Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nebulizer merupakan salah satu terapi inhalasi. Terapi inhalasi adalah sistem
pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol melalui saluran napas dengan cara menghirup
obat dengan bantuan alat tertentu. Sasaran terapi inhalasi yang utama adalah saluran napas
atas dan saluran napas bawah. Target sasaran ini termasuk mukosa dan ujung reseptor neuron
di dalamnya. Terdapat berbagai macam bentuk obat atau cara pemberian terapi inhalasi,
seperti bentuk aerosol, yang biasanya dikemas dalam bentuk Inhalasi Dosis Terukur dan biasa
disebut Metered Dose Inhaler [ MDI ], DPI atau Dry Powder Inhalation yang dapat
berbentuk Turbohaler, rotahaler, atau diskhaler. Bentuk lainnya adalah cairan yang dapat
berupa solutio atau suspensi.
Terapi nebulizer merupakan bagian dari fisioterapi paru (chest physiotherapy).
Tepatnya, cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat
pernapasan menuju paru. Sejak ditemukannya nebulizer pada tahun 1859 di Perancis,
nebulizer menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus yang berhubungan dengan masalah
inflamasi atau obstruksi bronkus seperti pada penderita asma atau PPOK (Penyakit Paru
Obstruksi Kronis). Sebagai bronkodilator, terapi ini memberikan onset yang lebih cepat
dibandingkan obat oral atau intravena. Terapi inhalasi pertama kali memang ditujukan untuk
target sasaran di saluran napas. Terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat dan dosis obat
lebih kecil, sehingga efek samping ke organ lain lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan
masuk di saluran napas dan paru, sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan
tenggorokan.

Nebulizer Therapy | 1

Pemberian obat dalam bentuk inhalasi ini ditujukan untuk memberikan efek lokal
yang maksimal dan memberikan efek samping yang seminimal mungkin. Terapi inhalasi
dengan nebulizer dapat diberikan di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang telah
memenuhi persyaratan dan di rumah dengan aturan yang sudah dimengerti dengan baik dan
benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari system pernafasan?
2. Apa yang dimaksud dengan nebulizer?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari nebulizer?
4. Apa saja klasifikasi dari nebulizer?
5. Apa saja tujan, indikasi dan kontraindikasi terapi dari nebulizer?
6. Apa saja pemilihan obat pada terapi nebulizer?
7. Bagaimana prosedur kerja dari nebulizer?
8. Apa saja efek samping dan komplikasi dari pemakaian nebulizer?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menggunakan dan memasang nebulizer dengan baik dan benar.

Nebulizer Therapy | 2

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi system pernafasan.
2. Untuk mengetahui definisi dari nebulizer.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja nebulizer.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari nebulizer.
5. Untuk mengetahui tujuam, indikasi dan kontraindikasi rerapi nebulizer.
6. Untuk mengetahui pemilihan obat-obat pada nebulizer
7. Untuk mengetahui prosedur terapi nebulizer.
8. Untuk mengetahui efek samping dan komplikasi dari pemakasan nebulizer.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Untuk memahami tentang penggunaan nebulizer, anatomi dan fisiologi pernapasan
harus dipahami terlebih dahulu. Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang
berfungsi sebagai konduksi dan respirasi. Pada bagian konduksi, udara bolak-balik di antara
atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi (dead space), akan tetapi organ
tersebut selain sebagai konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban
udara. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, brnkus,
bronkiolus nonrespiratorius.

Nebulizer Therapy | 3

Pada bagian respirasi terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit
paru, yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris.
Tujuan utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi sel-sel tubuh dan
membawa karbondioksida (CO2) darinya. Agar respirasi dapat berlangsung harus ada jalan
untuk membawa oksigen ke tubuh dan system sirkulasi yang mengantarkannya pada sel-sel
tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel tersebut. Transport O2 berlangsung melalui
saluran pernapasan atas dan bawah.
Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, nasofaring, mulut dan orofaring serta
laring. Saluran napas bawah dibentuk oleh trakea, saluran utama bronkus, bronkhiolus dan
duktus alveolaris, yang kemudian berakhir pada alveoli. Saluran pernapasan, dalam
melakukan fungsinya sebagai saluran udara, memiliki 3 fungsi: menyaring, menghangatkan,
dan melembabkan udara.
Secara histolgis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari epitel
gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel silindris
bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus; epitel kuboid selapis bersilia
pada bronkiolus repiratorius; epitel gepeng selapis pada duktus alveolaris dan sakus
alveolaris serta alveolus. Dibawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina propria yang berisi
kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago. Dan berikutnya terdapat otot
polos serta serabut elastin.
Sebelum mencapai alveoli, udara yang dihirup melalui suatu saluran pernapasan
dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter lebih dari 2 m. Pembersihan terhadap
partikelpartikel ini, seperti debu dan bakteri, memungkinkan sterilisasi pada alveolus.
Bendabenda asing disaring melalui beberapa mekanisme. Selsel goblet pada lapisan epitel
saluran pernapasan menghasilkan sejumlah substansi mukopolisaarida yang tebal, yakni
mucus. Silia, yang ditemukan sepanjang percabangan saluran pernapasan seperti bronki, akan

Nebulizer Therapy | 4

mendorong mucus dan benda benda asing menuju faring yang kemudian akan dikeluarkan
dengan batuk dan bersin.
Selama inspirasi udara di panaskan sesuai dengan suhu tubuh, dan lebih dari 1000 ml
air digunakan perhari untuk meningkatkan kelembaban udara yang dihirup sampai paling
tidak 80%, dan disimpan sebagai cadangan cairan, rata-rata sebanyak 300 ml air perhari
dalam respirasi yang normal.
Pada sistem respirasi, alveolus merupakan unit dasar untuk pertukaran gas pada
sistem respirasi. Pada paru orang sehat, alveoli yang berjumlah lebih dari 300 juta merupakan
kantong-kantong kecil berasal dari duktus alveolaris. Duktus alveolaris terdiri dari otot polos
yang mampu melebar dan berkontraksi. Alveoli sendiri terdiri dari selapis epitel skuamosa
dan suatu membran basalis yang elastis. Kedua lapisan ini bersama lapisan endotel dan
membrane basalis kapiler, membentuk membran alveolar-kapilar atau interface. Pertukaran
gas terjadi melewati membran yang tebalnya kurang dari 1 um ini.
Paru terdiri atas beberapa lobus, paru kanan terdiri dari 3 lobus, atas, tengah, dan
bawah. Paru kiri memiliki dua lobus, atas dan bawah. Udara dialirkan kesetiap lobus melalui
bronkus lobaris yang merupakan cabang dari bronkus utama. Perbedaan penting antara paru
kanan dan kiri adalah dalam hal ukuran saluran udaranya. Bronkus dari trakea sehingga lebih
sering menjadi tempat masuknya bahan bahan yang aspirasi. Bronkus kiri lebih sempit dan
berjalan dengan membentuk sudut yang lebih tajam dengan trakea, menjadikan sekret dari
paru kiri lebih sulit untuk dikeluarkan.
Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga toraks. Rongga thorak
dilapisi pleura. Pleura adalah suatu membran serosa yang luas, satu permukaannya melapisi
bagian dalam rangka kosta ( pleura parietalis ) sedangkan permukaan pleura yang lainnya (
pleura visceralis ) membungkus paru. Ruang diantara kedua permukaan itu dikenal sebagai

Nebulizer Therapy | 5

ruang potensial . Ruang ini biasanya mengandung beberapa millimeter cairan seerosa yang
mencegah pergesekan pada saat kedua permukaan tersebut saling bertemu.
Proses respirasi meliputi ventilasi, perfusi dan difusi. Ventilasi meliputi pergerakan
keluar masuknya udara melalui cabang cabang trakeo-bronkial, sehingga oksigen sampai
pada alveoli dan karbondioksida di buang. Perfusi adalah istilah untuk aliran darah pada
kapiler paru. Difusi adalah proses pergerakan gas ( O2 dan CO2 ) melintasi membran
alveolarkapiler yang alirannya di mulai dari daerah dengan konsentrasi yang besar kedaerah
dengan konsentrasi yang lebih kecil, menimbulkan keseimbangan alveokapiler.
Berdasarkan semua di atas, barulah kita pahami bagaimana obat inhalasi dapat masuk
dan bekerja pada paru. Obat masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi
dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya
diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh darah, kelenjar, dan otot
polos.

