Preskas Efusi
Preskas Efusi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
Oleh :
Kelompok II
1.
2.
3.
4.
Lia Amalia
Ryan Muhammad Wildan
Rubi Dirgantara
Ana Rosania Ruchiat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat Ibu Mila Karmila S.Kep.,Ners yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien efusi pleura.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk
memberikan
masukan-masukan
yang
bersifat
membangun
untuk
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis
dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena
bonkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologist kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan
pembuluh getah bening (Harrison, 2000).
Pleura seringkali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi cairan,
misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila
rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema
thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara (Somantri, 2009).
Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam,
terutama karena infeksi tuberculosis atau non tuberculosis, keganasan, trauma
dan lain-lain. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu
system pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit,
melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan
dirongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya (Muttaqin, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi
pleura di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah kanker
paru, sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi
pleura suatu disase entity dan merupakan suatu gejala penyakit yang serius
yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada efusi pleura
ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat
penekanan paru .Efusi pleura menempati urutan ke empat distribus 10
penyakit terbanyik setelah kanker paru yaitu dengan jumlah 76 dari 808
orang dengan prevalensi 9,14% ( Alsagaf, 2010)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Efusi Pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh
cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri, 2009).
Menurut Smeltzer dan Bare efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam
rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan parietal, proses
penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung
sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Amin,
Hardhi, 2015). Definisi lain dari efusi pleura merupakan suatu kelainan yang
mengganggu system pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis daris suatu
penyakit, melainkan hanya merupakan gejalan atau komplikasi dari suatu
penyakit (Muttaqin, 2008).
Jadi efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang
terletak diantara permukaan visceral, perietal, adalah proses penyakit primer
yang yang jarang terjadi tetapi biasanya menurunkan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu: (Morton, 2012)
1. Efusi Pleura Transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti
(gagal jantung kongestif, atelectasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis
peritoneum).
2. Efusi Pleura Eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang
rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau
keadalam paru tersebut. Kriteria pleura eksudat:
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehydrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab pleura eksudat seperti pneumonia, empyema, penyakit
matestasis (misalny kanker paru, payudra, lambung atau ovarium),
hemotorak, infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta.
Fisiologi Pleura
Pleura merupakan membran tipis yang terdiri atas dua lapisan yang
berbeda yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini
bersatu pada hillus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua
pleura ini, yaitu sebagai berikut (somantri, 2009):
1. Pleura viseralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis
(tebalnya tidak lebih dari 30m), diantara celah-celah sel ini terdapat
beberapa sel limfosit. Terdapat endopleura yang berisi fibrosit histiosit
dibawah sel mesotelial. Struktur lapisan tengah memiliki jaringan kolagen
dan serat-serat elestik, sedangkan lapisan terbawah terdapat jaringan
intertisial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah
kapiler dari arteri pulmonalis dan brakialis serta kelenjer getah bening.
Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat pada
jaringan parenkim paru.
2. Pleura parietalis
Lapisan pleura parietalis merupakan jaringan yang paling tebal dan
terdiri atas sel-sel mesotelial serta jaringan ikat (jaringan kolagen den
serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat terdapat pembuluh kapiler dari
arteri interkostalis dan mamaria interna, kelenjer getah bening, banyak
reseptor saraf sensorik yang peka terhadap nyeri. Ditempat ini juga
terdapat perbedaan temperatur. Sistem persarafan berasal dari nervus
interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.
Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh
pleura viseralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel
kapiler dan direabsobsi oleh pembuluh limfe dan pleura venule pleura.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga yang kosong
antara kedua pleura tersebut, karena biasanya di tempat ini hanya terdapat
sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak secara teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara
kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain. Dalam keadaan patologis
rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan
atau udara.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui parietalis dan
selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura
viseralis melalui sistem limfatik dan vaskular. Pergerakan dari pleura
parietal dengan pleura viseralis dapat terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma. Cairan terbanyak
direabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil direabsorbsi
oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan
pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikrofili disekitar sel-sel
mesotelial.
B. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini
disebabkan oleh satu dari mekanisme berikut: (Morton, 2012)
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Infeksi
Tuberculosis
Pneumonitis
Abses paru
Perforasi esophagus
Abses subfrenik
Noninfeksi
Karsinoma paru
Karsinoma Pleura: Primer, sekunder
Karsinoma mediastinum
Tumor ovarium
Bendungan jantung: gagal jantung
pericarditis konstriktiva
Gagal hati
Gagal ginjal
Hipotiroidisme
Kilotoraks
Emboli paru
Seperti susu
- Tidak berbau (kilus)
- Berbau (nanah)
Hemoragik
Tumor jinak
Tumor ganas
Tuberculosis
Pascatrauma
Empiema
Keganasan
Trauma
C. Manifestasi Klinik
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan persaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak nafas.
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleura yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari
kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi (> 30 g / l).
Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih, sebaliknya transudat
kadar proteinya rendah (< 30 g / l) sekali atau nihil sehingga berat jenisnya
rendah (Padila, 2012: 121)
Menurut Muttaqin 2008: 127, Efusi pleura berarti terjadi penumpukan
sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Proses akumulasi cairan di
rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi:
a. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke dalam rongga pleura.
c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma, juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
d. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada
permukaan pleura dari rongga pleura, dapat menyebabkan pecahnya
membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan
ke dalam rongga secara cepat.
Gambar 2.2
Efusi Pleura
Tabel 2.1
Patofisiologi Efusi Pleura yang mengarah pada terjadinya masalah
keperawatan
TB Paru
Pneumoni
Atelektasis
Hipoalbuminemia
Inflamasi
Peningkatan Tekanan
Hidrostatik di Pembuluh darah
Karsinoma
Mediastinum
Karsinoma Paru
Peningkatan Permeabilitas
Kapiler paru
Akumuliasi/Penimbunan
cairan di kavum pleura
Sistem
Pernapasan
Sistem Saraf
Pusat
Sistem
Pencernaan
Sistem
Musculoskletal
Respon
Psikososial
PaO2 Menurun
PCO2 Meningkat
Sesak Nafas
Peningkatan Produksi
Secret
Penurunan Imunitas
Penurunan Suplai
Oksigen ke Otak
Efek
Hipoventilasi
Pewnurunan
Suplai Oksigen
Ke Jaringan
Sesak Nafas
Tindakasn
Invasif
Peningkatan
Metabolisme
Anaerob
Koping
Tidak
Efektif
Peningkatan
Produksi Asam
Laktate
Kecemasan
Hipoksia
Serebral
Pusing
Disorientasi
Produksi Asam
lambung Meningkat
Peristaltik Menurun
Mual,Nyeri
Lambung
Konstipasi
Resiko Gangguan
Perfusi Serebral
Ketidak
Seimbangan Nutrisi
Nyeri Lambung
Gangguan Eliminasi
Kelemahan Fisik
Umum
Intoleransi
Aktivitas
sel- sel ganas atau kuman- kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy
tuberculosa dan tumor pleura).
Pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara resudial ke kapasitas
total paru, dan penyakit pleural pada tuberculosis kronis tahap lanjut.
Kapasitas total paru adalah volume maksimal pengembangan paru- paru
dengan usaha inspirasi yang sebesar- besarnya kira- kira 5800 ml.
(Syaifuddin, 2009)
b. Pemeriksaan laboratorium
Memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan.
Analisa cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan
penyebab
dari
efusi
pleura.
Pemeriksaan
cairan
pleura
hasil
tuberculosis.
Yellow exudates pleural effusion, terutama terjadi pada keadaan gagal
jantung kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditis
konstriktif.
Clear transudate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengan
keganasan ekstrapulmoner.
c. Pemeriksaan darah
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit
yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah
limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan
normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan
sputum
adalah
penting,
karena
dengan
2. System dua botol pada system ini btol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan
botol kedua adalah botol waterseal
3. System tiga botol , botol penghisap control ditambahkan kesistem dua botol.sistem
tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.
Komplikasi pemasangan WSD:
1. Komplikasi primer: perdarahan, edema paru, tension pneumotoraks, atrial aritmia
2. Komplikasi sekunder: infeksi, emfiema
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Efusi Pleura
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup
klien dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan preventif perawatan
kesehatannya. Untuk sampai pada hal
2)
Sistem Pernapasan
Pemeriksaan fisik pada klien dengan efusi pleura merupakan
pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
(a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang
klien dengan efusi pleura biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero - posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.
yang
membuat
penderitanya
mengalami
pneumothoraks,
maka
didapatkan
bunyi
Sistem Kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah, takikardi,
peningkatan
Jugularis
Vena
Presure,
perubahan
jumlah
pada
efusi
pleura
berat
dan
pneumotoraks
5)
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor,warna dan
fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien
efusi pleura ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit
tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien
mengalami tirah baring lama akibat pneumothorax / pemasangan
selang WSD, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sendi
sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
7)
Sistem Perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien di
informasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT ( obat anti tuberculosis )
terutama rifampisin.
