Tugas Bu Rika
Tugas Bu Rika
DRUG MANAGEMENT
MISI LESTARI
15616665
A. Drug management
Pengertian DM
DM (Drug Management) adalah suatu siklus yang didalamnya terdapat
masing-masing unsur pokok yaitu (selection, procurement, distribution dan use),
dimana unsure-unsur tersebut mempunyai fungsi pokok / sebagai pengarah dalam
menentukan kebijakan kedepan.
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang
merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi
dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi serta penggunaan. Pada
dasarnya, manajemen obat di apotek adalah bagaimana cara mengelola tahaptahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi
sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat
yang diperlukan oleh dokter dan pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan
dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang
bermutu.
1. Seleksi
Proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan, identifikasi pemilihan
terapi, bentuk sediaan, kriteria pemilihan, standarisasi/penyusunan
formularium.
2. Procurement
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan
dan disetujui, dapat melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali,
sumbangan. Diharapkan memperoleh pembekalan yg efisien (tak terjadi
stock out).
3. Distribution
Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin
ketersediaan obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga. Proses
penyaluran obat dari IFRS/ apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan
obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga.
4. Use
Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan
pengguanaan yang tepat untuk pasien.
Siklus
manajemen
obat
didukung
oleh faktor-faktor
pendukung
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk
reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang
setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan
epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500
cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi
hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt
Pemberian
dimaksud
untuk
merangsang
reseptor
adrenergic
dan
dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4
mg/menit sampai 24 jam
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis
intra vena
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki
blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada
bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat
(atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau
derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-
0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3
mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac
arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
Kalsium gluconat/Kalsium klorida
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk
Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk
diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
Furosemide
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
Diazepam
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
Epinephrin
Atropin
mg/KgBB iv (1:1000)
Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan
Lidokain
Natrium
Bikarbonat
Kalsium Klorida Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan
Kalsium Glukonat Dosis 60100 mg/KgBB iv pelan-pelan
Diazepam
Furosemide
pastikan
kondisinya
memang
sesuai
dengan
kriteria
RJP
Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk
dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan
abjad A, B, C, yaitu:
minta
bantuan
dengan
cara
berteriak Tolong
!!! untuk
b)
2.
Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara
yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru
korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke
mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan
mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban
Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban
tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut
korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut
ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami
kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke
stoma.
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga
kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3
jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan
penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
o
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu
telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari
tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat
diluruskan atau menyilang.
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60
80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac
output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari
menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan
bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
`Penilaian Ulang
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi kembali,
Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan
rasio 30:2.
Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap
Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 10
12 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.
Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga
agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban/pasien ditidurkan pada
posisi sisi mantap.
CONTOH PENERAPAN RJP PADA KASUS KEGAWATDARURATAN
MATERNAL
Contoh : Inversio Uteri
Hasil Pengkajian. Manifastasi Klinis meliputi:
Nyeri pelvic berat dengan sensasi penuh yang berlebihan meluas dalam
vagina
Ekstruksi lapisan uterus dalam ke dalam vagina atau meluas ke luar
introitus vagina
1) Airway
Apakah ada obstruksi yang menghalangi jalan nafas, apakah memerlukan alat
bantu jalan nafas, apakah ada cedera pada leher.
2) Breathing
Frekuensi nafas, gerak nafas, aliran udara pernafasan, warna kulit/mukosa.
3) Circulation
Frekuensi, tekanan darah, denyut sentral, perfusi kulit (capillary refilling
time, suhu, mottling), perfusi serebral, reaksi kesadaran (tonus otot,
mengenal, ukuran pupil, postur).
Posisi Bayi
Untuk dapat dilakukan resusitasi jantung paru, penderita harus dibuat dalam
posisi terlentang dan diusahakan satu level atau datar. Posisi untuk bayi baru
lahir (neonatus) leher sedikit ekstensi, atau dengan meletakkan handuk atau
selimut di bawah bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Posisi Penolong
Penolong sebaiknya berdiri disamping penderita dalam posisi dimana ia dapat
melakukan gerakan bantuan nafas dan bantuan sirkulasi tanpa harus merubah
posisi tubuh.s
Teknik Resusitasi
Airway : membuka jalan nafas
1) Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas.
