Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI

A. KEBERSIHAN TANGAN
Hand hygiene adalah istilah umum yang ditujukan untuk setiap kegiatan
membersihkan tangan, menggosokan tangan menggunakan handrub yang berbasis
alkohol atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir yang bertujuan
untuk menekan atau menghambat pertumbuhan kuman pada tangan (Linda, 2004).
Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air.
Sementara itu menurut Perry dan Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan
adalah teknik yang sangat mendasar dalam mencegah dan mengendalikan infeksi,
dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang
ada di kulit (Hidayat, 2005).
Definisi lain yang terkait kebersihan tangan :
1. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
2. Handrub adalah larutan berbasis alkohol (berupa cairan, gel atau busa yang
dirancang untuk kegiatan kebersihan tangan untuk membunuh kuman atau
menekan pertumbuhan kuman.
3. Handwashing adalah mencuci tangan dibawah air mengalir dengan menggunakan
sabun (handsoap)
4. Tindakan bersih atau/prosedur aseptik adalah setiap tindakan perawatan yang
melakukan kontak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
membrane mukosa / selaput lendir, kulit yang tidak utuh ataupun tindakan invasive
yang memungkinkan kuman masuk ke dalam tubuh.
5. Cairan tubuh adalah setiap bahan / cairan yang berasal dari tubuh seperti, darah,
urin, feses,muntahan, meconium, lochea, saliva, selaput lendir, sperma, ASI, air
mata, serumen, caseosa ( sampai bayi pertama mandi ), cairan pleura, cairan
cwrebrospinal, cairan acites, cairan synovial, cairan amnion, pus, kecuali keringat..
Termasuk juga specimen tubuh ( jaringan, placenta, bahan cytology, organ, bone
merrow)
6. Critical site adalah area atau tempat yang sangat berisiko mendapat / terjadi infeksi.
Salah satunya adalah daerah operasi atau lokasi yang terpasang alat invasive
medis, yang harus selalu kita jaga dari kuman pathogen ( critical sites with
infectious risk for the patient ) atau tempat invasive dan daerah operasi yang
potensial mengkontaminasi tangan petugas dari tangan petugas dari cairan tubuh
atau penularan melalui darah ( critical site with body fluid exposure risk).
7. Sarung tangan medis adalah sarung tangan yang digunakan untuk tindakan medis
berupa sarung tangan berih dan sarung tangan steril.
8. Perawatan tangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan atau
mengurangi resiko kerusakan atau iritasi kulit.
9. Indikasi untuk kebersihan tangan adalah alasan untuk melakukan kebersihan
tangan.

1/13

10. Alat invasif medis adalah alat medis yang dimasukkkan melalui kulit atau saluran/
lubang alami yang ada pada tubuh.
11. Kolonisasi adalah adanya sejumlah kuman atau mikroorganisme namun tanpa
invasi kedalam jaringan kulit atau menyebabkan kerusakan kulit.
12. Flora transien dan flora residen ada kulit adalah flora transien pada tangan
diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan yang lain dan
permukaan lingkungannya ( misalnya meja periksa, lantai, toilet). Organisme ini
tinggal dilapisan kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun
biasa dengan air mengalir. Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam
serta didalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya bahkan
dengan air pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air bersih.
Untungnya flora residen kemungkinan kecil terkait dengan peyakit infeksi yang
menular melalui udara, seperti flu burung. Tangan atau kuku petugas kesehatan
dapat terkolonisasi pada lapisan dalam organisme yang menyebabkan infeksi
seperti S. Aureus, batang garam negative atau ragi.
13. Air bersih adalah air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan di saring
sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya ( misalnya mencuci
tangan dan membersihkan instrument medis ) karena memenuhi standar kesehatan
yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih harus bebas dari
mikroorganisme dan memiliko turbiditas rendah ( jernih, tidak berkabut).
14. Emollient adalah cairan organik seperti gliserol, propilen glikol atau surbitol yang
ditambahkan pada handrub dan lotion. Kegunaan emollient untuk melunakkan kulit
(keretakan, kekeringan, iritasi dan dermatitits) akibat pencucian tangan dengan
sabun yang sering ( dengan atau tanpa antiseptic) dan air.
15. Agen antiseptic atau antimikroba adalah bahan kimia yang di aplikasikan diatas
kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme
( baik yang sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga
mengurangi jumlah hitung bakteri total.
Contoh:
a. Alkohol 60-90 % (Etil dan isopropyl atau metal alcohol)
b. Klorheksidin glukonat 2-4 % ( Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane)
c. Klorheksidin glukonat dan centrimide, dalam berbagai kosentrasi (Savlon)
d. Yodium 3 %, yodium dan produk alcohol berisi yodium atau tincture (yodium
tinktur) iodofor 7,5-10 %, berbagai konsentrasi (betadine)
e. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai
konsentrasu (dettol)
f. Triklosan 0,2-2 %
B. TUJUAN MENCUCI TANGAN
Adapun tujuan dilakukannya kebersihan tangan yaitu : ( Susiati,2008)
1. Mencegah infeksi silang (cross infection) atau HAIs
2. Menjaga kondisi steril
3. Melindungi petugas dan pasien dari infeksi
4. Memberikan perasaan segar dan bersih
5. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan

C. KEUNTUNGAN MENCUCI TANGAN


Menurut Puruhito (dalam Susiati, 2008), kebersihan tangan akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
2/13

1. Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih dibanding
dengan tidak mencuci tangan
2. Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga
tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial
3. Dapat mengurangi HAIs (Healthcare Associate Infections)

BAB II
RUANG LINGKUP

A. PELAKSANAAN
Pelaksana panduan ini wajib dilaksanakan oleh seluruh elemen rumah sakit, baik dari
pelayanan medis maupun non medis. Selain itu, seluruh pasien dan pengunjung yang
datang ke rumah sakit dianggap memiliki kapabilitas membawa infeksi pathogen dari
3/13

luar, sehingga pasien dan mengunjung pun dihimbau melaksanakan cuci tangan yang
benar.
B. AREA
Secara umum, pelaksanaan mencuci tangan harus diterapkan di semua area rumah
sakit, tanpa terkecuali.

BAB III
TATA LAKSANA

A. PROSEDUR MENCUCI TANGAN


Sebelum melakukan kebersihan tangan, pastikan perhiasan cincin, termasuk
cincin kawin, gelang, arloji, tidak dipakai. Penelitian menyatakan kulit dibawah
perhiasan merupakan kolonisasi yang berat, sulit dibersihkan/dekontaminasi. Selain
itu memakasi perhiasan akan mempersulit saat memakai sarung tangan.
Ada dua metode dalam melakukan praktek mencuci tangan :
1. Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir (Hand Washing)
Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air. Bila jelas terlihat kotor atau
4/13

terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein, tangan harus dicuci dengan
air mengalir dan sabun.
Tehnik membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir dilakukan sebagai
berikut :
a. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
b. Tuangkan sabun secukupnya, dan pilih sabun cair.
c. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
e. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
f. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
g. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
h. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya
i. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
j. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel dengan cara
menepuk-nepuk dan kemudian tissue tersebut dilipat sekecil mungkin dan
pastikan tangan sudah benar-benar kering.
Bila akan melakukan tindakan invansive/aseptic dan tindakan yang beresiko
kontak dengan jaringan terbuka dan atau pembuluh darah seperti memasang
infuse, kateter urine, kateter vana central, kateter double lumen, merawat luka
dan lain-lain, sebelum melakukan tindakan gunakan sabun anti septic untuk
mencuci tangan.
Kedua tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih sesudah melepaskan
sarung tangan karena kemungkinan sarung tangan berlubang atau
robek,sehingga bakteri dapat dengan mudah berkembang biak dilingkungan
yang hangat dan basah di dalam sarung tangan (CDC 1989 : Korniewickz dkk
1990)
Prosedur mencuci tangan yang benar disesuaikan dengan prosedur mencuci
tangan dari WHO yaitu terdiri dari 6 langkah utama dari 12 langkah yang
diuraikan dalam gambar berikut dibawah ini.

Gambar 1.

