Anda di halaman 1dari 28

[Type here]

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi bendung dan jaringan irigasi yang sudah berumur dan struktur yang tidak
memadai mengakibatkan dalam proses eksploitasi menjadi tidak maksimal. Terlebih lagi, ada
beberapa bendung yang mengalami keruntuhan struktur dan juga ada bendung yang menjadi
bangunan pengambilan, salah satunya Bendung Blingi, Bendung Plampean, dan Bendung
Pulo.
Bendung Blingi merupakan bangunan pengambilan yang terletak di Desa Seloromo,
Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karang Anyar. Bendung ini memiliki tinggi 3,0 m dan
panjang 9m. Bendung ini berada di Kali Pelang, anak Kali Kenatan Ordo 3. Bendung ini
mempunyai 1 (satu) buah pintu intake disebelah kiri dengan dimensi b= 50cm, h=50 cm, untuk
melayani daerah oncoran seluas 25 hektar yang berada di desa Musuk dan wilayah lain yang
tersebar di wilayah administrasi Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karang Anyar.
Selain Bendung Blingi, ada Bendung Plampean yang merupakan bangunan pengambilan
yang terletak di Desa Tawangsari, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karang Anyar. Bendung
dengan panjang 16 m dan tinggi 3,0 m ini berada di Kali Bitis yang merupakan anak Kali
Kenatan Ordo 2. Bendung ini mempunyai 1 (satu) buah pintu kiri disebelah kanan dengan
dimensi b= 60 cm, h=60 cm, untuk melayani daerah oncoran total seluas 120 hektar yang
berada di desa Musuk dan Desa Bendugan serta desa lain yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karang Anyar.
Selain Bendung Blingi dan Bendung Plampean, ada lagi Bendung Pulo yang merupakan
bangunan pengambilan yang terletak di Desa Ngepungsari, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karang Anyar. Bendung dengan panjang 20,6 m dan tinggi 4,0 m ini berada di Kali Kendal
yang merupakan anak Kali Walikan dan bermuara di Sungai Bengawan Solo. Bendung ini
mempunyai 1 (satu) buah pintu kiri di sebelah kanan dengan dimensi b= 55cm, h=60 cm, untuk
melayani daerah oncoran total seluas 62 hektar yang berada di Desa Ngepungsari dan Desa
Kasihan serta desa lain yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Wonogiri dan
Kabupaten Karang Anyar. Bendung Pundung merupakan bangunan utama yang membendung
aliran sungai Gandul dan mengairi areal seluas 609 Ha. Data teknis bendung ini adalah sebagai
berikut : Lebar bendung 32 m, lebar pintu pembilas 2 m, lebar pilar 1.15 m, bendung ini
dilengkapi 2 (dua) buah intake di kanan dan kiri.
[Type here]

[Type here]

Permasalahan utama bendung pundung ini adalah sedimentasi di hulu bendung, local
scouring (gerusan lokal) di kolam olaknya, longsoran pada sayap hilir di kanan dan kiri
bendung serta longsoran di saluran induk kiri. Mengingat arti penting dari bendung-bendung
di atas maka diperlukan sebuah desain komprehensip untuk mengatasinya.

Batasan masalah
Batasan masalah yang ada dalam laporan ini adalah:
1. Potensi sumber daya air, potensi sumber daya alam, prasarana SDA, serta
permasalahannya
2. Kondisi eksisting dari Bendung yang disebutkan

Tujuan
Tujuan dari adanya laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Merencanakan kegiatan perbaikan atau rehabilitasi Bendung Blingi, Bendung Pulo,
Bendung Plampean, dan Bendung Pundung
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan SDA khususnya di bidang
irigasi
Manfaat
Manfaat dari adanya laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kekurangan dan kelebihan bendung yang akan ditinjau ulang.
2. Mengetahui detail apa saja kegiatan detail seperti kegiatan survey, investigasi dan desain.

[Type here]

[Type here]

BAB II
TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja ini dimaksudkan untuk memberikan
koreksi dan untuk mengetahui tingkat kedalaman pemahaman terhadap Kerangka Acuan
Kerja oleh Konsultan sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan
oleh pemberi pekerjaan dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas Konsultan Perencana Teknis dalam setiap Kegiatan, seperti halnya
Pembangunan Bendung, memegang peranan yang sangat penting. Karena didalam Konsultan
Perencana tersebut berlangsung proses koordinasi, komunikasi dan kontrol/ pengendalian baik
terhadap kerekayasaan, waktu, mutu maupun biaya.
Dengan perencanaan dan koordinasi yang terpadu dan berkesinambungan, diharapkan
proyek tersebut berjalan sesuai dengan semua ketentuan yang telah digariskan dan mencapai
hasil akhir sebagaimana yang telah ditargetkan, baik segi kualitas, waktu, biaya maupun
aspek-aspek lain yang berkenaan dengan proyek tersebut.
diisyaratkan secara jelas dalam

Hal tersebut diatas sudah

Kerangka Acuan Kerja, dengan penguraiannya secara

mendetail segala sesuatu yang harus dipenuhi Konsultan Perencana. Konsultan telah
memahami setiap permasalahan yang diuraikan di dalam Kerangka Acuan Kerja.
Atas dasar persepsi yang baik terhadap Kerangka Acuan Kerja tersebut, maka
Konsultan menawarkan jasa konsultansi yang handal, baik segi metodologi, maupun
kualifikasi personil yang akan dilibatkan.