8)
Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien efusi pleura
bisa terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan
kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda
kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
9)
Sistem Endokrin
klien,
keyakinan
tentang
penyakit
dan
proses
yang
tampak
hanya
berupa
penumpukan
h. Penatalaksanaan Medis
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
infeksi
berhubungan
dengan
tindakan
drainase
(luka
pemasangan WSD
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan, dyspnea setelah beraktifitas
Penentuan prioritas masalah bukan berarti memberi penomoran
kepada tiap diagnosa keperawatan dari satu sampai sekian menurut
keutamaan akan berarti bahwa setelah ditegakan beberapa diagnosa
keperawatan, diagnosa yang paling penting diseleksi dan kegiatan mula mula diarahkan terhadap diagnosa tersebut.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga
pleura
Intervensi
Noc
Nic
Respiratory Status: Ventilation
Airway Suction
Respiratory Status: Airway patiency
- Minta klien nafas dalam sebelum
suctioning dilakukan
Kriteria Hasil
Berikan O2 dengan menggunakan
Mendemonstrasikan batuk efektif
nasal untuk memfasilitasi suksion
dan suara nafas yang bersih, tidak
nasotrakeal
ada sianosis dan dispneu 9mampu
Gunakan alat steril setiap melakukan
mengeluarkan
sputum,
mampu
tindakan
bernafas dengan mudah, tidak ada
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan
pursed lips)
nafas
dalam
setelah
kateter
Menunjukan jalan nafas yang paten
dikeluarkan dari nasotrakeal
(klien tidak merasa tercekik, irama
- Monitor status oksigen pasien
nafas, frekuensi pernafasan dalam
Airway Management
rentang normal, tidak ada suara
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
nafas abnormal)
lift atau jaw thrust bila perlu
Mampu mengidentifikasikan dan
- Posisikan
pasien
untuk
mencegah faktor yang dapat
memaksimalkan ventilasi
menghambat jalan nafas
- Identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
- Berikan pelembab udara kassa basah
2.
NaCl lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Noc
Nic
Respiratory Status: Gas exchange
Airway Management
Respiratory Status: ventilation
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
Vital Sign status
lift atau jaw trust bila perlu
Posisikan
pasien
untuk
Kriteria Hasil
memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan
peningkatan
pasien
perlunya
ventilasi dan oksigenasi yang - Identifikasi
pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat
Pasang mayo bila perlu
Memelihara kebersihan paru-paru
- Lakukan fsioterapi dada jika perlu
dan bebas dari tanda-tanda distress - Auskultasi suara nafas, catat adanya
pernafasan
suara tambahan
Mendemonstrasikan batuk efektif - Berikan bronkodilator bila perlu
dan suara nafas yang bersih, tidak - Berikan pelembab udara
ada sianosis dan dispneu 9mampu - Atur
intake
untuk
cairan
mengeluarkan
sputum,
mampu
mengoptimalkan keseimbangan
bernafas dengan mudah, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
Respiratory monitoting
pursed lips)
Tanda-tanda Vital dalam rentang - Monitor rata-rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
normal
- Catat
pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
3.
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
dengan
penurunan
ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga
pleura
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
chyene stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan nafas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
Noc
Nic
Respiratory Status: Ventilation
Airway Management
Respiratory Status: Airway patency
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
Vital Sign status
lift atau jaw trust
Posisikan
pasien
untuk
Kriteria Hasil
memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan batuk efektif
pasien
perlunya
dan suara nafas yang bersih, tidak - Identifikasi
pemasangan alat jalan nafas buatan
ada sianosis dan dispneu 9mampu
- Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan
sputum,
mampu
4.
5.
6.
Noc
Ansiety
Fear Leavel
Sleep deprivation
Comfort, Readines for enchaned
Kriteria Hasil
7.
8.
asepsis
pada
Noc
Nic
Energy conservation
Activity Therapy
Activity tolerance
- Bantu klien mengidentifikasi aktifitas
Self care : ADLs
yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas yang
Kriteria Hasil
sesuai kemampuan fsisik
Berpartisipasi dalam aktifitas fisik
Bantu klien untuk membuat jadwal
tanpa disertai peningkatan TTV
latihan di luang waktu
Mampu melakukan ADLs
- Bantu pasien/keluarga untuk
TTV normal
mengidentifikasi kekurangan dalam
Energy psikomotor
beraktifitas
Level kelemahan
Sediakan penguatan positif bagi yang
Mampu berpindah dengan atau tanpa
aktif beraktifitas
bantuan alat
- Monitor respon fisik , emosi, sosial
dan spiritual
5. Pelaksanaan / Implementasi
Menurut Wartonah 2006 : 6 - 7, pelaksanaan / implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
( independen ) dan
tindakan kolaborasi
a. Tindakan Mandiri ( independen ) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan merupakan
bukan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain
b. Tindakan Kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain
Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional.
Bentuk implementasi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Bentuk perawatan, pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru
atau mempertahankan masalah yang ada.
b. Pengajaran / pendidikan kesehatan pada klien untuk membantu
menambah pengetahuan tentang kesehatan
c. Konseling klien untuk memutuskan kesehatan klien
d. Konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan lainnya sebagai
bentuk perawatan holistik.
e. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk
memecahkan masalah kesehatan
f. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri
Perencanaan yang dapat di implmentasikan tergantung pada aktivitas
berikut ini :
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi keperawatan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
dan intervensi yang telah ditetapkan tindakan ini bersifat intelektual,
interpersonal dan teknikal berupa berbagai upaya untuk dapat terpenuhinya
kebutuhan klien, aspek kreatif dari seni dan kiat keperawatan sangat
berperan dalam implementasi.