5/13

Kedua tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih sesudah
melepaskan sarung tangan karena kemungkinan sarung tangan berlubang
atau robek, sehingga bakteri dapat dengan mudah berkembangbiak
dilingkungan yang hangat dan basah didalam sarung tangan (CDC 1989 :
Korniewickz dkk 1990)

2. Mencuci Tangan Dengan Larutan Berbasis Alkohol ( Hand Rub)


6/13

Merupakan kegiatan membersihkan tangan dengan larutan berbasis alcohol


(hand rub) sebagai sarana atau alat pembersih. Bila tangan tidak jelas terlihat
kotor atau terkontaminasi, gunakan antiseptic berbasis alcohol untuk
dekontaminasi rutin, karena menggunakan hand rub antiseptic untuk tangan yang
bersih lebih efektif membunuh flora residen dan flora transien daripada mencuci
tangan dengan menggunakan sabun antiseptic atau dengan sabun biasa dan air.
Antiseptik ini mudah dan cepat digunakan serta menghasilkan penurunanpenurunan jumlah flora tangan awal yang lebih besar (Girou et al 2002). Handrub
antiseptic juga berisi emollient yang melindungi dan melembutkan kulit.
Handrub antiseptic tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga
jika tangan kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh, harus mencuci
tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu. Selain itu untuk mengurangi
penumpukan emolien pada tangan setelah pemakaian handrub antiseptic
berulang, tetap diperlukan mencuci tangan dengan sabun dan air setiap 5 10
kali aplikasi handrub. Handrub yang hanya berisi alcohol sebagai bahan aktifnya,
memiliki efek residual yang terbatas dibandingakan dengan handrub yang berisi
campuran alkohol dengan antiseptic seperti khlorheksidin.
Cucilah tangan dengan sabun dan air setelah 5-10 kali aplikasi handrub
Gambar 2

B. KAPAN MENCUCI TANGAN

7/13

Ada berbagai kondisi yang memerlukan prosedur cuci tangan yang benar, baik itu
sebelum atau sesudahnya. Lima kondisi (5 moment) berdasarkan standar WHO
adalah :
1. Momen 1 : Sebelum kontak dengan pasien.
2. Momen 2 : Sebelum melakukan prosedur/ tindakan aseptic.
3. Momen 3 : Setelah prosedur/ tindakan aseptc atau resiko terpapar cairan
tubuh pasien.
4. Momen 4 : Setelah kontak dengan pasien.
5. Momen 5 : Setelah kontak dengan lingkungan pasien.
Istilah dalam 5 momen kebersihan tangan
:
1. Pasien
: Mengacu pada setiap bagian dari pasien, pakaian, atau peralatan
medis yang terhubung dengan pasien.
2. Prosedur/ tindakan aseptic
: adalah tindakan perawatan pasien dimana ada
resiko terjadi masuknya pathogen langsung ke dalam tubuh pasien akibat dari
tindakan tersebut.
3. Resiko terpapar cairan
: adalah setiap situasi dimana kontak dengan cairan
tubuh dapat terjadi. Kontak tersebut dapat menimbulkan resiko kontaminasi baik
petugas kesehatan atau lingkungan.
4. Area pasien
: termasuk pasien dalam lingkungan sekitar pasien. Asumsi
umumnya dibuat bahwa dalam zona pasien, flora pasien cepat mencemari
seluruh zona pasien. Dalam zona pasien ada 2 (dua) site penting yaitu, site bersih
(misal jalur IV) yang perlu dilindungi terhadap kolonisasi kuman, dan site cairan
tubuh (misalnya dower chateter) yang beresiko mencemari tangan petugas
kesehatan.
5. Area fasilitas/ tempat pelayanan kesehatan : merupakan daerah diluar dari zona
pasien. Asumsi di buat bahwa dalam zona kesehatan ada organisme transmisi
asing dan berpotensi membahayakan semua pasien.
Gambar 3

Momen 1- Sebelum kontak dengan pasien

8/13

Mengapa
:Untuk melindungi pasien terhadap kemungkinan
mendapatkan kuman pathogen dari tangan petugas kesehatan tersebut.

potensial

Tujuan
:Mencegah kolonisasi kuman / mikoorganisme lingkungan rumah sakit
terhadap pasien. Petugas kesehatan mungkin memiliki sejumlah organisme ditangan
mereka. Jika tidak melakukan kebersihan tangan sebelum menyentuh pasien maka
mikroorganisme ini akan ditransfer ke pasien.
Kapan
Sebelum menyentuh pasien dengan
cara apapun

