Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

SEPTEMBER 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT

THALASEMIA

Oleh :
AZHAR FAUZAN
Pembimbing :
dr. MARLENNY WT. MARTOYO, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama

: Azhar Fauzan

Judul Referat : Thalasemia


Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, September 2016

Pembimbing,

(dr. Marlenny Wt. Martoyo, Sp.A)

Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah


SWT atas segala Rahmat, Berkah dan Karunia-Nya. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW serta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Referat ini dengan judul Thalasemia sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Selama persiapan dan penyusunan referat ini, penulis mengalami kesulitan dalam
mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya
referat ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dr. Marlenny
Wt. Martoyo, Sp. A selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama penulis menyelesaikan tugas ini.
Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang
melimpah dari Allah SWT dan dibalas dengan sebaik-baik balasan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan refrerat

ini terdapat banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang.
Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya diri pribadi.
Amin Yaa Rabbalalamin.
Makassar, September 2016
Hormat Saya,

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi
klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu
dinamakan sebagai Mediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat
karena sebenarnya kondisi ini dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti
yang akan dijelaskan selanjutnya, beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik
pada area geografis tertentu.1
Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit,
mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau
menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus darah tepi,
yang mana awalnya beliau pikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang
disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari
bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan esensial pada temuan ini sehingga istilah anemia
eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik
dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orangtua sehat pada anakanak yang mengidap kelainan ini.1,2
Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik
hipokromik ringan yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan Italia pada tahun yang
sama saat Cooley melaporan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan
mengikutinya namanya. Sebagi tambahan, Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan
adanya anemia ringan pada kedua orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley.

Anemia ini sangat mirip dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemia
Cooley dinyatakan sebagai bentuk homozigot dari anemia hipokromik mikrositik ringan
yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk anemia berat ini kemudian
dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya dinamakan sebagai
thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang
berarti laut (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti berhubungan dengan
darah.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Thalasemia adalah salah satu dari penyakit genetik yang diwariskan dari orang tua
kepada anaknya dimana terjadi kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat
pengurangan

produksi

satu

atau

lebih

rantai

globin

yang

menyebabkan

ketidakseimbangan produksi rantai globin. 2


B. Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta
ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak;
menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di
dunia. Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Thalassemia- lebih sering ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti Yunani,
Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta,
memiliki insidens thalassemia- mayor yang tinggi secara signifikan. Thalassemia- juga
umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya,
thalassemia- lebih sering ditemukan di Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.1
WHO (2006) meneliti kira-kira 5% penduduk dunia adalah carrier dari 300-400
ribu bayi thalassemia yang baru lahir pertahunnya. Frekuensi gen thalassemia di
Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru
dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia. Salah satu RS di Jakarta, sampai dengan akhir
tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia mayor yang berobat jalan di Pusat
Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang terdiri dari 52,5 % pasien thalassemia

homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta thalassemia 1,3%. Sekitar 70-80
pasien baru, datang tiap tahunnya. Fakta ini mendukung thalasemia sebagai salah satu
penyakit turunan yang terbanyak dan menyerang hampir semua golongan etnik dan
terdapat di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.3
C. Patofisiologi
Thalasemia mayor beta terjadi akibat kegagalan sintesis rantai globin beta baik
parsial ataupun total. Dan dengan demikian menyababkan gangguan sintesis hemoglobin
dan anemia kronik. Bila pewarisan adalah autosomal resesif. Kelainan pada gen globin-
(terdapat bersama gen- dan pada kromosom) bisanya berupa suatu mutasi titik yang
mempengaruhi ekspresi gen ataupun pengolahan oleh messenger RNA. Telah diketahui
beragam bentuk mutasi dan keragaman ini menjadi penyebab atas luasnya variasi derajat
klinis kondisi ini.4
Secara genetik, gangguan pembentukan protein globin dapat disebabkan karena
kerusakan gen yang terdapat pada kromosom 11 atau 16 yang ditempati lokus gen globin.
Kerusakan pada salah satu kromosom homolog menimbulkan terjadinya keadaan
heterozigot, sedangkan kerusakan pada kedua kromosom homolog menimbulkan keadaan
homozigot (-/-). 5
Pada thalassemia homozigot, sintesis rantai menurun atau tidak ada sintesis sama
sekali. Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya
kekurangan sintesis rantai akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.5
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta disebabkan oleh
sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus

memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang
tersebut hanya menjadi pembawa/carier.5
1. Thalasemia beta
Secara biokimia kelainan yang paling mendasar adalah menurunnya
biosintesis dari unit globin pada Hb A. Pada thalasemia heterozigot, sintesis
globin kurang lebih separuh dari nilai normalnya. Pada thalasemia
homozigot, sintesis globin dapat mencapai nol.
Karena adanya defisiensi yang berat pada rantai , sintesis Hb A total
menurun dengan sangat jelas atau bahkan tidak ada, sehingga pasien dengan
thalasemia homozigot mengalami anemia berat. Sebagai respon kompensasi,
maka sintesis rantai menjadi teraktifasi sehingga hemoglobin pasien
mengandung proporsi Hb F yang meningkat. Namun sintesis rantai ini tidak
efektif dan secara kuantitas tidak mencukupi.
Pada thalasemia homozigot, sintesis rantai tidak mengalami perubahan
dan tidak mampu membentuk Hb tetramer. Ketidak-seimbangan sintesis dari
rantai polipeptida ini mengakibatkan kelebihan adanya rantai bebas di dalam
sel darah merah yang berinti dan retikulosit. Rantai bebas ini mudah
teroksidasi. Mereka dapat beragregasi menjadi suatu inklusi protein (haeinz
bodys), menyebabkan kerusakan membran pada sel darah merah dan destruksi
dari sel darah merah imatur dalam sumsum tulang sehingga jumlah sel darah
merah matur yang diproduksi menjadi berkurang sehingga sel darah merah
yang beredar menjadi kecil, terdistorsi, dipenuhi oleh inklusi globin, dan
mengandung komplemen hemoglobin yang menurun dan memberikan
gambaran dari Anemia Cooley/anemia mikrositik hipokrom yaitu hipokromik,
mikrosisitk dan poikilositik.6,7

Sel darah merah yang sudah rusak tersebut akan dihancurkan oleh limpa,
hepar, dan sumsum tulang, menggambarkan komponen hemolitik dari penyakit
ini. Sel darah merah yang mengandung jumlah Hb F yang lebih tinggi
mempunyai umur yang lebih panjang.6,7
Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan oksigen carrying
capacity dari setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah matur (yang
jumlahnya sedikit) mengalami hemolisa secara prematur.
Eritropoetin meningkat sebagai respon adanya anemia, sehingga sumsumsumsum tulang dipacu untuk memproduksi eritroid prekusor yang lebih
banyak. Namun mekanisme kompensasi ini tidak efektif karena adanya
kematian yang prematur dari eritroblas. Hasilnya adalah suatu ekspansi
sumsum tulang yang masif yang memproduksi sel darah merah baru. 6,7
Sumsum tulang mengalami ekspansi secara masif, menginvasi bagian
kortikal dari tulang, menghabiskan sumber kalori yang sangat besar pada
umur-umur yang kritis pada pertumbuhan dan perkembangan, mengalihkan
sumber-sumber biokimia yang vital dari tempat-tempat yang membutuhkannya
dan menempatkan suatu stress yang sangat besar pada jantung. Secara klinis
terlihat sebagai kegalan dari pertumbuhan dan perkembangan, kegagalan
jantung high output, kerentanan terhadap infeksi, deformitas dari tulang,
fraktur patologis, dan kematian di usia muda tanpa adanya terapi transfusi.6,7
Jika seseorang memiliki 1 gen beta globin normal, dan satu lagi gen yang
sudah termutasi, maka orang itu disebut carier/trait. 6,7
2. Thalasemia alpha
Rantai globin yang berlebihan pada thalasemia adalah rantai dan yang
kurang atau hilang sintesisnya dalah rantai . Rantai bersifat larut sehingga
mampu membentuk hemotetramer yang meskipun relatif tidak stabil, mampu

bertahan dan memproduksi molekul Hb yang lain seperti Hb Bart (4) dan Hb
H (4). Perbedaan dasar inilah yang mempengaruhi lebih ringannya
manisfestasi klinis dan tingkat keparahan penyakitnya dibandingkan dengan
thalasemia beta.7
Patofisiologi thalasemia sebanding dengan jumlah gen yang terkena.
Pada thalasemia homozigot (-/-) tidak ada rantai yang diproduksi.
Pasiennya hanya memiliki Hb Barts yang tinggi dengan Hb embrionik.
Meskipun kadar Hb nya tinggi tapi hampir semuanya adalah

Hb Barts

sehingga sangat hipoksik yang menyebabkan sebagian besar pasien lahir mati
dengan tanda hipoksia intrauterin.7
Bentuk thalasemia heterozigot

(0

dan

-+)

menghasilkan

ketidakseimbangan jumlah rantainya tetapi pasiennya dapat mampu bertahan


dengan HbH dimana kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik
karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen. Mutasi yang
terjadi pada gen alpha globin disebut delesi.7
D. Klasifikasi Thalasemia
Saat ini dikenal sejumlah besar sindrom thalasemia; masing-masing melibatkan
penurunan produksi satu atau lebih rantai globin, yang membentuk bermacam-macam
jenis Hb yang ditemukan pada sel darah merah. Jenis yang paling penting dalam praktek
klinis adalah sindrom yang mempengaruhi baik atau sintesis rantai maupun .1
Thalassemia-
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen
globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada

individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai
dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.1,8

