Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Mandiri yang berjudul
Kehidupan Beragama Di Lingkungan Keluarga.
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak
lain adalah untuk memenuhi penyusunan makalah tugas mandiri mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang ditugaskan kepada penulis, sehingga
penulis dan pembaca lebih memahami tentang Kehidupan Beragama dan
pengaruhnya dalam kehidupan berkeluarga.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu Tim
Dosen Universitas Putera Batam yang telah memberikan arahan dalam
penyusunan Makalah Tugas Mandiri ini. Kepada orang tua yang telah
memberi dukungan baik secara moril dan materiil, dan kepada temanteman serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan oleh penulis.
Penulis

menyadari

bahwa

makalah

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca memberikan


masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna. Dan
sebelumnya penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kesalahan penulisan atau bahasa yang kurang baku dalam karya tulis ini.
Akhirnya

penulis

berharap

semoga

isi

makalah

ini

dapat

memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang


akan datang.
Batam, 11 Juli 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................... 4
2.1 Pendidikan Agama Dalam Keluarga............................................ 4
2.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama.......................................... 6
2.3 Metode Pendidikan Agama.......................................................... 8
BAB III. PEMBAHASAN........................................................................... 11
3.1 Lingkungan keluarga.................................................................... 11
3.2 Arti pentingnya pendidikan agama di lingkungan keluarga.........13
3.3 Keluarga sebagai landasan Pendidikan bagi anak...................... 15
3.4 Pendidikan Keluarga.................................................................... 18
BAB IV. PENUTUP....................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................22
4.2 Saran............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik

dalam keluarga, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan agama merupakan
salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang
baik terutama dalam pembentukan kepribadian. Dengan pendidikan
agama akan terbentuk karakter akhlakul karimah sehingga mereka
mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Oleh karena itu, sifat baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat
dari tingkah laku atau kepribadian yang dimiliki oleh orang tersebut. Dalam
pandangan islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT
kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus memelihara dan
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima. Dengan demikian
pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua untuk
membimbing anak sejak dini. Perkembangan kepribadian ini sangat
tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang ditempuh,
jika proses pendidikan kurang baik maka hasilnya pun kurang baik.
Pentingnya pendidikan agama bagi tiap-tiap orang tua terhadap anakanaknya sangat menentukan terhadap prilaku anak dimasa yang akan
datang. Bagaimanapun orang tua mempunyai peran yang sangat
menentukan karena orang tua sebagai guru yang pertama dan utama bagi
kehidupan anak-anaknya.

Hal ini sebagai mana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW


sebagai berikut :
Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka kedua orang tuanya lah
yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi Nasrani atau
Majusi. (HR.Muslim).
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dimana anak
berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, karena sebagian
besar kehidupan atau aktifitas anak dilakukan didalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga dan
disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan
besar sebagai pendidikan bagi anak-anaknya.
Kepribadian anak secara total dapat diartikan sebagai kesan yang
menyeluruh tenttang dirinya yang terlihat dalam sikap dan prilaku
kehidupan sehari-hari. Kesan menyeluruh disini dimaksudkan sebagai
keseluruhan sikap mental dan moral seorang anak yang terakumulasi di
dalam hasil interaksinya dengan sesame dan merupakan hasil reaksi
terhadap

pengalaman

dari

lingkungan

masing-masing.

Proses

pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaklah di mulai dari


masa kanak-kanak, karena masa ini termasuk masa yang sangat sensitif
bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir dan sosislisasi
anak. Di dalamnya terjadi proses pembentukan jiwa anak yang menjadi
dasar keselamatan mental dan moralnya. Di sini peran serta orang tua
adalah harus memberikan perhatian ekstra terhadap masalah pendidikan
anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif
di masyarakatnya kelak.
Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, sejak
dalam kandungan sampai umur kurang lebih 2 tahun. Pembentukan
kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan pendidikan agama. Apabila
kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah
terpengaruh oleh bujukanfaktor-faktor yang datang dari luar, serta

bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya. Dan sebaliknya


apabila kepribadiannya lemah ia mudahterombang-ambing oleh faktor dan
pengaruh yang datang dari luar. Kepribadianterbentuk melaui semua
pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan, terutama
pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Dalam hal ini,keluarga sebagai
peletak dasar bagi perkembangan pribadi anak yang pertama dansebagai
tempat utama anak mengenal.Kehidupannya sangat berperan dalam
pembentukan

kepribadian

anak.Kepribadaian

orang

tua

memberi

pengaruh yang besar terhadap terbentuknyakepribadian anak, sebab


segala tingkah laku orang tua mempengaruhi anak. Oleh karena itu, para
orang tua harus menyadari, bahwa kepribadian muslim anak hanya dapat
dibentuk melalui pendidikan akhlak.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga ?
2) Bagaimana pembentukan kepribadian anak ?
3) Bagaimana peranan pendidikan agama dalam keluarga sebagai
upaya awal pembentukan kepribadian anak?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pendidikan agama dalam keluarga ?
2) Untuk mengetahui pembentukan kepribadian anak ?
3) Untuk mengetahui peranan pendidikan agama dalam keluarga
upaya awal pembentukan kepribadian anak?
1.4 Manfaat Penulisan
1) Bagi masyarakat, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
melakukan pendidikan agama dalam keluarga dalam hal
pembentukan kepribadian anak.
2) Bagi saya dan mahasiswa, dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal peranan pendidikan agama
islam dalam pembentukan kepribadian diri kita sendiri.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pendidikan Agama Dalam Keluarga


3

A. Pengertian Pendidikan Agama


Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,
cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilankerampilan).
Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang
biasanya di usahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu
pada kanak-kanak atau orang yang sedang di didik. Dari beberapa
pendapat yang telah di uraikan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar melalui bimbingan, pengarahan dan
latihan untuk membantu mengarahkan anak didik agar berkepribadian
tinggi menuju yang sempurna serta mampu melaksanakan kewajibannya
terhadap agama dan Negara.
Istilah agama memiliki dua macam pengertian yaitu secara bahasa
dan secara istilah:
1. Pengertian agama menurut bahasa
Ada yang berpendapat bahwa agama berasal dari kata bahasa
sangsekerta yang artinya haluan, peraturan, jalan atau kebaikan
kepada Tuhan.
Agama itu bersumber dari dua kata, yaitu :
A
: yang berarti tidak.
Gama
: yang berarti kacau balau, tidak teratur.
Jadi, agama artinya tidak kacau atau tidak teratur.
Agama adalah peraturan-peraturan yang harus di taati yang
mempersatukan seluruh umat manusia itu sejahtera, damai dan mendapat
kedudukan yang terpuji atau sikap terhadap dunia yang mencakup acuan
yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada lingkungan dunia ffisik
yang terikat ruang dan waktu. Pendidikan agama islam merupakan upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak
4

mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya


yaitu kitab suci Al-Quran dan Hadits melalui kegiatan bimbingan
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman, agar kelak dapat
berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat.
2. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta : kula dan warga
kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah
lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah, bersatu. Keluarga inti terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak mereka.
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) keluarga merupakan dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidupnya dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya
masing-masing

dan

menciptakan

serta

mempertahankan

suatu

kebudayaan.
Dari

pendapat-pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

keluarga merupakan persekutuan hidup yang berdasarkan perkawinan


antara laki-laki dan perempuan yang sah dan mempunyai pemimpin dari
anggota serta pembagian tugas dan kerja, serta kewajiban bagi masingmasing anggotanya.