Sebelum kegiatan pribadi

Sebelum observasi non-invansive

Sebelum
invansive

pemberian

therapy

non

Sebelum menyiapkan dan memberikan


obat oral
Sebelum
perawatan
mulut
dan
menyiapkan makanan

Contoh
Berjabat tangan, membantu pasien
untuk bergerak, menyentuh perangkat
medis terhubung ke pasien (mis, IV
lines, dan alat-alat invansive lain)
Mandi,
membantu
mengenakan
pakaian, menyisir rambut, memasang
alat bantu pribadi seperti kaca mata.
Memeriksa denyut nadi, tekanan darah
saturasi oksigen, suhu. Auskultasi dada,
palpasi abdomen, memasang elektroda
ECG, CTG
Memasang masker oksigen/ nasal
kanul, memasang alat bantu kencing
(termasuk kondom kateter)
Pemberian obat oral, nebulizer/inhalasi
Menyuapi makan pasien, membentu
menyikat gigi/oral hygiene.

Momen 2- Sebelum melakukan suatu prosedur / tindakan aseptik


Mengapa
: Untuk melindungi pasien dari pathogen potensial (termasuk mereka
sendiri) masuk kedalam tubuh mereka selama prosedur.
Tujuan
: Untuk mencegah infeksi endogen dan eksogen pada pasien.
Petugas kesehatan mungkin memiliki sejumlah kuman ditangan mereka, atau petugas
mendapat mikroorganisme dari kulit pasien, sehingga jika tidak melakukan kebersihan
tangan sebelum prosedur atau tindakan aseptik mikroorganisme ini akan masuk
kedalam tubuh pasien.
Kapan
Sebelum memasukkan jarum kedalam
tubuh kulit pasien, atau melakukan
tindakan pemasangan alat medis
Sebelum persiapan dan pemberian
obat yang diberikan melalui alat
invasive
medis,
atau
persiapan
lapangan steril
Sebelum pemberian obat yang ada
kontak langsung dengan selaput lendir

Contoh
Mengambil
sampel
darah
vena,
mengukur gula darah, AGD injeksi, IM,
SC, IV.
Injeksi IV, memasukkan makanan
melalui NGT, menyiapkan alat/trolly
rawat luka.
Memberikan
memasukkan

obat
tetes
mata,
obat,
supositoria,
9/13

Sebelum memasang atau mencabut


peralatan invasive medis

Sebelum pemeriksaaan, pengobatan,


dan perawatan pasien dimana terjadi
kontak dengan kulit yang tidak utuh
atau selaput lendir.

memasang IUD
Tindakan
medis :
ETT, gudel,
trakeostomi, suction jalan nafas, kateter
urin,
kolostomi/ileostomi,
akses
vaskuler, perangkat monitor invasive,
drain luka, NGT, aspirasi cairan
lambung.
Perawatan luka, perawatan luka bakar,
tindakan pembedahan, pemeriksaan
rectal toucher, pemeriksaan dan
tindakan invasive obstetric ginekologi

Momen 3- Setelah resiko terpapar cairan tubuh atau tindakan aseptic


Mengapa
: Untuk melindungi diri petugas dan lingkungan kesehatan dari
potensial penularan pathogen dari pasien.
Tujuan
: Untuk mencegah kolonisasi/ infeksi pada petugas kessehatan,
kontaminasi lingkungan tempat pelayanan kesehatan dan transmisi mikroorganisme
dari area yang terkolonisasi ke area yang bersih pada pasien. Setelah menyentuh
pasien, petugas kesehatan memiliki sejumlah mikroorganisme pasien ditangan
mereka. Mikroorganisme ini dapat ditularkan kepada pasien/ permukaan lingkungan
yang disentuh oleh petugas tersebut.
Kapan
Setelah setiap momen 2
Setelah setiap berpotensi
terpapar cairan tubuh