[Type here]

[Type here]

BAB III
APRESIASI INOVASI
Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah mendefinisikan secara jelas dan
lengkap kualifikasi tenaga ahli dan staf pendukung. Setidaknya terdapat lima (5) kualifikasi
tenaga ahli yang dipersyaratkan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Tengah yang bertugas untuk mengerjakan penyusunan Dokumen Detail Desain Bendung
Blingi, Bendung Pulo, Bendung Plampean, dan Bendung Pundung. Selain tenaga ahli juga
ditambah tenaga pendukung yang bertugas untuk melakukan fungsi administrasi dan
membantu jalannya survey di lapangan.
Mengingat bahwa ruang lingkup pekerjaan dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja
(KAK) menyebutkan bahwa terdapat empat (4) detail desain yang diinginkan, maka untuk
mempercepat proses pengolahan data dapat digunakan perangkat lunak (software) HEC-RAS
(Hydrology Engineering Center- River Analysis System) versi 4.1.0 sebagai paket program
analisa dan pemodelan struktur hidrolik (bendung gerak) pada sungai yaitu pola aliran di hulu
dan di hilir bendung. Paket model HEC-RAS adalah salah satu model yang dikeluarkan oleh
U.S. Army Corps of Engineers River Analysis System (HEC-RAS) yang di susun oleh
Hydrologic Engineering Center. Software ini memiliki keampuan penggunaan : perhitungan
jenis aliran steady flow dan unsteady flow satu dimensi, dan sediment transport.
Selain itu, digunakan juga perangkat lunak (software) Geostudio SLOPE/W 2007
untuk mengetahui nilai Faktor Keamanan dari lereng tebing bagian kanan dan kiri bendung
(terutama untuk Bendung Plampean dan Bendung Blingi) serta mencari penyebab kelongsoran
di lokasi. Metode yang digunakan untuk analisis stabilitas lereng yaitu Metode Bishop
(perhitungan secara manual) dan Limit Equilibrium Method (perhitungan dengan
menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007).

[Type here]

[Type here]

BAB IV
METODOLOGI
TAHAP I
PENDAHULUAN
Meliputi kegiatan :
a. Penyusunan RMK.
Rencana Mutu Kontrak adalah suatu pedoman jaminan mutu dalam pelaksanaan
pekerjaan, agar produk akhir pekerjaan sesuai dengan syarat teknis yang tercantum
dalam kontrak.

Rencana Mutu Kontrak (RMK) ini digunakan untuk memonitor dan menilai
pelaksanaan/penerapan spesifikasi teknik yang melekat pada kontrak kerja konstruksi

Rencana Mutu Kontrak (RMK) dimaksudkan untuk menerapkan lingkup prosedur


jaminan mutu pelaksanaan kontrak pekerjaan dan dijadikan sebagai acuan untuk
menguraikan secara rinci, lengkap dan jelas tentang tata cara melaksanakan pekerjaan
secara benar sesuai dengan tahapan kegiatan yang disyaratkan dalam dokumen
pelaksanaan (dokumen kontrak).

Sedangkan tujuannya adalah sebagai alat kontrol/pengendali terhadap mutu suatu


pekerjaan, apakah semua item pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi atau
kriteria yang berlaku, sehingga apabila terjadi suatu penyimpangan, maka dengan adanya
Rencana Mutu Kontrak (RMK) dapat diketahui dari awal dan kesalahan yang lebih fatal
dapat dihindari, serta kualitas pekerjaan pun dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan yang diharapkan.

b. Persiapan kantor/alat, tenaga ahli dan administrasi perijinan


Pengecekan personil, kantor / perlengkapan,
Koordinasi dengan instansi terkait
Administrasi perijinan
[Type here]

[Type here]

Melakukan dialog langsung dengan masyarakat di lokasi pekerjaan untuk menyerap


aspirasi dan melihat kesiapan/ respon masyarakat terhadap adanya pekerjaan detail
desain rehabilitasi jaringan irigasi.
c. Pengumpulan data sekunder dan sosialisasi
Melakukan dialog langsung dengan masyarakat di lokasi pekerjaan untuk menyerap
aspirasi dan melihat kesiapan/respon masyarakat terhadap adanya pekerjaan detail
desain irigasi ini ini
Penyedia jasa harus mengumpulkan sekaligus menyusun ke dalam suatu dokumen
data seperti, curah hujan dan klimatologi, peta topografi, peta geologi serta data-data
lain berkaitan.
Pengumpulan

data

sosial,

ekonomi,

budaya

dan kependudukan masyarakat

di wilayah lokasi kegiatan yang terkait dengan dampak langsung dan tidak langsung
termasuk aspirasi masyarakat terhadap pembangunan irigasi.
d. Inspeksi lapangan pendahuluan
Inspeksi lapangan pendahuluan harus dilakukan bersama oleh unsur Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi selaku Direksi/Supervisi Pekerjaan, Balai
PSDA, Dinas PU/SDA/Pengairan

Kabupaten/Kota

terkait, tokoh/pemuka

masyarakat maupun para pihak yang terkait guna memperoleh informasi mengenai
lokasi pekerjaan dan data-data lain yang diperlukan.
Menentukan titik referensi pengukuran
Dimana titik referensi adalah tanda titik awal dari suatu perhitungan.
e. Survey inventarisasi kondisi lapangan
Kondisi lapangan, meliputi topografi, sistem jaringan irigasi, sistem drainase,
karakteristik lingkungan
Kegiatan topografi merupakan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase
saluran dan bangunan-bangunan pelengkap

[Type here]

[Type here]