2.2

Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama

A. Dasar Pendidikan Agama


Dasar adalah landasan tempat terpijak atau tempat tegaknya
sesuatu. Dalam hubungannya dengan pendidikan agama islam, dasardasar itu merupakan pegangan untuk memperkokoh nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Adapun yang menjadi dasar dari Pendidikan
Agama Islam adalah :

1) Al-Quran
Al-Qur,an sebagai kitab suci telah di pelihara dan di jaga kemurnianya
oleh Allah SWT dari segala sesuatu yang dapat merusak sepanjang masa
dari sejak diturunkannya sampai hari kiamat kelak.
2) Hadits
Selain Al-Quran, hadits merupakan sumber Pendidikan Islam karena
hadits merupakan perkataan attaupun perbuatan Nabi Muhammad SAW
yang memberikan gambaran tentang segala sesuatu hal, yang juga di
jadikan dasar dan pedoman dalam Islam dan sebagai umat Islam kita
harus mentaati apa yang telah di sunnahka an Rasulullah dalam
Haditsnya.
3) Undang-undang Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2
Selain dari dua dasar yang paling utama tersebut, masih ada dasar yang
lain dalam Negara kita khususnya seperti yang termuat dalam Undangundang Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2.
Ayat 1 berbunyi, Negara berdasarkan azas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Ayat

berbunyi,

Negara

menjamin

kemerdekaan

tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya masingmasing.

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh setiap manusia,
pasti tidak lepas dari tujuan. Tujuan utama Pendidikan Agama Islam
adalah mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, di harapkan akan
lahir

individu-individu

yang

baik,

bermoral,

berkualitas

sehingga

bermanfaat kepada dirinya, keluarga, masyarakat, negaranya dan umat


manusia secara keseluruhan. Jadi tujuan pendidikan adalah perkara yang

amat penting, sebab tujuan itulah yang menentukan sifat-sifat metode dan
kandungan pendidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan
dalam keluarga adalah terciptanya kesempurnaan dari masing-masing
anggota keluarga. Selain itu dapat saling berakhlak baik kepada Allah
SWT dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangannya,
berbuat baik kepada sesama manusia, diri sendiri, maupun makhluknya.

2.3

Metode Pendidikan Agama


Metode Pendidikan yang dimaksud adalah cara yang di gunakan

dalam upaya mendidik anak. Banyak metode-metode yang dapat


digunakan salah satunya adalah antara lain metode percakapan, metode
kisah, metode teladan.
Metode pendidikan agama yang dapat di gunakan dalam keluarga :

1) Metode Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi
contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya.
Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka proses
kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan sholeh.
Teladan dari orang tua akan jauh lebih membekas dari pada semua kata
yang mereka ajarkan.
Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada
anaknya akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam
membimbing anak-anaknya. Metode ini yang paling efektif untuk
membimbing anaknya. Orang tua tidak hanya memberikan bimbingan
secara lisan melainkan juga langsung memberikan contoh kepada anakanaknya.
2) Metode Kisah
Dalam islam banyak kisah para Nabi yang dapat di petik pelajaran
moral yang di paparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh : kisah
Nabi NUh, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa dan lain-lain. Dari kisah
tersebut, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya dengan metode
yang sangat berkesan dan dengan ungkapan dalam kehidupannya.

3) Metode Nasehat
Di antara metode pendidikan yang popular sejak dulu adalah
dengan

cara

nasehat,

sebab

manusia

itu

senang

dan

selalu

memperhatikan jika mendengar nasehat dari orang yang disintainya.


Oleh sebab itu, dalam kondisi yang demikian ini, nasehat sangat
mampu berpengaruh pada diri orang yang mendengarkan nasehat maka
oleh sebab itu sebagai orang tua hendaknya memahami

