungguh bangga masyarakat Ujung Genteng, desa terpencil
di pesisir selatan, dapat memiliki sosok bidan kreatif yang dengan tulus mengabdi
kepada rakyatnya.
Pembahasan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan pandangan dari masyarakat terhadap
profesi bidan adalah positive, memang banyak sekali tantangan saat ingin
membangun suatu daerah. Apalagi daerah terpencil seperti di daerah Ujung
Genteng pesisir selatan jawa barat, dengan mayoritas penduduk dengan kondisi
ekonomi rendah dan pengetahuan yang kurang pula.
Bidan harus bekerja sangat keras dan kreatif mengajak masyarakat didaerah
itu untuk gotong-royong, dan membangkitkan semangat kebersamaan. Seperti

17

contoh kasus diatas, bidan mampu membuat arisan WC dan berbagai program
berbasis ekonomi kerakyatan. Bidan juga dituntut bekerja dengan tulus dan
menikmati pekerjaan tersebut, sehingga masyarakat dengan mudah dapat
menjadikan bidan sebagai contoh yang baik di daerah Ujung Genteng.
3.

Pandangan sosial budaya terhadap profesi bidan


Si tangguh yang selalu menolak menyerah Tanah Boven-Digul yang berawa-

rawa serta masih sulit diakses menjadi saksi bagi perjuangan Bidan Agnes
Kundimgo. Sosok bidan asli Papua yang mengabdi sejak tahun 1997 ini
menghadapi dua persoalan berat sekaligus. Pertama, medan yang benar-benar
sulit. Kedua, adat masyarakat yang tidak mempercayai bidan, juga menganggap
bidan sebagai pembawa sial. Pernah suatu ketika, Bidan Agnes baru
diperbolehkan membantu persalinan ketika kepala sang bayi sudah keluar. Dia
juga sering dicegah oleh masyarakat ketika akan menjalankan tugasnya.
Tetapi bukan Bidan Agnes Kundimgo namanya kalau langsung jatuh mental.
Dengan ketekunan dan ketulusan, bidan satu ini akhirnya cukup berhasil
menembus pandangan lama yang ada di masyarakat itu. Walau begitu, masih ada
satu masalah lagi, yakni medan yang berat. Tidak jarang ia harus berjalan berjamjam dan ketika sampai, bayinya sudah keluar. Tidak jarang pula ia harus
menempuh waktu tiga hari tiga malam dengan menggunakan perahu untuk sampai
di perkampungan warga. Menurut pengakuannya, mobil ambulan adalah barang
langka di Papua, apalagi rumah sakit.
Tenaga kesehatan juga dirasa sangat tidak mencukupi. Lantas kita pun wajib
bertanya, kemana mengalirnya triliunan dolar uang hasil penambangan emas di
Papua selama ini? Apakah rakyat Papua harus mendirikan negara sendiri agar

18

pelayanan kesehatan di daerahnya dapat dilakukan dengan baik? Tetapi itu semua
permasalahan politis, yang sering hanya berujung janji manis tanpa realisasi.
Untungnya tanah Boven-Digul masih punya Bidan Agnes, si tangguh yang
menolak untuk menyerah, meskipun dalam keadaan yang serba terbatas.
Pembahasan
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan pandangan sosial budaya terhadap
profesi bidan. Salah satu contohnya adalah masyarakat Tanah Boven-Digul,
dengan adat istiadat yang sangat kental ini menganggap bidan adalah pembawa
sial. Dengan ketangguhan bidan Agnes yang terus bekerja keras tanpa pantang
menyerah, dapat membuktikan bahwa bidan bukan pembawa sial. Bidan
merupakan seseorang yang mampu dengan ikhlas menolong ibu dan anak.
Dari pengkuan bidan Agnes yang asli dari papua, masih juga beberapa
masyarakat yang mencegah kerjanya. Bidan tangguh ini mampu menggeserkan
adat istiadat setempat yang tidak mempercayai bidan atau tenaga kesehatan,
menjadi seseorang terdepan yang mampu menolong masyarakat setempat.

19

DAFTAR PUSTAKA

1994. Mery Cronk, Caroline F. Community Midwifery. London


1996. AZRUL AZWAR, DR,. dr, MPH,. Pengantar administrasi kesehatan,
Binarupa Aksara. Jakarta Barat
1996. Syahlan, JH, Dr. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan. Jakarta
epmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002
2003. HornGreen, Datar, and Foster. Cost Accounting, A Managerial Emphasis,
Prentice Hall, London.
2003. PPIBI. Bidan Menyongsong Masa Depan Jakarta. Jakarta
http://news.okezone.com/read/2008/05/18/1/110398/1/remaja-aborsi-tewas-usaidisuntik-bidan. Minggu, 18 Mei 2008 20:00 WIB
http://www.metrosiantar.com/2012/ibu-19-tahun-lahirkan-bayi-kembar-empat/.23
November 2012 Tapteng-Sibolga
http://kebidanan.univrab.ac.id/halkomentar-156-kisah-inspiratif-bidan--bidandidaerah-4.html. Kamis, 22 Agustus 2013 - 10:16:40 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai