Referat Anak Upload
Referat Anak Upload
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEPTEMBER 2016
REFERAT
THALASEMIA
Oleh :
AZHAR FAUZAN
Pembimbing :
dr. MARLENNY WT. MARTOYO, Sp. A
HALAMAN PENGESAHAN
: Azhar Fauzan
Pembimbing,
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang.
Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya diri pribadi.
Amin Yaa Rabbalalamin.
Makassar, September 2016
Hormat Saya,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi
klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu
dinamakan sebagai Mediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat
karena sebenarnya kondisi ini dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti
yang akan dijelaskan selanjutnya, beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik
pada area geografis tertentu.1
Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit,
mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau
menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus darah tepi,
yang mana awalnya beliau pikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang
disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari
bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan esensial pada temuan ini sehingga istilah anemia
eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik
dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orangtua sehat pada anakanak yang mengidap kelainan ini.1,2
Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik
hipokromik ringan yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan Italia pada tahun yang
sama saat Cooley melaporan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan
mengikutinya namanya. Sebagi tambahan, Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan
adanya anemia ringan pada kedua orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley.
Anemia ini sangat mirip dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemia
Cooley dinyatakan sebagai bentuk homozigot dari anemia hipokromik mikrositik ringan
yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk anemia berat ini kemudian
dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya dinamakan sebagai
thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang
berarti laut (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti berhubungan dengan
darah.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Thalasemia adalah salah satu dari penyakit genetik yang diwariskan dari orang tua
kepada anaknya dimana terjadi kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat
pengurangan
produksi
satu
atau
lebih
rantai
globin
yang
menyebabkan
homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta thalassemia 1,3%. Sekitar 70-80
pasien baru, datang tiap tahunnya. Fakta ini mendukung thalasemia sebagai salah satu
penyakit turunan yang terbanyak dan menyerang hampir semua golongan etnik dan
terdapat di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.3
C. Patofisiologi
Thalasemia mayor beta terjadi akibat kegagalan sintesis rantai globin beta baik
parsial ataupun total. Dan dengan demikian menyababkan gangguan sintesis hemoglobin
dan anemia kronik. Bila pewarisan adalah autosomal resesif. Kelainan pada gen globin-
(terdapat bersama gen- dan pada kromosom) bisanya berupa suatu mutasi titik yang
mempengaruhi ekspresi gen ataupun pengolahan oleh messenger RNA. Telah diketahui
beragam bentuk mutasi dan keragaman ini menjadi penyebab atas luasnya variasi derajat
klinis kondisi ini.4
Secara genetik, gangguan pembentukan protein globin dapat disebabkan karena
kerusakan gen yang terdapat pada kromosom 11 atau 16 yang ditempati lokus gen globin.
Kerusakan pada salah satu kromosom homolog menimbulkan terjadinya keadaan
heterozigot, sedangkan kerusakan pada kedua kromosom homolog menimbulkan keadaan
homozigot (-/-). 5
Pada thalassemia homozigot, sintesis rantai menurun atau tidak ada sintesis sama
sekali. Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya
kekurangan sintesis rantai akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.5
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta disebabkan oleh
sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus
memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang
tersebut hanya menjadi pembawa/carier.5
1. Thalasemia beta
Secara biokimia kelainan yang paling mendasar adalah menurunnya
biosintesis dari unit globin pada Hb A. Pada thalasemia heterozigot, sintesis
globin kurang lebih separuh dari nilai normalnya. Pada thalasemia
homozigot, sintesis globin dapat mencapai nol.
Karena adanya defisiensi yang berat pada rantai , sintesis Hb A total
menurun dengan sangat jelas atau bahkan tidak ada, sehingga pasien dengan
thalasemia homozigot mengalami anemia berat. Sebagai respon kompensasi,
maka sintesis rantai menjadi teraktifasi sehingga hemoglobin pasien
mengandung proporsi Hb F yang meningkat. Namun sintesis rantai ini tidak
efektif dan secara kuantitas tidak mencukupi.