Sistem Jaringan Irigasi merupakan satu kesatuan saluran dan bangunan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, dan penggunaannya.
Sistem Drainase yang merupakan saluran pembuangan air hujan untuk
menampung, mengalirkan, dan memindahkan air hujan secepat mungkin dari
daerah tangkapan ke badan penerima.
Karakteristik lingkungan yang dimasksud adalah untuk mengetahui apakah
pembangunan yang dilakukan akan berdampak pada flora dan fauna di sekitar
lokasi pembangunan
Mencatat sistem jaringan irigasi, sistem drainase dan perilaku/karakteristik yang
selama ini terjadi dan lain-lain yang ditemukan disekitar lokasi kegiatan.
Catatan kerusakan dan kebutuhan perbaikan sarana dan prasarana yang ada
agar berfungsi optimal serta kebutuhan bangunan baru.
Inventarisasi kepemilikan lahan (jika dibutuhkan).
Produk Laporan pada tahap I adalah sebagai berikut:
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak
2. Laporan Pendahuluan
3. Diskusi Pendahuluan dan RMK

TAHAP II
SURVEI PENGUKURAN DAN INVESTIGASI GEOTEKNIK
1. Survey Pengukuran
1.1 Acuan/Pedoman yang digunakan:
Pekerjaan yang dilaksanakan

mengikuti ketentuan sebagaimana tersebut di

bawah ini, dengan berpedoman pada:


[Type here]

[Type here]

a. PT-02, SK. DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, Persyaratan Teknis bagian


Pengukuran Topografi.
b. Pd

T-10-2004-A,

Pengukuran

dan

Pemetaan Terestris Sungai.

c. SNI 19-6724-2002, Jaring Kontrol Horisontal.


d. SNI 19-6988-2004, Jaring Kontrol Vertikal dengan Metode Sipat Datar.
e. KP07,

Kriteria

Perencanaan

bagian

Standar Penggambaran.

f. SNI 19-6502.1-2000, Spesifikasi Teknis Peta Rupa Bumi skala 1:10.000


1.2 Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan:
Lingkup pekerjaan pengukuran untuk Detail Desain Bendung Blingi, Bendung
Pulo, Bendung Plampean dan Bendung Pundung, mencakup pengukuran wilayah
sebagai berikut:
a. Bendung Blingi
- Pengukuran memanjang, melintang dan site survei pada bangunan utama
(bendung) yang akan di desain minimal ke arah hulu 200 m dan ke arah hilir 500
sesuai kondisilapangan.
- Pengukuran saluran Sekunder Blingi 500 m

b. Bendung Plampean
- Pengukuran memanjang, melintang dan site survei pada bangunan utama
(bendung) yang akan di desain minimal
ke arah hulu 500 m dan ke arah hilir 1000 m sesuai kondisi lapangan.
- Pengukuran saluran Sekunder Plampean 1000 m

[Type here]

[Type here]

c. Bendung Pulo
- Pengukuran memanjang, melintang dan situasi pada bangunan utama
(bendung) yang akan di desain minimal ke arah hulu 500 m dan ke arah hilir 1000
m sesuai kondisi lapangan.
- Pengukuran saluran Sekunder Pulo 1000 m

d. Bendung Pundung
- Pengukuran memanjang, melintang dan situasi pada bangunan utama
(bendung) yang akan di desain minimal ke arah hulu 500 m dan ke arah hilir 1000 m
sesuai kondisi lapangan.
- Site survey longsoran pada saluran induk + 100 m

1.3 Jenis Pekerjaan yang dilaksanakan:


Jenis Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi:
1.

Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan meliputi:

a. Pengumpulan peta-peta dan data pendukung yang diperlukan untuk perencanaan


survei pengukuran.
b. Peninjauan lokasi, untuk mengetahui kondisi titik- titik ikat pengukuran yang
diperlukan dan titik- titik lokasi yang memungkinkan untuk pemasangan BM, serta
mengetahui kondisi lokasi untuk keperluan perencanaan jalur sungai.
c.

Melaksanakan pengambilan data ephemeris untuk perencanaan survai GPS untuk


pengikatan koordinat.

[Type here]

[Type here]

[Type here]

[Type here]

2.

Pemasangan BM/CP
Pemasangan Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) di lapangan dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Benchmark (BM) dan Control Point (CP) dibuat dari beton dengan tulangan.
b. Ukuran BM adalah 20 x 20 x100 cm, dengan sayap bagian bawah ukuran
40 x 40 x 15 cm. Ukuran CP adalah 15 x 15 x 100 cm, dengan sayap bagian
bawah ukuran 35 x 35 x 15 cm.
c. BM dan CP dipasang pada tempat yang stabil, aman dari gangguan, mudah
dicari,bercat warna biru dan diberi notasi pada papan marmer secara urut
(ketentuan untuk konstruksi BM dapat dilihat pada gambar).
d. Pemasangan

BM

adalah

pada

kerangka pengukuran vertikal/horisontal,

setiap selang jarak 2 km, sedangkan CP dipasang pada rencana bangunan, atau
lokasi tertentu disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan.
e. Setiap BM/CP yang dipasang dibuatkan dokumentasinya, meliputi foto, denah
dan deskripsi lokasi, serta posisinya dalam sistem koordinat. Foto tiap BM terdiri
dari 2 (dua) buah, yaitu foto jarak dekat (papan marmer dengan nomor BM
terbaca dengan jelas), dan foto BM dengan latar belakang lokasi yang dapat
dikenali.
f. Jumlah BM direncakan sebanyak 4 (sembilan) buah, dan jumlah CP sebanyak
9 (sembilan) buah.
3.

Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal dan Vertikal


Pengukuran kerangka kontrol horisontal dan vertikal secara umum mengacu
pada PT-02, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi dan Pd T-102004-A, Pedoman Teknis Pengukuran dan Pemetaan Terestris Sungai, dan secara
khusus mengacu pada SNI

[Type here]

[Type here]

19-6724-2002, Jaring Kontrol Horisontal, sedangkan kerangka vertikal mengacu


pada SNI 19-6988-2004, Jaring Kontrol Vertikal dengan Metode Sipat Datar.
Peralatan yang digunakan untuk keperluan pengukuran kerangka kontrol harus
mendapatkan sertifikat terkalibrasi.

3.1. Pengukuran Kerangka Horisontal


Pengukuran

kerangka

kontrol

horisontal menggunakan spesifikasi

orde-4 (poligon), titik kerangka poligon diikatkan dengan menggunakan titik


referensi terdekat jika ada atau mengunakan pendekatan dengan pengamatan
GPS metode absult atau interpolasi dengan peta RBI.
3.1.1. Pengukuran Poligon
Pengukuran poligon meliputi pengukuran sudut dan jarak, untuk
perapatan titik kontrol pemetaan. Koordinat titik kontrol dinyatakan
dalam sistem proyeksi peta UTM. Alat yang digunakan mempunyai
ketelitian pembacaan 1, pengukuran jarak disarankan menggunakan
pengukur jarak elektronis, dan lebih disarankan untuk menggunakan
ETS (electronic total station). Pengukuran sudut dilakukan dengan dua
seri (B dan LB) pada titik simpul. Selisih pengukuran sudut biasa
dan luar biasa tidak boleh berbeda lebih dari 5 detik. Pengukuran jarak
dilakukan minimal dua kali pada satu titik pengamatan dengan satu
seri bacaan sudut vertikal (B dan LB).
Metode pengolahan data dengan hitung perataan kuadrat terkecil
metode parameter atau metode bowditch. Salah penutup sudut 10n,
dimana n adalah jumlah titik poligon. Salah penutup linier jarak
1/6.000.
3.2. Pengukuran Kerangka Vertikal
Kerangka kontrol vertikal (JKV) menggunakan spesifikasi kelas LC, dengan
pengecualian kesalahan penutup maksimum (pergi-pulang) 10mm d (d dalam km),
[Type here]

[Type here]

tanpa pengukuran gaya berat dan koreksi tinggi ortometrik. Untuk lokasi pengukuran
dimana tidak tersedia titik ikat JKV dengan orde lebih tinggi (karena berbagai hal tidak
dimungkinkan untuk dilakukan pengikatan/tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan),
maka ditentukan tinggi sementara (lokal) dengan pendekatan menggunakan peta
kontur.

4.

Pengukuran/Pemetaan Situasi
Pengukuran mengacu pada PT-02, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi dan
Pd T-10-2004-A, Pedoman Teknis Pengukuran dan Pemetaan Terestris Sungai, bab 4.2.4
Pengukuran situasi. Detil situasi yang diukur mengacu pada KP07, Kriteria Perencanaan
bagian Standar Penggambaran, terkait dengan tema dan unsur yang ditampilkan dalam peta.

4.1. Pengukuran Situasi Khusus (Site Surey) Pengukuran site survey secara lengkap
harus dilakukan pada bangunan baru yang diusulkan dan rencana bangunan yang
akan diperbaiki, dilengkapi dengan pengambilan data detail situasi dan titik-titik tinggi
untuk pembuatan kontur dengan interval 1,0 m. Pada site survai jarak-jarak poligon
diukur dengan pita ukur atau pengukur jarak elektronis.

5.

Pengukuran memanjang dan melintang sungai/ saluran


Pengukuran memanjang mengikuti trase/jalur sungai/saluran, ketentuan pengukuran
memanjang adalah sebagai berikut:
Alat yang digunakan

Waterpass otomatik,

interval pembacaan rambu


pencatatan pembacaan rambu

10
mm
sensitivitas
nivo 10
1 mm

jarak
pandang maksimum antara
terkecil

80 meter

pengukuran
jarak
antar
alat ukur sipat
datar
danrambu
rambu
beda jarak maksimum sipat

optik
Maksimal 3%

datar ke rambu muka dan


Pengukuran
belakang pergi-pulang
dalam satu slag
[Type here]

ya, diusahakan slag


genap

[Type here]

Pengukuran melintang sungai/saluran mengacu pada PT-02, Persyaratan Teknis bagian


Pengukuran Topografi dan Pd T-10-2004-A Pd T-10-2004-A, Pedoman Teknis Pengukuran
dan Pemetaan Terestris Sungai, bab. 4.2.5. Pengukuran penampang melintang sungai.
Ketentuan pengukuran melintang adalah sebagai berikut:
Arah penampang melintang yang diukur diusahakan tegak lurus alur sungai/saluran.

Batas pengambilan detail di areal tepi kiri dan di areal tepi kanan sesuai dengan

ketentuan garis sempadan atau pada jarak 50 m dari kedua sisi sungai/saluran, atau sesuai
dengan keperluan desain.
Apabila di areal tepi kiri atau di areal tepi kanan
sungai/saluran terdapat bangunan permanen seperti halnya rumah, maka letak batas dan
ketinggian lantai rumah tersebut harus diukur, dan diperlakukan sebagai detail irisan
melintang.
Pengambilan titik-titik tinggi tiap jarak 10 meter
pada profil melintang atau pada tiap beda tinggi
0.25 meter, mana yang lebih dahulu ditemui.
Kerapatan titik-titik ketinggian pada interval jarak memanjang 10 m, dengan jarak
50 m dari as bendung, dan kerapatan 25 m, setelah jarak 50 m dari as bendung sampai
dengan jarak memanjang pengukuran yang ditentukan pada bangunan Bendung.
Pada lengkungan saluran/alur sungai pengambilan data melintang pada interval jarak 25
m memanjang saluran/alur sungai atau sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan,
menurut arahan Ahli SDA atau Direksi.
Untuk rencana bangunan pelengkap atau bangunan lainnya, interval jarak memanjang
pengambilan data melintang sesuai dengan petunjuk Ahli SDA atau Direksi.

[Type here]

[Type here]

6.

Pengolahan data
Pengolahan data mengacu pada dengan kriteria dan spesifikasi yang ditentukan untuk
masing-masing pekerjaan berdasarkan SNI atau Pedoman Teknis.

7.

Penggambaran dan pelaporan


Penyajian hasil pada peta mengacu pada KP07, Kriteria Perencanaan bagian Standar
Penggambaran, dengan sistem grid UTM dan standar ketelitian pengambaran sebagaimana
tersebut pada PT-02, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi dicetak dalam ukuran
A1. Penggambaran peta dan potongan-potongan memanjang serta melintang ditentukan
sebagai berikut:
a. Peta ikhtisar dibuat pada skala 1:10.000, 1:20.000
b. Peta situasi daerah irigasi (Peta DI) dibuat
pada skala 1: 5000
c. Peta lokasi (site survey) skala 1:100; 1:200; 1:500
d. Potongan memanjang dibuat dengan ketentuan:
i. skala horisontal 1:1000; 1:2000 dan ii. skala vertikal 1:100; 1:200
e. Potongan melintang dibuat dengan
i.

skala vertikal 1:100; 1:200; 1:400 dan ii. skala horisontal 1:100; 1:200; 1:400

2. Investigasi Geologi Teknik


Aspek Geoteknik
Pengeboran terbatas pada lokasi bangunan-bangunan besar
Pengambilan sampel tanah sepanjang trase saluran dan lokasi bangunan.
Penyelidikan sumber bahan galian dan timbunan, dan bahan bangunan lain.
Pengujian sampel tanah yang dipilih di laboratorium, guna mengetahui sifatsifat teknis tanah.

[Type here]

[Type here]

Merumuskan program penyelidikan detail.


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tanah dasar di sekitar lokasi
bangunan utama dan pelengkap yang akan digunakan untuk pekerjaan detail desain
bangunan. Spesifikasi kegiatan penyelidikan geoteknik tersebut secara umum seperti
diuraikan pada uraian berikut :

1) Survey Pendahuluan
- Menentukan lokasi titik bor tangan dan hal-hal yang diperlukan untuk pekerjaan
penyelidikan geoteknik di lapangan.

2) Bor Tangan
Pada dasarnya alat bor tangan ini terbuat dari bahan besi sebagai mata bor dan
pegangan dan pada ujung atas biasanya dibuatakan kayu pegangan untuk
penahan dan penekan kearah ujung mata bor. Pada satu sisi ujung besi dibuatkan
bentuk uliran yang pada ujungnya berbentuk runcing sebagai pengunci titik
pengeboran.

- Pengeboran

dangkal

dapat

mengunakan

Hand- Operated Augers type Iwan

- Metode dan tata laksana pengeboran harus mengacu pada standard yang berlaku.
- Pengeboran tangan sebanyak 4 (empat) titik dengan kedalaman masing-masing titik 5 m
dari permukaan tanah setempat ditempatkan di lokus Bendung Pulo dan Bendung Blingi
- Tiap titik pengeboran diambil sebanyak 1 sampel.
- Lokasi Titik bor disesuaikan dengan kondisi lapangan, sesuai
Supervisi/

dengan

arahan

dari

Direksi Pekerjaan.

3) Pengeboran Inti (Bor Mesin)


- Total volume pengeboran sedalam 40 m di tempatkan di Bendung Pundung dan Plampean
- Lokasi Titik bor dan kedalaman disesuaikan dengan kondisi lapangan, sesuai dengan
arahan dari Supervisi/ Direksi Pekerjaan.
- Pengambilan sampel sebanyak 2 sampel tiap titik.

[Type here]

[Type here]

Pengeboran inti harus menggunakan mata bor yang sesuai dengan jenis dan kondisi
batuan (Rotary Core Drilling atau yang sejenis).

Metode dan tata laksana harus mengacu pada SNI dan ketentuan lain yang berlaku serta
petunjuk Direksi.
- Pengambilan contoh tanah inti harus diambil dari tabung penginti pada bor inti untuk
menghindari bahan lain yang jatuh dari dinding, saat pengeboran harus menggunakan
metode pengeboran kering sedang pada formasi batuan harus diambil contoh menerus
(continuous core)
-

Sebelum pengambilan contoh dilakukan dinding lubang sebelah dalam diberi pelumas
dan segera setelah pengambilan selesai kedua ujung harus ditutup dengan menyegel
ruang kosong antara contoh dan alat pengambil dengan paraffin atau bahan lain
guna melindungi dari getaran, terik matahari dan perubahan temperature radikal.

- Contoh-contoh hasil pemboran inti harus dimasukkan dalam peti kayu dan disusun
sesuai urutan kemajuan pemboran. Tiap peti contoh untuk menyimpan contoh tiap-tiap
5 (lima) meter terdiri dari 5 (lima) lajur dengan panjang tiap lajur adalah 1 (satu) meter.
- Pada dinding peti penyimpan contoh harus dipasang label yang mencantumkan
nama proyek, nomor lubang, nomor contoh, kedalaman dan deskripsi tanah serta
diserahkan kepada direksi.
- Untuk contoh tanah tidak terganggu harus disimpan dalam kantong plastik atau
kantong lain yang memenuhi syarat.
- Contoh tanah hasil pengeboran harus disusun secara rapi guna keperluan diskripsi visual
tanah. Core box ini harus diserahkan pada Direksi diakhir pekerjaan penyelidikan tanah
dilengkapi dengan photo sampel inti dan kegiatan pengeboran dan dokumen laporan
hasil penyelidikan tanah.
- Metode dan tatalaksana pengambilan contoh tanah harus mengacu SNI, ASTM D.15867, PT-03 serta petunjuk Direksi.

[Type here]

[Type here]

4) Tes Pit
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian
kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan
kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah
jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
- Volume tes pit sebanyak 4 titik.
- Pengambilan sampel sebanyak 4 sampel tiap titik.
- Test pit atau sumur uji akan dibuat pada lokasi sumber bahan timbunan (borrow area)
dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai material
properties, jenis dan tebalnya lapisan, hingga dapat untuk menghitung volume bahan yang
tersedia.
- Peralatan utama yang akan digunakan adalah peralatan untuk penggalian seperti cangkul,
sekop, ganco dan linggis; pita ukur dan peralatan geologi seperti kompas dan palu geologi;
serta peralatan untuk pengambilan contoh tanah.
- Galian test pit (sumur uji) akan dilaksanakan untuk menentukan pembagian lapisan
tanah dan mengambil contoh tanah untuk pengujian laboratorium.
- Penggalian sumuran uji akan dibuat dengan ukuran 1.5 m x 1.5 m dan dengan kedalaman
2 m.
- Bahan yang dikeluarkan dari galian akan dikumpulkan disekitar sumuran uji untuk
mengetahui jenis bahan pada kedalaman tertentu.
- Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan baik, maka dasar
dari sumuran uji akan dibuat horisontal.
- Bila

dinding

galian

mudah

runtuh

hingga menyulitkan dalam pekerjaan

penggalian, maka akan dipasang dinding penahan dari papan.


- Jika

kedalaman

spesifikasi

tidak

tercapai,

maka penggalian akan dihentikan bila

telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-benar keras disekeliling lokasi
tersebut, atau bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar yang sulit diatasi dengan
peralatan pompa sederhana di lapangan.
[Type here]

[Type here]

- Setelah penggalian sumuran selesai, pemerian dari lapisan tanah yang ada dan
pengambilan foto akan dilaksanakan.

5) Tes Laboratorium Mekanika Tanah


Tanah Pondasi
Contoh tanah asli (undisturb Sample) harus diteliti di laboratorium, mengenai sifat fisik
dan sifat teknisnya meliputi :
- Index Properties Test
Kadar air dan specific gravity (gs) Indeks properties yang perlu dicari dalam penelitian ini,
meliputi: kadar air dan berat jenis (specific gravity, Gs). Uji kadar air dan Gs sangat
dibutuhkan untuk pengolahan data pada uji-uji selanjutnya. Uji kadar air dilakukan
dengan menghitung perbandingan berat air dalam tanah terhadap berat tanah kering
oven. Pengeringan dilakukan pada oven dengan suhu 1105 ( C) sampai berat tetap.
Sedangkan Gs merupakan perbandingan berat partikel tanah (Ws) terhadap volume
partikel tanah (Vs).
- Permeability Test
Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium menggunakan metode
Constant Head Permeameter dan Variable/Falling Head Permeameter.
1) Constant Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki
koefisien permeabilitas yang tinggi.
Rumus :
Q = k.A.i.t
k = (Q.L) / (h.A.t)
Dengan :
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)

[Type here]

[Type here]

2) Variable/Falling Head Permeameter


Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki
koefisien permeabilitas yang rendah.
Rumus :
k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm
- Direct Shear Test
Percobaan Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan sangat
sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah (shear strength parameter) c dan f.
Dalam percobaan ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat nilai kekuatan
geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran (undrained), atau dalam konsep tegangan total
(total stress). Pengujian ini pertama-tama diperun-tukkan bagi jenis tanah non-kohesif,
namun dalam perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Pengujian
lain dengan tujuan yang sama, yakni: Kuat Tekan Bebas dan Triaksial, serta percobaan
Geser Baling (Vane test), yang dapat dilakukan dilaboratorium maupun dilapangan.
Tanah Timbunan (Borrow Area)
Contoh tanah asli (undisturb dan disturb sample) harus diteliti di laboratorium,
mengenai sifat fisik dan sifat teknisnya meliputi :
- Index Properties Test
- Aterberg Limit Test
Atterberg Limit Test merupakan metode pengetesan untuk mengetahui sifat
konsistensi tanah berbutir halus (lanau atau lempung) dengan memberikan
kadar air yang berbeda pada masing-masing sampel yang akan di tes.

Saat air diberikan kepada satu sampel tanah halus, setiap partikel tanah
dilapisi oleh lapisan air yang tipis yang diserap oleh partikel tanah. Jika air
[Type here]

[Type here]

terusditambahkan, maka ketebalan lapisan air yang menyelimuti partikel tanah


akan terus bertambah. Peningkatan ketebalan lapisan air pada partikel tanah
memungkinkan antar partikel untuk salingmeluncur lebih mudah. Jadi sifat
tanah dapat diketahui dengan membandingkan kadar air yangterkandung pada
masing-masing sampel tanah.
- Grain Sizes dan Hidrometry Analisys
1. Analisa Grain Size dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)

agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.


Adapun klasifikasi tanah sistem USCS untuk menentukan tanah berupa butiran
halus atau kasar dengan cara menyaringnya dengan saringan nomor 200 dimana :
# Tanah berbutir kasar (>50% tertahan saringan no.200)
# Tanah berbutir halus (>50% tertahan saringan no.200)

2. Analisa Hidrometer dimaksudkan untuk menganalisa butir tanah yang ukurannya


lebih kecil dari pasir halus. Caranya dengan mencampur tanah dengan air kemudian
diaduk lalu dibiarkan butirannya mengendap.

- Tes pemadatan tanah (Standard Proctor, sesuai dengan SNI) guna mendapatkan kadar
air optimum
Setelah didapat kepadatan optimum, contoh tanah timbunan ini kemudian harus
dilakukan uji lagi meliputi :
- Index Properties Tes
- Permeability Test

[Type here]

[Type here]

- Konsolidasi Test

Pemeriksaan konsolidasi dimaksudkan untuk menentukan perubahan isi dan sifat


pemadatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat percobaan ini dan proses keluarnya air
dari pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan tekanan vertical yang bekerja
pada tanah tersebut guna meramal kecepatan dan besar penurunan suatu konstruksi
yang dibangun diatas tanah lempung pada khususnya. Air pori yang keluar dari
tanah akibat gaya vertical mengalir keatas dan kebawah dikarenakan adanya batu
pouros (double drained) diatas dan dibawah sampel.

Dalam menggambarkan hasil percobaan konsolidasi ada dua cara, yaitu


menggambarkan kurva penurunan terhadap tegangan dan menggambarkan kurva
angka pori terhadap tegangan. Dalam percobaan ini juga ditujukan untuk
perhitungan nilai Coefisien of Consolidation (Cv) dan Permeabilitas (k).
Perhitungan nilai Cv dan k dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu akar waktu
(Square Root Fitting Method) dan Log t50 (Log t50 Fitting Method).
- Direct Shear Test

6) Rekomendasi Hasil Investigasi Geoteknik


- Mengkaji hasil dari Kegiatan Investigasi Lapangan dan
Tes

Lab

Mekanika

Tanah

untuk

memberikan rekomendasi kepada perencana

mengenai pondasi bangunan dan jenis bangunan yang sesuai dengan kondisi tanah yang
ada.

7) Penggambaran
- Semua penggambaran untuk penampang geologi maupung log boring dilakukan
menggunakan sofware Auto-CAD.

[Type here]

[Type here]

Produk Pelaporan pada tahap II adalah:


1. Laporan Buku Ukur dan Deskripsi BM/ CP
2. Album Gambar Pengukuran
3. Laporan Investigasi Geologi

[Type here]

[Type here]

TAHAP III
PEMBUATAN DOKUMEN SYSTEM PLANING

Setelah memperhatikan serta mengkaji segala aspek dari hasil kegiatan A dan B, penyedia
jasa harus menyusun analisa penanganan dari masalah-masalah yang dihadapi dan terangkum
dalam dokumen System Planing yang meliputi :

1. Analisa Kebutuhan Air


Besaran kebutuhan air antara suatu daerah dengan daerah lain akan berbeda, hal ini sangat
dipengaruhi oleh iklim, lingkungan hidup, penduduk dan faktor-faktor lainnya. Untuk mengetahui
kebutuhan air bersih, maka diperlukan data proyeksi pertumbuhan penduduk untuk masa yang
akan datang dengan perhitungan statistic. Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang
menggunakan standart standart perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas
fasilitas social ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas
produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam analisis
kebutuhan air adalah jumlah penduduk pada daerah studi. Untuk menganalisis proyeksi 10 tahun
ke depan dipakai metode Aritmatik dan metode Geometrik.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian analisa ini yaitu terlebih dahulu mengumpulkan data
yang dibutuhkan dari kajian-kajian pustaka yang menjadi referensi teori-teori yang ada. Kemudian
menghitung proyeksi banyaknya penduduk yang ada di area kelurahan dengan menggunakan
rumus pertumbuhan penduduk geometri. Tahap berikutnya adalah menghitung perkiraan debit
dengan menggunakan rumus Debit.
Kebutuhan penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air
non irigasi. Kebutuhan air non irigasi dapat dikelompokan antara lain yaitu, kebutuhan air
domestic, kebutuhan air perkantoran, kebutuhan air rumah sakit, kebutuhan air hotel (penginapan),
kebutuhan air untuk pendidikan, kebutuhan air untuk peribadatan, kebutuhan air untuk peternakan,
kebutuhan air industry, kebutuhan air kran umum (hidran). Sementara kebutuhan air irigasi
dipengaruhi beberapa faktor seperti klimatologi, kondisi tanah, koefisien tanaman, pola tanam,
pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase
untuk irigasi, sistem golongan, jadwal tanam, dan lain-lain (Triatmodjo, 2010).

[Type here]

[Type here]

2. Analisa Ketersediaan Air


Analisa ketersediaan air digunakan untuk menghitung ketersediaan debit sungai yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di areal irigasi. Dalam menganalisis ketersediaan
air pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau sub DAS salah satunya menggunakan metode
Mock (1973). Metode ini mempertimbangkan besarnya air yang menjadi limpasan langsung dan
air yang terinfiltrasi kedalam tanah menjadi simpanan air tanah ( groundwater storage), yang
kemudian menjadi aliran dasar (base flow) sehingga dapat diketahui total aliran atau debit
efektifnya
Metode Mock biasanya digunakan untuk mengukur debit air di suatu DAS yang belum
memiliki alat pencatat hujan (AWLR) maupun data pengukuran debit air di lapangan sangat
kurang. Metode Mock menggunakan beberapa parameter dalam menentukan besaran debit air,
antara lain curah hujan (P) dan evapotranspirasi potensial (ETo).

3. Analisa Banjir Rancangan


Analisa banjir rancangan berguna untuk menghitung banjir rancangan di bendung dengan kala
ulang tertentu sesuai dengan kriteria perencanaan bangunan air.
Ada banyak metode dalam menghitung debit banjir rancangan, diantaranya dengan pencatatan
banjir maksimum terukur, rumus empirik, cara rasional, regional flood analyis dan pendekatan
statistik dengan analisis frekuensi. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menghitung
debit banjir rancangan yaitu dengan hidrograf satuan dan analisis frekuensi. Dari metode tersebut
tentunya menghasilkan debit banjir rancangan yang berbeda karena proses hitungan debit banjir
rancangan didasarkan pada data yang berbeda. Sehingga perlu dikaji dari kedua metode tersebut
terhadap ketelitian hitungan debit banjir rancangan. Jika debit banjir rancangan yang dihasilkan
dari hirograf satuan terlalu besar dari pada hitungan analisis frekuensi, maka debit banjir rancangan
yang over estimated, namun sebaliknya debit banjir rancangan hidrograf satuan terlalu kecil dari
hitungan analisis frekuensi, debit banjir rancangan menghasilkan perancangan yang under
estimated.

4. Simulasi dan Optimasi Neraca Air


[Type here]

[Type here]

Simulasi dan optimasi neraca air digunakan untuk menghitung neraca air dengan cara
menentukan pola tanam yang paling optimum dengan meminimalkan total kebutuhan air dan
memaksimalkan pemanfaatan debit yang ada. Analisis keseimbangan neraca air dihitung dari data
presipitasi yang jatuh dalam suatu DAS, setelah diuapkan (evapotranpirasi) dan disimpan dalam
bentuk air tanah (water yield) dan dialirkan ke sungai menjadi debit aliran sungai (Asdak 2007).
5. Inventarisasi Kepemilikan Lahan (jika diperlukan)
Perincian luas total lahan dan perincian kepemilikan lahan yang perlu dibebaskan untuk
kepentingan pelaksanaan konstruksinya.
6. Rancang dasar konstruksi
Gambaran secara umum bentuk, tipe maupun material dari struktur yang akan diaplikasikan
untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada.
7. Daftar Usulan Kegiatan
Konsultan dapat menyusun daftar usulan kegiatan dan skala prioritasnya yang dibutuhkan
dalam perencanaan desain.

Produk Pelaporan pada tahap III adalah:


1. Laporan System Planning
2. Diskusi System Planning Internal
3. Diskusi Pertemuan Konsultansi Masyarakat

[Type here]

[Type here]

TAHAP IV
PEMBUATAN DESAIN RINCI
Setelah memperhatikan serta mengkaji segala aspek dari hasil kegiatan tahap I, II dan III,
kemudian dilanjutkan pembuatan desain rinci. Dalam pembuatan desain rinci, penyedia jasa harus
memperhatikan Standart Perencanaan serta Pedoman dan Kriteria Desain yang dikeluarkan oleh
lembaga/instansi berwenang. Desain rinci meliputi kegiatan :

1. Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika digunakan untuk menghitung dimensi saluran irigasi/drainase, aliran
rembesan yang terjadi di dalam tubuh tanggul, bangunan bagi/sadap, pintu air, bangunan ukur, dll.

2. Analisa Stabilitas dan Analisa Struktur Bangunan


Menghitung stabilitas timbunan agar didapat dimensi yang ekonomis dengan menggunakan
material yang ada. Tetapi tetap aman ditinjau dalam berbagai macam kondisi. Menghitung
stabilitas dinding penahan pada bangunan pengambilan dan bangunan lainnya. Menghitung
struktur bangunan yang terbuat dari material baja atau beton bertulang atau komposit, sehingga
struktur kuat, aman, nyaman dengan biaya ekonomis. Menghitung Stabilitas lereng dengan
beberapa metode yang ada sehingga didapatkan kondisi lereng tanggul saluran (tanah) yang stabil
dan penanganan penanganan terkait dengan usaha stabilitas lereng.

3. Penggambaran Desain dengan Auto CAD


Album gambar desain harus disajikan sesuai dengan urutanstandar perencanaan dan kriteria
perencanaan. Seluruh gambar desain harus dirinci secara lengkap, untuk digunakan sebagai
dokumen lelang dan pelaksanaan konstruksi. Semua gambar desain digambar menggunakan
computer (software AutoCAD) dan dicetak dengan ukuran kertas A1 dan A3.

4. Perhitungan BOQ dan RAB


Daftar kuantitas pekerjaan terinci yang menguraikan kuantitas (volume) masing-masing item
bangunan. Perkiraan biaya konstruksi pekerjaan (RAB) yang didesain harus dihitung berdasarkan
kuantitas pekerjaan, analisa harga satuan pekerjaan, metode pelaksanaan pekerjaan dan spesifikasi
teknik.
[Type here]

[Type here]

5. Penyusunan Spesifikasi Teknik, Metode Pelaksanaan, Pedoman OP


Spesifikasi teknik harus dibuat untuk menjelaskan tentang spesifikasi umum dan teknik setiap
jenis pekerjaan yang ada. Juga harus dibuat spesifikasi khusus untuk jenis pekerjaan yang tidak
tercakup dalam spesifikasi standar yang dibuat untuk pekerjaan tersebut antara lain bangunan
dengan teknologi khusus. Metode Pelaksanaan Pekerjaan harus disusun sebagai pedoman/acuan
untuk mengatur tata cara serta urutan pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan.
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan disusun sebagai pedoman/acuan untuk mengatur pelaksanaan
kegiatan O&P embung secara tepat guna, praktis yang dapat dipakai/dioperasikan oleh masyarakat
dan petugas nantinya serta memberi penjelasan tentang operasi dan pemeliharaan areal eksisting
dan rencana pengembangan jika diperlukan.

Produk Pelaporan pada tahap IV adalah:


1. Laporan Akhir
2. Laporan Ringkas
3. Laporan Nota Desain
4. Laporan Bill of Quantity
5. Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
6. Laporan Metode Pelaksanaan
7. Laporan Operasi dan Pemeliharan (OP)
8. Laporan Bulanan
9. Diskusi Monitoring dan Evaluasi
10. Diskusi Laporan Akhir dan Cek Desain
11. Copy CD dan Hardisk

[Type here]

Anda mungkin juga menyukai