Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada saat ini, media telah menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh
masyarakat, dari berbagai tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat
tinggal dan sebagainya.
Media di masa sekarang ini terus bertebaran disekitar kita. Hidup sehari
saja tanpa media adalah hal yang mustahil bagi kebanyakan orang. Hampir pada
setiap aspek kegiatan manusia, baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok
selalu memiliki hubungan dengan komunikasi massa. Selain itu bagi masyarakat
yang tinggi maka komunikasi massa dapat digunakan dengan program
komunikasi melalui media seperti surat kabar, majalah, radio, televise, film, dan
internet. Hal ini menjadikan setiap saat, semua individu maupun masyarakat
tidak terlepas dari media massa.
Media juga sebagai sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi termasuk juga hiburan. Media massa setidaknya
memiliki empat fungsi utama, yaitu untuk menginformasikan, sarana yang
mendidik, membentuk opini atau pendapat, dan mengibur.
Karena media telah menjadi kebutuhan manusia dalam setiap aspek
kehidupannya, maka media memiliki peran penting dalam proses pembentukan
masyarakat yang lebih dewasa dan modern. Unsur lain yang tidak kalah
pentingnya adalah, seberapa besar media mempengaruhi masyarakat sebagai
penyimak tetap mereka. Beberapa ahli percaya bahwa media memberikan
pengaruh yang besar bagi para penyimaknya.
1.2 TUJUAN
Mempelajari perubahan pola pikir masyarakat menghadapi perkembangan
media yang semakin cepat berkembang. Bagaimana tiap-tiap individu
masyarakat tersbut menyaring hal yang positif dan negatif dari setiap media yang
bertebaran di lingkungan mereka.

BAB II
1

LANDASAN TEORI

2.1 PERUBAHAN SOSIAL


Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Ada
pula yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti
misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau
kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan
sosial bersifat periodik dan non-periodik.
William F. Ogbunr memberikan pengertian --walau tidak memberi
definisi tentang perubahan sosial--. Bagi Ogbunr, ruang lingkup perubahanperubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun
yang immaterial, yang dikemukakan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Secara khusus, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam hubungan masyarakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh
dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam
organisasi ekonomi dan politik.
Sementara Mac Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements
dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan
manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat
diklasifikasikan ke dalam ke dua kategori tersebut di atas. Sebuah mesin ketik,
alat pencetak atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena
benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia,
tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian
elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang
dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk
di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material.
Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimaksukkan
ke dalam golongan tersebut.
Definisi lain dinyatakan Selo Soermardjan. Bagi Soemardjan, perubahan
sosial
adalah
segala
perubahan-perubahan
pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia,
perubahan-perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi struktur
masyarakat lainnya (Soekanto, 2001: 335).

Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk


mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi
perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran
terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut
barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologis, filsafat dan seterusnya,
bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
Secara umum dari setiap pendapat yang ada menyatakan bahwa
perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Perubahan sosial dalam
masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah
proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil
oleh anggota masyarakat.
Selain itu dapat diketahui bahwa perubahan sosial mempunyai
ciri-ciri tertentu, antara lain :

1. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis)


2. Perubahan sosial berlangsung secara terus-menerus
3. Perubahan sosial selalu diikuti perubahan-perubahan sosial lainnya
4. Perubahan sosial yang terlalu cepat menyebabkan disintegrasi
5. Perubahan sosial dapat berlangsung bidang material dan immaterial.

Faktor Penentu
Penyebab perubahan sosial masyarakat bisa bersumber pada banyak hal,
yang terpenting mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam
melakukan interaksi. Media merupakan salah satu sarana yang mampu
menyebabkan pola pikir dan perilaku masyarakat terpengaruh atau bahkan
berubah sesuai dengan pesan atau informasi yang dikandung dalam media
tersebut.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer
yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,
teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahanperubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William F. Ogburn
menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan
3

bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan
menyebabka perubahan-perubahan sosial.
Jika dirangkum ada beberapa aspek perubahan sosial, yaitu:
a.Perubahan pola pikir masyarakat. Ssikap masyarakat pada berbagai
persoalan sosial dan budaya disekitarnya yang berakibat terhadap
pemetaan pola-pola pikir baru yang dianut masyarakat sebagai sikap
yang modern, contoh tentang ada pekerjaan informal dan formal
b. Perubahan perilaku masyarakat. Perubahan sistem-sistem sosial,
masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem
sosial baru, contoh adanya kebijakan atau standar acuan pembangunan
baru.
c.
Perubahan budaya materi. Perubahan artefak budaya yang digunakan oleh
masyarakat, misal model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi.
Dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat
diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena
lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk
mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses
awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, karena ke dua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbal-balik yang sangat kuat.
a.
Social process: the circulation of various rewards facilities, and
personel in an existing structure.
b.
Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ
qualitatively from existing units.
c.
Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles
and organization.
d.
Changes in group structure: the shifts in the composition of group, the
level of consciousness of groups, and the relations among the groups in
society.
Proses Perubahan Sosial

Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam


keadaan berubah. Rober H. Lauer berpendapat bahwa perubahan sosial itu
sangatlah rumit untuk dijelaskan, sebab banyak hal yang mesti dikaji terutama
berkenaan dengan seluruh tingkat dan aspek kehidupan sosial, yang jelas
perubahan itu sendiri pasti adanya, namun yang berbeda hanyalah tingkat
perubahannya itu sendiri, ada yang lambat, ada yang cepat.
Konsepsi para ahli tentang perubahan sosial memang berbeda-beda,
namun pada dasarnya mereka bersepakat bahwa perubahan di dalam struktur
masyarakat itu pasti ada, dan itu terjadi ketika ada perubahan di dalam mentalitas
masyarakatnya. Pada umumnya perubahan mentalitas atau struktur masyarakat
pasti akan berpengaruh pada proses interaksi sosial di dalam masyarakat.
Dalam kajian sosiologis, secara umum ada beberapa tahapan
perubahan masyarakat yang berkaitan dengan modernitas,

Tahapan Transisi Sosiologis

Primitif :

hidup secara terisolir dan berpindah-pindah disesuaikan dengan


kondisi alam, muncul band (kelompok kecil)

Agrokultural

Bercocok tanam disuatu tempat dan memanennya serta berburu

Tradisional

Menetap, muncul desa, ada interaksi dalam satu desa dan


mengembangkan budaya

Transisi

Desa sudah maju, tidak adaaa isolasi, transportasi sudah lancar. Ada
penggunaan media informasi. Ada penyesuaian dengan inovasi. Ada
sikap ambigu terhadap sikap, pandangan daan perilaku mereka.

Modern

Kehidupan sudah kosmopolitan dengan menonjolnya kehidupan


individualis, profesionalisme di segala bidang. Penghargaan pada
profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial.Pendidikan relatif
lebih tinggi

Postmodern

Masyarakat yang melampaui syarat masyarakat modern baik secara


finansial, pengetahuan, dan relasi. Sifat-sifat menonjol : 1. Memiliki
pola hidup nomaden 2. Secara sosiologis berada di titik nadir antara
struktural dan agen 3. Lebih suka menghargai hal privacy dan
kegemaran yang unik dan aneh-aneh 4. Sangat sekuler, nilai-nilai
sosial yang subyektif dan liberal 5. Pemahaman bebas ada back to
nature, back to religi.

Pola perubahan lain yang muncul dari implikasi dari perubahan sosial
yang terjadi secara vertikal juga horisontal adalah :
1.

Memutar (siklus)

2.

Mengulang (repetition)

3.

Memecah

4.

Menyatu (diffusion)

Secara hiararkis perubahan sosial memiliki tingkatan yang sederhana


di tingkat individu sampai perubahan sosial di tingkat dunia. Laurer (2001:6)
membuat sistematika perubahan :

TINGKAT
ANALISIS

WAKIL KAWASAN
STUDI

Global

Organisasi
Internasional;
ketimpangan
internasional

Peradaban

Lingkungan

WAKIL UNIT-UNIT STUDI

GNP; data perdagangan

hidup Inovasi ilmiah, kesenian dan

peradaban atau pola- inovasi lain-lain; institusi sosial


pola perubahan lain;
evolusioner; dialektika
Kebudayaan

Kebudayaan; materiil; Teknologi, ideologi, nilai-nilai


non materiil

Masyarakat

Sistem
Pendapatan; kekuasaan dan
stratifikasi;struktur;
gengsi; peran; pertumbuhan
demografi;
masalah penduduk; tingkat pembunuhan
sosial

Komunitasi

Sistem
Pendapatan; kekuasaan dan
stratifikasi;struktur;
gengsi; peran; pertumbuhan
demografi;
masalah penduduk; tingkat pembunuhan
sosial

Institusi

Ekonomi,
pemerintahan; agama;
perkawinan;
dan
keluarga ; pendidikan

Organisasi

Struktur; pola interaksi; Peranan; klik persahabatan;


struktur
kekuasaaan; administrasi; tingkat produksi;
produkstifitas
output perpekerja

Interaksi

Tipe
interaksi;komunikasi

Jumlah konflik; kompetisi atau


kedekatan; identitas keseringan;
dan
kejarangan
partisipasi
Interaksi

Peradaban

Sikap

Keyakinan mengenai berbagai


persoalan; aspirasi

Pendapatan keluarga; pola


pemilihan umum; jamaah gereja
atau masjid; tingkat perceraian;
proporsi penduduk di PT

BAB III
PEMBAHASAN

Pada teori perubahan sosial terdapat beberapa persoalan, yang mencakup


beberapa hal. PERTAMA, mengenai kecepatan suatu perubahan dapat, terjadi ke
arah manakah perubahan yang terjadi tersebut, dalam bentuk apa perubahan yang
terjadi, serta hambatan-hambatan yang terjadi ketika perubahan tersebut berjalan.
Untuk kasus yang terjadi pada masyarakat Indonesia sendiri, hal ini dapat dilakukan
dengan melihat sejarah perkembangan sosial yang terjadi di Indonesia.
KEDUA, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan sosial.
Terdapat enam faktor yang mempengaruhi perubahan sosial : (1) penyebaran
informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan pesanpesan ataupun gagasan (pemikiran); (2) modal, antara lain SDM ataupun modal
finansial; (3) teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesusai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan; (4) ideologi atau agama, bagaimana agama
atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses perubahan sosial; (5) birokrasi,
terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam
membangun kekuasaannya; (6) agen atau aktor. Hal ini secara umum termasuk dalam
modal SDM, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif
individual dalam mencari kehidupan yang lebih baik.

KETIGA, dari mana asal perubahan dapat terjadi, bisa berasal dari negara,
dari pasar bebas (kekuatan luar negeri), tau justru berasal dari dalam diri masyarakat
itu sendiri.
KEEMPAT, dalam bentuk apa perubahan itu dapat terjadi. Dapat diketahui,
suatu perubahan dapat berbentuk fisik (tampak/material), misalnya terjadi
pembangunan dalam pengertian fisik. Juga terdapat hal-hal yang tidak tampak
(nonmaterial), seperti pemikiran, kesadaran, dan sebagainya.
KELIMA, wacana-wacana atau hal-hal yang dominan terjadi dalam proses
perubahan sosial. Misalnya, untuk kasus Indonesia di antara enam faktor perubahan
yang telah dijelaskan, mana di antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut
terjadi.
KEENAM, membedakan konteks-konteks perubahan pada setiap masyarakat
serta bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Pada masalah ini menjelaskan
mengenai (1) proses reproduksi, yakni proses pengulangan-pengulangan dalam ruang
dan waktu yang berbeda seperti halnya warisan sosial dan budaya dari masyarakat
sebelumnya dan (2) proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk atau
penciptaan yang baru, atau yang berbeda dari sebelumnya.

Modernisasi : Ancangan Analisis Perubahan Sosial


Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa
kini adalah gejala modernisasi yang diterapkankan dunia Barat untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi
sangat luas, baik yang dianggap positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di
negara-negara Dunia Ketiga, baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial,
politik, budaya dan ilmu pengetahuan.
Modernisasi sebagai fenomena perubahan mendapat respon yang beragam,
bahkan dikritisi sebagai westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat seharusnya
tidak dengan mudah begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi
seharusnya memiliki mekanisme tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi
(budaya) dalam menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi. Dalam
kaitannya dengan hal ini adalah peran para agen perubahan (seperti pemerintah dan

lembaga-lembaga masyarakat) yang mampu mengantisipasi berbagai perkembangan


masyarakat sehingga mampu mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang
lebih baik.
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan,
melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif.
Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih
difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya
hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan
sebagian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan
keharusan yang tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses
perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari
perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan
berbagai macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.
Determinisme Media
Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari
perubahan sosial. Dalam konteks mediasi, teknologi media berperan dalam
membentuk cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi
media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan
manusia. Ini terjadi tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang
berbeda dalam menyampaikan teks, suara atau gambar (Croteau :262).
Bahkan Mc Luhan, yang terkenal dengan adagium medium is the mesage,
mengatakan bahwa teknologi media memiliki implikasi pada keseimbangan
penggunaan indra kita. Misalnya media cetak yang hanya bisa menyampaikan teks
dan gambar diam lebih memfungsikan indra mata. sedangkan radio memaksimalkan
fungsi indra telinga..
Dalam kacamata kaum determinist, teknologi merupakan elemen penting
yang menjadi pangkal dari perubahan sosial. Teknologi dilihat sebagai kekuatan
sosial dari luar yang masuk (atau dimasukkan) ke dalam situasi sosial tertentu dan
mengakibatkan efek perubahan beruntun. Fischer sebagaimana dikutip Croteau
menyebutnya sebagai pendekatan bola bilyar. Meskipun dalam kenyataan tak
selamanya begitu. Sebagaimana yang terjadi di India ketika para petani di sana

10

dikenalkan pada teknologi televisi dalam rangka difusi-inovasi teknologi pertanian


(Rogers, 1982:80).
Neil Postman (1985) berargumen bahwa masyarakat yang berbasis media
cetak (masyarakat Amerika abad 18 hingga 19) termotivasi untuk rasional, serius dan
koheren dalam cara berpikir dan isu tentang wacana publik. Membaca membentuk
pemikiran yang analitis, logis dan jelas. Dan kondisi itu berubah sejak kemunculan
televisi (Croteau, 268:269). meningkatnya penggunaan televisi mengubah cara
masyarakat berbicara dan berpikir tentang isu publik, apalagi ketika tayangan televisi
didominasi oleh hiburan dan gosip. Lebih jauh lagi, para penganut posmodernisme
menuding budaya audiovisual sekarang sebagai biang dari hiperreality.
Selain itu, teknologi komunikasi juga menggeser apa yang kita sebut sebagai
identitas dan peran sosial. Meyrowitz (1985) televisi secara radikal memutus
hubungan antara lingkungan fisik (physical place) and lingkungan sosial (social
place).Sebelum media elektronik berkembang, peran sosial dan identitas kita terkait
erat dengan lingkungan fisik dimana kita berada. Penemuan media elektronik,
terlebih televisi, membuat definisi keduanya menjadi kabur. Setidaknya berubah
untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial yang baru.

Menelisik Kontribusi Media


Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang
informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap
individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat
yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan
perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk
meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan
unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau.
Kehadiran media dalam kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion,
pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai
peran yang signifikan dalam proses perubahan sosial. Sebagai contoh isi media
massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media
massa akan mempengaruhi ---menurut istilah Peter Berger (1979:13)--- realitas

11

subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan istilah lain, media massa mampu
menanamkan the pictures in our heads (istilah Walter Lippmann, 1922) tentang
realitas yang terjadi di dunia ini.
Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang
nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah
pula pada khalayak, sehingga akan memunculkan respon dan sikap yang salah juga
terhadap obyek sosial itu. Oleh karena itu, media massa dituntut menyampaikan
informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan
tuntutan etis dan moral penyajian isi media.
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang
informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap
individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat
yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan
perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk
meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan
unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau
Tanpa sadar media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola
budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat.
Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup dan
aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang
ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya perilaku
menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mana perilaku
menyimpang tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini. Dampak lainnya
yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme yang menuntut
gaya hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar di kalangan
generasi muda
Media massa adalah institusi yang meghubungan seluruh unsur masyarakat
satu dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan. Produk
tayangannya berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan
12

berbagai sosio ekonomi, kultural. Produksi media yang berupa berita, program
keluarga, kuis, film, program anak disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya.
Blumer dalam McQuails dalam Bungin mengemukakan empat komponen
sosiologis yang mengandung arti massa :
1.

Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelass sosial yang berbeda
(heterogen)

2.

Massa terdiri dari individu-individu yang anonim

3.

Secara fisik terpisah satu sama lain hanya terdapat sedikit interaksi atau
pertukaran pengalaman

4.

Keorganisasian bersifat longgar dan tidak mampu bertindak bersama.

Budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Budaya populer banyak


berkaitan dengan masaalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau
kalangan orang tertentu, sperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah,
perawatan tubuh. Budaya massa dibentuk disebabkan :
1. Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak
dalam tempo singkat.
2. Cenderung latah, menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang
booming dan laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan
sebesar-besarnya.

Menurut Praktikto (1979: 36) dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang
menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung
terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa
perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di
berbagai negara. Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi

13

komunikasi. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai Ledakan Komunikasi


(Subrata, 1992).
Apabila globalisasi diartikan sebagai perkembangan kebudayaan manusia,
maka globalisasi informasi dan komunikasi yang mucul karena perkembangan
teknologi komunikasi, diartikan sebagai teknologi elektronika yang mampu
mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi ini tidak mungkin lagi
di dibatasi oleh ruang dan waktu (Wahyudi, 1990).
Arus informasi yang cepat menyebabkan kita tidak mampu untuk menyaring
pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut sedikit demi sedikit
telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan
yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini
hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama
perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.
Pertanyaan yang mengemuka kemudian, apakah perubahan sosial masyarakat
itu diharapkan atau tidak, cepat atau lambatkah perubahan tersebut? Tentu
bergantung pada spirit yang dikandung oleh masyarakatnya, leader (elit) yang hadir
ditengah-tengah masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam
prosesnya. Namun, efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun
perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat, mampu menembus
ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh masyarakat tadi terutama di era globalisasi
ini.

BAB IV
PENUTUP

4.1.

KESIMPULAN
Dengan mempelajari pengaruh media terhadap perubahan sosial,
maka kita dapat menyaring antara yang mengarah kea rah positif atau
negative. Hal dimaksudkan agar kita tidak sembarangan dalam menerima apa
yang ditampilkan oleh media tersebut. Sebagai manusia yang berpendidikan

14

dan bermoral seharusnya kita memfungsikan media yang semakin pesat


perkembangannya ini sebagai alat untuk menambah pola pikir kita menjadi
lebih baik. Seperti media yang digunakan untuk memperluas pengetahuan
kita, bukan malah menjebak kita.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. 9 Teori Dampak Media. wikipedia.org ( akses 29 September


2014)
Anonim. 2014. Media Dan Perubahan Sosial. academia.edu (akses 30
September 2014)

15

Serta referensi sumber :


Ang, Ien (1999): "Kultur und Kommunikation, Auf dem Weg zu einer
ethnographischen Kritik des Medienkonsums in transnationalen Mediensystemen",
in: Roger Bromley/Udo Gttlich/Carsten Winter (eds.): Cultural Studies,
Grundlagentexte zur Einfhrung , Lneburg, 317-340.
Bungin, Burhan .2006; Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma dan
diskursus Teknologi Komunikasi di masyarakat; Kencana
Cardoso, Fernando Henrique/Enzo Falletto (1979): Dependency and
Development in Latin America , Berkeley.
Croteau, David and William Hoynes. 1997. Media/Society: industries,
images, and audiences. United States: Pine Forge Press
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology. New York: The Free
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai