Audit
Pos
: 16954015
: 07-1980
2. Riwayat Pengobatan :
Dua minggu SMRS, pasien berobat ke puskesmas dengan keluhan demam, batuk dan
penurunan berat badan. Pasien diberi obat dan disarankan untuk melakukan foto
Rontgen dada. Dikarenakan letak puskesmas jauh dari tempat tinggal pasien, maka
pasien pindah berobat ke klinik dokter swasta.
Lima hari SMRS, pasien berobat ke klinik dokter swasta. Pasien diperiksa darah dan
1
difoto rontgen. Dua hari SMRS pasien didignosis TB paru dan mendapatkan obat yang
diminum jam 4 subuh. Menurut anak pasien, pasien tidak meminum obat secara rutin.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit:
Riwayat tb paru (+) dalam pengobatan bulan ke 1
Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-)
4. Riwayat Keluarga/Lain-lain:
Riwayat penyakit yang sama di keluarga atau lingkungan sekitar tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan:
Ibu Rumah Tangga
Daftar Pustaka :
1. Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simanibrata M, Satiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. hal 1906-11.
2. PERKENI. Petunjuk Praktis. Terapi Insulin pada pasien Diabetes Melitus. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2008.
3. Gosmanov AR, Gosmanova EO, Cannon ED. Management of adult diabetic
ketoacidosis. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity. Dove press journal. 2014; 7:
255264.
Available
online
with
updates
at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4085289/
4. American Diabetes Association. Hiperglycemic Crises in Diabetes. Diabetes Care
Journals. 2004; 7: supplement 94-102. Available online with updates at
http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s94.full
5. Sumantri S. Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana Ketoasidosis Diabetikum. Internal
Medicine Departement; 2009.
6. PB PAPDI. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2006.
7. Suwondo A. Kegagalan Multi Organ. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simanibrata M, Satiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. hal 268.
8. Permenkes RI. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. 2014.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Ketoasidosis Diabetik
2. Pengobatan dan pencegahan Ketoasidosis Diabetik
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Jumat 27/November/2015 saat di IGD RSUD Cimacan
Subyektif :
Penurunan kesadaran dan tampak sesak
Obyektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, status gizi
kurang, kesadaran delirium, TD 120/80 mmHg, N 98 x/menit, R 40 x/menit kussmaul,
S 36 oC, Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Mulut : kering (+)
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : BJ Murni Reguler
Pulmo : VBS kanan=kiri, wh -/-, rh -/Abdomen : datar, soepel, BU (+) N, H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Hasil lab
Darah rutin: leukosit 23,7rb (), granulosit 89,6% (), Hb 10,4 g/dl (), trombosit 642rb
()
Urine rutin: agak keruh, ph 5, glukosa +4, protein +1, blood +4, leukosit +1, keton +1,
sedimen erirosit banyak, sedimen leukosit 4-6/lpb ()
GDS high
Elektrolit: natrium 149 (), klorida 121 ()
Assessment : Ketoasidosis Diabetik + TB paru dalam pengobatan (bulan I)
Plan :
Infus Nacl 0,9% 1 jam pertama : 2L GDS high
Infus Nacl 0,9% 1 jam ke2 : 1L GDS high
Infus Nacl 0,9% jam ke3 dan ke4 : 1/2L
Insulin bolus 20 unit GDS 463
Infus Nacl 0,9% 6-7 tpm
Pasang O2 2-4 L/menit
Pasang NGT dan DC
Diet bubur saring
Inj levofloxacin 1x500 mg
Inj pantoprazole 1x40 mg
Insulin drip 3 unit/jam
- Jika GDS <300, insulin diturunkan jadi 2 unit/jam
- Jika GDS <200, insulin diturunkan jadi 1 unit/jam
OAT lanjut
KSR 3x1 tab
Cek GDS per jam
Jumat 27/November/2015 16.45 WIB (saat di ruangan)
Subyektif :
Pasien tampak gelisah dan sesak
Obyektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, status gizi
kurang, kesadaran somnolen, TD 90/70 mmHg, N 100 x/menit, R 44 x/menit kussmaul,
S 39,2 oC
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
GDS
High
High
463
High
484
470
292
274
302
Keterangan
Sabtu 28/November/2015
Subyektif :
Pasien tampak gelisah dan sesak
Obyektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, status gizi
kurang, kesadaran somnolen, GCS E4V3M4, TD 80/60 mmHg, N 100 x/menit, R 36
x/menit kussmaul, S 37 oC
Mata : bulat isokor, RC +/+, secret +/+
Mulut : kering (+)
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : BJ Murni Reguler
Pulmo : VBS kanan=kiri, wh -/-, rh -/-
Bolus awal
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
2U
3U
3U
Bolus insulin
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
2U
3U
3U
Naik <60mg/dl
Tetap
Tetap
Naikkan 0,5 U/jam
Naikkan 0,5 U/jam
Naikkan 0,5 U/jam
Naikkan 1 U/jam
Naikkan 1,5 U/jam
Naikkan 2 U/jam
Naik 60mg/dl
Tetap
Tetap
Naikkan 0,5 U/jam
Naikkan 1 U/jam
Naikkan 1 U/jam
Naikkan 1,5 U/jam
Naikkan 2 U/jam
Naikkan 3 U/jam
Bolus insulin
Turun <60mg/dl
Turun 60mg/dl
<60
60-80
80-140
141-180
181-240
241-270
271-300
301-350
>350
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
Tanpa bolus
2U
3U
Protokol hipoglikemi
Stop insulin
Tetap
Turunkan 50%
Tetap
Turunkan 70%
Naikkan 0,5 U/jam
Tetap
Naikkan 0,5 U/jam
Tetap
Naikkan 1 U/jam
Tetap
Naikkan 1 U/jam
Tetap
Naikkan 1,5 U/jam
Tetap
GDS
282
348
385
300
452
423
424
481
405
Keterangan
20.30
21.30
22.30
23.30
417
357
311
351
Minggu 29/November/2015
Subyektif :
Pasien tidak sadar dan tampak sesak
Obyektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, status gizi
kurang, GCS E4V2M4, TD 90/60 mmHg, N 96 x/menit, R 26 x/menit, S 37 oC
Mata : bulat isokor, RC +/+, secret +/+
Mulut : kering (+)
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : BJ Murni Reguler
Pulmo : VBS kanan=kiri, wh -/-, rh -/Abdomen : datar, soepel, BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Assessment : Ketoasidosis Diabetik + TB paru dalam pengobatan (bulan I) + syok sepsis
dengan asidosis berat
Plan :
Th/ lanjut
GDS
402
326
267
244
159
116
58
17.00
18.00
20.30
21.30
22.30
23.30
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
431
357
387
380
398
388
368
396
347
319
376
359
434
363
320
339
Keterangan
Infus d10%
Bolus d40% 2 fl
Senin 30/November/2015
Subyektif :
Pasien tidak sadar dan tampak sesak
Obyektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, status gizi
kurang, kesadaran somnolen, GCS E4V2M4, TD 80/60 mmHg, N 88 x/menit, R 30
x/menit kussmaul, S 37 oC
Mata : bulat isokor, RC +/+, secret +/+
Mulut : kering (+)
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : BJ Murni Reguler
Pulmo : VBS kanan=kiri, wh -/-, rh -/Abdomen : datar, soepel, BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Hasil lab
Ur 137 (15-39) GFR 28,05 (penurunan GFR berat)
Cr 2,6 (0,6-1,3)
Na 167
K 2,79
Cl 147
Assessment : Ketoasidosis Diabetik + TB paru dalam pengobatan (bulan I) + ISK + syok
sepsis + AKI DD/ Acute on CKD
Plan :
Cek ulang DR
Cek GDS / 6 jam
Cek ur, cr, elektrolit
Insulin drip 1 unit/jam
Sliding scale / 6 jam
- GDS 200-250 bolus 3 unit
- GDS 250-300 bolus 6 unit
- GDS 300-350 bolus 9 unit
- GDS >350 bolus 12 unit
Th/ lain lanjut
Hasil GDS 30 November 2015
Jam
01.00
02.00
03.00
04.00
GDS
310
295
150
90
Keterangan
Insulin stop
Infus d5%/ 8 jam
Target gds 180
05.00
06.00
08.00
14.00
77
153
290
196
Selasa 1/Desember/2015
Hasil GDS
02.00 345
08.00 373
09.03 pasien apneu RJP
09.20 pasien dinyatakan meninggal
PEMBAHASAN KASUS
Pasien adalah seorang wanita berusia 45 tahun yang masuk ruang perawatan dengan
diagnosa Ketoasidosis Diabetik + TB paru dalam pengobatan bulan ke1 + ISK + syok
sepsis + AKI DD/ Acute on CKD.