dalam

memberikan nasehat dalam mendidik anak-anaknya sehingga akhirnya


dapat menjadi anak yang baik berfikir jerrnih serta berwawasan luas.
4) Metode Pengawasan
Metode pengawasan ini adalah peran orang tua disini adalah
melakukan pengawasan, maksudnya yaitu mendampingi anak dalam
upaya pembentukan kepribadian yang baik serta mengawasi dan
mempersiapkan keadaannya baik dalam jasmani maupun rohani.
Pengawasan merupakan metode yang tidak bisa di abaikan oleh orang
tua, karena anak tidak selamanya berada di tengah-tengah keluarganya
dia akan semakin besar dan makin luas dunianya. Oleh sebab itu, orang
tua harus melakukan pengawasan yang baik terhadap anaknya mulai
sejak dini.
5) Metode Hukuman
Teladan dan nasehat tidak mampu, maka harus di adakan tindak
tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar, tindakan
tegas itu adalah hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi
dalam kondisi tertentu harus di gunakan karena hukuman adalah cara
yang paling terakhir. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendak di
perhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman antara lain adalah :
1) Menghukum bertujuan untuk memperbaiki kesalahan untuk tidak
melakukan lagi di manapun dan kapanpun.
2) Metode hukuman digunakan apabila metode ini tidak berhasil
digunakan lagi dalam memperbaiki peserta didik.
3) Sebelum dijatuhkan hukuman, terlebih dahulu hendaknya memberi
kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.
4) Hukuman yang diberikan hendaknya dapat dimengerti olehnya,
sehingga dia sadar dengan kesalahan dan tidak mengulaginya lagi.
5) Hukuman hendaknya melihat kondisi atau latar belakang peserta
didik.
6) Menjatuhkan hukuman hendaknya yang logis, yakitu hukuman
disesuaikan dengan jenis kesalahan.

Dari uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa anak benarbenar membutuhkan perhatian dari keluarga, khususnya orang tua. Oleh
karena itu orang tua memang harus menjadi teladan yang utama bagi
anak-anaknya serta dapat memberikan nasehat-nasehat bila anaknya ada
masalah yang mungkin tidak dapat diselesaikan dengan sendiri oleh anak.

BAB III
PEMBAHASAN
Fitrah beragama (taqwa) merupakan potensi yang mempunyai
kecenderungan untuk berkembang. Namun, perkembangan itu tidak akan
mana kala tidak ada faktor luar (eksternal) yang memberikan pendidikan
yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor

10

eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
3.1 Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan potensi lingkungan pertama dan utama bagi
anak, oleh karena itu peranan keluarga (orang tua) dalam perkembangan
kesadaran beragama anak sangatlah dominan. QS. At-Tahrim (66) : 6,
menunjukkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan
pendidikan untuk memberikan pendidikan agama kepada anak dalam
uupaya menyelamatkan mereka dari siksa api neraka.
Pada kesempatan ini penulis mencoba membahas tentang
pendidikan agama di lingkungan keluarga dengan mengacu dan
berorientasi kepada firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Luqman
ayat 12 s/d 19. Nasihat Luqman kepada anak-anaknya:
Dan sesungguhnya telah Allah berikan hikmat kepada Luqman,
yaitu :bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barang siapa yang tidak bersyukur; maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji. (12). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya. Di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah

kamu

mempersekutukan

Allah,

sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.


(13). Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(14) Dan jika keduanya untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu. Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (15). Luqman (berkata): Hai anakku sesungguhnya jika
11

ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya).

Sesungguhnya

Allah

Maha

Halus

lagi

Maha

Mengetahui. (16). Hai Anakku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia)


mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
munkar

dan

bersabarlah

terhadap

apa

yang

menimpa

kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh


Allah). (17). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri. (18). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan
dan lunakanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah
suara keledai. (19).

3.2 Arti dan Pentingnya Pendidikan Agama Di Lingkungan

Keluarga
1) Arti Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga
Pada

prinsipnya

pendidikan

agama

yang

dilaksanakan

di

lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga itu sama saja, hanya sistem
pendidikan dan pengajarannya yang berbeda, kalau dilingkungan sekolah
menggunakan sistem pendidikan persekolahan yang segalanya serba
formal.

12

Dalam pelaksanaannya, maka proses pendidikan Agama Islam


dilingkunga keluarga berlangsung antara orang-orang dewasa yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan agama dan anakanak sebagai sasaran pendidikannya.
Sedang ibu dalam kaitannya dengan pendidikan agama di
lingkungan keluarga, maka kedudukannya sebagai pendidik yang utama
dan pertama, dalam kedudukannya sebagai pendidik, maka seorang ibu
tidak cukup hanya memanggil seorang guru agama dari luar untuk
mendidik anaknya di rumah, dan bukan dalam pengertian yang
demikianlah yang dimaksud dengan pendidikan agama di lingkungan
keluarga.
Akan tetapi lebih ditekannkan adanya bimbingan yang terarah dan
berkelanjutan
dilingkungan

dari

orang-orang

keluarga

untuk

dewasa

yang

membimbing

bertanggung

anak.

Bimbingan

jawab
yang

dimaksud bisa dalam berbagai bentuk interaksi kehidupan sehari-hari


antara anak dengan orang dewasa, hanya interaksi tersebut selalu
dilandasi dengan interaksi edukatif ke arah pendidikan agama, bahkan
kalau mungkin berusaha menciptakan suasana kehidupan beragama di
lingkungan keluarga. Sekali lagi bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
agama Islam di lingkungan keluarga itu merupakan pemberian sejumlah
pengetahuan keagamaan dengan berbagai teori keagamaan, akan lebih
ditekankan pada praktek hidup sehari-hari di lingkungan keluarga itu
dilandasi dengan ajaran agama, sehingga hasilnya pendidikan agama itu
sendiri akan betul-betul melekat dalam pribadi anak.
Secara sepintas pembahasan tentang dasar

pelaksanaan

pendidikan agama di lingkungan keluarga ini telah disebutkan diatas, yaitu


atas dasar cinta kasih seseorang terhadap darah dagingnya (anak), atas
dasar dorongan sosial dan atas dasar dorongan moral.
Akan tetapi dorongan yang lebih mendasar lagi tentang pendidikan
agama di lingkungan keluarga ini bagi umat Islam khususnya adalah
karena dorongan syara (ajaran Islam), yang mewajibkan bagi orang tua
untuk mendidik anak-anak mereka, lebih-lebih pendidikan agama.
Sebagaimana firman Allah dalam surat At Tahrim, ayat enam sebagai
berikut :
13

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya Malaikat-Malaikat yang keras. Dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkannya kepada Allah terhadap mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya.
Surah An-Nisa ayat 9:
Dan hendaklah mereka takut kepada Allah, orang-orang yang
seandainya meninggalkan mereka keturunan yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Dan hadits Rasulullah saw, sebagai berikut:
Dari Abu Huraerah radhiallahu anha, sesungguhnya Rasulullah
saw, bersabda: Tiada seorang anak pun dilahirkan, melainkan dilahirkan
dalam atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia
Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Hadits Riwayat Bukhori).
Dari ayat-ayat di atas, yang diikuti oleh sabda Rasulullah saw,
memberikan isyarat bahwa ibu dan bapak mempunyai kewajiban untuk
mendidik anak-anak mereka baik dalam kaitannya dengan proses belajarmengajar yang sedang dialaminya di lingkungan sekolah maupun dalam
upaya memberikan kesiapan untuk menghadapi pendidikan di sekolah
atau sebagai upaya sosialisasi terhadap anak-anak, sehingga masyarakat
yang berguna dan mampu menyesuaikan diri.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, yang dapat
mendorong orang tua agar mendidik anak-anak di lingkungan keluarga,
ada lagi satu hal yang perlu diperhatikan yaitu; mengingat kondisi anak itu
sendiri, baik secara fisik maupun mental ia mutlak memberikan bimbingan
dan pengembangan ke arah yang positif. Kalau tidak maka dikhawatirkan
fitrah yang tersimpan, yang merupakan benih-benih bawaan itu akan
terlantar atau akan menyimpang.
Perlu diingat bahwa pada diri anak itu terdapat kecenderungankecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi dengan
kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas pendidik dalam hubungan
ini adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik. Dan
menjinakan kecenderungan ke arah yang jahat.
14

3.3 Keluarga Sebagai Landasan Pendidikan Bagi Anak


Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera, seorang
anak akan memperoleh latihan-latihan dasar dalam mengembangkan
sikap social yang baik dan kebiasaan berprilaku.
Dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan
memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab yang
diharapkan.
Bilamana menghadapi seseorang dalam pergaulan yang santai dan
menganggap hidup itu selalu membahagiakan, akan diketahui bahwa latar
belakang kehidupan keluarganya, menyebabkan dia selalu melihat sisi
positif dalam kehidupannya.