Genotip

Jumlah gen

Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis


Saat Lahir

> 6 bulan

Normal

-/

Silent carrier

0-3 % Hb Barts

Trait thal-

2-10% Hb Barts

--/ atau 2
/-
--/-

Penyakit Hb H

15-30% Hb Bart

Hb H

--/--

Hydrops fetalis

>75% Hb Bart

Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4

Silent carrier thalassemia-


o Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya
ditemukan secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik AfroAmerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang
terletak pada kromosom 16.1,8
o Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,
menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara
hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah)
yang rendah dalam beberapa pemeriksaan.1,8
o Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan
elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih.

Bisa juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga
( misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah
lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia
dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup
kuat menuju diagnosis thalasemia.1,8

Trait thalassemia-
o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu
kromosom 16 atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan
ini sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
1,8

o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts ( 4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal. 1,8

Gambar 1. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel

Penyakit Hb H
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan thalassemia-
intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus, dan jumlah sel
darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan
pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer
(Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan
gambaran golf ball. Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.1,8

Gambar 2. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies

Thalassemia- mayor

o Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. 1,8
o Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka
tidak satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi
yang menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka
bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung
sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. 1,8
o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang
lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan
sangat bergantung dengan transfusi.1,8
Thalassemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-;
antara lain :

Silent carrier thalassemia-


o Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit
yang rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan
suatu thalassemia-+. 1,8

o Bentuk silent carrier thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang


dapat diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan
ini, jika diwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-,
menghasilkan sindrom thalassemia intermedia. 1,8

Gambar 3. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel

Trait thalassemia-
o

Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan


elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2,
Hb F, atau keduanya1,8

Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai


anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan
preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan

trait thalassemia- mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF,
sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas,
dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%,
yang mewakili thalassemia tipe . 1,8

Thalassemia- yang terkait dengan variasi struktural rantai


o

Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media hingga


seberat thalassemia- mayor.1,8

Ekspresi gen homozigot thalassemia (+) menghasilkan sindrom mirip


anemia Cooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia).
Deformitas skelet dan hepatosplenomegali timbul pada penderita ini,
tetapi kadar Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa
transfusi.1.8

o Kebanyakan bentuk thalassemia- heterozigot terkait dengan anemia


ringan. Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal
menurut umur.1,8
o Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis,
dan seringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan
tapi biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.1,8

MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan
ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda
hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat. 1,8

Thalassemia- homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)


o bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan
kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita
ini untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang
disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5
tahun pertama kehidupan. 1,8
o Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima
transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik
disumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi
tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang
di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas. 1,8

Gambar 4. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies


Cooley)

o Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat


kekuningan.

Limpa

dan

hati

membesar

karena

hematopoesis

ekstrameduler dan hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa


mungkin sedemikian besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
mekanis dan hipersplenisme sekunder. 1,8

Gambar 5. Splenomegali pada thalassemia

o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau
tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal. 1,8
o Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot
yang tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan
mikrositosis berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh
(sel bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di
darah tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang
merupakan presipitasi kelebihan rantai , juga terlihat pasca splenektomi.
Kadar Hb turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat
transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi
(iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya
kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit. 1,8

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah 4,5,9
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
thalasemia adalah :
a.

Darah rutin

Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah lekosit,


ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
b.

Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.

c.

Gambaran darah tepi


Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom.
Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis,
tear drops sel dan target sel.

d.

Serum Iron & Total Iron Binding Capacity


Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan
menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.

e.

Kadar Bilirubin
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka
tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis,
obstruksi batu empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan
meningkat dan menandakan adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan
ini akan berakibat juga terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2) Elektroforesis Hb
Diagnosis

definitif

ditegakkan

dengan

pemeriksaan

eleltroforesis

hemoglobin. Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia

saja, namun juga pada orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan
ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb A2. petunjuk adanya
thalassemia adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia
kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya
tidak melebihi 1%. 4,5,9
3) Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat
aktif sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan
normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3. 4,5,9
4) Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi
berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala.
Apabila tranfusi tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
korteknya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang
terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu
menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.4,5,9
F. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb
yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua

penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga
yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat. 1,4,9,10
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi
darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus
dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode
pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam
batas normal tanpa transfusi. 1,4,9,10
Transfusi Darah 1,4,9,10

Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9-9.5
gr/dL sepanjang waktu.

Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu
studi lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip
sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis.

Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit; 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang
adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.

Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi


untuk mencegah demam dan reaksi alergi.

Komplikasi Transfusi Darah


Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi bahan
infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita thalassemia mayor biasanya lebih

mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal, bahkan tanpa diberikan
transfusi.1,4,9,10
Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang menerima transfusi terekspose virus
hepatitis B. Saat ini, dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang.
Virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas
15 tahun dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan
demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang
mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO).
penyebabnya,

sebaiknya

diterapi

dengan

Demam yang tidak jelas

Gentamisin

dan

Trimetoprim-

Sulfametoksazol.1,4,9,10
Terapi Khelasi (Pengikat Besi) 1,4,9,10

Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi dapat


menunda onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan dapat
mencegah kelainan jantung tersebut.

Chelating agent

yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks

hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat


penting untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan besi
negatif (lebih banyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO tidak
diserap di usus, maka rute pemberiannya harus melalui parenteral (intravena,
intramuskular, atau subkutan).

Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam
saat pasien tidur selama 5 hari/minggu.

Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)


TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang saat ini
diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya hepatomegali,
fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi dilakukan.
Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan
pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah
tidak diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus
mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang
optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis
jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui. Biaya jangka
panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya transplantasi. Kemungkinan
kanker setelah TSSH juga harus dipertimbangkan. 1,4,9,10
Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada
pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi nontoksik
(yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah merah dan
distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan sebelum memutuskan
melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik,
sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu
dini dapat membahayakan. 1,4,9,10
Sebaliknya,

splenektomi

dibenarkan

apabila

limpa

menjadi

hiperaktif,

menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan demikian

meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih banyak akumulasi


besi.1,4,9,10
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-250
mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat
menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%. 1,4,9,10

Gambar 6. Splenektomi

Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur


sekarang dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan
sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus
selalu diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah
Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 /
L pasca splenektomi. 1,4,9,10

Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut : asam
folat, asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak diberikan,
dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat
membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus. 1,4,9,10
G. Skrining
Dapat dilakukan skrining premarital dengan menggunakan pedigree. Atau bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil berdasar ras, melalui ukuran
eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-). Bila kadarnya normal, pasien
dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai .11
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan
besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang. Efek samping
kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila
hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.11
Anemia

kronis

memberikan

dampak

pada

proses

tumbuh

kembang,

karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.11


Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi
jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus,
hipoparatiroid) dan fraktur patologis.11
H. Prognosis

Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan
bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.5

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Thalassemia

adalah

gangguan

pembuatan

hemoglobin

yang

diturunkan.

Thalassemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India


sampai Asia Tenggara. Thalassemia memiliki dua tipe utama berdasarkan rantai globin
yang hilang pada hemoglobin individu yaitu Thalassemia- dan thalassemia-, yang
nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan derajat mutasi (secara
genetik) ataupun berat ringannya gejala. Thalassemia diturunkan berdasarkan hukum
Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa gejala, sedangkan
homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat dari thalassemia dan .
Terapi thalassemia antara lain adalah terapi transfusi, terapi pengikat besi (khelasi),
splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang. Masing-masing terapi memiliki kriteria
dan efek samping tertentu sehingga perlu dipertimbangkan secara seksama. Konseling
mengenai thalassemia sangat diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap
penderita. Sampai saat ini, penderita thalassemia yang berat biasanya tidak dapat
bertahan hingga mencapai usia dewasa normal meskipun kemungkinan ini tidak tertutup
sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuliani P. Thalasemia. Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Otorita Batam. FK


Universitas Trisakti: 2010.

2. A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita Selekta
Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996, hal 66-85
3. Herdata,HeruNoviat.
(2008).Thalasemia,http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/category/hematoonkologi/th
alassemia/
4. Yunanda Y.Thalasemia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara:2008.
5. Behrman R.E, Kliegman R.M and jenson H.B. (2004). Nelson textbook of
pediatrics.Part 20 disease of the blood chapter 454 hemoglobin disorder 454.9
thallasemia syndrome. 17thedition.USA
6. Iskandar. (2Januari 2010). Thalasemia penyakit turunan yang bisa dicegah.Inilah.com
http://www.inilah.com/news/read/gayahidup/2010/01/02/255741/thalasemiapenyakit-turunan-yang-bisadicegah/
7. Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria; IDG
Ugrasena: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga. Penerbit Badan
Penerbit IDAI, Jakarta : 2010, hlm 64-84
8. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal Medicine,
volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138
9. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
10. Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. What is Thalassemia and
Treating Thalassemia.
11. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal Medicine,
volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138

Anda mungkin juga menyukai