6. Evaluasi
Tipe pernyataan
formatif
atau
sumatif
tersebut dapat dibuat pada point yang alamiah dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien. Contohnya, adalah perawatan klien sehari hari, masuk rumah sakit,rujukan atau pulang.
a. Evaluasi Formatif
Pernyataan formatif merefleksikan observasi dan analisis perawat
terhadap respon klien pada intervensi keperawatan mengenai apa yang
sedang terjadi pada klien pada saat itu. Contoh berjalan selama 15 menit
di ruang masuk, tidak ada keluhan atau sesak nafas yang diobservasi
pada klien
b. Evaluasi Sumatif
Pernyataan sumatif merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi
dan analisa mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan
- pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi
sesuai kriteria hasil yang diharapkan. Perawat menggunakan data
pengkajian yang di dokumentasikan. Tanpa adanya data ini evaluasi
sumatif tidaklah mungkin karena tidak ada standar lain yang dapat
dibandingkan dengan perkembangan klien. Untuk menulis pernyataan
sumatif, perawat perlu merujuk pada catatan data seperlunya dan harus
menguji / memeriksa pengaruh perawatan kumulatif ( Nursalam, 2008 :
192 - 193 ).
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. H
Umur
: 38 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
No. Rekam medik
: 16845865
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Suku / Bangsa
: Sunda / Indonesia
Pekerjaan
: Swasta
Diagnosa Medis
: Gangguan Sistem Pernapasan : Efusi Pleura
Tanggal Masuk
: 1 November 2016
Tanggal Pengkajian : 7 November 2016
Alamat
: Cibangun Kaler, Cibeureum Kab Tasikmalaya
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
Umur
: 35 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat
: Cibangun Kaler, Cibeureum Kab
Tasikmalaya
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
(a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 14 januari 2015 klien masuk rumah sakit lewat klinik TB
paru RSAU dr. M. Salamun pukul 14.00 wib, klien kiriman dr. R Sp.P
dengan keluhan sesak nafas, badan terasa lemah, nyeri dada kanan
bawah, terasa mual, muntah tidak ada, tekanan darah 100 / 60, nadi
100 x / menit, pernapasan 34 x / menit, suhu 37,3 C
b) Keluhan Utama Saat di Kaji
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 januari 2015, keadaan
umum klien masih lemah, klien sudah tidak merasa sesak lagi, sesak
dirasakan bila melakukan aktivitas / tidur terlentang dan berkurang
saat klien setengah duduk / duduk, mengeluh nyeri skala nyeri
2 ( skala bourbanis 1 - 10 ) dibagian luka WSD
( water seal drainasse ) terutama pada saat menarik nafas dan batuk,
nafsu makan berkurang, mulut pahit dan kering, buang air kecil kuning
keruh, buang air besar lembek, wajah klien terlihat cemas, klien dan
istrinya menanyakan tentang sakit yang dialami, tekanan darah
100 / 60 mmhg, nadi 90 kali permenit, pernapasan 28 kali permenit,
suhu 36,5 C.
2) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien mengatakan pernah dirawat dengan penyakit yang sama pada
tanggal 10 - 15 desember 2014 di ruangan parkit rumah sakit angkatan
udara dr. M. Salamun kota bandung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Penyakit Menurun
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota keluarga
tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama dan tidak ada
yang pernah menderita penyakit menular seperti tuberculosis, HIV AIDS, hepatitis dan kusta serta penyakit paru lainnya.
b) Penyakit Keturunan
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota
keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes militus, hipertensi dan asma
Eliminasi
BAB
Sebelum Sakit
3
Saat Sakit
4
Konsisten
si
1
Frekuensi
- Warna
- Masalah
Lunak / Lembek
1 x / hari
Kuning
Tidak ada
BAK
- Frekuensi
- Warna
- Masalah
Istirahat
- Tidur siang
- Tidur malam
- Keluhan
Personal Hygiene
- Mandi
Lunak / Lembek
1 x / hari
Kuning
Perut kembung
5 - 6 x / hari
Kuning bersih
Tidak ada
6 - 7 x / hari
Kuning keruh
Tidak ada
Tidak menentu
5 - 6 jam ( 23.00 -
1 - 2 jam
7 - 8 jam ( 21.00 - 05.00 )
Tidak ada
05.00 )
Tidak ada
2 x / hari
- Gosok gigi
- Keramas
2 x / hari
1 x 2 minggu
- Gunting kuku
1 x / minggu
Aktivitas
Mengerjakan pekerjaan
sebagai kepala rumah
rawat
1 x / Minggu
Klien hanya berbaring
ditempat tidur dan
pemenuhan kebutuhan
nafkah ( sopir ),
membersihkan mobil
1
pagi
1 x / hari
Belum pernah selama di
e. Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Berat Badan sebelum sakit
Berat Badan sekarang
Tinggi Badan
IMT
2) Sistem Persyarafan
Kesadaran Compos mentis GCS 14 ( E = 4, V = 5, M = 5 )
orientasi klien terhadap orang dan tempat baik, terbukti klien mengenali
istri dan ibunya ataupun anaknya dan mengetahui bahwa klien sedang di
rumah sakit. Orientasi terhadap waktu cukup baik
terbukti klien
( skala bourbanis
1 - 10 )
4) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal lup - dup, tidak ada peningkatan vena jugularis,
capilary rating time kembali kurang dari 3 detik, akral teraba hangat,
tekanan darah 100 / 60 mmHg, nadi 90 x / menit.
5) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa kering, gigi terdapat 2 buah berlubang,
sisa akar 4 buah, gigi tanggal 4 buah dan jumlah gigi 28 buah, warna
lidah merah muda sedikit keputih - putihan, mulut pahit, kurang nafsu
makan, bentuk perut sedikit kembung dan pada saat diperkusi terdengar
pekak, tidak ada nyeri tekan pada daerah perut dan bising usus 7 x /
menit.
6) Sistem Endokrin
Berdasarkan hasil pengkajian pada sistem endokrin tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid dan paratyroid serta kelenjar getah bening.
7) Sistem Perkemihan
Vesika urinaria klien kosong, ginjal tidak teraba, tidak ada pembesaran
pada ginjal dan tidak ada nyeri tekan pada ginjal kiri dan kanan.
8) Sistem Muskuloskeletal
(a) Ekstremitas Atas
Bentuk simetris, bisa bergerak ke segala arah, tidak terdapat nyeri pada
persendian dan tulang. Kekuatan otot 4 4 reflek bisef +/+, reflek
trisef +/+, reflek radius +/+ dan terpasang infus di tangan kiri dengan
cairan futrolit 20 tetes / menit.
(b) Ekstremitas Bawah
Bentuk kaki simetris, kekuatan otot kaki adalah 5 5 reflek patela +/+,
reflek babinsky +/+, reflek achilles +/+, gerakan aktif dan dapat
melawan tahanan penuh.
9) Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut tidak lengket, warna rambut hitam agak
beruban, warna kulit sawo matang, turgor kulit bila di tekan dapat
kembali kurang dari 3 detik, kulit tubuh tidak lengket dan terdapat luka
post operasi pemasangan selang WSD pada dada kanan setinggi costa V
dengan diameter 5 centi meter.
10) Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, dapat mendengarkan bisikan, getaran garputala
dan suara dengan jelas
11) Sistem Penglihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna putih
kekuningan, reflek kedua pupil terhadap cahaya +/+
yaitu pupil
Klien kooperatif dan mau bekerja sama, terbukti klien selalu menjawab
pertanyaan dari perawat, klien mampu berkomunikasi dengan jelas, baik
dengan perawat, dokter ataupun tim kesehatan lain.
5) Konsep Diri
(a) Gambaran Diri
Klien merasa bahwa dirinya tidak malu dengan penyakit yang
dideritanya, klien sangat bersyukur atas pemberian Allah SWT karena
klien menyukai tubuhnya dan tidak ada yang berubah.
(b) Harga Diri
Klien mengatakan bahwa tidak malu dengan keadaannya sekarang.
Karena menurut klien ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah
SWT.
(c) Peran
Peran klien didalam keluarga sebagai kepala rumah tangga terganggu
karena selama sakit klien tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah.
(d) Identitas Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah laki - laki, seorang suami dan
kepala rumah tangga.
(e) Ideal Diri
Klien berharap penyakitnya bisa cepat sembuh dan berharap ingin
cepat pulang agar dapat melakukan kegiatannya seperti biasanya.
g. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik - baik saja, terbukti klien selalu
ditemani oleh istrinya, hubungan klien dengan perawat dan dokter baik.
h. Data Spiritual
Klien mengatakan pasrah tentang apa yang menimpa dirinya, karena klien
menyadari bahwa ini cobaan dari Allah SWT. Klien mengatakan juga
selalu berdoa kepada Allah SWT, agar diberi kesembuhan.