Pada thalasemia homozigot, sintesis rantai tidak mengalami perubahan
dan tidak mampu membentuk Hb tetramer. Ketidak-seimbangan sintesis dari
rantai polipeptida ini mengakibatkan kelebihan adanya rantai bebas di dalam
sel darah merah yang berinti dan retikulosit. Rantai bebas ini mudah
teroksidasi. Mereka dapat beragregasi menjadi suatu inklusi protein (haeinz
bodys), menyebabkan kerusakan membran pada sel darah merah dan destruksi
dari sel darah merah imatur dalam sumsum tulang sehingga jumlah sel darah
merah matur yang diproduksi menjadi berkurang sehingga sel darah merah
yang beredar menjadi kecil, terdistorsi, dipenuhi oleh inklusi globin, dan
mengandung komplemen hemoglobin yang menurun dan memberikan
gambaran dari Anemia Cooley/anemia mikrositik hipokrom yaitu hipokromik,
mikrosisitk dan poikilositik.6,7
Sel darah merah yang sudah rusak tersebut akan dihancurkan oleh limpa,
hepar, dan sumsum tulang, menggambarkan komponen hemolitik dari penyakit
ini. Sel darah merah yang mengandung jumlah Hb F yang lebih tinggi
mempunyai umur yang lebih panjang.6,7
Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan oksigen carrying
capacity dari setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah matur (yang
jumlahnya sedikit) mengalami hemolisa secara prematur.
Eritropoetin meningkat sebagai respon adanya anemia, sehingga sumsumsumsum tulang dipacu untuk memproduksi eritroid prekusor yang lebih
banyak. Namun mekanisme kompensasi ini tidak efektif karena adanya
kematian yang prematur dari eritroblas. Hasilnya adalah suatu ekspansi
sumsum tulang yang masif yang memproduksi sel darah merah baru. 6,7
Sumsum tulang mengalami ekspansi secara masif, menginvasi bagian
kortikal dari tulang, menghabiskan sumber kalori yang sangat besar pada
umur-umur yang kritis pada pertumbuhan dan perkembangan, mengalihkan
sumber-sumber biokimia yang vital dari tempat-tempat yang membutuhkannya
dan menempatkan suatu stress yang sangat besar pada jantung. Secara klinis
terlihat sebagai kegalan dari pertumbuhan dan perkembangan, kegagalan
jantung high output, kerentanan terhadap infeksi, deformitas dari tulang,
fraktur patologis, dan kematian di usia muda tanpa adanya terapi transfusi.6,7
Jika seseorang memiliki 1 gen beta globin normal, dan satu lagi gen yang
sudah termutasi, maka orang itu disebut carier/trait. 6,7
2. Thalasemia alpha
Rantai globin yang berlebihan pada thalasemia adalah rantai dan yang
kurang atau hilang sintesisnya dalah rantai . Rantai bersifat larut sehingga
mampu membentuk hemotetramer yang meskipun relatif tidak stabil, mampu
bertahan dan memproduksi molekul Hb yang lain seperti Hb Bart (4) dan Hb
H (4). Perbedaan dasar inilah yang mempengaruhi lebih ringannya
manisfestasi klinis dan tingkat keparahan penyakitnya dibandingkan dengan
thalasemia beta.7
Patofisiologi thalasemia sebanding dengan jumlah gen yang terkena.
Pada thalasemia homozigot (-/-) tidak ada rantai yang diproduksi.
Pasiennya hanya memiliki Hb Barts yang tinggi dengan Hb embrionik.
Meskipun kadar Hb nya tinggi tapi hampir semuanya adalah
Hb Barts
sehingga sangat hipoksik yang menyebabkan sebagian besar pasien lahir mati
dengan tanda hipoksia intrauterin.7
Bentuk thalasemia heterozigot
(0
dan
-+)
menghasilkan
individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai
dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.1,8
Genotip
Jumlah gen
> 6 bulan
Normal
-/
Silent carrier
0-3 % Hb Barts
Trait thal-
2-10% Hb Barts
--/ atau 2
/-
--/-
Penyakit Hb H
15-30% Hb Bart
Hb H
--/--
Hydrops fetalis
>75% Hb Bart
Bisa juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga
( misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah
lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia
dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup
kuat menuju diagnosis thalasemia.1,8
Trait thalassemia-
o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu
kromosom 16 atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan
ini sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
1,8
o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts ( 4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal. 1,8
Penyakit Hb H
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan thalassemia-
intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus, dan jumlah sel
darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan
pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer
(Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan
gambaran golf ball. Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.1,8
Gambar 2. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
Thalassemia- mayor
o Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. 1,8
o Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka
tidak satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi
yang menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka
bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung
sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. 1,8
o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang
lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan
sangat bergantung dengan transfusi.1,8
Thalassemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-;
antara lain :
Trait thalassemia-
o
trait thalassemia- mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF,
sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas,
dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%,
yang mewakili thalassemia tipe . 1,8
MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan
ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda
hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat. 1,8
Limpa
dan
hati
membesar
karena
hematopoesis
o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau
tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal. 1,8
o Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot
yang tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan
mikrositosis berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh
(sel bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di
darah tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang
merupakan presipitasi kelebihan rantai , juga terlihat pasca splenektomi.
Kadar Hb turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat
transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi
(iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya
kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit. 1,8
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah 4,5,9
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
thalasemia adalah :
a.
Darah rutin
Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
c.
d.
e.
Kadar Bilirubin
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka
tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis,
obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan
meningkat dan menandakan adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan
ini akan berakibat juga terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2) Elektroforesis Hb
Diagnosis
definitif
ditegakkan
dengan
pemeriksaan
eleltroforesis
saja, namun juga pada orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan
ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb A2. petunjuk adanya
thalassemia adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia
kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya
tidak melebihi 1%. 4,5,9
3) Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat
aktif sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan
normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3. 4,5,9
4) Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi
berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala.
Apabila tranfusi tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
korteknya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang
terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu
menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.4,5,9
F. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb
yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua
penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga
yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat. 1,4,9,10
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi
darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus
dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode
pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam
batas normal tanpa transfusi. 1,4,9,10
Transfusi Darah 1,4,9,10
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9-9.5
gr/dL sepanjang waktu.
Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu
studi lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip
sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis.
Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit; 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang
adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.
mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal, bahkan tanpa diberikan
transfusi.1,4,9,10
Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang menerima transfusi terekspose virus
hepatitis B. Saat ini, dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang.
Virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas
15 tahun dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan
demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang
mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO).
penyebabnya,
sebaiknya
diterapi
dengan
Gentamisin
dan
Trimetoprim-
Sulfametoksazol.1,4,9,10
Terapi Khelasi (Pengikat Besi) 1,4,9,10
Chelating agent
Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam
saat pasien tidur selama 5 hari/minggu.
splenektomi
dibenarkan
apabila
limpa
menjadi
hiperaktif,
menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan demikian
Gambar 6. Splenektomi
Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut : asam
folat, asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak diberikan,
dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat
membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus. 1,4,9,10
G. Skrining
Dapat dilakukan skrining premarital dengan menggunakan pedigree. Atau bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil berdasar ras, melalui ukuran
eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-). Bila kadarnya normal, pasien
dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai .11
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan
besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang. Efek samping
kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila
hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.11
Anemia
kronis
memberikan
dampak
pada
proses
tumbuh
kembang,
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan
bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thalassemia
adalah
gangguan
pembuatan
hemoglobin
yang
diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
2. A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita Selekta
Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996, hal 66-85
3. Herdata,HeruNoviat.
(2008).Thalasemia,http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/category/hematoonkologi/th
alassemia/
4. Yunanda Y.Thalasemia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara:2008.
5. Behrman R.E, Kliegman R.M and jenson H.B. (2004). Nelson textbook of
pediatrics.Part 20 disease of the blood chapter 454 hemoglobin disorder 454.9
thallasemia syndrome. 17thedition.USA
6. Iskandar. (2Januari 2010). Thalasemia penyakit turunan yang bisa dicegah.Inilah.com
http://www.inilah.com/news/read/gayahidup/2010/01/02/255741/thalasemiapenyakit-turunan-yang-bisadicegah/
7. Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria; IDG
Ugrasena: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga. Penerbit Badan
Penerbit IDAI, Jakarta : 2010, hlm 64-84
8. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal Medicine,
volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138
9. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
10. Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. What is Thalassemia and
Treating Thalassemia.
11. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal Medicine,
volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138