Contoh
Lihat momen 2
Kontak dengan urinal yang digunakan, kontak
dengan sputum baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui cangkir atau tissue, kontak
dengan botol spesimen yang digunakan/ sampel
patologi, membersihkan gigi palsu, pembersihan
tumpah darah, urine, tinja, atau muntahan dari
lingkungan pasien, setelah menyentuh bagian luar
dari urobag atau drain. Kontak dengan salah satu
dari berikut : darah, air liur, lendir, sperma, air
mata, serumen, feses, muntahan, cairan pleura,
cairan cerebrospinal, cairan acites, lochea,
mekonium, pus sumsum tulang, empedu, sample
tubuh organic misalnya : sampel biopsy, sampel
cell

Momen 4- Setelah kontak dengan pasien


Mengapa
: Untuk melindungi diri petugas dan lingkungan kesehatan dari
potensial penularan pathogen dari pasien.
10/13

Tujuan
: Untuk mencegah kolonisasi atau infeksi pada petugas kesehatan,
kontaminasi lingkungan tempat pelayanan kesehatan. Setelah menyentuh pasien,
petugas kesehatan memiliki sejumlah mikroorganisme atau pasien ditangan mereka
dan kemudian mikoorganisme ini ditularkan kepada pasien lain atau permukaan
lingkungan melalui sentuhan tangan petugas kesehatan.
Kapan
Setelah setiap momen 1 kecuali ada telah
menjadi berpotensi terkena paparan cairan
tubuh

Contoh
Lihat momen 1 dan 2

Momen 5- Setelah kontak dengan area disekitar pasien


Mengapa
: Untuk melindungi diri dan lingkungan kesehatan dari kemungkinan
transmisi kuman dari lingkungan pasien
Tujuan
: Untuk mencegah kolonisasi atau infeksi pada petugas kesehatan,
kontaminasi lingkungan tempat pelayanan kesehatan. Setelah menyentuh lingkungan
pasien tangan petugas kesehatan terkontaminasi/terkolonisasi oleh mikroorganisme
yang kemudian mikroorganisme ini dapat ditularkan kepada pasien/ permukaan yang
di sentuh oleh petugas kesehatan.
Kapan
Setelah
kontak
langsung
dengan
lingkungan pasien, namun tidak melakukan
kontak dengan pasien.

Contoh
Sekitar pasien yang meliputi : bed, meja ,
pengaman bed, linen, catatan bedside,
nurse call, TV, remote TV/AC, saklar
lampu, barang-barang pribadi (termasuk
buku, alat bantu mobilitas), kursi, tongkat.

Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap


sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran
mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah
diakui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah. (Bovce
dan Pittet. 2002)

C. HAMBATAN KEBERSIHAN TANGAN


Buruknya praktik kebersihan tangan dikalangan petugas kesahatan sangat terkait
dengan transmisi Healtcare Associated Infection (HAIs) dan merupakan faktor utama
dalam penyebaran kuman multiresisten antibiotik dirumah sakit. Hambatan yang
sering ditemui antara lain
:
1. Penggunaan perhiasan dan jam tangan, menghambat petugas kesehatan
melakukan kebersihan tangan dengan benar. Beberapa studi menunjukkan
bahwa, kulit yang berada dibawah cincin lebih banyak terkolonisasi kuman
dibanding kulit di jari yang tanpa memakai cincin. Memakai cincin dapat
meningkatkan jumlah bakteri gram negative dan enterobakteriaceae pada tangan
petugas kesehatan, sehingga kebijakan yang dibuat mengatur juga tentang
pemakaian dan perhiasan dan jam tangan pada saat bekerja. Rekomendasi dari
11/13

consensus WHO adalah sangat tidak menyarankan sekali memakai perhiasan di


jari dan pergelangan tangan selama dalam area pelayanan kesehatan.
2. Kuku panjang dan kuku buatan, sejumlah penelitian telah mendokumentasikan
bahwa daerah subungual (di bawah kuku) dari tangan merupakan tempat yang
paling banyak didiami oleh bakteri. Cat kuku yang baru dipasang tidak
meningkatkan jumlah bakteri para puriungual tetapi pada cat kuku yang sudah
terkelupas dapat mendukung pertumbuhan sejumlah besar kuman di kuku,
bahkan setelah mencuci tangan rutin ataupun mencuci tangan scrub bedah di
daerah subungual/ bawah ujung kuku petugas kesehatan sering merupakan
tempat kolonisasi kuman pathogen.
Petugas kesehatan yang memakai kuku palsu lebih cenderung memiliki pathogen
gram negative pada ujung jari mereka daripada mereka yang memiliki kuku alami,
karena sebagian besar pertumbuhan bakteri terjadi di sepanjang proksimal 1 mm
dari kuku berdekatan dengan kulit subungual. Kuku panjang dan tajam, baik alami
atau buatan mudah merobek sarung tangan serta dapat membatasi petugas
kesehatan dalam praktik kebersihan tangan dan merobek atau menggores kulit
pasien.
Setiap fasilitas kesehatan harus mengembangkan kebijakan mengenakan kuku
buatan atau cat kuku oleh petugas kesehatan. Consensus WHO merekomendasi
bahwa petugas kesehatan tidak boleh memakai kuku buatan, ekstender atau cat
kuku ketika kontak langsung dengan pasien, dan kuku alami harus tetap pendek
(panjang 0,5 cm).
Petugas kesehatan di larang memakai perhiasan pada jari dan
pergelangan tangan (cincin, gelang, jam tangan) saat memberikan
pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan di larang memakai kuku palsu,
berkuku panjang dan memakai cat kuku saat memberikan pelayanan
kesehatan.

BAB IV
DOKUMENTASI

A. LAPORAN
Bersama dengan tim IPCLN melakukan audit kepatuhan petugas melakukan kebersihan
tangan untuk dimasing-masing unit setiap minggu, yang kemudian hasil tersebut di
rekap dan dilaporkan setiap bulan kepada IPCN.
12/13

B. PROSES SOSIALISASI DAN EVALUASI


Proses sosialisasi dan evaluasi adalah suatu langkah memberikan penilaian
sebagai indikasi akan keberhasilan dan kesesuaian antara SDM dan infrastruktur
dengan pemahaman serta praktek cuci tangan dari para karyawan rumah sakit. Proses
penilaian akan di lakukan melalui audit kepatuhan kebersihan tangan yang akan
dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali yaitu :
terdapat 2 (dua) minggu untuk
melakukan audit, dengan sampel perharinya maksimal 4 (empat) perunitnya. Satu
minggu berikutnya untuk tabulasi data dan satu minggu berikutnya untuk feedback dan
penyampaian hasil. Rekomendasi dari WHO menyarankan komponen yang dievaluasi
adalah : hand hygiene compliance through direct observation serta hal lain yang
mendukung seperti :
1.
2.
3.
4.

Ketersediaan insfrastruktur di sarana pelayanan,


Pengetahuan karyawan tentang HAIs and hand hygiene,
Persepsi karyawan tentang HAIs dan hand hygiene, dan
Pemakaian sabun dan handrub berbasis alcohol.

Penilaian ini akan dibandingkan dengsan hasil penilaian dasar pada saat mulai
melakukan perubahan system untuk melihat evektivitas dan progresifitas dari program.
Dari penilaian ini juga akan didapatkan beberapa indikator berdasarkan system
evaluasi WHO yaitu :
1. Peningkatan kepatuhan karyawan tentang hand hygiene
2. Peningkatan insfrastruktur dalam sistem control infeksi dan hand hygiene
3. Peningkatan pemakaian produk untuk hand hygiene dan persepsi tentang hand
hygiene
4. Peningkatan pengetahuan tentang hand hygiene
Hasil penilaian ini harus terus dikomunikasikan dalam proses pelatihan maupun
sosialisasi selanjutnya sebagai usaha memotivasi semua komponen rumah sakit dalam
meningkatkan kepedulian rumah sakit dan iklim rumah sakit yang sehat. Proses
sosialisasi adalah usaha menyebarkan informasi dan mengingatkan kembali akan
pentingnya cuci tangan serta proses cuci tangan yang baik dan benar kepada para
karyawan rumah sakit. Hal ini dilakukan langsung oleh tim panitia PPI rumah sakit baik
dalam bentuk poster poster cara mencuci tangan yang benar atau papan iklan yang
dipasang disetiap tempat strategis. Bisa juga disetiap tempat yang tersedia washtafel
dan handrub berbasis alkohol sehingga dapat langsung menjadi pemandu yang benar.

13/13

Anda mungkin juga menyukai