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi metabolik akut paling
serius pada pasien diabetes melitus. KAD adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemi, asidosis dan ketosis. Diagnosis KAD
ditegakkan bila ditemukan hiperglikemia ( 250 mg/dL), ketosis darah atau urin, dan
asidemia (pH < 7.3). Selain itu, kriteria diagnosis lain dari KAD adalah kadar bikarbonat 18
mEq/L dan anion gap >10-12. 1,2,3
Tabel 1. Kriteria Diagnosis KAD dan HHS
Data komunitas di Amerika, menunjukkan bahwa insidensi KAD sebesar 8 per 1000
pasien DM per tahun. Pada tahun 2009, pasien KAD yang dirawat di rumah sakit di Amerika
sebanyak 140.000 orang dengan rata-rata lama perawatan 3 hari. Data komunitas di Indonesia
belum ada. Laporan insiden KAD berasal dari data rumah sakit, dan terutama pada pasien
DM tipe 2. Angka kematian KAD di Amerika sebanyak <5%. Di Indonesia, selama periode 5
bulan (jan-mei 2005) terdapat 39 pasien KAD dengan angka kematian 15%.1,3
Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD seperti
sepsis, syok yang berta, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, konsentrasi glukosa
darah awal yang tinggi, uremia, dan konsentrasi keasaman darah yang rendah. 80% penderita
KAD telah diketahui menderita DM sebelumnya, sisanya sebanyak 20% pasien KAD baru
diketahui menderita DM untuk pertama kalinya.1
Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark
miokard akut, pankreatitis akut, pengobatan obat golongan steroid, menghentikan atau
mengurangi dosis insulin. Faktor pencetus lainnya adalah stroke, penyakit endokrin
(akromegali, cushing syndrome), penggunaan obat diuretik, beta bloker, antipsikotik,
10
11
basa, serta mengobati faktor pencetus. Prinsip terapi KAD terdiri dari pemberian cairan,
terapi insulin, koreksi kalium, dan bikarbonat.2,6
1. Pemberian Cairan
Tujuan rehidrasi adalah untuk memperbaiki perfusi jaringan dan menurunkan hormon
kontra regulator insulin. Berdasarkan perkiraan kehilangan cairan 100ml/kgBB, maka pada
jam pertama diberikan 1 2 L, jam ke2 diberikan 1 liter, lalu 0,5 liter pada jam ke3 dan ke4,
0,25 liter larutan garam fisiologis pada jam ke5 dan ke6, selanjutnya sesuai kebutuhan.
Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sebanyak 5 liter. Jika Na >155 mEq/L, ganti
cairan dengan Nacl 0,45%.1,6
2. Terapi insulin
Insulin regular intravena memiliki waktu paruh 45 menit, sementara pemberian insulin
secara intramuskular atau subkutan memiliki waktu paruh sekitar 24 jam. Insulin infus
intravena dosis rendah berkelanjutan (continuous infusion of low dose insulin) merupakan
standar baku pemberian insulin di sebagian besar pusat pelayanan medis. Panduan terapi
insulin pada KAD dapat dilihat pada tabel 2. Pemberian insulin infus intravena dosis rendah
48 unit/jam menghasilkan kadar insulin sekitar 100 uU/ml dan dapat menekan
glukoneogenesis dan lipolisis sebanyak 100%.2
Cara pemberian infus insulin dosis rendah berkelanjutan dikaitkan dengan komplikasi
metabolik
seperti
hipoglikemia,
hipokalemia,
hipofosfatemia,
hipomagnesema,
hiperlaktatemia, dan disequilibrium osmotik yang lebih jarang dibandingkan dengan cara
terapi insulin dengan dosis besar secara berkala atau intermiten. Pada mayoritas pasien, terapi
insulin diberikan secara simultan dengan cairan intravena. Apabila pasien dalam keadaan
syok atau kadar kalium awal kurang dari 3,3 mEq/L, resusitasi dengan cairan intravena atau
suplemen kalium harus diberikan lebih dahulu sebelum infus insulin dimulai. Insulin infus
intravena 5-7 U/jam seharusnya mampu menurunkan kadar glukosa darah sebesar 5075
mg/dL/jam serta dapat menghambat lipolisis, menghentikan ketogenesis, dan menekan proses
glukoneogenesis di hati.2
Kecepatan infus insulin harus selalu disesuaikan. Bila faktor-faktor lain penyebab
penurunan kadar glukosa darah sudah dapat disingkirkan dan penurunan kadar glukosa darah
kurang dari 50 mg/dL/jam, maka kecepatan infus insulin perlu ditingkatkan. Penyebab lain
dari tidak tercapainya penurunan kadar glukosa darah, antara lain rehidrasi yang kurang
adekuat dan asidosis yang memburuk. Bila kadar glukosa darah sudah turun < 250 mg/dL,
dosis insulin infus harus dikurangi menjadi 0,05-0,1 U/kgBB/jam sampai pasien
12
mampuminum atau makan. Pada tahap ini, insulin subkutan dapat mulai diberikan, sementara
infus insulin harus dilanjutkan paling sedikit 12 jam setelah insulin subkutan kerja pendek
diberikan. Pasien KAD ringan dapat diterapi dengan insulin subkutan atau intramuskular.
Hasil terapi dengan insulin infus intravena, subkutan, dan intravena intermiten pada pasien
KAD ringan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal kecepatan penurunan
kadar glukosa dan keton pada 2 jam pertama.2
Tabel 2. Panduan Cara Pemberian Insulin pada pasien KAD menurut PERKENI 2
Menurut PAPDI, Regular Insulin (RI) diberikan setelah 2 jam rehidrasi. RI bolus iv 180
mU/kgBB, dilanjutkan RI drip 90 mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9 %. Jika KGD kurang dari
200 mg/dL, kecepatan dikurangi menjadi RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9 %. Jika
KGD stabil 200-300 mg/dL selama 12 jam, RI drip 1 2 U/jam iv, disertai sliding scale
setiap 6 jam:
KGD(mg/dL) RI (unit)
Kurang dari 2000
200 2505
250 30010
300 35015
35020
3. Koreksi kalium
Pada keadaan KAD, ion K bergerak ke luar sel dan selanjutkan dikeluarkan melalui urin.
Total defisit K yang terjadi pada KAD sebanyak 3-5 mEq/kgBB. Pada saat terapi KAD, ion K
masuk kembali ke dalam sel, sehingga diperlukan pemberian kalium untuk mengantisipasi
13
masuknya ion K ke dalam sel serta mempertahankan konsentrasi K serum dalam batas
normal.1
4. Koreksi bikarbonat
Terapi bikarbonat diberikan pada KAD berat dan bila pH kurang dari <7 diberikan drip
100 mEq, bila pH 7-7,1 diberikan drip 50 mEq.1,6
14