Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing
seperti mikroorganisme, molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak
normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing
atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut
supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan bertingkat. Oleh karena itu
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa
beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam
tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya
tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir,
pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan
ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya
tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk
sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara
alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit
penuaan.
Terlebih bila Anda sedang hamil, karena ibu yang sistem imunnya
kurang baik, sering kali mengalami kegagalan dalam kehamilannya. Baik itu
keguguran, kehamilan dengan berat badan bayi rendah, kehamilan prematur
(kurang bulan), keracunan kehamilan (preeklampsia atau eklampsia), ataupun
kematian bayi di dalam kandungan, tentulah hal ini tidak Anda inginkan.

Penelitian dari Potter (1992) menyebutkan terjadinya kegagalan awal


dari kehamilan 40% disebabkan karena faktor kekebalan tubuh, 6% karena
faktor kromosom, 5% karena abnormalitas fungsi reproduksi, 10% karena
penyakit sistemik dari ibu, 29% karena gangguan hormon, sedangkan 10%
karena faktor yang tidak diketahui (unexplained).
Perlu diketahui bahwa saat kehamilan memasuki umur empat bulan
biasanya terjadi morning sickness, yang ditandai dengan tubuh lemas,
pusing, mual bahkan muntah di pagi hari hingga sepanjang hari. Namun,
mabuk pagi ini sifatnya hanya individual dan gejala ini hanya dialami 50-90%
wanita. Ketika morning sickness muncul, banyak calon ibu sering atau tak
sengaja mengabaikan kebutuhan gizi. Padahal, pada trimester pertama ini
kebutuhan gizi justru perlu perhatian lebih, baik dari segi jumlah maupun
mutu makanan. Bila asupan gizi tidak terpenuhi akan menyebabkan sistem
imun menurun.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam
kendaraan, makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada
nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara,
kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan
menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak
orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang,
dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali
terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia
produktif.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Sistem Imun
2. Untuk mengetahui Penggolongan antibodi, Peran dan karakteristik
3. Untuk mengetahui Perkembangan Imunologi janin
4. Untuk mengetahui Sistem Imun Pasif pada Janin
5. Untuk mengetahui Tahap-tahap sistem imun pada janin dalam kandungan
1.2 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat dijadikan pegangan atau referensi yang menunjang tentang
imunologi pada janin dalam kandungan
2. Dapat menambah pengetahuan tentang imunologi pada janin dalam
kandungan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Imun


Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Jika sistemkekebalan
melemah,

kemampuannya

melindungi tubuh juga berkurang,


sehingga

menyebabkan

patogen,

termasuk virus yang menyebabkan


demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh.
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing
seperti mikroorganisme, molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak
normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing
atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut
supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan bertingkat.
2.2 Penggolongan antibodi, Peran dan karakteristik
a. IgS
Antibodi yang paling banyak (85% dari antibodi dalam sirkulasi),
ditemukan di darah dan semua kompartemen cairan termasuk cairan
serebrospinalis. Di produksi dalam jumlah yang besar pada respon adaptip
sekunder sehingga mencerminkan riwayat pajanan terhadap patogen.
Bertahan lama. Dapat berdif usi keluar dari aliran darah ke tempat inf eksi
akut dan dapat menembus plasenta. Bekerja sebagai opsonin kuat yang
menjembatani f agosit dan sel sasaran. Penting dalam pertahanan terhadap
bakteri dan pengaktifan sistem komplemen melalui jalur klasik.
b. IgM
Molekul IgM bergabung dalam kelompok lima "pentamer IgM"
sehingga cenderung menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran
fagosit dan sel NK. Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat berdif

usi keluar aliran darah. Merupakan aktivator kuat sistem komplemen,


penting dalam respon imun terhadap bakteri. Antibodi pertama yang
diproduksi disaat tubuh menghadapi suatu antigen baru.
c. IgA
Sebagian besar dalam sekresi, misalnya air liur, air mata, keringat,
dan air susu terutama kolostrum. Menyatu dalam kelompok yang terdiri
atas dua atau tiga molekul. Melindungi tubuh dengan melekat ke patogen
dan mencegah perlekatan patogen ke rongga tubuh. Tidak dapat
mengaktif kan komplemen atau menembus plasenta.
d. IgE
Ekornya berlekatan dengan reseptor di sel mast sehingga berperan
dalam peradangan akut, respon alergi dan hipersensitivitas. Tempat
pengikatan untuk antigen di parasit yang lebih besar, misalnya cacing dan
flukes. Sebagian orang memiliki IgE untuk protein lingkungan yang tidak
berbahaya misalnya serbuk sari, kutu debu rumah, dan penisilin.
e. IgD
Jarang disintesis, hanya sedikit yang diketahui tentang fungsinya.
Berukuran besar, hanya dapat ditemukan di darah. Mungkin terlibat dalam
stimulasi sel B oleh antigen.
2.3 Perkembangan Imunologi janin
Pada kehamilan dimana antibodi yang dihasilkan janin jauh sangat
kurang untuk merespon invasi antigen ibu/invasi bakteri. Dari minggu ke 20
kehamilan, respon imun janin terhadap antigen mulai meningkat. Respon
janin dibantu oleh pemindahan molekul antibodi dari ibu (asalkan ukurannya
tidak terlalu besar) ke janin sehingga memberikan perlindungan pasif yang
menetap sampai beberapa minggu. Proses kelahiran sendiri, mulai dari
pecahnya kantong amnion yang tersegel dan seterusnya akan membuat janin
terpacar dengan mikroorganisme baru. Candida alicans, gonococcus dan
herpes virus dapat dijumpai pada vagina. Pada kasus infeksi herpes yang
diketahui, pelahiran pervaginam tidak diperbolehkan. Begitu lahir, bayi
cenderung

akan

bertemu

dengan

Staphylococcus

aureus,

suatu

mikroorganisme dimana resisten bayi tehadapnya sangat kecil.


Untuk mengimbangi status imunologi yang belum berkembang dengan
baik pada bayi baru lahir, maka pengawasan antenatal yang cermat,
pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan inf eksi atau terapi untuk
5

mengatasi inf eksi, teknik-teknik melahirkan yang aseptik tanpa memasukkan


mikroorganisme dan perawatan yang cermat dengan memperhatikan segala
aspek dalam penanganan bayi baru lahir, semuanya ini merupakan tindakan
yang sangat penting.
2.4 Sistem Imun Pasif pada Janin
Dalam perkembangannya, Janin dapat terlindung dari lingkungan yang
berbahaya selama dalam kandungan. Umumnya kuman patogen atau bibit
penyakit tidak dapat menembus barier placenta. Bayi yang baru lahir, tanpa
adanya antibodi, akan sangat mudah terinfeksi. Bayi yang mature telah
memperoleh antigen dan imunitas pasif dari ibu terhadap jenis-jenis tertentu
dalam waktu 6 minggu atau lebih sebelum dilahirkan. Namun demikian, bayi
yang meninggalkan lingkungan yang steril untuk kemudian secara tiba-tiba
bertemu dengan banyak mikroorganisme dan antigen lainnya. Diperlukan
waktu beberapa minggu sebelum imunitas aktif terbentuk.
Adapun proses penyaluran imun pasif dari maternal yaitu: Sistem imun
janin diperkuat oleh penyaluran imunoglobulin menembus plasenta dari ibu
kepada janinnya melalui aliran darah yang membawa antibodi serta
penyaluran melalui air susu. Profil imunoglobulin yang disalurkan melalui
plasenta dan disekresikan melalui air susu bergantung pada mekanisme
transportasi spesifik untuk berbagai kelas imunoglobulin. IgG ibu menembus
plasenta ke dalam sirkulasi janin melalui mekanisme aktif spesifik, yang
efektif dari sekitar usia gestasi 20 minggu, tetapi aktivitasnya meningkat pesat
sejak usia gestasi 34 minggu. Ibu akan menghasilkan respons imun terhadap
antigen yang ia temui dengan menghasilkan IgG, yang dapat melewati
plasenta. Bahkan kadar IgG ibu rendah, IgG akan tetap di salurkan melalui
plasenta. Hal ini berarti janin akan mendapat imunisasi pasif terhadap patogen
yang besar ditemukan di lingkungan setelah lahir. Imunitas pasif ini
memberikan perlindungan temporer penting pascanatal sampai sistem bayi
sendiri matang dan menghasilkan sendiri antibodi.
2.5 Tahap-tahap sistem imun pada janin dalam kandungan
Pada saat di dalam rahim, janin menunjukkan respon imun spesifik
yang rendah terhadap antigen makanan dan inhalan. Limfosit T muncul pada

usia kehamilan 13 minggu. Prekursor sel T mulai teraktivasi pada usia


kehamilan 18-22 minggu. Antibodi IgG ibu meningkat dan ditransfer ke janin
pada usia kehamilan 20 minggu ke atas.
Berikut ini adalah tabel mengenai tahap-tahap perkembangan sistem
imun pada janin dalam kandungan:
Usia janin
(minggu

Imunitas
innate

Imunitas

Imunitas seluler

humoral

5-6

Terbentuk
makrofag di hati
dan darah

9 - 10

Dimulainya sintesis
komplemen

Terbentuk
prekursor sel
B di hati

Terbentuk
prekursor sel T
di timus

12 - 14

Terbentuk
makrofag pada
limfonodus dan
APC MHC kelas 2

Prekursor sel
B dilengkapi
dengan IgD,
IgG, dan IgA

Terbentuk sel T
CD4+ dan CD8+
di hati dan limp

16 - 17

Makrofag di hati
telah matur dan
neutrofil beredar
ke seluruh tubuh

Sel B
terbentuk
dalam jumlah
yang besar di
limpa, darah,
dan sumsum
tulang

Terbentuk sel T
di dalam darah
dan jaringan
limfoid,
penyusunan
kembali reseptor
sel T

Sel B mulai
mensekresi
antibodi

Peningkatan
secara gradual
limfosit sel T
yang
memproduksi
limfokin

20 - 30

Imunitas pasif

Terbentuk
prekursor sel T
di hati

Dimulainya
transfer IgG ibu
ke janin

Peningkatan
secara gradual
transportasi IgG

Pada saat lahir, bayi mempunyai sistem imun naif yang membutuhkan
paparan antigen asing agar berkembang secara normal. Imunitas yang didapat
7

dari ibu tidak dapat memberikan efek proteksi terhadap seluruh infeksi dan
hanya bertahan beberapa saat. Konsep inilah yang dipakai dalam vaksinasi.
Pada bayi aterm yang lahir dari ibu dengan kondisi yang baik, antibodi
spesifik ini dapat umumnya menetap sampai 18 bulan. Pada bayi preterm,
perkembangan sistem imun menunggu maturasi sistem imun, tidak bisa
dipercepat. Oleh karena itu, respon imun pada bayi yang preterm berbeda
dengan bayi aterm, tergantung usia kehamilan pada saat bayi tersebut
dilahirkan.

BAB III
PENUTUP
3.5 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dalam
perkembangannya, Janin dapat terlindung dari lingkungan yang berbahaya
selama dalam kandungan. Umumnya kuman patogen atau bibit penyakit tidak
dapat menembus barier placenta.
Pada saat di dalam rahim, janin menunjukkan respon imun spesifik yang
rendah terhadap antigen makanan dan inhalan. Limfosit T muncul pada usia
kehamilan 13 minggu. Prekursor sel T mulai teraktivasi pada usia kehamilan

18-22 minggu. Antibodi IgG ibu meningkat dan ditransfer ke janin pada usia
kehamilan 20 minggu ke atas.

3.2 Saran
Sistem imun merupakan hal yang sangat penting bagi tubuh kita.
Terganggunya sistem imun akan menimbulkan masalah kesehatan bagi kita.
Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan pengetahuan tentang imunitas ini
demi terjaganya kesehatan, terutama tugas kita sebagai bidan yang tidak
hanya sekedar mengobati tapi juga melakukan langkah preventif/pencegahan.
Salah satunya dengan cara meningkatkan daya imunitas.

DAFTAR PUSTAKA
Dwinda,octa.2014, Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita untuk bidan.
Yogyakarta
https://www.nestlenutrition-institute.org/country/id/resources/Library/Free/NNIPediatric-Updates/Pediatric-Small-Gestational
Age/Documents/dr%20Nia_Immunology%20Pattern%20in%20Infant%20Born
%20with%20Small%20for%20Gestational%20Age.pdf
file:///G:/IMUNOLOGI%20%C2%AB%20DUNIA%20KEDOKTERAN
%20dokterkecil.htm

Anda mungkin juga menyukai