B. Definisi Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat dari bentuk cair ke
bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup. atau
dikumpulkan dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan
kondisi spasme bronkus.
Dalam referensi yang lain, Nebulizer adalah alat dengan mesin tekanan udara yang
membantu untuk pengobatan asma dalam bentuk uap/ aerosol basah. Terdiri dari tutup,

Nebulizer Therapy | 6

mouthpiece yang dihubungkan dengan suatu bagian atau masker, pipa plastik yang
dihubungkan ke mesin tekanan udara.

C. Mekanisme Kerja
Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan. Beberapa macam dasar cara kerja
adalah kompresor, ultrasound atau oksigen. Obat dalam bentuk partikel aerosol yang dapat
dibentuk dari cairan ( pada nebulizer ) atau partikel aerosol yang dimampatkan dengan gas
sebagai zat pembawa ( MDI = Meterred Doze Inhaler ) atau aerosol yang berasal dari bubuk
kering ( Dry Powder Inhalation = DPI ), akan mencapai sasaran di saluran napas bersama
proses respirasi sesuai dengan ukuran partikel yang terbentuk dengan mekanisme Hukum
Brown yaitu Impaksi, Sedimentasi dan Difusi. Impaksi adalah membentur dan menempelnya
partikel obat pada mukosa bronkus yang terjadi karena pergerakan udara melalui inspirasi
dan ekspirasi, sedimentasi adalah sampainya partikel pada mukosa bronkus karena mengikuti
efek gravitasi. Ukuran partikel berkisar antara 0,01 mikron sampai 100 mikron. Penyebaran
partikel obat akan tergantung kepada besaran mikronnya; partikel dengan ukuran 5-10 mikron
akan menempel pada orofaring, 2-5 mikron pada trakeobronkial sedangkan partikel <1
mikron akan keluar dari saluran napas bersama proses ekspirasi. (Chrystin, Workshop Aerosol
Medicine ERS, 2005 )
Mekanisme kerja nebulizer sampai saat ini selalu berkembang, secara teknologi
disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan obat. Selain itu harus diperhatikan pula mengenai
kontinuitas kerja alat nebulizer, karena ada beberapa nebulizer yang menggunakan tombol
pengatur output aerosol, atau tanpa tombol pengatur sehingga aerosol keluar terus menerus.
Pada tipe kontinu banyak dosis obat yang terbuang, sedangkan yang menggunakan tombol
pengatur produksi aerosol dapat disesuaikan dengan pola napas pemakai. Ada beberapa tipe
nebulizer dengan klep di bagian mouthpiece-nya yang akan secara otomatis tertutup bila

Nebulizer Therapy | 7

pemakai tidak menarik napas, penggunaan obat menjadi efektif. Lama terapi penguapan 5-10
menit, dapat diberikan 3-4 kali sehari (seperti jadwal pemberian obat).

D. Klasifikasi Nebulizer
1. Berdasarkan penggunaannya, nebulizer dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Disposible nebulizer, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi gawat darurat / di
ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila
nebulizer di tempatkan di rumah, dapat digunakan lebih dari satu kali, apabila
dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu
apabila dibersihkan secara teratur.
b. Re-usable nebulizer, dapat digunakan sampai kurang lebih 6 bulan. Keuntungan
nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek dan dapat menawarkan suatu
perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis pengobatan. Keuntungan lain
adalah dapat direbus untuk proses desinfeksi. Selain itu, dapat juga digunakan untuk
terapi setiap hari.

2. Berdasarkan cara kerjanya, nebulizer diklasifikasikan menjadi


a. Nebulizer Jet - Aerosol
Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors), memberikan tekanan udara
dari pipa ke tutup (cup) yang berisi obat cair. Kekuatan tekanan udara akan memecah
cairan ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke
saluran pernapasan. Ukuran partikel yang dihasilkan 2-8 mikron. Beberapa bentuk jet

Nebulizer Therapy | 8

nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat digunakan pada
ventilator dan IPPB (Intermiten Positive Pressure Breathing).
b. Nebulizer ultrasonik (Ultrasonic Nebulizer)
Nebulizer ini menggunakan gelombang ultrasonik (vibrator dengan frekuensi tinggi),
sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume
tinggi, yakni mencapai 6cc/menit. Secara perlahan mengubah dari bentuk obat cair ke
bentuk uap atau aerosol basah. (Catatan: pulmicort tidak dapat digunakan pada
sebagian nebulizer ultrasonik). Besarnya partikel adalah 5 mikron maka dengan mudah
masuk ke saluran pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan
dispnoe. Oleh karena itu alat ini hanya dipakai secara intermitten, yakni untuk
menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang
kental.
c. Nebulizer mini
Nebulizer ini merupakan generasi baru (New generation of nebulizer) digunakan tanpa
menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan
dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik.

E. Tujuan, Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Nebulizer


Tujuan pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak, mengencerkan dahak
(meningkatkan produksi sekret) dan dapat mengurangi / menghilangkan bronkospasma.
Terapi nebulizer diindikasikan untuk penderita gangguan saluran napas.

Nebulizer Therapy | 9

Kontraindikasi terapi nebulisasi adalah pada pasien dengan hipertensi, takikardi,


riwayat alergi, trakeotomi, fraktur di daerah hidung. Namun, hal yang tidak boleh dilupakan
adalah kontra indikasi dari obat yang kita gunakan untuk nebulisasi.

D. Pemilihan Obat
Obat akan selalu disesuaikan dengan diagnosis atau kelainan saat itu. Obat yang
digunakan dalan terapi inhalasi nebulizer berbentuk solutio, suspensi atau obat khusus yang
memang dibuat untuk terapi inhalasi. Golongan obat yang sering diberikan via nebulizer
yaitu beta agonis, antikolinergik, kortikosteroid dan antibiotik.
Berikut ini adalah penjelesan mengenai obat-obat yang dapat diberikan dengan terapi
nebulizer:

OBAT

SEDIAN DAN
KANDUNGAN

KETERANGAN

BRONKODILATOR : bekerja dengan merelaksasi otot polos bronkus dan membantu


memudahkan dalam bernapas
Salbutamol
(Ventolin)

Terbutaline
(Bricanyl)

-Nebule 2.5 mg in 2,5ml - Diencerkan dengan 4 ml NaCl 0,9 %


-Nebule 5 mg in 2,5 ml - Dapat dikombinasi Budesonide dan
juga Ipratropium
Untuk semua usia, tetapi
hati-hati penggunaan pada
usia < 18 bulan
Respule 5 mg dalam 2 ml-

Diencerkan dengan 4 ml Nacl 0,9 %


Dapat dikombinasi dengan terbutalin,
budesonide dan Ipratropium.

Disetujui untuk BB > 25


kg
Dapat diberikan pada
semua usia
Adrenaline

Injeksi 1 : 1000

Dapat di encerkan dengan 4 ml Nacl 0,9


Nebulizer Therapy | 10

(Epinefrine)

%
Digunakan untuk usia
yang 1 tahun

Observasi ketat dengan monitor EKG


dan saturasi oksigen.

Nebule 250 mcg dalam 1


ml

Diencerkan dengan 4 ml Nacl 0,9 %


(penggunaan dengan mouthpiece lebih
baik daripada masker, dan menurunkan
risiko kerusakan mata

ANTIKOLINERGIK
Ipratropium Bromide
(atrovent)

Nebule 500 mcg dalam 2


ml

Dapat di campurkan dengan


budesonide, salbutamol, terbutaline.
Diberikan untuk usia > 3
tahun
KORTIKOSTEROID : untuk menekan proses inflamasi
Budesonide
(Pulmicort)

Nebule 500 mcg dalam 2


ml

Penggunaan mouthpiece lebih baik


untuk mencegah skin rash.

Nebule 1 mg dalam 2 ml

Diencerkan dengan 4 ml Nacl 0,9 %


Dapat dicampurkan dengan Terbutaline,
Salbutamol, Ipratropium.

Diberikan pada usia >3


bulan.
Fluticasone (flixotid)

Nebule 500 mcg dalam 2


ml
Nebule 2 mg dalam 2 ml

Diencerkan dengan 4 ml Nacl 0,9 %


Penggunaan mouthpiece lebih baik
untuk mencegah skin rash.

Dapat diberikan untuk


usia >16 tahun.

Nebulizer Therapy | 11

KOMBINASI PRODUK : mengandung antikolinergik dan bronkodilator


Combivent

Nebule (Ipratropium
Bromide 500 mcg &
salbutamol 2,5 mg) dalam
2,5 ml
Diberikan pada usia > 12
tahun

Sebaiknya jangan diencerkan atau


dicampur dengan obat lain
Penggunaan mouthpiece lebih baik
untuk mengurangi risiko kerusakan
mata
Hanya digunakan pada pasien COPD

Duovent

Nebule (Ipratropium
Bromide 500 mcg &
Fenoterol 1,25 mg) dalam
4 ml

Diencerkan dengan 4 ml Nacl 0,9 %


Penggunaan mouthpiece lebih baik
untuk mengurangi risiko kerusakan
mata

Diberikan pada usia > 14


tahun
MUKOLITIK
Dornase Alfa
(Pulmozyme)

Hypertonic Saline

Nebulizer Solusio 2.5mg dalam 2.5ml

Sebaiknya tidak diencer-kan atau


dicampur deng-an obat lain

Diberikan pada usia > 5 tahun

Harus disimpan dalam lemari pendingin

digunakan untuk meng-induksi dahak


untuk diagnosis
A dipersiapkan dengan mencampur
Nacl 30% 1ml dengan Air 5ml untuk
suntikan
B dipersiapkan dengan mencampur
Nacl 30% 1ml dengan Air 4ml untuk
suntikan
Dapat menyebabkan mual dan muntah
Digunakan itu pra-perawatan pasien
dengan brokodilator untuk mengurangi
bronko-spasme

A Nacl 5% - 6ml dosis


atau

B Nacl 7.5% - 5ml dosis untuk induksi sputum


-

ANTIBIOTIK :Antibiotik dapat diberikan untuk menembus fokus infeksi dalam dahak.
Nebulizer Therapy | 12

Antibiotik Nebulised harus selalu diberikan setelah fisioterapi atau bronkodilator


pengobatan, menggunakan mouthpiece.
-

Colistimethate
Sodium/colistin
(Colomycin)

Injeksi 1Mu/vial

Digunakan untuk semua usia

Sebaiknya tidak diencerkan lebih lanjut


atau dicampur dengan
obat lain kecuali gentamisin (cat: jika
keadaan krusial)

Gentamicin

Injeksi 80mg/2ml (ampul)-

Tobramycin

Injeksi 40mg/ml dan


80mg/2ml (ampul)

Kedua antibiotik ini tidak dianjurkan


untuk terapi nebulizer. Namun dapat
digunakan sebagai terapi nebulizer jika
keadaan krusial.

Tobramycin (TOBI)

Nebulizer Solusio
300mg/5ml

Larutkan dengan Nacl 0,9% 4ml

Diencerkan dengan 4ml dengan Nacl


0,9%.

Sebaiknya tidak dicampur dengan obat


lain.

Sebaiknya tidak diencer-kan atau


dicampur dengan obat lain dan
diberikan setelah semua obat nebulizer
lain

Harus disimpan dalam lemari pendingin

Diberikan pada usia >6


tahun

PENTAMIDINE
-

Pentamidin adalah obat yang berbahaya dengan banyak efek samping dan seharusnya
hanya diberikan oleh mereka yang berpengalaman dalam peng-gunaannya

Pakaian pelindung - masker, celemek dan sarung tangan harus dipakai oleh petugas

Obat ini teratogenik, wanita usia subur harus menghindari kontak obat.

Pentamidin Nebulizer adalah sebagai profilaksis terhadap dan pengobatan lini kedua
untuk Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)

Nebulizer Therapy | 13

Pre-medikasi dengan bronkodilator

Pentamidine
isethioat

Nebulizer solusio
300mg/5ml

Dapat diencerkan dengan air untuk


Injeksi

Injeksi 300mg/vial

Gunakan mouthpiece dan tube exhauser


saat penggunaan pentamide inhalasi

Ribavirin adalah obat yang berbahaya


dengan banyak efek samping dan
seharusnya hanya diberikan oleh
yang berpengalaman dalam
penggunaannya.

Pakaian pelindung - masker, celemek


dan sarung tangan harus dipakai oleh
petugas.

Memiliki efek teratogenik

Ribavirin dapat digunakan untuk


mengobati Bronchiolitis Virus parah
Respiratory syncytial yang paling
sering menyerang bayi.

Digunakan pada orang


dewasa
RIBAVIRIN
Ribavirin (Virazole )

Nebulizer Powder
6gr/vial untuk cairan
inhalasi
Digunakan untuk
neonatus dan anak-anak

E. Prosedur Terapi Nebulizer


1. Alat- alat yang digunakan
Nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah, antara lain generator aerosol,
nebulizer, tempat obat cair dan alat hisapnya yang dapat berupa masker, mouthpiece atau
Nebulizer Therapy | 14

kanul ( kanul hidung, kanul trakeostomi ). Serta obat-obat untuk pernapasan dan Nacl
untuk pengeceran obat pernapasan tersebut.
Generator aerosol adalah sumber tenaga yang diberikan kepada nebuliser sehingga
dapat mengubah cairan menjadi aerosol atau partikel halus.
Masker, digunakan pada pasien dengan kesadaran menurun. Tidak memerlukan
koordinasi inspirasi atau ekspirasi dari pasien. Hati hati pada penggunaan kortikosteroid
atau antikolinergik. Kerugian menggunakan masker yaitu mengganggu kemampuan
pasien untuk berkomunikasi, tidak nyaman, lembab, harus terus melekat pada wajah
untuk mencegah kebocoran, dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah terutama pasien
yang tidak sadar / pasien anak.
Mouthpiece, obat yang terhirup akan lebih efektif. Diperlukan koordinasi inspirasi
dan ekspirasi yang baik. Berikan sambungan kor pada pipa inspirasi. Pada trakeostomi
diperlukan konektor khusus; dapat juga dengan T konektor biasa.

2. Penggunaan nebulizer
Dalam penggunaan terapi nebulizer diperlukan teknik yang benar agak efek obat
tercapai. Untuk ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Pengiriman gas
Penggunaan oksigen sebagai sarana pengiriman gas. Berikan oksigen suplemen 68 liter/menit, dengan flow rate disesuaikan menurut kondisi pasien, pulse oximetry /
hasil AGD (Analisa Gas Darah). Inhalasi katekolamin dapat merubah ventilasi-perfusi

Nebulizer Therapy | 15

paru dan memperburuk hipoksemia untuk periode singkat. Karena inhalasi


katekolamin dapat meningkatkan heart rate dan menimbulkan diaritmia.
b. Pengencer dan isi volume
Semua ruang nebulizer meninggalkan volume residu antara 0,5 dan 1,0 ml.
Volume residu dalam intersurgical cirrus chamber adalah 0,9 ml. Ini berarti bahwa 0,9
ml obat tidak sampai ke pasien dan ini harus dipertimbangkan ketika dosis dihitung.
Meningkatkan isi volume dengan menambahkan pengenceran menyebabkan
penurunan jumlah obat aktif terbuang. Pengisian volume minimal adalah 4ml dan dan
maksimum dari 10 ml harus digunakan ketika obat solutio sedang ditransfer melalui
nebuliser. Pengenceran dilakukan dengan hanya dengan Nacl 0,9%, jangan
menggunakan air sebagai pengencer karena dapat menginduksi bronkospasme.
c. Laju aliran
Laju aliran gas mempengaruhi waktu nebulisator dan ukuran tetesan yang
tersebar. Kecepatan aliran meningkat berarti waktu nebulisator lebih pendek dan
ukuran tetesan lebih kecil. Untuk pengiriman obat efisien pada bronkus, diameter
tetesan optimal adalah 1-5 mikron. Untuk mencapai hal ini Laju aliran ditetapkan
pada 8 liter per menit.
d. Waktu pengiriman
Nebuliser tidak akan pernah kering karena volume sisa. Tergantung pada obat
dan nebulizer, naik sampai 80% dari dosis total diberikan dalam waktu lima menit
pertama pengiriman. Tapi kepatuhan tetes dengan waktu pemberian yang lebih lama.
Waktu pengiriman tidak lebih dari 10 menit.
e. Posisi pasien
Pasien harus nyaman dan duduk tegak (40-900) hal ini memungkinkan
ventilasi pasien dan pergerakan diafrgama maksimal. Pastikan masker sesuai dan

Nebulizer Therapy | 16

nyaman dan mendorong pasien untuk bernapas terus melalui mulut (bukan hidung).
Pasien harus menghindari berbicara karena hal ini mengurangi efisiensi pengiriman
obat. Miring sedikit ke depan memberikan perluasan maksimum. Hal ini penting
bahwa ruang nebuliser tetap tegak.
f. Perawatan nebulizer
Setiap pasien harus memiliki nebuliser sendiri. Kolonisasi bakteri pada ruang
nebulizer dengan mikroorganisme seperti Burkholderia spp telah terbukti dalam
meningkatkan risiko infeksi pasien. Pasien yang menerima terapi nebuliser jangka
panjang harus mengganti ruang nebulizer setiap 3 bulan. Oleh karena itu nebuliser
harus

dibilas

setelah

digunakan

dan

dikeringkan

dengan

tisu

lembut.

Jalankan ruang kosong selama beberapa menit sebelum penggunaan berikutnya.

3. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengguna nebulizer adalah:
a) Gunakan tubing, nebulizer cup, mouthpiece/masker untuk masing-masing pasien
(single use).
b) Lindungi mata dari uap.
c) Berikan obat yang sesuai dengan resep yang dianjurkan oleh dokter.
d) Jangan mencampur obat tanpa seijin dokter.
e) Jika memungkinkan, selama terapi, atur napas dengan menarik napas dalam melalui
hidung dan tiup melalui mulut.
f) Perhatikan perubahan yang terjadi, seperti kebiruan (sianosis), batuk berkepanjangan,
gemetar (tremor), berdebar-debar, mual, muntah dan lain-lain.
Nebulizer Therapy | 17

g) Lakukan penepukan dada atau punggung pada saat atau setelah selesai terapi inhalasi
h) Segera setelah selesai melakukan terapi inhalasi, basuh wajah dengan air.

F. Efek Samping dan Komplikasi


Efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan dari penggunaan terapi nebulasi adalah:
1. Infeksi silang antar pasien
2. Mual dan muntah
3. Tremor dan takikardi
4. Penyempitan saluran napas atau refleks vagal yang menyebabkan henti napas
mendadak
5. Penumpukan sekret atau lender
6. Iritasi pada selaput mata, kulit dan selaput lender tenggorokan
7. Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
8. Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat tersebut.
9. Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik pada
system sekunder penyerapan dari obat tersebut. Hipokalemia dan atrial atau
ventricular disritmia dapat ditemui pada pasien dengan kelebihan dosis.
10. Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan.

Nebulizer Therapy | 18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi nebuliser merupakan salah satu terapi inhalasi. Terapi inhalasi adalah sistem
pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol melalui saluran napas dengan cara menghirup
obat dengan bantuan alat tertentu. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat
dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila
dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan.
Tujuan pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak (rasa tertekan di dada),
mengencerkan dahak (peningkatan produksi secret) dan dapat mengurangi / menghilangkan
bronkospasma. Keuntungan nebulizer terapi adalah medikasi dapat diberikan langsung pada
tempat / sasaran aksinya seperti paru sehingga dosis yang diberikan rendah. Dosis yang
rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat
melalui nebuliaer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat daripada rute lainnya
seperti subkutan.oral. Obat-obatan yang dapat diberikan dengan terapi nebulizer yaitu beta
agonis, antikolinergik, kortikosteroid dan antibiotik.
Protokol pemakaian nebuliser yang terpenting adalah oksigen diperlukan untuk sarana
pengiriman gas, flow rate harus 8 liter per menit, pengecer yang digunakan adalah Nacl 4ml10ml, dan lama pemberian 5-10 menit, jangan lebih dari 10 menit. Efek samping dari terapi
nebuliser yaitu mual, muntah, tremor, takikardi dan bronkospasme.

Nebulizer Therapy | 19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ward, Jeremy, dkk. 2008. The Respiratory System at a Glance Ed. 2. Penerbit
Erlanga: Jakarta
2. Harris, David. 2006. Nebulizer guidelines. United Bristol Health care. Directorate of
childrens services.
3. Hoan, Tan, Drs & Rahardja, Kirana, Drs. 2010. Obat-obat Penting Ed.6. Penerbit PT
Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia : Jakarta
4. Rab T. 1996. Prinsip Gawat Paru. Hipokrates : Jakarta
5. Ganong WF.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta
6. Terapi Inhalasi. Available from: URL: http://www.pharmacy.gov.my/patient_educa
tion/inhalation_malay.shtml
7. Inhalation Therapy. Available from: URL:
http://www.unc/~chooper/classes/voice/webtherapy/inhalationx.html.
8. Terapi inhalasi asma bronkial. Available from:
http://www.asthmastuff.com/nebulizer.htm

Nebulizer Therapy | 20

Anda mungkin juga menyukai