2) Buka jalan nafas dengan cara tengadahkan kepala dan topang dagu (head tilt
and chin lift) bila tidak terdapat cedera kepala atau leher dengan cara satu
tangan pada dahi, tekan ke belakang. Jari tangan lain pada rahang bawah,
dorong keluar dan ke atas. Gerakan ini akan mengangkat pangkal lidah ke atas
sehingga jalan nafas terbuka. Lidah yang jatuh ke belakang sering menjadi
penyebab obstruksi jalan nafas pada penderita yang tidak sadar.
3) Gerakan mendorong rahang ke bawah ke depan (jaw thrust) juga dapat
membuka jalan nafas bila diketahui terdapat cedera leher atau kepala.
4) Membersihkan benda asing dapat dilakukan dengan :
(1) Finger sweep: yaitu dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
penolong untuk membebaskan sumbatan jalan nafas yang diakibatkan oleh
sisa makanan.
(2) Heimlich manuver
(3) Abdominal/chest thrust
(4) Suction (pengisapan): yaitu membersihkan jalan nafas dilakukan pengisapan
lendir/cairan dengan menggunakan suction. Pada bayi dimulai dengan
mengisap mulut terlebih dahulu kemudian bagian hidung supaya tidak terjadi
aspirasi dan dilakukan tidak lebih dari 5 detik.
(5) Setelah jalan nafas terbuka harus dinilai/evakuasi pernafasan dengan melihat,
mendengar dan merasakan adanya hembusan nafas.
Breathing
1) Dekatkan pipi penolong pada hidung dan mulut penderita, lihat dada penderita.
2) Lihat, dengar dan rasakan pernafasan ( 5 10 detik).
3) Jika tidak ada nafas lakukan bantuan nafas buatan/Ventilasi Tekanan Positif
(VTP)
4) Pada Neonatus dan bayi
5) Pada anak > 1 tahun pasang sungkup yang menutupi mulut, sedangkan hidung
dapat dijepit dengan jari telunjuk dan ibu jari penolong.
6) Lakukan tiupan nafas dengan mulut atau balon resusitasi. Berikan nafas buatan
untuk neonatus 30-60 kali/menit, dan 20 kali untuk bayi dan anak yang kurang
dari 8 tahun.
7) Evaluasi pemberian nafas buatan dengan cara mengamati gerakan turun naik
dada. Bila dada naik maka kemungkinan tekanan adekwat. Bila dada tidak naik
cek kembali posisi anak, perlekatan sungkup, tekanan yang diberikan, periksa
jalan nafas apakah ada mucus atau tidak bila ada dapat dilakukan penghisapan
dengan suction.
8) Setelah dilakukan ventilasi selama satu menit, evaluasi apakah bayi atau anak
dapat bernafas secara spontan, Lakukan penilaian pulsasi tidak boleh lebih dari
10 detik. Jika pulsasi ada dan penderita tidak bernafas, maka hanya dilakukan
bantuan nafas sampai penderita bernafas spontan.
Circulation
1) Jika pulsasi tidak ada atau terjadi bradikardi maka harus dilakukan kompresi
dada sehingga memberikan bantuan sirkulasi disertai bantuan nafas secara
ritmik dan terkoordinasi. Pada neonatus pemberian kompresi jantung diberikan
bila didapat pulsasi bayi
2) Posisi tempat kompresi :
(1) Pada neonatus: 1 jari dibawah linea interpapilaris.
(2) Pada bayi: Sternum bagian bawah.
(3) Pada anak: 2 jari diatas prosesus xipoideus.
3) Tangan yang melakukan kompresi :
(1) Neonatus : menggunakan 2 jari tangan atau 2 ibu jari.
(2) Bayi : dengan menggunakan 2 jari.