1) Keluarga memiliki fungsi, yaitu :


a. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak.
b. Memberikan afeksi atau kasih sayang, dukungan

dak

keakraban.
c. Mengembangkan kepribadian.
d. Mengatur pembagian tugas, menambahkan kewajiban, hak dan
tanggung jawab.
e. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan,
agama dan nilai moral kepada anak.
2) Adapun upaya-upaya yang dilakukan orang tua kepada anak,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pada saat anak berusia tujuh hari, lakukanlah aqiqah sebagai
sunnah Rasulullah saw.
b. Orang tua hendaknya mendidik anak tentang ajaran agama
seperti rukun iman, rukun islam, cara-cara berwudhu, bacaan
dan gerakan shalat, doa-doa, baca tulis Al-Quran, menghafal

15

Al-Quran, berdzikir, hokum-hukum (haram, halal, wajib dan


sunnah) dan akhlak terpuji.
c. Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis
antar anggota keluarga (ayah, ibu dan ank-anak).
d. Karena orang tua merupakan pembina pribadi atau akhlak anak
yang pertama dan sebagai tokoh yang di identifikasi dan di
imitasi atau di tiru oleh anak, maka mereka memiliki kepribadian
yang baik atau berakhlakul karimah.
e. Orangtua hendaknya memperlaukan anak dengan cara yang
baik. Sikap dan perilaku oranmg tua yang baik diantaranya :
memberikan curahan kasih sayang yang ikhlas.
menerima anak sebagimana adanya.
bersikap atau menghormati pribadi anak.
mau mendengar keluhan anak.
memaafkan kesalahan anak.
memperbaiki kesalahan anak dengan pertimbangan atau
alasan-alasan yang tepat.
f. Orang tua hendaknya tidak memperlakukan anak secara otoriter
(perlakukan

yang

keras),

karena

akan

mengakibatkan

perkembagan pribadi atau akhlak akan yang tidak baik, dan


juga

tidak

permisif,

karena

akan

mengakibatkan

berkembangnya anak yang kurang bertanggungjawab, atau


kurang memperhatikan tata nilai yang dijunjung tinggi dalam
masyarakat.
3) Bentuk-bentuk keluarga
Dalam norma ajaran sosial, asal usul keluarga terbentuk dari
perkawinan (laki-laki dan perempuan dan kelahiran manusia seperti yang
ditegaskan Allah dalam surah An-Nisa ayat 1 yang berbunyi :
Dan Ia ciptakan dari padaNya pasangannya dan Ia tebarkan dari
keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak
Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturan Islam bahwa dalam
upaya pengembanganbiakan keturunan manusia hendaklah dengan
melakukan perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga di luar
peraturan perkawinan di anggap sebagai perbuatan dosa

16

Adapun bentuk-bentuk keluarga sebagaimana dijelaskan William


J.Goode dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk :
1. Keluarga nuklir yaitu sekelompok keluarga yang terdiri dari Ayah,
Ibu dan anak-anak yang belum memisahkan diri membentuk
keluarga tersendiri.
2. Keluarga luas yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang
berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari
keturunan masing-masing istri dan suami.
3. Keluarga pangkal yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem
pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti
banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para imigran
Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang
paling

tua

bertanggungjawab

terhadap

adik-adiknya

yang

perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara lakilaki yang lainnya.
4. Keluarga gabungan yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang
yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara
laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada
saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak
lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya.

3.4 Pendidikan Keluarga


Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan
lingkungan budaya pertama dan utama rangka menanamkan norma dan
mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting
bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam buku The National Studi on Family Strength, Nick dan DE
Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan
keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu :
1) Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga.
2) Tersedianya waktu untuk bersama keluarga.
3) Interaksi segitiga anatara ayah, ibu dan anak.
4) Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak.
5) Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi.

17

Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, memberikan


beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,
edukatif, religious, protektif, sosialisasi dan ekonomis. Dari beberapa
fungsi religious dianggap fungsi paling penting karena sangat erat
kaitannya

dengan

edukatif,

sosialisasi

dan

protektif.