i. Data Penunjang
1) Hasil Laboratorium
Tabel 3.2
Tanggal
1
14-1-2015
Pemeriksaan
2
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
GDS
Hasil
3
11,7
5.900
33
334.000
100
Nilai Normal
4
L: 14 - 17, P: 12 16
4000 - 10.000
P: 35 - 45, L: 40 - 50
150.000 - 450.000
Satuan
5
gr/dl
/mm
%
/mm
< 120
Mg/dl
20-1-2015
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Leukosit
Proten Total
Albumin
PaO2
PCO2
12
0,90
113
99
8.600
65
2,8
97
40
10 - 50
P: 0,45 - 75,L:0,6 - 1,1
P: 0 - 35, L:0 - 50
P: 0 - 35, L:0 - 50
4000 - 10.000
6,0 - 8,0
3,4 - 4,8
> 90
35 - 45
Mg/dl
Mg/dl
U/L/370 C
U/L/370 C
/mm'
g/dl
g/dl
%
%
2. Analisa Data
Tabel 3.3
No
Data
1
2
1 DS :
- Klien mengatakan batuk
- Sesak saat beraktifitas /
tidur terlentang
DO :
- Keadaan umum klien
Interpretasi
3
Sistem pernapasan
PaO2 menurun
Sesak nafas
Peningkatan produksi
secret
terlentang
Klien tampak bernafas
Penurunan imunitas
Sistem pencernaan
Efek hiperventilasi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Produksi asam
DO :
- Lidah klien terlihat putih
pola pernapasan
PCO2 meningkat
DS :
- Klien mengatakan mulut
Masalah
4
Ketidakefektifan
lambung meningkat
kurang dari
kebutuhan tubuh
Peristaltik menurun
3
Mulut pahit, nyeri
lambung
menghabiskan porsi
Ketidakseimbangan
makanan
nutrisi
Gangguan
pemenuhan
3
DS :
- Klien mengatakan lemah
kebutuhan nutrisi
Sistem
Intoleransi
muskuloskletal
aktivitas
Penurunan suplai
oksigen kejaringan
mandiri
DO :
- Keadaan umum lemah
- Aktivitas klien dibantu
istri dan perawat
1
Peningkatan
metabolisme anaerob
Peningkatan produksi
asam laktat
Diagnosa Keperawatan
2
Ketidakefektifan Pola
Tanggal
Nama
Tanda
Ditemukan
3
Perawat
4
Tangan
5
Pernapasan berhubungan
dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
terhadap penumpukan
2
menekan abdomen
Gangguan ADL ( activity
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
Amandus
20 - 01 - 2015
Lando
5
2
keletihan sekunder dan
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
pemasangan WSD
Kurangnya pengetahuan
(cemas) yang berhubungan
dengan informasi yang
tidak adekuat mengenai
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
pengobatan
Resiko tingggi terpapar
infeksi yang berhubungan
dengan adanya port de
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
4. Perencanaan
Tabel 3.5
No
1
1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
2
3
Ketidakefektifan pola pernapasan Klien mampu
berhubungan dengan
mempertahankan
normal
Intervensi
4
Identifikasi faktor penyebab
Kriteria hasil :
1
DS : Klien mengatakan :
Irama, frekuensi
dan kedalaman
Badannya lemah
pernapasan dalam
batas normal
kedalaman pernapasan,
Pada pemeriksaan
rongen thoraks
yang terjadi.
beraktivitas / tidur
terlentang
1
tidak ditemukan
adanya akumulasi
batuk kering
cairan
Bunyi nafas
terdengar normal
( Broncovesikular )
ditinggikan 60 - 90 derajat.
dan dangkal
-
DO :
-
Pernapasan 28 x / menit
1
2
4
5
terpenuhi
Kriteria hasil :
1
Konsumsi lebih 40
% jumlah makanan,
dengan :
1
DS :
-
4
2
DO :
-
sebelum tidur.
makanan
3
2
4
5
3
2
4
7
Klien mampu
melaksanakan
aktivitas seoptimal
mungkin.
Kriteria hasil :
1. Terpenuhinya
DS :
-
aktivitas.
aktivitas secara
optimal
bersemangat
4
tanda vital.
3. Personel hygiene
klien tercukupi.
Dalam waktu 3 x 24
intervensi resiko
dengan :
trauma pernapasan
DS :
tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Irama, frekuensi
dan kedalaman
pernapasan dalam
DO :
-
batas normal
2. Pada pemeriksaan
Rongen thoraks
kanan Costa V
terlihat adanya
Nadi 88 x / menit
pengembangan paru
Pernapasan 28 x / menit
3. Bunyi nafas
1
2
3
terdengar normal
4
4
( Broncovesikular )
posisi.
1
2
3
4
6
Kurangnya pengetahuan
dan aturan
pengobatan.
Kriteria hasil :
ditandai dengan
DS:
-
tentang penyebab
masalah.
2
hasil patologi anatomi
masalah individu.
3
DO:
-
mengidentifikasi
Wajah klien dan keluarga
yang memerlukan
mengetahui tentang
evaluasi medik.
mengikuti program
pengobatan dan
menunjukkan
perubahan pola
berusaha memberikan
untuk mencegah
seoptimal mungkin
1
2
3
terulangnya
masalah
6
Kriteria hasil :
meningkat antara
36 - 37,5 C
2
DS :
-
penusukan dari
dengan :
lesi )
2
DO :
-
4
3
Nadi 88 x / menit
Pernapasan 28 x / menit
( Antibiotik, Antipiretik )
3
2
-
Suhu 36,5 C
5.
No
1
1
Tanggal
Jam
2
3
20-01-2015 09.00
D
P
4
1
Implementasi
5
Mengidentifikasi faktor penyebab ketidakefektifan pola nafas
Hasil :
20-01-2015 09.05
20-01-2015 09.10
20-01-2015 09.15
20-01-2015 11.00
20-01-2015 09.20
Nadi 90 x / menit
- Suhu 36 C
- Pernapasan 22 x / m
Memberikan motivasi kepada klien dan istrinya tentang pentingnya
porsi kecil tapi sering bagi klien
Hasil :
-
2
3
20-01-2015 09.25
4
2
20-01-2015 09.30
20-01-2015 11.00
20-01-2015 11.35
2
3
20-01-2015 11.40
4
2
5
Memberikan klien makan bubur,sayur dan telur rebus
Hasil :
20-01-2015 12.10
21-01-2015 16.00
20-01-2015 13.00
1
21-01-2015 16.10
21-01-2015 16.15
Pernapasan 25 x / menit
Melibatkan istri klien untuk membantu melakukan aktivitas
Hasil :
-
2
3
21-01-2015 16.15
4
3
5
Menjelaskan kepada klien dan istrinya perlunya keseimbangan
istirahat
Hasil :
21-01-2015 17.00
22-01-2015 10.00
- Nadi 92 x / menit
Mengkaji pernapasan klien
Pernapasan 25 x / menit
Hasil :
10.10
Pernapasan 22 x / menit
4
-
22-01-2015 10.20
5
Punggung klien di ganjal 2 buah bantal
22-01-2015 10.25
22-01-2015 10.15
4
-
5
Botol WSD letaknya lebih rendah dari tubuh klien yaitu dib
21-01-15
11.00
klien
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
Hasil :
-
21-01-2015 11.10
21-01-2015 11.15
4
-
5
Klien dan istrinya mengatakan sudah mengetahui apa itu pe
pleura
21-01-2015 11.15
20-01-2015
09.30
21-01-2015
10.00
22-01-2015
10.30
2
22-01-2015
3
11.45
4
6
5
Mengobservasi tanda-tanda vital ( suhu dan nadi )
Hasil :
20-01-2015 09.30
21-01-2015 10.00
22-01-2015 10.30
20-01-2015 10.00
21-01-2015 18.00
22-01-2015 10.00
21-01-2015 12.00
6. Evaluasi Sumatif
Tabel 3.7
N
Tanggal
o
1
Jam
2
20-01-2015
DP
3
1
Evaluasi
4
S : Klien mengatakan :
16.00
Paraf
5
Tidak batuk
Tidak sesak
Merasa nyaman dengan posisi
setengah duduk di ganjal bantal
pada punggung.
O:
-
pernapasan
Tidak ada sianosis pada bibir dan
ujung jari
Tanda - tanda vital :
Tekanan darah 110 / 70 mmhg
Nadi 88 x / menit
Suhu 36 C
Pernapasan 22 x / menit
A:
-
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
P:
4
Pertahankan klien dalam posisi
setengah duduk dengan
Amandu
s
Lando
5
23-01-2015
S : Klien mengatakan :
10.00
O:
A:
-
Masalah teratasi
s
Lando
P:
-
Intervensi dipertahankan :
23-01-2015
10.10
O:
-
Amandu
A:
-
Masalah teratasi
P:
23-01-2015
s
Lando
- Intervesi dihentikan
S : Klien mengatakan :
10.15
Pernapasan 22 x / menit
Nadi 88 x / menit
O:
4
-
Pernapasan diafragma
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
A:
P:
Amandu
s
Lando
tubuh klien
S : Klien dan istrinya mengatakan :
12.00
4
O:
-
Masalah teratasi
Intervensi di hentikan
P:
Amandu
s
Lando
23-01-2015
S : Klien mengatakan :
10.00
O:
-
Nadi 88 x / menit
4
-
Suhu 36 C
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
A:
P :
Amandu
s
Lando
B. PEMBAHASAN
Selama melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pada Tn. N dengan gangguan sisitem pernapasan
akibat efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun
kota bandung yang dilaksanakan pada tanggal 20 - 23 Januari 2015. Penulis
mendapatkan kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan praktek di lapangan
selama melakukan asuhan keperawatan tersebut. Selain itu penulis menemukan
faktor - faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dilapangan.
Adapun uraian secara lengkap pembahasan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dilapangan pada Tn. N dengan gangguan sisitem pernapasan
akibat efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun
kota bandung, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Demi lancarnya asuhan keperawatan ini penulis terlebih dahulu
melakukan pendekatan terapeutik sekaligus membina hubungan saling
percaya dengan klien dan keluarga. Tahap awal pengkajian yaitu
pengumpulan data, baik data subyektif maupun obyektif. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi pada klien dan keluarga,
pemeriksaan fisik klien dan studi dokumentasi dengan melihat status klien di
ruangan. Data subjektif yang penulis dapatkan berasal dari klien, penulis
juga melakukan wawancara dengan keluarga klien ( istri klien ), mencari
keterangan dari perawat ruangan, status dan dokumentasi dari tim kesehatan
lain.
Klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura secara teori
masuk ke rumah sakit dengan alasan diantaranya keluhan respiratorius yang
meliputi sesak nafas, nyeri dada, batuk, selain itu keluhan lain yang juga
menjadi alasan masuk ke rumah sakit, yaitu demam, timbul pada sore atau
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama
semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin
pendek. Hal yang terjadi pada Tn. N, yaitu mengeluh sesak nafas, badan
terasa lemah, nyeri dada kanan bawah, mual. Keluarga akhirnya membawah
klien ke rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun kota bandung.
Klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura pada
pengkajian sistem pernapasan secara konsep akan ditemukan klien
mengeluh sesak, terdengar suara ronki, rasa berat pada dada, berat badan
menurun, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk non produktif,
hal ini terjadi pada Tn. N tetapi sesak dan nyeri yang dirasakan sudah tidak
terlalu di rasakan, hanya apabila tidur terlentang dan batuk, karena Tn. N
sudah dirawat selama 6 hari dan telah dilakukan tindakan pemasangan
selang drainase serta memasuki fase penyembuhan dan pemulihan.
Secara
konseptual
pemeriksaan
fisik
sistem
kardiovaskuler
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat 9 ( Sembilan ) diagnosa yang mungkin timbul
pada klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :
a. Ketidakefektifan
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
pemasangan WSD
g. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan
pengobatan.
h. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port
de entre akibat penusukan dari tindakan WSD
i. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan
perubahan suasana lingkungan.
Sedangkan Pada kasus Tn. N, penulis hanya menemukan 6 ( enam )
diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data hasil pengkajian, yaitu
antara lain:
a. Ketidakefektifan
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
pemasangan WSD
e. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan
pengobatan.
f. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port
de entre akibat penusukan dari tindakan WSD
Dari uraian di atas, terdapat 3 ( tiga ) diagnosa keperawatan yang ada
pada teori tapi pada kasus tidak ditemukan pada klien Tn. N, dengan konsep
gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal / faringeal, tidak ada dalam kasus dilapangan karena dari data
klien batuk kering atau nonproduktif.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan
ekspansi paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler, tidak ada
dalam kasus dilapangan karena dari hasil rongen klien tidak
mengalami kerusakan membrane alveolar kapiler.
c. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan
perubahan suasana lingkungan, tidak ada dalam kasus dilapangan
karena dari data klien tidur dan istirahat cukup 8 jam
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan
menurut diagnosa yang muncul pada Tn. N, disesuaikan dengan kondisi,
situasi dan kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan
sarana dan prasarana yang tersedia di ruangan, pada tahap perencanaan ini
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun rencana
yang akan dilakukan.
Perencanaan dari ke 6 ( enam ) diagnosa keperawatan secara
keseluruhan sama dengan konsep walaupun ada beberapa yang dihilangkan
karena kurang menujang dan beberapa yang ditambahkan karena intervensi
masih dirasakan kurang untuk mengatasi masalah Tn. N,
Untuk intervensi seperti pemberian informasi kesehatan dan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit disusun penulis dengan tujuan untuk
membantu meningkatkan kemampuan, ketrampilan serta kemandirian klien
dan keluarga. Perencanaan yang disusun penulis bersifat dependen dan
kolaboratif.
4. Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan
penulis mengalami beberapa hambatan karena ada tindakan keperawatan
yang tidak bisa dilaksanakan pada klien. Secara konsep penimbangan berat
badan harus dilaksanakan setiap hari untuk memantau status nutrisi klien,
tetapi dalam kasus ini penulis tidak dapat melakukan penimbangan berat
badan setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencari alternatif
tindakan yaitu dengan menimbang berat badan setiap 3 ( tiga ) hari sekali
dan mengoptimalkan asupan nutrisi yang adekuat bagi klien yaitu dengan
memberikan makan sesuai dengan dietnya dan di tambah telur rebus 1 - 2
butir.
Untuk tindakan yang lain penulis tidak menemukan hambatan yang
cukup berarti, hal ini disebabkan karena klien dan keluarga sangat kooperatif
dan mampu bekerja sama dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah
dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap
ini penulis melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang
telah diberikan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Setelah dilakukan intervensi dari ke 6 ( enam ) diagnosa keperawatan yang
muncul, secara keseluruhan sudah teratasi sesuai dengan kriteria evaluasi
dan pada tanggal 24 januari 2015 klien sudah di perbolehkan pulang dan
menjalani pengobatan rawat jalan di poliklinik paru rumah sakit angkatan
udara dr. M. Salamun kota bandung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N, dengan
gangguan pada sistem pernapasan efusi pleura di ruang parkit rumah sakit
angkatan udara kota bandung 20 sampai 23 Januari 2015, kemudian penulis
melakukan analisa kesenjangan antara konsep teori dengan praktek di
lapangan. Setelah dilakukan pembahasan, penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.
terjadinya
gangguan
Ketidakefektifan
pola
pernapasan,
Gangguan
hal
ini
menunjukkan
keunikan
individu
dalam
merespon
4.
5.
6.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan
beberapa hal diantaranya :
1. Perawat ruangan diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pernapasan akibat efusi pleura hendaknya
perawat lebih meningkatkan kesabaran dalam memotivasi klien untuk
mempercepat proses penyembuhan.
2. Lembar observasi yang tersedia dibuku observasi, diharapkan dapat diisi
oleh perawat atau mahasiswa sesuai jadwal dinasnya.
3. Bagi klien dan keluarga ( istri klien ) agar tetap melanjutkan pengobatan
efusi pleura di poliklinik paru dengan tuntas, kedisiplinan dalam minum
obat dan makan tinggi kalori tinggi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, MC dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta : EGC
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Price, SA & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika