Anda di halaman 1dari 3

Epilepsi

Epilepsi adalah penyakit neurologis kronik paling sering pada populasi umum dan menyerang
kurang lebih 1 persen populasi di Amerika Serikat. 30 sampai 50 persen penderita mengalami
kesulitan psikiatri pada suatu waktu selama perjalanan penyakit. Gejala perilaku epilepsi paling
sering adalah perubahan kepribadian. Psikosis dan kekerasan lebih jarang terjadi dibanding yang
diperkirakan.
Kejadian praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks mencakup sensasi otonom (seperti perut
kembung, pipi memerah, dan perubahan napas), sensasi kognitif (seperti dj vu, jamais vu,
pikiran yang dibuat-buat, keadaan seperti bermimpi), keadaan afektif (seperti takut, panik,
depresi, dan elasi), dan yang klasik, otomatisme (seperti menampar bibir, menggosok gosok,
mengunyah).
Perilaku singkat, kacau, dan tak terinhibisi menandai kejadaan iktal. Meski beberapa pengacara
pembela mengklaim sebaliknya, seseorang jarang menunjukkan perilaku kasar yang
direncanakan dan bertujuan selama suatu episode epilepsi. Gejala kognitif meliputi amnesia akan
waktu selama serangan dan periode delirium yang menyembuh setelah serangan. Pada pasien
epilepsy parsial kompleks, fokus serangan dapat ditemukan pada elektroensefalogram (EEG)
pada 25 sampai 50 persen pasien. Penggunaan elektroda sfenoidal atau temporal anterior dan
EEG pada keadaan kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan menemukan abnormalitas
EEG. EEG normal multipel sering ditemukan pada pasien epilepsy parsial kompleks; oleh karena
itu, EEG normal tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis epilepsy parsial
kompleks. Penggunaan rekaman EEG jangka panjang (biasanya 24 sampai 72 jam) dapat
membantu klinisi mendeteksi fokus kejang pada sejumlah pasien.
Abnormalitas psikiatri yang paling sering dilaporkan pada pasien epilepsi adalah gangguan
kepribadian, dan gangguan tersebut terutama cenderung terjadi pada pasien dengan epilepsy
yang berasal dari lobus temporal. Gambaran tersering adalah tampak sangat religus, pengalaman
emosi yang meninggi suatu kualitas yang biasa disebut viskositas kepribadian dan perubahan
perilaku. Sindrom dalam bentuk yang komplet relatif jarang, bahkan pada mereka dengan kejang
parsial kompleks yang berasal dari lobus temporal. Banyak pasien tidak mengalami gangguan

kepribadian, yang lain menderita serangkaian gangguan yang sangat berbeda dengan sindrom
yang klasik.
Awitan gejala psikotik pada epilepsi bervariasi. Secara klasik, gejala psikotik tampak pada pasien
yang telah mengalami epilepsi dalam jangka waktu lama dan awitan gejala psikotik didahului
oleh timbulnya perubahan kepribadian yang berhubungan dengan aktivitas epileptik otak. Gejala
psikosis yang paling khas adalah halusinasi dan waham paranoid.
Kekerasan episodic menjadi masalah pada sebagian pasien epilepsi, terutama epilepsy yang
berasal dari lobus temporal dan frontal. Belum diketahui dengan pasti apakah kekerasan
merupakan manifestasi serangan itu sendiri atau memiliki sumber psikopatologis interiktal.
Sebagian besar bukti menunjukkan kekerasan sangat jarang menjadi fenomena iktal. Hanya pada
kasus yang langka saja kekerasan pada seorang pasien epilepsi dianggap disebabkan oleh
serangan kejang itu sendiri.
Gejala gangguan mood, seperti depresi dan mania, lebih jarang terlihat pada epilepsy dibanding
gejala lir-skizofrenia. Kalau pun terjadi, gejala gangguan mood cenderung bersifat episodic dan
paling sering muncul bila fokus epilepsy mengenai lobus temporal hemisfer serebri nondominan.
Makna gejala gangguan mood dapat diperlihatkan oleh meningkatnya insiden percobaan bunuh
diri pada orang dengan epilepsy.
Obat antikonvulsan merupakan terapi pilihan utama. Obat lini pertama untuk kejang umum
adalah valproat dan fenitoin. Obat lini pertama untuk kejang parsial meliputi karbamazepin,
okskarbazepin, dan fenitoin. Etosuksimid dan valproat adalah obat lini pertama untuk kejang
absans (petit mal). Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok berguna untuk
membicarakan masalah psikososial yang berkaitan dengan epilepsi.
F06. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
Pedoman Diagnostik

Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui

berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum;


Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau buan) antara perkembangan penyakit
yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;

Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang

mendasari;
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti
pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus).

Anda mungkin juga menyukai