Jika

fungsi

keagamaan dapat dijalankan maka keluarga tersebut akan memiliki


kedewasaan dengan pengakuan pada suatu system dan ketentuan norma
beragama yang direalisasikan di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskan dalam Al-Quran surat AlBaqarah ayat 132 yang berbunyi :
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan kepada anak-anaknya,
demikian juga Yakub. Ibrahim berkata : hai anak-anakku, sesungguhnya
Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan islam.
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1) Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang
anak dengan dasar-dasar keimanan, ke islaman, sejak mulai mengerti dan
dapat memahami sesuatu, maka Al-Ghazali memberikan beberapa
metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara
memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali
dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika mau menghafalkan dan kemudian
memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada
akhirnya membenarkan apa yang dia yakini. Inilah proses yang dialami
anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak adalah tanggung
jawab sebagaimana telah Allah peringatkan dalam Al-Quran yang
berbunyi:
Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka .
(QS. At-Tahrim : 6)
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasar dalam
bukunya. Pertama, senantiasa membacakan
18

kalimat tauhid

pada

anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.


Ketiga, mengajarkan Al-Quran dan keempat menanamkan nilai-nilai
pengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iamn dalam segala bentuk
perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak. Keluarga dilaksanakan
dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang
tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat.
Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap individu akan
selalu mencari figure yang dapat di jadikan teladan ataupun idola bagi
mereka
Terkait dengan upaya mendidik anak agar berakhlak mulia, Imam
Al-Ghazali memberikan fatwa kepada para orangtua agar mereka
melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a) Menjauhan anak dari pergaulan yang tidak baik.
b) Membiasakan anak untuk bersopan-santun.
c) Memberikan pujian kepada anak yang melakukan amal shalih,
misalnya berperilaku sopan, dan menegur anak yang melakukan
d)
e)
f)
g)

perbuatan buruk.
Membiasakan anak untuk berpakaian yang bersih dan rapih.
Menganjurkan anak untuk berolahraga.
Menanamkan sikap sederhana kepada anak.
Mengizinkan anak untuk bermain setelah belajar.

2) Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting
dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual
maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapatkan
derajat yang tinggi di sisi Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam surah
Al-Mujadalah yang berbunyi :
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang berilmu di antara kalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu
mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:

19

mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.

3) Pembinaan Kepribadian dan Sosial


Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang.
Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila
dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa
dan pengaruh yang melatarbelakanginya.
Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang
bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik
ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi
support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda
dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok
dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun
dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa
dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak
sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.

20

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Pendidikan agama di lingkungan keluarga itu penting sekali artinya

dengan berorientasi kepada firman Allah SWT dalam surat Al Luqman ayat
12 s/d 19, sebab pendidikan di lingkungan keluarga itu adalah pendidikan
pertama dan yang utama, bisa memberi warna dan corak kepribadian
anak seandainya orang tua tidak menyempatkan diri untuk mendidik anakanaknya di keluarga sehingga terabai begitu saja karena kesibukan orang
tua. Maka hal ini akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap
perkembangan dan pendidikan anak

4.2

Saran
Pendidikan agama seharusnya diberikan dan diajarkan sejak anak

usia dini, agar ketika dewasa nanti dia sudah terbiasa melakukan apa
yang telah diajarkan orang tua kepadanya. Sehingga pembentukan
karakter, kepribadian dan akhlak akan mendarah daging. Oleh karena itu
peran orang tua, pendidik, tokoh agama sangat dominan dalam

21

memberikan

pendidikan

agama

pada

kehidupan

keluarga

dan

bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Bakar Atjeh, Abu. 1968. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.
Amin, Ahmad,. 1968. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.; Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag.; Dra. Yuyun
Yulianingsih, M.Pd. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga. Pustaka Bani Qurais. Bandung.
Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani
Qurais. Bandung. 2003.
http://defanani.blogspot.com/2012/10/fungsi-agama-dalam-kehidupanmasyarakat.html.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/05/peranan-penting-pendidikan-agamaislam.

22

Anda mungkin juga menyukai